Anda di halaman 1dari 205

TEKNOLOGI DAN REKAYASA

MATERIAL POLIMER KOMPOSIT

Burhanuddin, ST., MT

Penerbit
Prodi Teknik Arsitektur UIN Alauddin Makassar
TEKNOLOGI DAN REKAYASA
MATERIAL POLIMER KOMPOSIT

Penulis : Burhanuddin, ST., MT

ISBN : 978-602-17519-1-6

Editor : Sriany Ersina, ST., MT

Penyunting : Burhanuddin, ST., MT


Sriany Ersina, ST., MT

Desain Sampul & Tata Letak : M. Irzak, A,Md.

Penerbit : Prodi Teknik Arsitektur UIN Alauddin

Redaksi : Jln. Sultan Alauddin No.36, Gedung Fakultas Sains


& Teknologi, Lt.03 (Prodi Teknik Arsitektur).
Email : arsitektur@uin-alauddin.ac.id

Cetakan Pertama : Mei 2015


DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
Bab 1. Pendahuluan 1
1.1. Pengertian Polimer 2
1.2. Jenis Jenis Polimer 2
1.3. Sifat Sifat Dasar Polimer 3
1.4. Pemanfaatan Polimer pada Bangunan 4
1.5. Manfaat Polimer Secara Luas 5
Bab 2. Sifat Mekanis dan Fisik 7
2.1. Sifat Bahan Serat Kaca (Glass Fiber) 7
2.2. Sifat Bahan Serat Karbon (Carbon Fiber) 18
2.3 Sifat Bahan Aramid Fiber 35
Bab 3. Pembuatan dan Unsur Penyusun Matrix 41
3.1. Matrix (Plastic) Thermoplastic dan Thermoset 41
3.2. Sifat Rangkak dan Relaksasi dari bahan Matrix 50
3.3. Sifat Matrix terhadap perubahan temperatur 59
3.4. Jenis Thermoset Matrix 72
3.5. Jenis Thermoplastic Matrix 90
Bab 4. Rekayasa Permukaan Serat (Fiber) 95
4.1. Metode Penyatuan Serat dengan Matrix 95

iii
4.2. Kandungan Serat, Karapatan dan
Kandungan Udara pada FRP 107
4.3. Sifat Sifat RFP (Fiberglass Reinsforced Plastic) 118
Bab 5. Pengaruh Beban pada Bahan FRP 130
5.1. Moda Kegagalan Mikrostruktur Akibat 130
Beban Tarik Longitudinal
5.2. Beban Transfersal Arah Serat pada RFP 140
5.3. Beban Tekan Arah Transfersal 145
5.4. Transformasi Tegangan dan Regangan 152
5.5. Sifat Isotropic, Anisotropic, Orthotropic 160
5.6. Sifat Sifat Elastis Bahan Lembaran RFP 169
Bab 6. Sifat Fatik Bahan RFP Akibat Gaya 182
6.1. Gaya Tarik 182
6.2. Sifat Fatik Bahan CFRP 184
Daftar Pustaka 195

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, penulis ucapkan ke
hadirat Allah Swt, atas segala rahmat dan karunia yang
diberikan kepada penulis baik berupa kesehatan dan
kesempatan maupun kemudahan dan kelancaran, sehingga
penulisan buku ini dapat diselesaikan.
Judul buku ini adalah “Teknologi dan Rekayasa
Material”. Hal ini di dasari oleh masih terbatasnya buku
referensi tentang polimer komposit. Buku buku tentang
bahan material sebagai bahan sangat dibutuhkan oleh calon
Arsitek, Arsitek dan juga praktisi.
Uraian uraian dalam buku ini, dimaksudkan untuk
memaparkan pemahaman tentang polimer komposit, sifat
sifat dan karakteristiknya serta implementasinya dibidang
rekayasa teknik
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin
Makassar
2. Para Wakil Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar

i
3. Para Dekan Se Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar
4. Rekan rekan Dosen dan Staff Fakultas Sains dan
Teknologi, UIN Alauddin Makassar
Akhirnya sebuah pengakuan dari penulis bahwa, karya
tulis ini masih jauh dari kesempurnaan dan hanya kepada
Allah Swt jualah, penulis berserah diri dan memohon diberi
kesempatan lagi untuk menjadi lebih baik pada karya-karya
yang akan datang.

Samata-Gowa, Mei 2015


Penulis,

Burhanuddin,ST.,MT

ii
Bab I. Pendahuluan

Material komposit adalah material yang terbuat dari


dua bahan atau lebih yang tetap terpisah dan berbeda dalam
level makroskopik selagi membentuk komponen tunggal.
Bahan komposit (composite) adalah suatu jenis bahan baru
hasil rekayasa yang terdiri dari dua atau lebih bahan dimana
sifat masing-masing bahan berbeda satu sama lainnya baik
itu sifat kimia maupun fisikanya dan tetap terpisah dalam
hasil akhir bahan tersebut (bahan komposit).
Bahan komposit memiliki banyak keunggulan,
diantaranya berat yang lebih ringan, kekuatan dan kekuatan
yang lebih tinggi, tahan korosi dan memiliki biaya perakitan
yang lebih murah karena berkurangnya jumlah komponen
dan baut-baut penyambung. Kekuatan tarik dari komposit
serat karbon lebih tinggi daripada semua paduan logam.
Semua itu menghasilkan berat pesawat yang lebih ringan,
daya angkut yang lebih besar, hemat bahan bakar dan jarak
tempuh yang lebih jauh.
Militer Amerika Serikat adalah pihak yang pertama
kali mengembangkan dan memakai bahan komposit.

1
Pesawat AV-8D mempunyai kandungan bahan komposit
27% dalam struktur rangka pesawat pawa awal tahu 1980-
an. Penggunaan bahan komposit dalam skala besar pertama
kali terjadi pada tahun 1985. Ketika itu Airbus A320 pertama
kali terbang dengan stabiliser horisontal dan vertikal yang
terbuat dari bahan komposit. Airbus telah menggunakan
komposit sampai dengan 15% dari berat total rangka
pesawat untuk seri A320, A330 dan A340.
1.1. Pengertian Polimer
Meskipun istilah polimer lebih populer menunjuk
kepada plastik, tetapi polimer sebenarnya terdiri dari
banyak kelas material alami dan sintetik dengan sifat dan
kegunaan yang beragam. Bahan polimer alami seperti shellac
dan amber telah digunakan selama beberapa abad. Kertas
diproduksi dari selulosa, sebuah polisakarida yang terjadi
secara alami yang ditemukan dalam tumbuhan. Biopolimer
seperti protein dan asam nukleat memainkan peranan
penting dalam proses biologi.
1.2. Jenis Jenis Polimer
Teknologi polimer berdasarkan sumbernya dapat
dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu :

2
1. Polimer Alam yang terjadi secara alami seperti karet
alam, karbohidrat, protein, selulosa, dan wol.
2. Polimer Semi Sintetik yang diperoleh dari hasil
modifikasi polimer alam dan bahan kimia seperti serat
rayon dan selulosa nitrat.
3. Polimer Sintesis, yaitu polimer yang dibuat melalui
polimerisasi dari monomer-monomer polimer, seperti
formaldehida."
Berdasarkan sumbernya
1. Polimer alami : kayu, kulit binatang, kapas, karet alam,
rambut
2. Polimer sintetis
a. Tidak terdapat secara alami: nylon, poliester,
polipropilen, polistiren
b. Terdapat di alam tetapi dibuat oleh proses buatan:
karet sintetis
c. Polimer alami yang dimodifikasi: seluloid,
cellophane (bahan dasarnya dari selulosa tetapi
telah mengalami modifikasi secara
1.3. Sifat Sifat Dasar Polimer
Sekarang ini utamanya ada enam komoditas polimer
yang banyak digunakan, mereka adalah polyethylene,

3
polypropylene, polyvinyl chloride, polyethylene terephthalate,
polystyrene, dan polycarbonate. Mereka membentuk 98% dari
seluruh polimer dan plastik yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Masing-masing dari polimer tersebut
memiliki sifat sifat degradasi dan ketahanan panas, cahaya,
dan kimia.
1.4. Pemanfaatan Polymer pada Bangunan Gedung
Penggunaan konstruksi beton yang di perkuat oleh
besi atau baja pada bangunan gedung, memiliki kelemahan
antara lain, memiliki berat yang dapat menjadi beban sendiri
bangunan, tidak tahan terhadap suhu yang sangat tinggi,
tidak tahan terhadap bahan kimia dan korosi
Dengan sifat sifat yang dimiliki oleh bahan polimer
seperti tahan terhadap panas, cahaya, bahan kimia, maka
Fiber Reinforced Polymer (FRP) menjadi salah satu
alternative untuk mendapatkan beton yang awet terhadap
pengaruh lingkungan.
Salah satu manfaatnya adalah untuk meningkatkan
sifat mekanik dari beton SCC, maka perlu ditambahkan serat
atau sering disebut dengan beton berserat. Beton bertulang
berserat (fibre reinforced concrete) didefinisikan sebagai bahan
beton yang dibuat dari bahan campuran semen, agregat

4
halus, agregat kasar, air dan sejumlah serat (fibre) yang
tersebar secara acak dalam matriks campuran beton segar
(Syafei Amri, 2005:231).
Dalam aplikasinya, beton berserat lebih banyak
digunakan sebagai elemen penahan beban lentur
dibandingkan penahan akibat beban lainnnya. Hasil
percobaan menunjukan peningkatan kuat lentur lebih tinggi
dari pada kuat tekan atau kuat tarik belah. Peningkatan kuat
lentur sangat dipengaruhi oleh faktor volume fraksi dan
aspek rasio serat. Dengan terjadinya peningkatan nilai
volume fraksi maka kuat lentur akan meningkat, demikian
pula dengan aspek rasio yang tinggi juga meningkatkan
kuat lentur.
1.5. Manfaat Polimer Secara Luas
Fibre Reinforced Plastic (FPR) merupakan plastik
yang diperkuat oleh serat kaca yang merupakan bahan
material yang ringan kuat dan mudah dibentuk. FPR banyak
digunakan juga dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya
yaitu untuk pembuatan body kit mobil. Dalam makalah ini
akan dibahas secara lebih dalam mengenai pengertian,
konstruksi, kelebihan dan kekurangan. Sedangkan aplikasi
FRP dalam dunia industry diantaranya untuk pembuatan

5
kapal laut, pesawat terbang, pembuatan alat-alat olahraga,
dalam bidang kesehatan juga digunakan sebagai bahan
pembuat kaki palsu. Aplikasi FRP dalam industri kimia
yaitu sebagai bahan pembuat tank.
Peluang pasar baru yang paling yang cocok sebagai
bahan komposit saat ini adalah infrastruktur. Solusi
komposit untuk perbaikan dan penguatan jembatan dan
bangunan bisa jauh lebih murah dan lebih cepat daripada
baja konvensional dan beton bertulang. Gempa bumi besar
di California, Japan, dan Italia sejak tahun 1994 telah
mempercepat adaptasi dari bahan komposit dalam aplikasi
infrastruktur.
Sistem aramid dikembangkan dan
dikomersialisasikan di Jepang untuk retrofit seismik dari
kereta api dan jembatan jalan raya kolom setelah gempa
yang terjadi di Kobe pada tahun 1995. Selain sifat struktural,
toleransi terhadap kerusakan dan sifat resistansi dari serat
aramid, serat ini dipilih karena digunakan untuk
memperkuat daya dukung pada jembatan terhadap
pengaruh kendaraan dan memperkuat dinding pasangan
bata untuk menahan beban.

