Anda di halaman 1dari 15

Tugas

Makalah Kimia
Polimer

MAKALAH POLIMER DAN APLIKASI PENGEMBANGAN


POLIMER

OLEH:

AGNES ALDORA (H031191053)

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Polimer dan Aplikasi Pengembangan Polimer”.
Penulisan makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Kimia Polimer. Selain itu, makalah ini juga dibuat untuk
memberikan pengetahuan, baik kepada penulis maupun pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karenanya, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati sebagai bahan
pembelajaran kedepannya.

Makassar, 10 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................4

1.1 Latar Belakang...............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................6

2.1 Definisi dan Struktur Polimer........................................................................6

2.2 Klasifikasi dan Aplikasi Polimer....................................................................7

2.3 Pengembangan Aplikasi Polimer dalam Kehidupan......................................9

BAB III PENUTUP..................................................................................................12

3.1 Kesimpulan...................................................................................................12

3.2 Saran.............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebelum awal 1920-an, ahli-ahli kimia meragukan keberadaan molekul-
molekul yang memiliki berat molekul lebih dari beberapa ribu. Keraguan ini
kemudian ditepiskan oleh Hermann Staudinger, ahli kimia asal Jerman yang telah
lama meneliti senyawa-senyawa alam seperti karet dan selulosa. Staudinger tidak
menyetujui rasionalisasi ahli kimia lainnya yang menyatakan bahwa senyawa ini
adalah agregat (kumpulan) dari molekul- molekul kecil. Sebaliknya, Staudinger
menyarankan hipotesis bahwa senyawa ini terbuat dari makromolekul-
makromolekul yang tersusun atas 10.000 atau lebih atom. Staudinger kemudian
memformulasikan struktur dari karet, berdasarkan unit-unit ulang isoprene (yang
kemudian disebut monomer). Untuk kontribusinya yang amat besar bagi
perkembangan ilmu kimia, Staudinger menerima hadiah Nobel pada 1953. Istilah
polimer dan monomer kemudian diperkenalkan, istilah ini berasal dari bahasa
Yunani yaitu poli (banyak), mono (satu), dan meros (bagian) (Billmeyer, 1984).
Terminologi polimer digunakan untuk menerangkan senyawa-senyawa
yang memiliki berat molekul relatif besar (dengan orde 104) dan dibentuk dari
serangkaian monomer-monomer kecil dan sederhana. Contoh polimer sederhana
adalah polietena yang terdiri atas unit-unit ulang etena. Polietena dibentuk dari
reaksi polimerisasi yang terjadi pada molekul-molekul etena. Etena kemudian
disebut sebagai monomer, prekursor dari polietena. Kebanyakan polimer adalah
senyawa organik, dan tersusun atas molekul hidrokarbon. Meskipun demikian,
polimer anorganik dan komposit juga banyak dikembangkan. Molekul
hidrokarbon penyusun polimer organik dapat berikatan tunggal, rangkap dua
maupun rangkap tiga. Hidrokarbon jenuh adalah hidrokarbon yang semua
ikatannya tunggal, artinya jumlah atom-atomnya maksimum (atau jenuh). Salah
satu contohnya adalah senyawa parafin, CnH2n+2. Sebagai kebalikannya, adalah
hidrokarbon tak jenuh yang mengandung ikatan rangkap dua maupun rangkap tiga
(Billmeyer, 1984).
Perkembangan material komposit polimer sebagai pengganti logam dan
karbon sangat menjadi perhatian, hal ini karena komposit polimer memiliki sifat

4
mekanik yang cukup baik, memiliki sifat isolator panas dan suara, tahan korosi,
serta dapat dijadikan sebagai penghambat listrik yang baik selain itu juga ramah
lingkungan. Selain itu, telah ditemukan sifat elektrik yang tidak lazim dari
polimer mengenai konduktivitas, penyimpanan muatan dan transfer energi. Salah
satu dari sifat yang tidak lazim ini adalah fenomena perubahan energi panas dan
energi getaran menjadi energi listrik. (Sirait, 2010).
Dari uraian di atas, disusunlah makalah dengan judul “Polimer dan
Aplikasi Pengembangan Polimer” guna mengkaji lebih dalam karakteristik dan
pengaplikasian polimer.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu polimer dan struktur polimer ?
2. Bagaimana klasifikasi dan pengaplikasian polimer ?
3. Bagaimana aplikasi pengembangan polimer dalam kehidupan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi polimer dan struktur polimer.
2. Mengetahui klasifikasi atau penggolongan polimer dan aplikasi polimer.
3. Mengetahui aplikasi pengembangan polimer dalam kehidupan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Polimer dan Struktur Polimer