6
Bab II. Sifat Mekanis Dan Fisik

2.1. Sifat-sifat Bahan Fiber Glass (Serat Kaca)


Serat Kaca atau Fiberglass adalah pencampuran resin
dengan katalis/hardener yang harus dijadikan polymer .
Hardener ini yang akan membantu resin menjadi polimer
dan menjadi keras. untuk memperkuatnya ditambahkan
fiber (woven roving/mat) didalam adonan resin+hardener =
jadilah apa yang bisanya disebut fiberglass meskipun lebih
tepatnya GFRP.
Fiberglass Reinforce Plasstic (FRP) merupakan suatu
tipe material komposit yang merupakan hasil perpaduan
dari penyatuan material fiberglass, resin, gelcoat, dan pigmen
dengan komposisi tertentu. Dimana penggabungan dari
material–material tersebut akan menghasilkan suatu bahan
yang memiliki karakteristik yang unik dan dapat
mendukung kebutuhan material untuk memproduksi
bangunan.
Glass Fiber merupakan bahan paduan atau
campuran beberapa bahan kimia (bahan komposit) yang
bereaksi dan mengeras dalam waktu tertentu. Bahan ini
mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan bahan

7
logam, diantaranya : lebih ringan, lebih mudah dibentuk,
dan lebih murah.
Glass Fiber atau serat kaca telah dikenal orang sejak
lama, dan bahkan peralatan-peralatan yang terbuat dari kaca
mulai dibuat sejak awal abad ke 18. Mulai akhir tahun 1930-
an, fiberglass dikembangkan melalui proses filament
berkelanjutan (continuous filament process) sehingga
mempunyai sifat-sifat yang memenuhi syarat untuk bahan
industri, seperti kekuatannya tinggi, elastis, dan tahan
terhadap temperatur tinggi.
Membayangkan peralatan yang terbuat dari kaca
(glass), kebanyakan orang akan beranggapan bahwa
peralatan tersebut pasti akan mudah pecah. Akan tetapi
melalui proses penekanan, cairan atau bubuk kaca diubah
menjadi bentuk serat. Proses tersebut akan membentuk
awalnya bahan mudah pecah (brittle materials) menjadi
bahan yang mempunyai kekuatan yang tinggi (strong
materials).
Manakala kaca (glass) diubah dari bentuk cair atau
bubuk menjadi bentuk serat (fiber), kekuatannya akan
meningkat secara tajam. Kekuatan tarik maksimal dari satu
serat kaca dengan diameter 9 – 15 micro-meter mencapai

8
3.447.000 kN/m2. Oleh karena itu fiberglass merupakan
salah satu material/ bahan yang mempunyai kekuatan yang
sangat tinggi.
Bahan baku pembutan serat gelas, adalah :
 Silicia (silika)
 Limestone (batu kapur)
 Boric Acid (asam borat)
 Sand (pasir)
Perbedaan tipe serat gelas dan komposisi dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

9
Tabel 1. Tipe Serat Gelas dan Kompositnya. PT. Carita Boat
Indonesia. (2007)

Grade of Glass
Component A C E S
Silicon oxides 72.0 64.0 54.3 64.2
Alimunium oxide 0.0 4.1 15.2 24.2
Ferrous oxide - - - -
Calsium oxide 10.0 13.2 17.2 0.01
Magnesium oxide 2.5 3.3 4.7 10.27
Sodium oxide 14.2 7.7 0.6 0.27
Polassium oxide - 1.7 - -
Borron oxide - 4.7 9.0 0.01
Barium oxide - 0.2
Miscellaneous

1. A-glass (gelas alkali tinggi) Digunakan sebagai serat yang


tahan terhadapa bahan kimia, tetapi kandungan alkali
yang tinggi akan menurunkan daya hantar listrik
(elektrical properties) dari serat ini.
2. C-glass (Sodium Borosilicate) Mempunyai ketahanan
terhdap bahan kimia dan korosi.
3. E-glass (Alumunium Borosilicate) Mempunyai sifat tahan
teradap air jika dibandingkan serat gelas lainnya, daya

10
hantar listrik baik, tidak mudah terbakar dan tidak
bereaksi dengan bahan kimia.
4. S-glass dan R-glass Mempunyai sifat mekanik yang
tinggi, memiliki daya tahan tarik dan modulus elastis
yang sangat tinggi, juga juga tahan terhadap bahan kimia.
2.1.1.Bentuk-bentuk Serat Gelas (Fiber Glass)
1. Steaple mate 15
Dalam dunia industri sering disebut juga dengan Mat
atau Matto biasanya berupa potongan-potongan serat kaca
yang disusun secara acak dan dibentuk menjadi satu
lembaran dengan perekat yang didalamnya mengandung
material bernama seizing. Dikarenakan serat kaca terbentuk
dalam ukuran yang terotong kecil-kecil dan menyebar ke
segala arah, maka material E-Glass tipe ini memilki
kekuatan yang lebih tarik yang lebih lama dibandingkan
dengan material E-Glass yang lain namun lebih mudah
dikeringkan dan lebih mudah dalam proses polimerisasi.
Ada beberapa efek negatif dari material Steaple Mate
terhadap manusia, terutama kesehatan para pekerja di
pabrik atau galanganantara lain :
a) Jika terkena kulit, maka akan terasa gatal.

11
Jika pada kadar yang tinggi, maka akan menyebabkan
rasa perih.
b) Serat-seratnya yang terbentuk kecil terkadang tertiup
angin dan bisa mengenai mata, maka akan
menyebabkan mata pedih.
c) Jika menghirup bau material ini, terlebih lagi apalagi
jika material ini sudah disatukan dengan resin, maka
akan terasa sesak dan pusing.
Pada proses laminasi, perbandingan antara berat serat
matto dengan resin sekitar 25 – 30 % matto dan 65 – 75 %
resin polyester.
2. Laminasi
Chopped Strand Mat ini biasanya digunakan sebagai lapisan
pengikat antara agar tidak mudah terkelupas maupun selip
pada proses laminasi berikutnya. Chopped Strand Mat juga
sering digunakan sebagai laminasi tahap awal dan akhir
yang bertujuan agar bagian sisi tersebut menjadi rata.
Berat yang biasa digunakan adalah CSM yang memiliki
ukuran 300, 450, 600, dan 900 gram. Untuk pembuatan
bangunan, ini digunakan CSM dengan ukuran 300 gram/m²
dan 450 gram/m².

12
Dalam proses laminasi kapal fiber, serat chopped strand
mat yang digunakan untuk bangunan kapal antara lain :
a) Chopped Strand Mat 300 gram/m² (Mat 300), dengan
data teknis sebagai berikut :
 Berat spesifik ( W/m² ) f : 300 gram/m²
 Kekuatan tarik ( suf ) : 213 Mpa
 Modulus elastisitas ( Ef ): 16 Gpa
 Angka Poisson : 0.2
b) Chopped Strand Mat 450 gram/m² (Mat 450) dengan
data teknis sebagai berikut :
 Berat spesifik ( W/m² ) f : 450 gram/m²
 Kekuatan tarik ( suf ) : 213 Mpa
 Modulus elastisitas ( Ef ) : 6 Gpa
3. Woven Roving
Woven roving merupakan serat penguat menerus
berbentuk anyaman dengan arah yang saling tegak lurus.
Berbeda dengan material Steaple Mat, Woven Roving terbentuk
dari serat-serat kaca yang berukuran panjang panjang dan
dibentuk dalam suatu satu kesatuan yang bergerak kedua
arah, lalu kemudian dianyam.
Karena pada serat pada material ini terbentuk dengan
ukuran panjang yang bergerak dalam dua arah dan disusun

13
seperti anyaman, maka tipe material E-glass ini memiliki
kekuatan tarik yang lebih baik dari material Steple Mate.
Namun, kekurangan dari material ini adalah danya
bentukan gelombang akibat proses penganyaman yang
mengakibatkan kuarang optimalnya hasil laminasi yang
terbentuk melalui proses laminasi.
Adapun karakteristik dari material woven roving antara lain :
a. Proses pengeringannya lebih cepat bila dibandingkan
dengan CSM.
b. Memiliki nilai kadar glass yang tinggi, yaitu sekitar 50 %
sehingga memiliki nilai kekuatan tarik dan ketahanan
terhadap tumbukan yang lebih baik.
c. Lebih mudah dalam proses pengerjaan, seperti pada
proses laminasi dan pemotongan.
Pada proses laminasi, perbandingan berat antara serat
woven roving dengan resin sekitar 45 – 50 % woven roving dan
50 – 55 % resin polyester dari fraksi berat. Woven roving
digunakan sebagai laminasi utama yang memberikan
kekuatan tarik maupun kekuatan lengkung yang lebih tinggi
bila dibandingkan dengan laminasi matto.
Dalam proses pembuatan laminasi serat woven roving
lebih sulit dibasahi oleh resin dan terkadang larutan resin

14
relatif lebih sulit untuk mengisi anyaman serat woven roving.
Dengan kandungan resin yang relatif lebih sedikit bila
dibandingkan dengan laminasi matto, maka laminasi serat
woven roving ini memiliki ketahanan terhadap resapan air
yang kurang baik. Untuk memperbaiki kondisi ini, biasanya
laminasi serat woven roving dilapisi lagi dengan 2 lapisan
matto pada bagian sisi luar yang memiliki kandungan resin
polyster yang relatif lebih banyak.
Material woven roving umumnya diaplikasikan pada
proses laminasi pembangunan badan kapal dengan metode
hand lay-up. Selain itu, material ini juga dapat diaplikasikan
pada proses laminasi dengan metode chopper gun maupun
vaccum bagging. Seperti halnya material Staple Mate,
material woven roving juga dapat berpengaruh terhadap
kesehatan manusia, terutama yang berhubungan dengan
mata, kulit dan pernafasan.
4. Rovimat
Rovimat merupakan gabungan antara bentuk steaple matte
dan roving.

15
5. Serbuk halus fiber
Panjang fiber halus yang normal berkisar antara 0,5 sampai 1
mm. Fiber ini dapat digunakan sebagai charge pada
pembuatan part atau tool komposit.
6. Microbalon glass.
Biasanya terbuat dari glass A dan berbentuk butir-butir bola
glass degan besar butir antara 4 sampai 100 mikron dan
berwarna coklat. Fiber glass banyak digunakan sebagai
material komposit karena mempunyai sifat mekanik yang
baik dan harganya murah dibandingkan dengan fiber
lainnnya.
2.1.2. Sifat-sifat fiber glass
Fiber glass mempunyai sifat-sifat, antara lain :
1) Sifat mekanik
Karakteristik yang lebih tinggi diperoleh dari glass R
(T= 4.400 mpa, E= 86.00 Mpa) dan fiber glass R
mempunyai ketahanan terhadap temperatur seperti
2) Sifat Kimia.
Sebagaian fiber glass memiliki ketahanan yang sangat
baik dalam cairan kimia. Fiber glass C dibuat khusus
untuk tahan terhadap asam dan tidak akan terserang
bila dibiarkan dalam larutan selama 24 jam pada

16
temperatur kamar atau selam 2 jam pada temperatur
didih asam.
Karakteristik fiber Glass :
1) Ringan.
2) Tahan terhadap humidtiy dan korosi.
3) Memilki sifat dielektrik yang lemah.
4) Dilatation Thermic lemah.
5) Tahan terhadap temperatur tinggi (50 % fiber dapat
tahan sampai temperatur 35.0240 C).
6) Memungkinkan untuk berikatan kuat dengan seluruh
resin.
7) Dapat diperoleh bermacam-macam bentuk fiber.
8) Conductivity relatif lemah.
Fiber glass mempunyai sifat-sifat, antara lain :
1) Sifat mekanik
Karakteristik yang lebih tinggi diperoleh dari glass R
(T= 4.400 mpa, E= 86.00 Mpa) dan fiber glass R
mempunyai ketahanan terhadap temperatur seperti
2) Sifat Kimia.
Sebagaian fiber glass memiliki ketahanan yang sangat
baik dalam cairan kimia. Fiber glass C dibuat khusus
untuk tahan terhadap asam dan tidak akan terserang

17
bila dibiarkan dalam larutan selama 24 jam pada
temperatur kamar atau selam 2 jam pada temperatur
didih asam.
Karakteristik Fiber Glass :
1) Ringan.
2) Tahan terhadap humidtiy dan korosi.
3) Memilki sifat dielektrik yang lemah.
4) Dilatation Thermic lemah.
5) Tahan terhadap temperatur tinggi (50 % fiber dapat
tahan sampai temperatur 35.0240 C).
6) Memungkinkan untuk berikatan kuat dengan seluruh
resin.
7) Dapat diperoleh bermacam-macam bentuk fiber.
8) Conductivity relatif lemah.