Pengetahuan akan makromolekul polimerik sebagai komponen penyusun


sejumlah material-material alam, seperti kertas dan karet, mendorong
perkembangan lebih lanjut pada pembuatan polimer-polimer sintetik analog yang
memiliki beragam sifat dan kegunaan. Sehingga pada akhirnya, aplikasi dari
material-material seperti plastik, serat, film fleksibel, cat yang resisten dan
padatan-padatan kuat namun ringan, telah secara signifikan mentransformasi
kehidupan masyarakat modern (Cowd, 1991)
Polimer merupakan molekul dasar yang terdiri dari sejumlah besar satuan
molekul sederhana yang tersusun secara berulang. Walaupun semula teknologi
polimer berkembang terlambat, tetapi saat ini polimer termasuk salah satu materi
berteknologi tinggi yang sedang giat dikembangkan. Para ilmuan melakukan
penelitian untuk mengembangkan materi polimer dengan manfaat dan kelebihan
yang lebih baik dari sebelumnya. Perkembangan polimer paling menonjol adalah
setelah ditemukan komposit polimer-karbon. Material jenis baru yang bersifat
konduktif ini dapat disebut gabungan sifat-sifat elektrik dan optik semikonduktor
anorganik dengan polimer yang memiliki kelenturan mekanis. Ada beberapa
jenis dari komposit polimer salah satunya adalah komposit polimer dengan serat
alam (Sirait, 2010).
Molekul polimer adalah makromolekul, berukuran besar yang memiliki
ikatan kovalen internal. Untuk kebanyakan polimer, molekul-molekul ini
memiliki rantai yang sangat panjang. Rangka utama dari polimer biasanya berupa
serangkaian atom karbon, sering kali berikatan tunggal. Polimer terdiri dari
struktur dasar yang disebut unit-unit mer. Molekul polimer tersusun atas
rangkaian dari unit-unit mer yang berulang-ulang. Molekul yang hanya memiliki
satu mer adalah monomer, yang merupakan unit terkecil dari polimer (Cowd,
1991).

(monomer)n polimer

Unit terkecil
6
Struktur unit ulang dari polimer tidak hanya merefleksikan monomer-
monomer pembentuk polimer tersebut, tetapi juga memudahkan alternatif penulisan
struktur polimer menjadi lebih sederhana untuk merepresentasikan makromolekul
ini. Misalnya untuk polietena, dinilai sebagai polimer yang paling sederhana,
penulisan struktur polimernya dapat dijelaskan dari persamaan reaksi pada Gambar
1.3. Yang berperan sebagai monomer adalah etena, sedangkan polimer linier yang
dihasilkan disebut sebagai polietena densitas-tinggi atau high-density poliethylene
(HDPE). HDPE tersusun atas makromolekul-makromolekul dengan jumlah unit
ulang (n) berkisar antara 10.000 sampai 100.000 (berat molekul antara 2  105
hingga 3  106) (Cowd, 1991).

2.2 Penggolongan dan Pengaplikasian Polimer


2.2.1 Penggolongan Polimer
Perkembangan material polimer sedemikian pesat, sehingga ada material-
material baru yang saat ini sangat kita butuhkan, namun puluhan tahun yang lalu
masih belum ditemukan. Dengan pemutakhiran dalam hal pemahaman akan
polimer diikuti penelitian mengenai aplikasinya, tidak ada alasan bahwa revolusi
ini akan terhenti di masa yang akan datang. Dilihat dari kegunaannya, ada tiga
golongan besar dari polimer:
1. Elastomer.
2. Plastik.
3. Serat.

1. Elastomer
Polimer-polimer yang dikategorikan sebagai elastomer adalah polimer yang
memiliki sifat dan karakteristik karet – yaitu fleksibel dan elastik. Untuk dapat
bersifat elastik, maka suatu polimer harus memenuhi kriteria berikut:
a. Memiliki molekul-molekul yang panjang dan fleksibel, yang akan
menggulung (berbentuk coil) pada keadaan alaminya, namun dapat
diregangkan tanpa mengalami pemutusan, seperti yang ditunjukkan pada
gambar.

Ditarik

relaksa
si

b. Mengandung beberapa ikatan-silang antar rantai polimer sehingga satu rantai


tidak akan bergeser melewati rantai lainnya pada saat molekul tersebut
ditarik.
7
c. Ikatan-silang tidak terlalu banyak, karena molekul dengan ikatan-silang yang
terlalu banyak akan menjadi terlalu kaku untuk dapat diregangkan.
d. Gaya tarik menarik antar rantai polimer satu dengan lainnya harus relatif
kecil, sehingga polimer dapat menggulung kembali ke bentuk coil setelah
gaya regangan dihilangkan.

Contoh elastomer adalah karet alam dan karet sintetik stiren butadiene rubber
(SBR), dan karet silikon. Pada karet silikon, rantai karbon utama digantikan
dengan rantai silikon dan oksigen yang tersusun secara bergantian. Elastomer ini
juga merupakan polimer berikatan silang yang stabil, bahkan sampai suhu yang
lebih tinggi dari elastomer berbasis atom karbon.

2. Plastik
Konsumsi plastik dunia telah menembus angka miliaran ton per tahun. Ada dua
jenis plastik, yaitu termoplastik dan termoset. Polimer termoplastik akan
melunak saat dipanaskan dan mengeras saat didinginkan, karenanya dapat
dilelehkan dan dibentuk. Pada pabrikasinya, material termoplastik dapat
mengandung material filler, berupa serat atau serbuk, yang memberikan
peningkatan sifat-sifat fisik atau mekanik tertentu (kekuatan, kekakuan, warna,
dan lain-lain).
3. Serat
Serat merepresentasikan aplikasi penting dari material polimer, seperti halnya
kategori plastik dan elastomer. Serat alami sepeti katun, wol, dan sutera telah
digunakan oleh manusia selama berabad-abad. Pada tahun 1885, sutera sintetik
mulai dipatenkan dan diperkenalkan pada industri serat modern. Secara umum,
serat memiliki panjang setidaknya 100 kali dari lebarnya. Beberapa golongan
serat alami dan sintetik dapat memiliki perbandingan panjang terhadap lebar
hingga 3000
kali atau lebih.

2.2.2 Pengaplikasian Polimer


Aplikasi terdekat dari serat adalah pada industri tekstil. Polimer sintetik yang telah
dikembangkan memiliki sifat-sifat khusus, yaitu titik pelunakan yang tinggi yang
memudahkan dalam penyetrikaan bahan tekstil, kekuatan mekanik tinggi, kekakuan
cukup, kualitas bahan baik, kenyamanan dan estetika. Polimer-polimer inilah yang
dibentuk menjadi serat dengan beragam karakteristik. Dari kriteria ini, sesungguhnya
ada banyak golongan plastik yang juga dapat digunakan sebagai serat. Nylon
(panggilan dagang dari poliamida) dikembangkan pada tahun 1930-an dan digunakan
sebagai bahan parasut selama Perang Dunia II. Serat sintetik ini, dikenal karena
kekuatannya, elastisitas dan ketahanannya, memiliki aplikasi komersial sebagai
pakaian dan karpet. Nilon memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki material lain, yaitu

8
elastisitas. Nilon sangat elastik, meskipun demikian, apabila batas keelastikannya telah
dilewati, material ini tidak akan kembali ke bentuk awal. Seperti kebanyakan serat
sintetik, Nilon memiliki ketahanan listrik yang besar, inilah yang menyebabkan
aplikasinya pada bahan pakaian dan karpet.