2.2. Sifat Bahan Serat Karbon (Carbon Fiber)


Serat karbon didefinisikan sebagai serat yang
mengandung paling sedikit 92 % karbon, sedangkan serat
yang mengandung sedikitnya 99 % karbon biasanya disebut
serat grafit. Serat karbon umumnya memiliki kekuatan tarik
yang sangat tinggi, kepadatan rendah, stabilitas termal dan
kimia yang tinggi tanpa adanya agen pengoksidasi,

18
penghantar panas dan arus listrik yang sangat baik, dan
tidak mudah molor (creep). Serat karbon telah
banyak digunakan dalam pembuatan komposit dalam
bentuk lembaran, tenunan tekstil, continuous fiber/rovings
dan potongan-potongan serat. Komposit diproduksi melalui
filament winding, tape winding, pultrusion, compression
molding, vacuum bagging, liquid molding, dan injection
molding[3].
Dalam beberapa tahun terakhir, industri serat karbon
terus mengalami pertumbuhan untuk memenuhi
permintaan dari berbagai macam industri seperti aerospace
(pesawat dan wahana sistem angkasa luar), militer, turbin
blade, konstruksi (sistem non-struktur dan struktur), silinder
ringan dan mesin kompressi, pengeboran lepas pantai,
peralatan medis, automobile, alat olahraga dan lain-lain.

19
Perkiraan konsumsi serat karbon global dapat dilihat pada
Tabel 1 [3].

Untuk menjawab kebutuhan material sebagaimana


diuraikan diatas, maka para peneliti mengembangkan
material komposit yang terdiri dari suatu bahan utama
(matrik-matrix) dan suatu jenis penguatan (reinforcement)
dalam bentuk serat, yang digabungkan satu sama lain untuk
menghasilkan material dengan sifat mekanis dan fisik yang
sangat kuat yang dikenal dengan istilah Fiber Reinforced
Plastic (FRP) atau Fibre-reinforced polimer (FRP). Serat yang
di pergunakan biasanya serat gelas, serat karbon atau serat
aramid. Polymer yang umum dipergunakan dalam FRP
adalah epoxy, vinylester atau polyester thermosetting plastic
dan phenol formaldehyde resin. Uraian lebih detail tentang

20
sifat fisik dan mekanis serat karbon diuraikan secara singkat
didalam tulisan ini.
2.2.1. Serat Karbon
Serat (fiber) adalah suatu jenis bahan berupa potongan-
potongan komponen yang membentuk jaringan memanjang
yang utuh. Contoh serat yang paling sering dijumpai adalah
serat pada kain. Material ini sangat penting dalam ilmu
Biologi baik hewan maupun tumbuhan sebagai pengikat
dalam tubuh.
Manusia menggunakan serat dalam banyak hal: untuk
membuat tali, kain, atau kertas. Serat dapat digolongkan
menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat sintetis (serat
buatan manusia). Serat sintetis dapat diproduksi secara
murah dalam jumlah yang besar. Namun demikian, serat
alami memiliki berbagai kelebihan khususnya dalam hal
kenyamanan.

21
Serat karbon tersusun dari 92 % carbon[2], adalah salah
satu jenis serat sintetis yang terbuat dari ikatan atom karbon.
Material ini sangat keras, kuat serta ringan dan
penerapannya banyak dijumpai didalam berbagai bidang
sebagaimana diuraikan pada pendahuluan diatas. Bahan
serat karbon dibuat dalam berbagai macam bentuk seperti
bentuk benang, serat paralel, bentuk anyaman, dan susunan
lain untuk digunakan sebagai bahan dasar komposit.
Bentuk-bentuk susunan serat karbon tersebut akan
mengahsilkan sifat-sifat yang berbeda pada saat digunakan
sebagai bahan komposit karbon termasuk proses pembuatan
dan hasil akhir komposit yang dibuat. Sifat serat karbon
yang memilki kuat tarik dan tekan yang tinggi, memerlukan
wadah yang dpat mempertahankan sifat-sifat tersebut yang
disebut matrix. Gabungan antara matrix dan serat karbon

22
membentuk komposit yang disebut carbon reinforce
polymer (CRP).
2.2.2. Struktur serat karbon
Struktur atom serat karbon sama dengan graphite yang
tersusun dalam bentuk hexagonal. Struktur tersebut
tergantung pada proses pembuatannya, sehingga bentuk
struktutrnya ada yang turbostratic, graphitic, atau struktur
hybrid. Untuk kristal graphitic, lapisan kristal tersusun
secara teratur yang ditumpuk secara paralel. Atom-atomnya
membentuk ikatan kovalen pada kulit sp2 sedangakan ikatan
vander waals diantara lembaran serat sangat lemah.
Komposit yang terbuat dari serat karbon lima kali lebih
kuat dari baja struktur untuk kelas 1.020l, tetapi lima kali
lebih ringan. Sebagai perbandingan untuk komposit
aluminium 6061, serat karbon tujuh kali lebih kuat dan dua
kali kaku, namun 1,5 kali lebih ringan. Komposit serat
karbon memiliki sifat kelelahan yang unggul apabila
dibandingkan dengan logam lain yang yang sudah dikenal.
Apabila digabungkan dengan resin yang tepat, komposit
serat karbon adalah salah satu bahan tahan korosi yang
menjanjikan. Serat karbon berbasis mesofasa-pitch tertentu

23
memiliki konduktivitas termal tiga kali lebih besar dari pada
tembaga.
Konduktivitas listrik serat karbon digunakan untuk
menetralkan listrik statis dalam berbagai jenis produk
elektronik dan computer. Material ini tidak meleleh atau
melunak pada temperatur tinggi, sehingga cocok untuk
digunakan pada peralatan yang bekerja pada suhu tinggi
seperti seperti nozel roket atau rem pesawat terbang. Salah
satu hal yang menarik dari sifat material serat karbon,
adalah kekuatannya justru meningkat pada suhu tinggi jika
ditempatkan pada atmosfir non-oxidasi. Sifat unik ini adalah
hasil dari mikrostruktur serat baik dalam arah axial maupun
arah transverse.
Microstruktur serat karbon ditentukan oleh bahan
penyusun dan proses pengolahannya. Contohnya graphite
layer disusun paralel searah serat dan tersusun secara acak
pada arah tegak lurus (transverse). Pada arah
transversebidang kristal dipisahkan oleh microvoid
sementara pada arah longitudinal.

24
2.2.3. Sifat-sifat mekanik serat karbon
A. Kekuatan tarik (Tensile Strength)
Serat karbon diklasifikasikan oleh modulus tarik serat.
Serat karbon diklasifikasikan sebagai " modulus rendah"
memiliki modulus tarik di bawah 34,8 juta psi (240 juta kPa)
Klasifikasi lain , dalam urutan dari modulus tarik ,
termasuk " modulus standar , " " modulus menengah, " "
modulus tinggi , " dan " modulus ultrahigh . " Ultrahigh
modulus serat karbon memiliki modulus tarik 72,5 -145,0
juta psi ( 500 juta - 1,0 miliar kPa ) . Sebagai perbandingan ,
baja memiliki modulus tarik sekitar 29 juta psi (200 juta kPa)
Dengan demikian, kekuatan serat karbon adalah sepuluh
kali lebih kuat dari baja dan delapan kali dari aluminium,
belum lagi jauh lebih ringan dari kedua bahan tersebut
masing-masing 5 dan 1,5 kali. Selain itu , sifat kelelahan serat
karbon lebih unggul dari semua struktur logam yang
dikenal, dan selain itu serat karbon dikenal sebagai salah
satu bahan yang paling bahan tahan terhadap korosi ketika
digabungkan dengan resin yang tepat .
B. Kuat Tekan (Compressive)
Serat karbon adalah biasanya berupa gulungan benang
dengan diameter kecil (7 sampai 12 mikrometer). Serat ini

25
sama dengan tali yang kita jumpai sehari-hari. Ketika kedua
ujung tali ditarik maka tali tersebut sangat kuat. Tetapi
ketika kedua ujung tali ditekan maka serat akan menagalami
kerusakan. Serat karbon kuat memiliki kuat tarik yang
sangat besar, tetapi lemah dalam menahan tekanan.
C. Fatique Resistance
Resistensi terhadap kelelahan Carbon Fiber Composites
sangat baik. Namun ketika serat karbon mengalami
kegagalan biasanya gagal serempak tanpa tanda-tanda yang
signifikan yang menunjukkan bahwa akan terjadi kegagalan.
Kerusakan tensile fatique dilihat sebagai penurunan
kekakuan dengan jumlah yang lebih besar dari siklus stres,
(kecuali suhunya lebih tinggi). Tes telah menunjukkan
bahwa kegagalan tidak mungkin menjadi masalah ketika
tegangan siklik bertepatan dengan orientasi serat.
Orientasi serat dan orientasi lapisan serat yang berbeda,
memiliki banyak pengaruh pada bagaimana komposit akan
melawan kelelahan (karena memiliki kekakuan). Jenis
kekuatan diterapkan juga menghasilkan berbagai jenis
kegagalan. Ketegangan, Kompresi atau kekuatan Sheer
semua menghasilkan hasil kegagalan yang sangat berbeda.

26
D. Tensile Creep
Didalam ilmu material sains, creep adalah
kecenderungan material padat untuk bergerak perlahan-
lahan atau berubah bentuk secara permanen sebagai akibat
dari adanya gaya tarik atau stress. Hal ini terjadi sebagai
akibat dari expose material terhadap gaya tarik yang
melebihi kekuatan tarik internal material dalam periode
waktu tertentu. Creep akan semakin parah jika material
berada dalam lingkungan dengan temperatur tinggi dalam
periode waktu yang lama dan mendekati titik didihnya.
Konstanta creep serat karbon meningkat seiring dengan
penigkatan temperatur sampai 450C. Setelah itu konstanta
creep mulai mengalami penurunan karena bahan serat
karbon rapuh dan keras akan menjadi plastis jika temperatur
terus dinaikkan.
2.2.4. Sifat fisik serat karbon
Sifat fisik serat karbon ditentukan oleh bahan yang
digunakan dan proses pembuatannya. Terdapat dua jenis
material sebagai bahan dasar dalam pembuatan serat karbon
yaitu polyacrylonitrile (PAN) dan mesophase pitch (MP).
Struktur dan komposisi material dasar tersebut cukup
berpengaruh pada karakteristik serat karbon. Meskipun ada

27
kemiripan didalam proses pembuatan serat karbon, namun
setiap jenis bahan dasar memerlukan perlakukan khusus
untuk mencapai kualitas yang diinginkan.
2.2.5. Bahan Aramid Fiber
Pada dunia modern sekarang ini material komposit
mulai diperkenalkan untuk menggantikan material-material
konvensional seperti baja dan aluminium. Pembuatan
material komposit membutuhkan investasi yang besar
karena memerlukan teknologi yang tinggi. Secara umum
komposit terdiri dari dua (atau lebih) material yang berbeda
yang bergabung sebagai suatu kombinasi yang menyatu,
contoh dari komposit yaitu FRP (Fiber Reinforced Plastic)
plastik yang diperkuat-serat, dimana serat biasanya gelas
dan plastiknya umumnya poliester. Komposit lainnya yang
menjadi produk yaitu serat aramid3.
Pada makalah ini sebagai tugas pada mata kuliah
teknologi bahan lanjutan akan dibahas secara umum
mengenai sifat-sifat mekanis dan fisik bahan-bahan aramid
fiber. Aramid Fiber atau serat aramid adalah salah satu jenis
serat sintetik yang tahan terhadap panas dan kuat. Serat
aramid ini biasa digunakan dalam kedirgantaraan dan
aplikasi militer, sebagai bahan rompi anti peluru dan

28
komposit balistik, diaplikasikan juga pada ban sepeda dan
sebagai ganti asbes4. Pengertian lain dari serat aramid adalah
salah satu serat modern yang berkinerja tinggi dan sangat
berpotensi serta menarik bagi insinyur sipil dan struktur
karena serat ini berkarakteristik dengan kekuatan tinggi,
kekakuan tinggi, creep yang rendah dan tahan terhadap
korosi, tidak seperti serat carbon dan kaca (glass). Namun
serat aramid sering digunakan tanpa pencampuran resin
(resin impregnation) karena serat ini jauh lebih tahan terhadap
efek lentur sekitarnya1.
Serat aramid ini dikomersialkan pertama kali di
awal tahun 1970 dan diproduksi oleh Perusahaan E.I. Du
Pont Nemours dengan nama dagang “kevlar”, yang tujuan
awalnya digunakan untuk penguatan ban dan plastik.
Pengembangan serat ini sangat meningkat tajam pada
aplikasinya di komposit, balistik, ban, tali, kabel, sebagai
pengganti asbes dan pakaian pelindung, karena serat ini
mempunyai karakteristik ringan, kekuatan dan ketangguhan
yang tinggi, sehingga pada awal tahun tersebut tipe para-
aramid fibers lainnya telah dikembangkan juga yaitu
Twaron untuk meningkatkan variasi kevlar tipe berbeda
oleh Perusahan Teijin, dikenal dengan nama Technora2.

29
Istilah Aramid yang digunakan ini merujuk pada
“fiber polyamide aromatik”. Aramid merupakan serat yang
memiliki rantai molekul berorientasi tinggi, teratur
sepanjang sumbu serat, sehingga sifat kekuatan ikatan
kimianya dapat dimanfaatkan seperti yang terlihat pada
gambar 1. Struktur kimia aromatic polyamide. Aramid
sendiri memiliki struktur pembentuk berupa poliamida
sintentis berantai panjang dimana setidaknya 85% dari
ikatan amida (-CO-NH-) terikat langsung ke dua cincin
aromatik. Berdasarkan bentuk ikatan kimianya (sifat-sifat
fisik), aramid dibedakan menjadi dua jenis, yaitu meta-
aramid dan para-aramid seperti terlihat pada gambar 1b.
Para-Aramid dan Meta-Aramid4,5.

(a) (b)

Gambar 1a. Struktur Kimia Aromatic Polyamide ; 1b. Para-


Aramid dan Meta-Aramid
 Meta-Aramid
Meta-aramid memiliki struktur ikatan kimia dimana
kelompok amida melekat pada cincin fenil di posisi 1

30
dan 3. Aramid pertama kali diperkenalkan pada aplikasi
komersial pada awal tahun 1960 berupa serat meta-
aramid yang diproduksi oleh DuPont sebagai HT-1
yang kemudian dikenal dengan nama dagang Nomex.
Serat aramid ini mirip dengan serat tekstil pakaian
biasa, memiliki karakter resistansi yang sangat baik
terhadap panas, karena tidak meleleh ataupun terbakar
bersama oksigen sehingga digunakan secara luas dalam
produksi pakaian pelindung tahan api, filter udara,
isolator termal dan listrik, serta pengganti asbes. Meta-
aramid juga diproduksi di Belanda dan Jepang oleh
perusahaan Teijin dengan nama dagang Conex, di Cina
oleh Yantai Tayho dengan nama dagang New Star, oleh
SRO Group (Cina) dengan nama dagang X-Fiper, dan
varian dari meta-aramid di Prancis diproduksi oleh
perusahaan Kermel dengan nama dagang Kermel5.
 Para-Aramid
Para-aramid memiliki struktur ikatan kimia dimana
kelompok amida dipisahkan oleh kelompok para-
fenilena. Kelompok amida melekat pada cincin fenil
berlawanan satu sama lain, pada karbon 1 dan 4. Bahan
yang memiliki struktur para-aramid yaitu Kevlar.

31
Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Monsanto
Company dan Bayer, serat para-aramid dengan
kelenturan dan modulus elastisitas yang jauh lebih
tinggi juga dikembangkan pada tahun 1960-1970-an oleh
DuPont dan Akzo Nobel, dengan didasari pengalaman
mereka dalam memproduksi rayon, polyester dan nilon.
Para-aramid digunakan dalam banyak aplikasi
teknologi tinggi, seperti aerospace, aplikasi militer,
untuk bahan pakaian anti peluru5.
2.2.6. Pembuatan Aramid
Aramid umumnya dihasilkan oleh reaksi antara gugus
amina dan sekelompok halida asam karboksilat.
Homopolimer AB secara sederhana terlihat seperti berikut5:
nNH2-Ar-COCl → – (NH-Ar-CO) n-+ nHCl
Para-aramid yang paling terkenal (Kevlar, Twaron,
Nomex, New Star dan Teijinconex) adalah AABB polimer.
Nomex, Teijinconex dan New Star berisi sebagian besar
ikatan meta dan poly-metaphenylene isophtalamides (MPIA).
Kevlar dan Twaron, keduanya p-phenylene
terephtalamides (PPTA), bentuk yang paling sederhana dari
AABB para-polyaramide. PPTA merupakan produk p-
phenylene diamine (PPD) dan terephtaloyl dichloride (TDC

32
atau TCl). Produksi PPTA bergantung pada co-
solvent dengan komponen ionik (kalsium klorida (CaCl2))
untuk menempati ikatan hidrogen dari gugus amida, dan
komponen organik (N-metil pirolidon (NMP)) untuk
memisahkan polimer aromatik. Sebelum penemuan proses
ini oleh Leo Vollbracht, yang bekerja di perusahaan kimia
Belanda Akzo, secara praktis belum ada metode dalam
melarutkan polimer tersebut. Penggunaan sistem ini
menyebabkan sengketa paten antara Akzo dan DuPont.
Serat para-aramid diperoleh dengan proses pemintalan
yang kemudian mendapatkan perlakuan thermic dan
mekanik untuk memperbaiki sifat mekanis terutama
modulus elastisitasnya. Dilihat dari proses pembuatannya,
fiber aramide dapat dibedakan menjadi 2 tipe1 :
A. Fiber kevlar 29 ( arenka D900), modul = 70.000 mpa.
B. Fiber kevlar 49 ( arenka D930), modul = 130.000 mpa.
1. Bentuk-bentuk serat aramide terdapat dalam beberapa
bentuk, diantaranya :
a. Benang-benang aramide.
b. Woven roving.
Merupakan gabungan dari benang-benang, lapisan-
lapisan atau seperti sumbu lampu yang dikerjakan

33
dengan mesin tenun untuk kain, tersusun atas
benang rantai dan benang menyilang.
c. Anyaman berupa pita
Anyaman undirectional yang dikerjakan secara
sempurna dengan diberi batas pinggir yang
lebarnya dibawah 100 mm.
2. Keuntungan fiber aramide :
a. Resistance spesifik terhadap kerusakan pada traction
yang baik.
b. Density rendah 1,45
c. Dilatation thermic adalah nol.
d. Menyerap getaran dengan baik.
e. Tahan terhadap larutan kimia, kecuali asam kuat
dan basa kuat.
3. Kelemahan fiber aramide :
a. Ketahanan terhadap kompresi lemah.
b. Adherence dengan resin lemah.
c. Peka terhadap sinar ultraviolet.
d. Moisture pickup cukup besar, yaitu 4% dari yang
ada.

34
2.3. Sifat-Sifat Mekanis Aramid Fiber
Kevlar 49 yang paling dominan digunakan pada
struktur komposit karena mempunyai sifat modulus
yang tinggi, sedangkan kevlar 29 digunakan pada
komposit yang membutuhkan ketahanan (toughness) yang
tinggi, mempunyai toleransi terhadap kerusakan atau
mempunyai kemampuan balistik yang dapat berhenti
tiba-tiba ketika diinginkan. Serat kavler 149 dengan
modulus yang sangat tinggi juga tersedia. Karakteristik
masing-masing kevlar dapat dilihat pada tabel 1. Sifat-
sifat material dari Para-Aramid Fibers2.
Tabel 1. Sifat-sifat material dari Para-Aramid Fibers

Sifat-sifat mekanis yang dimiliki aramid fibers yaitu :


1. Tensile modulus. Modulus tarik dari serat para-
aramid adalah fungsi dari orientasi molekulnya.
Dalam bentuk serat gulung, kevlar 29 memiliki

35
modulus 62 GPa (9 x 106 psi). Sebagai bentuk
komposit, kevlar 29 mempunyai modulus 83 Gpa
atau 12 x 106 psi sedikit lebih tinggi dari material E-
glass (69 Gpa, atau 10 x 106 psi). Ketika
mendapatkan perlakuan tekanan panas
menimbulkan kristal sehingga menghasilkan Kevlar
49 dengan modulus 131 Gpa (19 x 106 psi). Kevlar
149 bahkan memiliki modulus yang lebih tinggi lagi
dengan modulus 179 Gpa atau 26 x 106 psi) dan
tersedia untuk pesanan khusus. 2. The tensile
strength. Kekuatan tarik serat para-aramid
memiliki ukuran antara 3.6 sampai 4.1 GPA (0,525-
0,600 x 106 psi). Ukuran kekuatan tarik ini lebih kuat
dua kali dari serat organik konvensional seperti
Nylon 66 dan lebih kuat 50% dari kekuatan material
E-glass. Kegagalan tarik yang biasa terjadi pada
ujung urat serat akan menimbulkan kegagalan
geser diantara urat serat tersebut.
3. Tensile properties in hot/wet conditions. Benang
dari para aramid dengan modulus tinggi akan
menunjukkan penurunan secara linier dari
kekuatan tarik dan modulus ketika diuji pada suhu

36
yang tinggi di udara dalam kondisi panas ataupun
basah (lembab), seperti yang terlihat pada tabel 2.
Efek temparature pada kekuatan tarik dan modulus
dari benang kevlar 49 dalam kondisi kering dan
basah. (a) Tensile strength, (b) Tensile modulus.
4. Creep and Fatigue. Para-aramid ini tahan terhadap
keadaan fatigue yang dinamis dan statis. Laju creep-
nya rendah dan mirip dengan sifat dari serat kaca
(fiber glass) itu, tapi tidak seperti material dari kaca,
para aramid ini kurang rentan terhadap pecahan
creep (creep rupture).
5. Compressive Properties. Walaupun serat para-
aramid ini menunjukkan elastisitas dalam
ketegangan (tension) tetapi serat ini menunjukkan
karakteristik sifat nonlinear dan ductile ketika
ditekan (compression). Hasil observasi dari
kompressi regangan sekitar 0.3 sampai 0.5%.
Kondisi ini menyebabkan kerusakan pada formasi
struktural yang dengan nama kink bands seperti
terlihat pada gambar disamping, yang terkait
dengan tekuk tekan dari molekul para-aramid.
Sebagai hasil dari perilaku kompresi tersebut,

37
penggunaan serat para-aramid ini dibatasi hanya
pada aplikasi tekan regangan tinggi dan beban
lentur.
6. Toughness. Serat para-aramid ini terkenal dengan
karakteristik ketangguhannya (toughness) dan
mempunyai batas toleransi terhadap kerusakan
umum. Pada bagian ini terkait langsung dengan
ketangguhan tarik (tensile toughness) konvensional
atau area di bawah kurva tegangan-regangan.
Ketangguhan ini juga berhubungan dengan
komposit terhadap dampak resistansi dan daya
henti balistiknya. Struktur dari urat komposisi para-
aramid dan perilaku tekannya memberi konstribusi
terhadap komposit yang kurang mempunyai
derajat sensitif dan kurang atau gagal dalam bentuk
ductile, tidak rapuh (nonbrittle) dan noncatastrophici
dengan membanding material lain seperti glass dan
karbon.
7. Thermal Properties. Struktur kimia dari aromatik
para-aramid memberikan material ini mempunyai
kemampuan stabilitas terhadap suhu panas
(thermal) dengan derajat tinggi. Serat dari PPD-T

38
tidak memiliki titik poin leleh yang tepat (literal)
atau transisi temperatur glass ( Tg) (diperkirakan
sekitar  375C atau 710F), seperti yang biasa
dilakukan ketika mengobservasi polimer sintetis
lainya. Serat ini terurai di udara pada temperatur
425C (800F) dan secara inheren tahan terhadap api
(batas indeks oksigen dari 0,29). Serat ini memiliki
utilitas terhadap rentang temperatur sekitar dari -
200 sampai 200C (-330 sampai 390F), tetapi
umumnya aramid ini tdk digunakan dalam jangka
waktu yang lama pada suhu diatas 150C (300F)
karena pengaruh adanya oksidasi. Serat para-
aramid ini memiliki koefisien negatif yang sedikit
memanjang dengan ekspansi termal sekitar -2 x
106/K dan ekspansi transversal positif dari 60 x 10-6
/K. Serat para-aramid memiliki konduktivitas
termal yang rendah yang bervariasi pada sekitar
arah memanjang (longitudinal ) dan dibandingkan
dengan arah melintang (tranverse direction). Panas
pembakaran sekitar 35 MJ / kg (15000 Btu / Ib).
8. Electrical and Optical Properties. Para-aramid
merupakan isolator listrik, dengan konstanta

39
dielektriknya ~ 4.0, diukur pada ukuran 10-6 Hz
dimana lebih rendah dari fiberglass dan hampir
sama seperti kuarsa. Indeks bias serat para-aramid
adalah 2,0 sejajar dengan sumbu axis serat dan 1,6
tegak lurus dengan sumbu axis serat. E-glass pada
1.55 di kedua arah.
9. Enviromental Behavior. Serat para-aramid memiliki
kandungan keseimbangan moisture yang ditentukan
dari humiditas yang relatif. Pada keadaan 60% Rh,
keseimbangan moisture dari kevlar 49 adalah sekitar
4%. Kevlar 149 memiliki nilai yang sesuai dari
sekitar 1,5%. Secara fisik, diameter perubahan
filamen aramid sebesar 0,5% sesuai dengan
perubahan 1% pada kadar air serat (moisture).