2.3 Aplikasi Pengembangan Polimer dalam Kehidupan


2.3.1 Sintesis Polimer Bercetakan Meropenem Sebagai Sorben Yang Selektif
Optimasi Monomer Fungsional
Polimer Bercetakan Molekul (PBM) adalah polimer yang dibentuk bersama
molekul target, melalui proses polimerisasi, yang selanjutnya diekstrak untuk
melepas- kannya dari bingkai polimernya. Ekstraksi yang dilakukan akan
meninggalkan ruang yang memiliki afinitas yang tinggi terhadap molekul tercetak.
Sintesa PBM didasarkan pada pembentukan kompleks antara molekul cetakan
(analit/ target/ molekul yang analog) dengan monomer fungsional sehingga
membentuk ruang polimer tiga dimensi (Sirumapea, 2018). Penggunaan PBM dalam
ekstraksi fasa padat menghasilkan ekstraksi yang selektif karena adanya sisi aktif
dari ikatan receptor-like hasil sintesa yang dapat mengenali bentuk dan posisi gugus
fungsi dari analit (Sirumapea, 2018).
Penelitian ini diawali dengan sintesis polimer dengan menggunakan molekul
analit (PBM) dan tanpa menggunakan molekul analit (NPBM). Hasil sintesa
kemudian dikarakterisasi dengan spektrofotometri IR. Ekstraksi molekul cetakan
dilakukan untuk menghasilkan rongga yang spesifik analit. Pengujian kapasitas
adsorpsi dilakukan untuk memilih polimer yang terbaik yang akan digunakan pada
pekerjaan selanjutnya (Sirumapea, 2018).
Polimer yang disintesis terdiri dari PBM, yang mengandung molekul cetakan
(analit) pada komposisinya, dan NPBM yang tidak mengandung molekul catakan
pada komposisinya. Polimer berhasil disintesis dengan komposisi seperti yang tertera
pada metodologi. Molekul analit dilarutkan terlebih dulu, dengan bantuan stirrer
selama 4 menit, sampai larut sempurna. Selanjutnya monomer fungsional dan
pengikat silang ditambahkan bersamaan, dihomogenkan kembali dengan stirrer.
Inisiator ditambahkan terakhir, diikuti dengan dialirkan gas nitrogen selama ± 4
menit untuk mengusir oksigen. Lalu larutan polimer dimasukkan ke dalam oven
selama 5 jam, pada suhu 55-70˚C. Pelarut yang digunakan adalah pelarut tunggal,
DMSO, tanpa komposisi pelarut. Hal ini disebabkan karena pembentukan MIP

9
dipengaruhi oleh kepolaran dan penyebaran pelarut (Sirumapea, 2018).
2.3.2 Pemanfaatan Bakteri Hasil Isolasi Sebagai Agen Biodegradasi Polimer
Polieugenol
Polimer plastik dianggap sebagai salah satu ciri kemunculan zaman modern
yang ditandai dengan kehidupan yang serba praktis dan nyaman. Kemudahan yang
diberikan oleh bahan-bahan yang terbuat dari polimer plastik berdampak negatif
terhadap masalah pencemaran lingkungan. Pasaribu (2004) menyatakan bahwa
polimer plastik memiliki tekstur yang kuat sehingga bersifat tahan lama yang
menyebabkan sampah polimer plastik sulit didegradasi oleh mikroba.
Masalah pencemaran plastik mendorong perhatian para peneliti lingkungan
untuk mencari bahan plastik ramah lingkungan. Plastik ini biasa dikenal dengan
istilah biodegradable plastics atau bioplastik, yakni plastik yang dapat dibentuk atau
dirombak secara biologis oleh mikroba (Surono, 2004). Polimer plastik yang
biodegradable dapat diperoleh dari alam, salah satunya dari minyak cengkeh yang
komponen utamanya adalah senyawa eugenol yang dipolimerisasi menjadi
polieugenol. Polieugenol berpotensi untuk dijadikan bahan pengemas ramah
lingkungan karena tidak mudah rusak oleh panas dan merupakan polimer sintetik
yang monomernya berasal dari bahan alam (Susilowati dkk, 2003).
Polimerisasi polieugenol menggunakan eugenol murni sebagai
monomer.Polimerisasi eugenol berlangsung pada suhu kamar secara eksotermis yang
ditandai dengan meningkatnya suhu sistem dan reaksinya yang eksplosif. Menurut
Cowd (1982), polimerisasi monomer cair bersifat sangat eksotermis dan reaksinya
bisa sulit dikendalikan. Polimer biasanya larut dalam monomernya sehingga
kekentalan sistem meningkat dan sukar diaduk, namun cara polimerisasi ini biasanya
memberikan hasil yang relatif murni.
Polimerisasi telah terjadi ditandai dengan perubahan fisik seperti perubahan
warna, pembentukan padatan dan terbentuknya gas (Cowd, 1982). Perubahan warna
larutan eugenol menjadi merah, terbentuknya jeli menandakan telah terjadi
polimerisasi. Jeli yang terbentuk dilarutkan dalam etil asetat, kemudian diuapkan
untuk mendapatkan polimer murni. Penguapan dilakukan di udara terbuka sampai
polimer membentuk padatan kembali. Padatan yang terbentuk digerus sampai
menjadi serbuk agar lebih mudah dibentuk menjadi film tipis (Lestari dkk., 2008)
Polieugenol ini kemudian diuji titik lelehnya. Berdasarkan pengamatan film
polieugenol yang terbentuk dan titik leleh yang tinggi yaitu 135-137 oC, dapat