40
Bab III. Unsur-Unsur Penyusun Matrix

3.1. Matrix (Plastic) Thermoplastic dan Thermoset


Manusia sejak dari dulu telah berusaha untuk
menciptakan berbagai produk yang terdiri dari gabungan
lebih dari satu bahan untuk menghasilkan suatu bahan yang
lebih kuat, contohnya penggunaan jerami pendek untuk
menguatkan batu bata di Mesir, panah orang Mongolia yang
menggabungkan kayu, otot binatang, sutera, dan pedang
samurai Jepang yang terdiri dari banyak lapisan oksida besi
yang berat dan liat. Seiring dengan kemajuan zaman, untuk
mengoptimalkan nilai efisiensi terhadap suatu produk maka
dimulailah suatu pengembangan terhadap material, dan
para ahli mulai menyadari bahwa material tunggal
(homogen) memiliki keterbatasan baik dari sisi mengadopsi
desain yang dibuat maupun kondisi pasar.
Kebanyakan teknologi modern memerlukan bahan
dengan kombinasi sifat-sifat yang luar biasa yang tidak
boleh dicapai oleh bahan-bahan lazim seperti logam besi,
keramik, dan bahan polimer. Kenyataan ini adalah benar
bagi bahan yang diperlukan untuk penggunaan dalam
bidang angkasa lepas, perumahan, perkapalan, kendaraan

41
dan industri pengangkutan. Karena bidang-bidang tersebut
membutuhkan density yang rendah, flexural, dan tensile
yang tinggi, viskosity yang baik dan hentaman yang baik.
Dalam prakteknya komposit terdiri dari suatu bahan utama
(matrik-matrix) dan suatu jenis penguatan (reinforcement)
yang ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan dan
kekakuan matrik.
Penguatan ini
biasanya dalam bentuk
serat (fiber). Komposit
merupakan teknologi
rekayasa material yang
banyak dikembangkan
dewasa ini karena
material komposit mampu mengabungkan beberapa sifat
material yang berbeda karakteristiknya menjadi sifat yang
baru dan sesuai dengan disain yang direncanakan.
Komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa
yang terdiri dari dua atau lebih bahan dimana sifat masing-
masing bahan berbeda satu sama lainnya baik itu sifat kimia
maupun fisikanya dan tetap terpisah dalam hasil akhir
bahan tersebut (bahan komposit). Dengan adanya perbedaan

42
dari material penyusunnya maka komposit antar material
harus berikatan dengan kuat, sehingga perlu adanya
penambahan wetting agent.
Umumnya dalam komposit terdapat bahan yang
disebut sebagai “matriks” dan bahan “penguat”. Bahan
matriks umumnya dapat berupa logam, polimer, keramik,
karbon. Matriks dalam komposit berfungsi untuk
mendistribusikan beban kedalam seluruh material penguat
komposit. Sifat matriks biasanya “ulet” (ductile). Bahan
penguat dalam komposit berperan untuk menahan beban
yang diterima oleh material komposit. Sifat bahan penguat
biasanya kaku dan tangguh. Bahan penguat yang umum
digunakan selama ini adalah serat karbon, serat gelas,
keramik. Serat alam sebagai jenis serat yang memiliki
kelebihan-kelebihan mulai diaplikasikan sebagai bahan
penguat dalam komposit polimer.
Menurut Matthews dkk. (1993), komposit adalah suatu
material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih
material pembentuknya melalui campuran yang tidak
homogen, dimana sifat mekanik dari masing-masing
material pembentuknya berbeda. Dari campuran tersebut
akan dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat

43
mekanik dan karakteristik ini yang berbeda dari material
pembentuknya. Material komposit mempunyai sifat dari
material konvensional pada umumnya dari proses
pembuatannya melalui percampuran yang tidak homogen,
sehingga kita leluasa merencanakan kekuatan material
komposit yang kita inginkan dengan jalan mengatur
komposisi dari material pembentuknya. Komposit
merupakan sejumlah sistem multi fasa sifat dengan
gabungan, yaitu gabungan antara bahan matriks atau
pengikat dengan penguat.
Tujuan pembuatan material komposit yaitu sebagai
berikut :
• Memperbaiki sifat mekanik danatau sifat spesifik tertentu
• Mempermudah design yang sulit pada manufaktur
• Keleluasaan dalam bentuk/design yang dapat menghemat
biaya
• Menjadikan bahan lebih ringan
Secara garis besar ada 3 (tiga) macam jenis komposit
berdasarkan penguat yang digunakannya, yaitu :
1. Fibrous Composites (Komposit Serat). Merupakan jenis
komposit yang hanya terdiri dari satu laminat atau satu
lapisan yang menggunakan penguat berupa serat/fiber.

44
Fiber yang digunakan bisa berupa glass fibers, carbon
fibers, aramid fibers (poly aramide), dan sebagainya.
Fiber ini bisa disusun secara acak maupun dengan
orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang
lebih kompleks seperti anyaman.
2. Laminated Composites (Komposit Laminat).
Merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis
atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap
lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri.
3. Particulalate Composites (Komposit Partikel).
Merupakan komposit yang menggunakan
partikel/serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi
secara merata dalam matriksnya.
Struktur dan Unsur Utama Pada Bahan Komposit pada
umumnya bahan material komposit terdiri dari dua bahan
utama, yaitu :
1. Serat ( fiber )
Salah satu bagian utama dari komposit adalah
reinforcement (penguat) yang berfungsi sebagai
penanggung beban utama pada komposit. Secara
strukturmikro material komposit tidak merubah material
pembentuknya (dalam orde kristalin) tetapi secara

45
keseluruhan material komposit berbeda dengan material
pembentuknya karena terjadi ikatan antar permukaan
antara matriks dan filler.
a. Sebagai unsur utama pada komposit
b. Menentukan karakteristik bahan komposit, seperti
kekuatan, kekauan, dan sifat mekanik lainnya.
c. Menahan sebagian besar gaya yang bekerja pada
material komposit.
d. Bahan yang dipilih harus kuat dan getas, seperti carbon,
glass, boron, dll.
2. Matrik ( resin )
Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai
bagian atau fraksi volume terbesar (dominan). Matriks
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Mentransfer tegangan ke serat.
b. Membentuk ikatan koheren, permukaan matrik/serat.
c. Melindungi serat.
d. Memisahkan serat.
e. Melepas ikatan.
f. Tetap stabil setelah proses manufaktur.
Material Matriks, polymer, logam, dan keramik semuanya
dibuat sebagai material matriks pada serat komposit searah,

46
bahan matriks polymeric selanjutnya dapat dibagi-bagi
kedalam thermoplastic dan thermoset. Thermoplastik
polymeric bisa dibentuk ulang dengan pemanasan dan
penekanan yang semuanya memanfaatkan suhu yang
cenderung naik dari 225 °C (437 °F). Material matriks
thermoset polymeric yang paling umum adalah :
a. Polyesters, digunakan secara luas pada serat kaca.
Polyester tidak mahal, ringan, menggunakan suhu
mencapai 100 °C (212 °F) agak sedikit resisten terhadap
cahaya lingkungan.
b. Epoxies, lebih mahal tapi lebih tahan terhadap
kelembaban dan lebih mudah menyusut. Suhu
maksimum yang digunakan pada suhu sekitar 175 °C
(347°F).
c. Polyimides, menggunakan suhu yang lebih tinggi (300
°C, 572 °F) tapi lebih sulit untuk dibuat.
Berdasarkan matrik, komposit dapat diklasifikasikan
kedalam tiga kelompok besar yaitu:
a. Komposit matrik polimer (KMP), polimer sebagai matrik
b. Komposit matrik logam (KML), logam sebagi matrik
c. Komposit matrik keramik (KMK), keramik sebagai matrik

47
Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix
Composites – PMC) mempunyai sifat antara lain :
a. biaya pembuatan lebih rendah,
b. dapat dibuat dengan produksi massal,
c. ketangguhan baik,
d. tahan simpan,
e. siklus pabrikasi dapat dipersingkat,
f. kemampuan mengikuti bentuk, dan
g. lebih ringan.
Selain itu keuntungan dari Komposit Matrik Polimer
(Polymer Matrix Composites – PMC) antara lain :
a. Ringan,
b. Specific stiffness tinggi,
c. Specific strength tinggi, dan
d. Anisotropy.
Jenis polimer yang banyak digunakan ada 2, yaitu
Thermoplastic dan Thermoset.
1) Thermoplastic
Thermoplastic adalah plastic yang dapat dilunakkan
berulang kali (recycle) dengan menggunakan panas.
Thermoplastic merupakan polimer yang akan menjadi keras
apabila didinginkan. Thermoplastic meleleh pada suhu

48
tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan
mempunyai sifat dapat balik (reversibel) kepada sifat
aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan. Contoh
dari thermoplastic yaitu Poliester, Nylon 66, PP,\ PTFE,
PET, Polieter sulfon, PES, dan Polieter eterketon (PEEK).
2) Thermoset
Thermoset tidak dapat mengikuti perubahan suhu
(irreversibel). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan
tidak dapat dilunakkan kembali. Pemanasan yang tinggi
tidak akan melunakkan termoset melainkan akan
membentuk arang dan terurai karena sifatnya yang
demikian sering digunakan sebagai tutup ketel, seperti jenis-
jenis melamin. Plastik jenis termoset tidak begitu menarik
dalam proses daur ulang karena selain sulit penanganannya
juga volumenya jauh lebih sedikit (sekitar 10%) dari volume
jenis plastik yang bersifat termoplastik. Contoh dari
thermoset yaitu Epoksida, Bismaleimida BMI), dan Poli-
imida (PI).
Aplikasi Polimer Matrix Composite, biasa diterapkan
pada :

49
a. Matrik berbasis poliester dengan serat gelas, antara lain
alat-alat rumah tangga, panel pintu kendaraan, lemari
perkantoran, dan peralatan elektronika.
b. Matrik berbasis termoplastik dengan serat gelas = Kotak
air radiator
c. Matrik berbasis termoset dengan serat carbon
d. Rotor helikopter
e. Komponen ruang angkasa
f. Rantai pesawat terbang

3.2. Sifat Rangkak dan Relaksasi dari bahan Matrix


Polimer adalah istilah yang sering digunakan dalam
pembahasan material komposit. Pada dasarnya, polimer
adalah senyawa organik yang dibentuk dari karbon dan
hidrogen. Senyawa ini dapat diperoleh baik dari alam atau
melalui sintesis molekul organik di laboratorium. Polimer
didefinisikan sebagai molekul rantai panjang yang memiliki
satu atau lebih pengulangan (poly) unit (mers) molekul yang
bersatu bersama melalui ikatan kovalen yang kuat
Pengulangan unit-unit ini (sub unit) disebut
monomers. Dua sub unit terikat bersama membentuk a dimer,
ikatan tiga sub unit menyebabkan trimer, dan ikatan banyak

50
sub unit membentuk polimer. Yang paling sederhana
senyawa organik yang mengandung karbon dan hidrogen
adalah metana (CH4). Reaksi senyawa tersebut (istilah
umum: alkena) menghasilkan konversi menjadi senyawa
dengan berat molekul tinggi yang biasa dikenal sebagai
polimer.
Plastik atau bahan polimerik adalah kumpulan
sejumlah besar molekul yang memiliki struktur kimia yang
sama, tetapi tidak harus dengan panjang yang sama [Gerig
1974]. Pengertian Polimerisasi merujuk pada reaksi kimia
atau pengeringan, yang mengarah untuk pembentukan
komposit dengan adanya serat. Masa transisi dari keadaan
cair (monomer) ke keadaan padat (matriks), yang merupakan
fungsi dari suhu selama terjadi pengeringan, disebut
sebagai waktu pengeringan, juga biasa disebut sebagai "pot
life."
Setelah proses pengeringan ,produk yang dihasilkan
mencapai keadaan padat. Buka atau waktu wet lay-up
(menon aktifkan kondisi basah), dikenal sebagai keadaan
cair, adalah jumlah waktu massa tertentu campuran resin
dan pengeras akan tetap dalam keadaan cair pada suhu
tertentu.

51
Untuk produksi berkualitas tinggi FRP komposit,
diatur dengan wet lay-up (menon aktifkan kondisi basah)
dari sistem damar seakurat mungkin sangat disarankan.
Polimer dapat berada dalam keadaan padat atau cair, dan
polimer dikeringkan ini didefenisikan sebagai matriks.
Pada skala submicroscopic, berbagai segmen dalam
suatu molekul mungkin dalam keadaan perangsangan
acak. Frekuensi, intensitas dan jumlah segmental gerakan
meningkat dengan meningkatnya suhu "[Mallick 1993].
Fenomena ini memperlihatkan bahwa temperature
tergantung pada sifat matriks, yang memainkan peran kunci
dalam proses seleksi polimer, terutama untuk tujuan
pengolahan.
Matriks sendiri tidak memberikan kontribusi
kekuatan apa pun yang signifikan (kecuali berpengaruh
terhadap antar lapisan-lapisan atau transfer kekuatan dalam
bahan pesawat. Ketika beban diterapkan pada komposit,
matriks berpengaruh dalam mentransfer beban antara serat .
Selain itu, matriks sebagian melindungi serat terhadap
kerusakan lingkungan dan permukaan serat dari abrasi
mekanik

52
Bahan polimer, disebut
sebagai " matriks " setelah
pengeringan dapat
klasifikasikan ke dalam dua
kategori, berdasarkan reaksi
terhadap pemanasan dan
pendinginan: termoset dan
termoplastik . Termoplastik
tersedia dalam bentuk
granular , sedangkan termoset dalam bentuk cair. Pemilihan
jenis polimer untuk membentuk bahan matriks adalah
penting karena berperan penting pada dalam sifat geser
bahan pesawat,dan sifat geser interlaminar (yaitu , antara
lamina terhadap laminasi) .
Kekuatan geser interlaminar (yaitu, transfer geser
bahan pesawat dari satu lamina yang lain ) adalah penting
dalam struktur di bawah kekuatan lentur, sedangkan di
bahan pesawat kekuatan geser adalah penting untuk
struktur dubawah kekuatan torsi , yang memerlukan
ketahanan terhadap kekutan geser bahan pesawat.
Matriks ini juga menyediakan dukungan lateral
untuk serat terhadap tekuk di bawah kompresi atau

53
kombinasi dari kekuatan. Proses dan kualitas komposit
sangat tergantung pada sifat fisik dan panas bahan matriks.
Pilihan matriks juga penting ketika merancang toleransi
kerusakan struktur disebabkan interaksi serat-matriks
[Shimp 1998].Atau matriks adalah material utama dari suatu
komposit yang menyelubungi bahan penguat.
Ada tiga alasan utama untuk menggunakan resin
termoset dalam memproduksi komposit [CISPI 1992]:
1. Ikatan yang lebih baik antara serat dan matriks dengan
ukuran yang kompatibel.
2. Kemampuan untuk menyembuhkan pada suhu kamar
dengan adanya katalis
3. Ketahanan mulur yang baik
3.2.2 Rangkak (Relaksasi)
Konsep rangkak
Rangkak adalah perilaku dimana terjadi regangan
atau deformasi dalam kondisi perubahan sementara akibat
beban tetap konstan. Waktu deformasi didefinisikan sebagai
deformasi yang tergantung pada elemen struktur di bawah
beban konstan. Ini adalah kebalikan dari relaksasi, yang
merupakan respon terhadap beban , yang waktunya
tergantung pada deformasi konstan.

54
Rangkak adalah fungsi dari tegangan, waktu, dan
temperatur. Bahan cenderung mengalami rangkak lebih
(pada tingkat yang lebih tinggi) pada tingkat tegangan yang
lebih tinggi atau setelah jangka waktu yang lama bahkan jika
temperature tidak tinggi. Kebanyakan bahan rekayasa,
khususnya logam, hampir mengalami rangkak pada suhu
biasa. Namun, pengecualian ditemukan. untuk misalnya,
seorang insinyur mesin harus mempertimbangkan masalah
rangkak dalam perancangan rekayasa, seperti :tabung
tungku tekanan tinggi, pisau turbin uap, baling-baling
pesawat jet, dan aplikasi lain di mana suhu tinggi harus
dipertahankan untuk jangka waktu yang lama. Seorang
insinyur kimia harus sering merencanakan kemasan atau
pengepakan untuk proses yang terjadi pada temperatur dan
tekanan yang sangat tinggi.
Perilaku rangkak komposit FRP dipengaruhi oleh
jenis serat dan damar,orientasi serat, fraksi volume serat,
dan kondisi pembebanan [Arockiasamy et al.
1996; Brown dan Bartolomeus 1996; Vijay dan GangaRao
1998]. Sifat matriks lemah, termasuk persentase
pengeringan, dan secara signifikan dapat meningkatkan
gaya rangkak dan gaya relaksasi adalah sebagai akibat dari

55
viscoelastisitas damar (polimer) yang dikaitkan dengan
adanya molekul rantai panjang dalam polimer. Beberapa
molekul dalam rantai dan kadang-kadang bagian dari rantai
cenderung untuk mengatur ulang dan mengalir melewati
di bawah tekanan yang diterapkan lain.

Hal ini sangatlah


penting di atas
temperature transisi kaca
polimer Tg tetapi juga
mungkin dalam fase
kaca di bawah Tg.
Jaringan melintang
dalam polimer batas termoset rantai mobilitas Hasil
perubahan bentuk rantai besar mengakibatkan pecah.
Keberadaan pengisi dan perkuatan polimer lebih lanjut
membatasi terjadinya rangkak. Koefisien rangkak lebih
rendah untuk pembebaban yang lama sepanjang sumbu
serat, sedangkan perilaku rangkak secara signifikan
tergantung pada sifat rangkak dari matriks untuk
pembebanan off-axis.

56
Dokmen panduan ACI-440 menggunakan faktor λ
untuk menghitung rangkak. Karbon menunjukkan rangkak
berkurang dibandingkan dengan kaca dan aramid [Karbhari
et al. 2003; Machida 1993; Sen et al. 1998; Vijay dan
GangaRao 1998].Tingkat kekuatan ragkak untuk kaca,
aramid, dan serat karbon di bawah kondisi ambient dengan
kemungkinan kegagalan 10% dinyatakan menjadi 50%, 60%,
dan 75%, masing-masing [Karbhari et al. 2003]. ACI 440.R1-
03 merekomendasikan tegangan rencana pecah berkisar
20%, 30%, dan 55% dari terhadap batas untuk kaca, aramid,
dan serat karbon, masing-masing, untuk aplikasi
infrastruktur.
3.2.3 Pecah Akibat Rangkak
Apa itu pecah akibat rangkak? Diantara faktor-faktor
lain, kehancuran material tergantung pada tingkat
pembebanan. Pemahaman kita tentang kekuatan material
berdasarkan uji kekuatan konvensional di mana beban
meningkat dari nol ke beban yang mengakibatkan
kehancuran, biasanya pada tingkat pembebanan akan terjadi
kehancuran dalam beberapa menit. Namun, beberapa bahan
(misalnya, kaca, beton, kayu, dan berbagai jenisk keramik)
telah lama diketahui hancur di bawah tekanan yang terjadi

57
terus menerus secara signifikan kurang dari yang
dibutuhkan untuk mengakibatkan kehancuran dalam uji
kekuatan konvensional dalam beberapa menit. Ini akan
terjadi jika beban (atau tekanan yang disebabkan oleh beban
ini) terus menerus dalam waktu cukup lama
untuk retak mikro yang meningkatkan ke kondisi kritis
(kehancuran) sebagai hasil dari proses rangkak. Seorang
insinyur harus merancang bagian atau elemen sehingga
tekanan di bawah beban terus menerus adalah cukup
rendah untuk membatasi rangkak, termasuk tekanan sesuai
nilai diizinkan. Tegangan maksimum sering didefenisikan
sebagai kekuatan rangkak atau batas rangkak. Dengan
demikian, kekuatan rangkak dapat
didefinisikan sebagai tegangan tertinggi material yang
dapat ditahan untuk waktu tertentu tanpa deformasi yang
berlebihan atau kehancuran. The kekuatan rangkak yang
menyebabkan pecah (kadang-kadang juga disebut sebagai
kekuatan hancur) adalah kekuatan terus menerus tertinggi
material yang dapat ditahan tanpa hancur. Pecah akibat
rangkak sering disebut kelelahan statis.
Pecah akibat rangkak, juga disebut kelelahan statis,
mengacu pada fraktur tarik material yang mengalami

58
tegangan berkelanjutan selama masa pelayanan pada
elemen struktur ketika materi mencapai batas tegangan
pecah. Waktu yang diperlukan untuk pecah dibawah beban
pecah (masa daya tahan) menurun seiring dengan
meningkatnya rasio tegangan tarik berkelanjutan dengan
kekuatan jangka pendek komposit FRP. Serat karbon
berperan lebih baik terhadap karakteristik rangkak
dibandingkan dengan serat kaca atau serat aramid [Dolan et
al. 1997].

3.3. Sifat Matrix Terhadap Perubahan Temperatur


A. Komposit
Material komposit yaitu material yang tersusun dari
campuran atau kombinasi dua atau lebih unsur-unsur utama
yang secara makro berbeda di dalam bentuk dan atau
komposisi material yang pada dasarnya tidak dapat
dipisahkan (Schwartz, 1984). Kelebihan material komposit
dibandingkan dengan logam adalah ketahanan terhadap
korosi atau pengaruh lingkungan bebas dan untuk jenis
komposit tertentu memiliki kekuatan dan kekakuan yang
lebih baik.

59
Pengertian bahan komposit berarti terdiri dari dua atau
lebih bahan yang berbeda yang digabung atau dicampur
secara makroskopis menjadi suatu bahan yang berguna
(Jones, 1975), karena bahan komposit merupakan bahan
gabungan secara makro, maka bahan komposit dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem material yang tersusun
dari campuran/kombinasi dua atau lebih unsur-unsur
utama yang secara makro berbeda di dalam bentuk dan atau
komposisi material yang pada dasarnya tidak dapat
dipisahkan (Schwartz, 1984). Bahan komposit secara umum
terdiri dari penguat dan matrik.
Penguat komposit pada umumnya mempunyai sifat
kurang ulet tetapi lebih kaku serta lebih kuat. Fungsi utama
dari penguat adalah sebagai penopang kekuatan dari
komposit, sehingga tinggi rendahnya kekuatan komposit
sangat tergantung dari penguat yang digunakan, karena
tegangan yang dikenakan pada komposit mulanya diterima
oleh matrik akan diteruskan kepada penguat, sehingga
penguat akan menahan beban sampai beban maksimum.
Oleh karena itu penguat harus mempunyai tegangan tarik
dan modulus elastisitas yang lebih tinggi daripada matrik
penyusun komposit.