10
disimpulkan bahwa polieugenol ini dapat menggantikan plastik yang kuat dan tahan
panas akan tetapi polieugenol ini belum murni karena rentang titik lelehnya lebih dari
1oC.

2.3.3 Karakterisasi Polimer Bahan Adesif untuk Kulit dan Plastik

Adesif merupakan bahan yang dikenal olth masyarakat luas karena fungsinya
yang penting untuk mcrekatkan atau mcngikat berbagai jenis bahan seperti kayu, logam,
ke- ramik, plasnk, kulit, tckstil, menjadi satu kesatuan barang utuh yang dikebendaki.
Meskipun dari scgi volume yang digunakan relatif kecil dibandingkan dengan bahan ainu
barang yang direkatkan, adesif merupakan bahan yang sangat diperlukan dalam
kchidupan masyarakat indiistri. Jenis industri yang banyak menggunakan adcsif ialah
indusni konstniksi, pengeinasan, tekstil, kayu dan perabot (Aatrini, 2016).
Kekuatan am sun nun» adesif ditentukan oleh kc- kualan jenis bahan yang
direkatksn, badan adcsifnya dan ktkuatan dari dna antar permiikaan yakni aaiar
permukaan kedua bahan yang direkatkan dan adcsif. Untuk suatu sistem adesif, kekuatan
ikatanny* ditentukan oleh kekuatan yang terlemah. Secnra kimiawi hat ini berkaitan
dengan jenis-jenis ikatan yang berperan seperti ikatan primer (ittatan elektrovalen,
kovalen dan metalik), ikatnn sckunder atiu ikatsn van dcr Waals, dnn ikatan akibat
interaksi antara dipol yang permanen seperti ikatan lidrogen (1). Dalam bidang adesif ada
dua konscp kimia pcrmukaan yang perlu diperlatikan, baik utituk keperluan forniulasi
dan pcmbualan bahan adesif maupun untuk ptmilihan adcsif yang sesuai bagi suatu
pcrmukaan substrai tertentu, yaitu konsep parameter kelarutan (h) menunit Hilderbrand
(1, 2, 3, 4) dan konsep tegangan permubaan kritis (yt) menurut Zisman (1, 2).
Parameter kelarutan (6) yang didcfinisikan sebagai 6 = (E/V)A^, dimana E = cnergi,
penguapan; V - volume molar; dan E/V = kcrapatan cncrgi kohesi (cohesive energy
density), merupakan alat untuk meramalkan kompatibilitas bahan-bahan komponen dalam
adesif ataupun kompatibilitas bahan adesif den bahan yang dhekatkan (Aatrini, 2016)

11
BAB III
PENUTU
P

3.1 Kesimpulan

1. Polimer memiliki sifat-sifat intrinsik yang amat berguna pada pembuatan


produk-produk baru. Manfaat yang paling menonjol adalah berat jenis yang
rendah sehingga memudahkan instalasi dan transportasinya, dan akhirnya
dapat menurunkan biaya produksi. Selain itu, tentu saja ketahanannya pada
korosi, yang amat diperlukan pada pembuatan benda atau bangunan yang
didisain agar tahan lama. Kelebihan lainnya adalah luasnya spektrum variasi
polimer dilihat dari sifat fisik dan mekanik, kemudahan untuk dibentuk, diisi,
dan diwarnai.
2. Struktur unit ulang dari polimer tidak hanya merefleksikan monomer-
monomer pembentuk polimer tersebut, tetapi juga memudahkan alternatif
penulisan struktur polimer menjadi lebih sederhana untuk merepresentasikan
makromolekulnya.
3. Aplikasi pengembangan polimer dalam kehidupan ditinjau dari berbagai
bidang, baik dalam klasifikasi, sintesis, dan pemanfaatan berdasarkan
penerapannya.