60
B. Matriks
Matriks adalah fasa dalam komposit yang
mempunyai bagian atau fraksi volume terbesar (dominan).
Matrik, umumnya lebih ulet tetapi mempunyai kekuatan
dan kekakuan yang lebih rendah. Matriks mempunyai
fungsi sebagai berikut :
• Mentransfer tegangan ke serat.
• Membentuk ikatan koheren, permukaan matrik/serat.
• Melindungi serat.
• Memisahkan serat.
• Melepas ikatan.
• Tetap stabil setelah proses manufaktur.
Tujuan dibuatnya komposit yaitu memperbaiki sifat
mekanik atau sifat spesifik tertentu, mempermudah desain
yang sulit pada manufaktur, keleluasaan dalam bentuk atau
desain yang dapat menghemat biaya produksi, dan
menjadikan bahan lebih ringan. Komposit yang diproduksi
oleh suatu instansi atau pabrik biasanya dapat diprediksi
sifat mekanik dari bahan komposit berdasarkan bahan
matrik dan bahan penguatnya (Callister, 2007). Adapun
beberapa sifat mekanik yang dapat diprediksi dari komposit

61
yaitu kekuatan tarik dan kelayakan sebagai material
komposit (validitas komposit).
Dalam komposit kekuatan tarik dipengaruhi oleh
kekuatan interface-nya. Dari pengujian kekuatan interface
sangat sulit ditentukan karena prosesnya yang tidak
sederhana. Sehingga hasil pengujian juga sangat sulit
ditentukan karena adanya faktor teknis pembuatan
spesimen. Untuk komposit polimer/serat , perbedaan
campuran unsur matrik dan perbedaan serat juga
menghasilkan kekuatan adhesive yang berbeda sehingga
tidak jarang serat akan putus sebelum terlepas dari
matriknya (Matthew, 1999).
Adapun besarnya kekuatan tarik yang dihasilkan oleh
komposit polimer/serat dapat prediksi dengan
menggunakan persamaan dibawah ini. Berdasarkan
persamaan ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauh
mana besarnya kekuatan tarik yang dihasilkan oleh
komposit berdasarkan matrik dan penguat penyusunnya.
Berikut ini persamaan tensile prediction.
σc = σmVm + σfVf.

dengan:σc= kekuatan tarik komposit (MPa)

62
σm = kekuatan tarik matrik (MPa)

σf = kekuatan tarik penguat (MPa)

Vm= fraksi volume matrik

V f = fraksi volume penguat

Jumlah kandungan serat dalam komposit,


merupakan hal yang menjadi perhatian khusus pada
komposit berpenguat serat. Untuk memperoleh komposit
berkekuatan tinggi, distribusi serat dengan matrik harus
merata pada proses pencampuran agar mengurangi
timbulnya void. Untuk menghitung fraksi volume parameter
yang harus diketahui adalah densitas resin, densitas
penguat, massa matrik dan massa penguat.

C. Klasifikasi Komposit Berdasarkan Bentuk Penguatnya


Berdasarkan bentuk penguatnya, secara garis besar
komposit diklasifikasikan menjadi tiga macam (Jones, 1975),
yaitu: komposit partikel, komposit serat dan komposit lapis.
1. Komposit partikel (particulate composites)
Merupakan komposit yang menggunakan partikel
serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi secara merata
dalam matriknya. Komposit partikel banyak dibuat untuk

63
bahan baku industri. Proses produksi yang mudah juga
menjadi salah satu pertimbangan bila komposit akan
diproduksi massal. Kelayakan bahan komposit partikel yang
telah dibuat dapat diketahui dengan melakukan pendekatan
uji validitas. Adapun pendekatan yang dimaksud yaitu
dengan mengetahui modulus elastisitas komposit dalam
rentang batas atas (upper bound) dan batas bawah (lower
bound).
2. Komposit serat (fibrous composites)
Komposit serat adalah komposit yang terdiri dari serat
dan matriks. Fungsi utama dari serat adalah sebagai
penopang kekuatan dari komposit, sehingga tinggi
rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung dari serat
yang digunakan, karena tegangan yang dikenakan pada
komposit mulanya diterima oleh matrik akan diteruskan
kepada serat, sehingga serat akan menahan beban sampai
beban maksimum. Oleh karena itu serat harus mempunyai
tegangan tarik dan modulus elastisitas yang lebih tinggi
daripada matrik penyusun komposit. Pemilihan serat atau
penguat penyusun pada komposit juga harus
mempertimbangkan beberapa hal salah satunya harga. Hal

64
ini penting karena sebagai pertimbangan bila akan
digunakan pada skala produksi besar.
Jenis komposit serat terbagi menjadi 4 macam yaitu
1. Continous fiber composite (komposit diperkuat
dengan serat kontinue),
2. Woven fiber composite (komposit diperkuat dengan
serat anyaman),
3. Chopped fiber composite (komposit diperkuat serat
pendek/acak),
4. Hybrid composite (komposit diperkuat serat
kontinyu dan serat acak).

3. Komposit lapis (laminates composites)

65
Jenis komposit ini terdiri dari dua lapis atau lebih yang
digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki
karakteristik sifat sendiri. Contoh komposit ini yaitu bimetal,
pelapisan logam, kaca yang dilapisi, dan komposit lapis
serat.
D. Komposit Berdasarkan Jenis Matriks
Berdasarkan jenis matrik yang digunakan komposit
dapat dibagi kedalam tiga kelompok utama yaiu
a. Komposit matrik logam (metal matrix composites/MMC),
Komposit matrik logam (metal matrix composites)
ditemukan berkembang pada industri otomotif, Metal matrix
composites adalah salah satu jenis komposit yang memiliki
matrik logam. Bahan ini menggunakan suatu logam seperti
aluminium sebagai matrik dan penguatnya dengan serat
seperti silikon karbida . Material MMC mulai dikembangkan
sejak tahun 1996. Pada mulanya yang diteliti adalah
continous filamen MMC yang digunakan dalam aplikasi
aerospace. Contoh : alumunium beserta paduannya, titanium
beserta paduannya, magnesium beserta paduannya.
Kelebihan MMC dibandingkan dengan komposit polimer
yaitu :
• Transfer tegangan dan regangan yang baik.

66
• Ketahanan terhadap temperature tinggi
• Tidak menyerap kelembapan.
• Tidak mudah terbakar.
• Kekuatan tekan dan geser yang baik.
• Ketahanan aus dan muai termal yang lebih baik
Kekurangan MMC :
• Biayanya mahal
• Standarisasi material dan proses yang sedikit
Sifat Matrik pada MMC :
• Mempunyai keuletan yang tinggi
• Mempunyai titik lebur yang rendah
• Mempunyai densitas yang rendah
Aplikasi MMC, yaitu sebagai berikut :
• Komponen automotive (blok-silinder-mesin,pully,poros
gardan,dll)
• Peralatan militer (sudu turbin,cakram kompresor,dll)
• Aircraft (rak listrik pada pesawat terbang)
• Peralatan elektronik
b. Komposit matrik keramik (ceramic matrix
composites/CMC)
Komposit matrik keramik (ceramic matrix composites )
digunakan pada lingkungan bertemperatur sangat tinggi,

67
CMC merupakan material 2 fasa dengan 1 fasa berfungsi
sebagai penguat dan 1 fasa sebagai matrik, dimana
matriksnya terbuat dari keramik. bahan ini menggunakan
keramik sebagai matrik dan diperkuat.
E. Sifat Matriks Terhadap Perubahan Suhu
Adapun sifat termal material sangatlah bergantung
terhadap perubahan suhu. Jika suhu berubah, maka akan
terjadi pergerakan molekul akibat suhu yanga akan
mengubah struktur molekulnya. Sifat termal yang penting
dari suatu material meliputi konduktivitas termal, panas
jenis, temperatur transisi gelas, melting point dan
temperatur degradasi atau dekomposisi. Temperatur
degradasi menunjukkan temperatur saat material
mengalami kehilangan massa dan berubah fasa menjadi gas.
Panas terjadi akibat adanya aktivitas termal pada partikel
penyusun bahan berupa getaran partikel. Getaran partikel
tersebut dapat menyebabkan perpindahan panas dari daerah
bertemperatur tinggi ke daerah bertemperatur rendah dalam
suatu bahan. Dalam bahasan tentang material padat,
perpindahan kalor yang terjadi adalah perpindahan kalor
secara konduksi. Jika sejumlah kalor dQ mengalir pada

68
suatu bahan dengan rentang waktu dt, maka laju aliran
kalornya adalah sebesar dQ/dt dan disimbolkan dengan H.
Sebenarnya kesan mikrostruktur pada komposit
yang dihasilkan mempunyai hubungan yang erat dengan
keadaan pemprosesan. Dimana pemilihan suhu dan tekanan
yang digunakan akan mempengaruhi taburan orientasi dan
taburan panjang fasa penguat khususnya pengisi alamiah
ataupun sintetik. Sebagai contoh, suhu yang digunakann
akan mempengaruhi kelikatan leburan matriks polimer dan
menyebabkan serat patah. Tekanan yang tinggi juga akan
menyebabkan serat patah tetapi akan menghasilkan
orientasi yang tinggi.
Selain keadaan pemprosesan dan mikrostruktur, sifat
matriks dan fasa penguat (pengisi) yang digunakan juga
mempengaruhi sifat mekanik komposit yang dihasilkan.
Sebagai contoh, matriks termoset mempunyai kekuatan
yang lebih baik dibandingkan termoplastik ataupun
elastomer termoplastik. Begitu juga apabila menggunakan
serat kevlar yang lebih liat dibandingkan dengan serat kaca
ataupun serat alamiah. Faktor lain yang juga sangat penting
yaitu geometri pengisi atau serat yaitu perbandingan antara
panjang serat dengan diameter serat dan volume pengisi.

69
Umumnya semakin kecil ukuran partikel pengisi atau
semakin tinggi perbandingan aspek geometri maka semakin
bagus pengisi tersebut maka akan meningkatkan sifat
mekanik komposit yang dihasilkan.
Contoh analisis panas pada bahan komposit
Analisa panas polimer merupakan satu objek yang
sangat penting untuk dikaji terhadap polimer yang
mempunyai ketahanan panas dan masalah kestabilan
polimer yang mempunyai keseimbangan panas. Analisis
panas adalah menjadi kaedah analitik yang penting didalam
memahami hubungan sifat struktur dan teknologi
pembentukan melekul dan produk industri untuk berbagai
bahan-bahan polimer yang berbeda, khususnya komposit
berpenguat serat. Terlebih lagi teknik yang digunakan untuk
menentukan kestabilan panas suatu bahan.
Serat sellulosa mengalami penurunan lignin diantara
suhu 200 0C, dan polisakarida yang lain, terutama selulosa
teroksidasi yang turun pada suhu tinggi (Akita dan Kase,
1967). Salah satu kaedah yang digunakan untuk mengkaji
sifat-sifat panas dari bahan polimer adalah adalah analisis
termal termogravimetri (TGA). Data termogravimetri
menunjukan sejumlah urutan dari lengkungan panas,

70
kehilangan berat bahan di dalam setiap tahapan, suhu awal
penurunan, dan lain-lain (Mc Neill, 1989). Termogravimetri
dan analisis differensial termal termogravimetri (DTG) akan
menghasilkan informasi keadaan alamiah dan pemanjangan
penurunan suhu bahan. Di dalam differential scanning
calorymetry (DSC), kecepatan aliran panas dihubungkan
dengan tahap panas yang dapat diukur sebagai fungsi
waktu dan suhu untuk mengetahui peleburan dan fase
peralihan sistem komposit.
Mucha dkk. (2000) mengkaji kesan pengisi karbon
hitam pada sifat-sifat kinetik penghabluran dari
polipropilena isotaktik. Mereka mendapati bahwa kesan
nukleus alamiah dan mekanisme habluran PP berubah
tergantung pada suhu penghabluran (T) dan kandungan
karbon hitam. Untuk komposit polimer dengan matriks
semihablur, penghabluran merupakan faktor yang sangat
penting untuk menentukan kekerasan rekahan dari pada
matriks yang dihablurkan tersebut. Penghabluran
tergantung pada parameter pemprosesan seperti suhu
penghabluran, berat jenis dan waktu pemprosesan.
Sebagaimana yang telah diteliti bahwa lapisan

71
transcrystalline terbentuk pada permukaan serat/matriks
(Wang & Hwang, 1996 dan Wang & Liu, 1997).
Joseph dkk. (2003) telah mengkaji sifat panas dan
penghabluran dari serat sisal yang dirawat dengan
polipropilena glikol (PPG), PPMA, KmN04 sebagai penguat
pada komposit polipropilena. Menurut mereka ketahanan
panas, suhu lebur dan penghabluran meningkat dengan
penambahan serat sisal yang terawat ke dalam matriks
polipropilena.