12
3.2 Saran

Penulis berharap isi dari makalah ini dapat menjadi bahan referensi
dalam menambah pengetahuan, baik bagi penulis maupun bagi pembaca. Selain
itu, studi lebih lanjut menganai aplikasi pengembanagan polimer itu sendiri masih
perlu penulis kembangkan demi menyempurnakan isi makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Astika, I.M., Lokantara, I.P. & Karohika, I.M.G. 2013. Sifat Mekanis Komposit
Polyester dengan Penguat Serat Sabut Kelapa. Jurnal Energi dan
Manufaktur, 6(2): 95- 202.
Billmeyer, F. W. (1984). Textbook of Polymer Science. John Wiley & Sons, Inc.
Cowd, M.A. 1991, Kimia Polimer, Institut Teknologi Bandung,
Bandung.Departemen Kesehatan RI., 2007, Terapi Patah Tulang karena
Osteoporosis, http://www.DepkesRI.co.id [Diakses pada 23 Agustus 2021].
Malcolm P. Stevens. (2001). Kimia Polimer. (Penerjemah Iis Sopyan). Jakarta:
Pradnya Paramita.
Eichhorn S.J., Zafeiropoulus C.A.B.N., Ansel L.Y.M.M.P., Entwistle K.M.,
Escamilla P.J.H.F. G.C., Groom L., Hill M.H.C., Rials T.G., dan Wild P.M.
2001. Review Current International Research into Cellulosic Fibres and
Composites, Journal of materials Science, pp. 2107-2131.
Ezekwem, D. 2016. Composite Materials Literature review for Car
bumber. .13140/RG.2.1.1817.3683. Fahmi, H. & Hermansyah, H. 2011.
Pengaruh Orientasi Serat Pada Komposit Resin Polyester/ Serat Daun Nenas
Terhadap Kekuatan Tarik. Jurnal Teknik Mesin. 1(1): 46-52.
Fahmi, H. & Hermansyah, H. 2011. Pengaruh Orientasi Serat Pada Komposit
Resin Polyester/ Serat Daun Nenas Terhadap Kekuatan Tarik.
Jurnal Teknik Mesin. 1(1): 46-52.

Jokosisworo, S. 2009. Pengaruh Penggunaan Serat Kulit Rotan Sebagai Penguat


Pada Komposit Polimer Dengan Matriks Polyester Yukalac 157 Terhadap
Kekuatan Tarik dan Tekuk. TEKNIK, 30(3): 191-197.

Lestari, P., Zusfahair., Dan Ningsih, D. R., 2008. Pemanfaatan Bakteri Hasil Isolasi
Dari Tpa (Tempat Pembuangan Akhir) Gunung Tugel Kabupaten Banyumas
Sebagai Agen Biodegradasi Polimer Polieugenol, Molekul Jurnal, 3(2): 52-
63
Mahmuda, E., Savetlana, S., dan Sugiyanto. 2013. Pengaruh Panjang Serat
Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berpenguat Serat Ijuk dengan Matrik
Epoxy. Jurnal FEMA, 1(3): 79-84.
Malcolm P. Stevens. (2001). Kimia Polimer. (Penerjemah Iis Sopyan). Jakarta:

14
Pradnya Paramita.
Sirait, D.H. 2010. Material Komposit. Erlangga. Jakarta. Soemardi, T.P.,
Kusumaningsig, W. & Irawan, A.P. 2009. Karakteristik Mekanik Komposit
Lamina Serat Rami Epoksi Sebagai Bahan Alternatif Soket Prostesis.
MAKARA TEKNOLOGI, 13(2): 96- 101.
Sirumapea, L., 2018, Sintesis Polimer Bercetakan Meropenem Sebagai Sorben
Yang Selektif Optimasi Monomer Fungsional, Jurnal Kimia Analitik,
7(3):1-8.
Suryanto, H. & Marsyahyo, Eko & Irawan, Yudy & Soenoko, Rudy. 2014. Effect of
Alkali Treatment on Crystalline Structure of Cellulose Fiber From Mendong
(Fimbristylis globulosa) Straw. Key Engineering Materials. 594-595. 720-
724. 10.4028/www.scientific.net/KEM.5 94-595.720.

15

Anda mungkin juga menyukai