3.4. Jenis Thermoset Matrix (Epoxy, Polyester dan


Vinyl Ester)
Pada umumnya bentuk dasar suatu bahan komposit adalah
tunggal dimana merupakan susunan dari paling tidak
terdapat dua unsur yang bekerja bersama untuk
menghasilkan sifat-sifat bahan yang berbeda terhadap sifat-
sifat unsur bahan penyusunnya. Dalam prakteknya
komposit terdiri dari suatu bahan utama (matrik-matrix) dan
suatu jenis penguatan (reinforcement) yang ditambahkan
untuk meningkatkan kekuatan dan kekakuan matrik.
Penguatan ini biasanya dalam bentuk serat (fibre, fiber).

72
Matriks adalah bahan dasar pembentuk komposit yang
mengikat pengisi dengan tidak terjadi ikatan secara kimia.
Matriks dalam suatu komposit polimer berperan untuk
mempertahankan posisi dan orientasi serat untuk
melindunginya dari pengaruh lingkungan. Secara umum
matrik terdiri dari 3 macam yaitu polimer, logam dan
keramik. . Persyaratan untuk material matrix adalah bahwa
tegangannya pada saat break harus lebih besar disbanding
dengan seratnya. Matrix yang terbuat dari resin dengan
variasi sifat dan biaya yang relatif rendah. Resin matrix
antara lain Epoxy, Phenolic, Polyester, Polyurethane, dan
Vinyl Ester.
Polimer merupakan suatu makro molekul, tersusun
dari molekul rantai panjang yang berulang-ulang. Saat ini
polimer digunakan secara luas karena sifat polimer lebih
ringan dan tidak korosif dibandingkan dengan matrik logam
dan harganya yang relatif lebih murah dibandingkan matrik
keramik. Polimer terdiri dari banyak monomer yang saling
mengikat dalam ikatan kimia membentuk suatu solid.
Polimer matrik komposit secara umum terdiri dari tiga
macam yaitu termoset, termoplastik dan rubber.

73
Termoset Matrix
Termoset adalah salah satu jenis plastik yang sering
digunakan dalam pembuatan komposit dengan penguat
serat maupun serbuk. Matrik jenis ini memiliki rantai-rantai
molekul yang saling berhubungan sehingga walaupun
mengalami pemanasan dan penekanan, masing-masing
rantai molekul tidak akan saling bergerak relatif. Matrik
akan mencair dan kemudian mengeras bersamaan dengan
terbentuknya suatu jaringan ikatan rantai monomer
sehingga akan bersifat stabil. Beberapa kelebihan
penggunaan termoset sebagai matrik adalah:
 Mengikat filler dengan mudah dan baik
 Memiliki viskositas yang rendah
 Memiliki kelengketan yang baik dengan bahan penguat
 Kekakuan yang baik
 Stabilitas dimensi yang baik

74
 Ringan
 Tahan korosi
Pemanfaatan termoset mencakup dua tahap reaksi
kimia. Pada tahap pertama, dihasilkan cairan bentuk
prapolimer padat yang secara fisik dapat dicetak/dibentuk.
Tahap kedua, bergantung pada jenis polimer, dilaksanakan
hubungan silang yang sangat berarti, dengan pemanasan,
tekanan/penambahan bahan pengeras. Tahapan ini disebut
curing. Jaringan acak yang dihasilkan memiliki kekakuan
dan kekuatan yang dikehendaki. Bila dipanaskan, struktur
ini tidak menampilkan aliran viskoelastis dan karena stabil
dari segi kimia dan fisika, tidak mengalami perubahan serta
tetap keras hingga mencapai temperatur dekomposisi.
Dengan demikian pembentukan termoset dianggap sebagai
proses ireversibel. Yakni termoset tidak dapat mengikuti
perubahan suhu (irreversibel). Bila sekali pengerasan telah
terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali.
Contoh resin termoset matrix yang akan dibahas pada tugas
ini adalah epoxy, polyester, vinylester.
Epoxy
Epoxy adalah suatu kopolimer, terbentuk dari dua
bahan kimia yang berbeda. Ini disebut sebagai "resin" dan

75
"pengeras". Resin ini terdiri dari monomer atau polimer
rantai pendek dengan kelompok epoksida di kedua ujung.
Epoxy resin Paling umum yang dihasilkan dari reaksi antara
epiklorohidrin dan bisphenol-A, meskipun yang terakhir
mungkin akan digantikan dengan bahan kimia yang serupa.
Pengeras terdiri dari monomer polyamine, misalnya
Triethylenetetramine (Teta). Ketika senyawa ini dicampur
bersama, kelompok amina bereaksi dengan kelompok
epoksida untuk membentuk ikatan kovalen. Setiap
kelompok NH dapat bereaksi dengan kelompok epoksida,
sehingga polimer yang dihasilkan sangat silang, dan dengan
demikian kaku dan kuat. Proses polimerisasi disebut
"curing", dan dapat dikontrol melalui suhu, pilihan senyawa
resin dan pengeras, dan rasio kata senyawanya; proses dapat
mengambil menit untuk jam. Beberapa formulasi manfaat
dari pemanasan selama masa penyembuhan, sedangkan
yang lainnya hanya memerlukan waktu, dan suhu ambien.
Epoxy merujuk pada kelompok kimia yang terdiri dari
atom oksigen terikat dua atom karbon yang sudah terikat
dalam beberapa cara . Epoxy paling sederhana adalah
struktur tiga cincin anggota dikenal dengan istilah epoxy
alpha. Struktur kimia epoxy yang paling mudah

76
diidentifikasi, karakteristik dari setiap molekul epoxy lebih
kompleks .
Resin ini banyak digunakan untuk aplikasi rekayasa
karena memiliki sifat-sifat yang lebih unggul dibandingkan
dengan resin lainnya, antara lain kekuatan tarik serta
kekuatan tekan yang tinggi, tahan terhadap bahan kimia,
sedikit volatiles (Gas-gas pengotor), stabilitas ukuran yang
baik, ketahanan termal yang tinggi, dan mudah dibentuk
tanpa dipanaskan terlebih dahulu.
Aplikasi untuk bahan epoxy berbasis luas dan
mencakup pelapis, perekat dan material komposit seperti
yang menggunakan serat karbon dan bala bantuan fiberglass
(meskipun polyester, vinyl ester, dan resin thermosetting
lainnya juga digunakan untuk plastik yang diperkuat kaca).
Kimia epoxies dan berbagai variasi yang tersedia secara
komersial memungkinkan menyembuhkan polimer yang
akan diproduksi dengan rentang yang sangat luas properti.
Secara umum, epoxies dikenal karena sangat baik kimia,
adhesi dan tahan panas, sifat mekanik yang baik-untuk-
sangat baik dan sangat baik sifat isolasi listrik. Banyak sifat
epoxies dapat dimodifikasi (untuk epoxies misalnya perak
yang dipenuhi dengan konduktivitas listrik yang baik yang

77
tersedia, walaupun epoxies biasanya elektrik isolasi). Variasi
menawarkan insulasi panas yang tinggi, atau konduktivitas
termal dikombinasikan dengan tahanan listrik yang tinggi
untuk aplikasi elektronik, yang tersedia. Aplikasi untuk
bahan epoxy berbasis luas dan mencakup pelapis, perekat
dan material komposit seperti yang menggunakan serat
karbon dan bala bantuan fiberglass (meskipun polyester,
vinyl ester, dan resin thermosetting lainnya juga digunakan
untuk plastik yang diperkuat kaca). Kimia epoxies dan
berbagai variasi yang tersedia secara komersial
memungkinkan menyembuhkan polimer yang akan
diproduksi dengan rentang yang sangat luas properti. Secara
umum, epoxies dikenal karena sangat baik kimia, adhesi dan
tahan panas, sifat mekanik yang baik-untuk-sangat baik dan
sangat baik sifat isolasi listrik. Banyak sifat epoxies dapat
dimodifikasi (untuk epoxies misalnya perak yang dipenuhi
dengan konduktivitas listrik yang baik yang tersedia,
walaupun epoxies biasanya elektrik isolasi). Variasi
menawarkan insulasi panas yang tinggi, atau konduktivitas
termal dikombinasikan dengan tahanan listrik yang tinggi
untuk aplikasi elektronik, yang tersedia.

78
Resin epoxy biasanya memerlukan campuran yang
tepat dari dua komponen yang membentuk kimia ketiga.
Tergantung pada sifat yang diperlukan, rasio mungkin
apapun dari 1:1 atau lebih dari 10:1, tetapi dalam setiap
kasus mereka harus dicampur tepat. Produk akhir kemudian
plastik termo-pengaturan yang tepat. Sampai mereka
campuran dua elemen relatif inert, meskipun 'pengerasan'
cenderung lebih kimia aktif dan harus dilindungi dari
atmosfer dan kelembaban. Laju reaksi dapat diubah dengan
menggunakan pengerasan yang berbeda, yang dapat
mengubah sifat produk akhir, atau dengan mengendalikan
suhu.
Polyester
Polyester adalah suatu kategori polimer yang
mengandung gugus fungsional ester dalam rantai
utamanya. Meski terdapat banyak sekali poliester, istilah
"poliester" merupakan sebagai sebuah bahan yang spesifik
lebih sering merujuk pada polietilena tereftalat (PET).
Polyester termasuk zat kimia yang alami, seperti yang kutin
dari kulit ari tumbuhan, maupun zat kimia sintetis seperti
polikarbonat dan polibutirat. Dapat diproduksi dalam
berbagai bentuk seperti lembaran dan bentuk 3 dimensi,

79
poliester sebagai termoplastik bisa berubah bentuk sehabis
dipanaskan. Walau mudah terbakar di suhu tinggi, polyester
cenderung berkerut menjauhi api dan memadamkan diri
sendiri saat terjadi pembakaran. Serat polyester mempunyai
kekuatan yang tinggi dan E-modulus serta penyerapan air
yang rendah dan pengerutan yang minimal bila
dibandingkan dengan serat industri yang lain.
Polyester merupakan resin cair dengan viskositas
relatif rendah, mengeras pada suhu kamar dengan
penggunaan katalis tanpa menghasilkan gas sewaktu
pengesetan seperti resin termoset lainnya, sehingga tidak
memerlukan penekanan saat.
Bahan polyester cenderung mengeras dengan cepat,
terutama jika banyak katalis yang digunakan. reaksi kimia
dalam kedua kasus adalah eksotermik. jumlah besar dari
campuran akan menghasilkan panas mereka sendiri dan
lebih mempercepat reaksi, sehingga biasa untuk mencampur
jumlah kecil yang dapat digunakan dengan cepat. Sifat
polyester resin biasanya kekuatan rendah kecuali digunakan
dengan bahan penguat seperti serat kaca, relatif rapuh
kecuali diperkuat, dan memiliki adhesi rendah. Resin

80
polyester juga jauh lebih murah jika dibandingkan dengan
epoxy.
Berbeda dengan epoxy, resin poliester biasanya
tersedia dalam bentuk yang 'dipromosikan', seperti bahwa
kemajuan resin sebelumnya-campuran dari cair ke padat
sudah berlangsung, meskipun sangat lambat. Variabel hanya
tersedia untuk pengguna adalah mengubah tingkat proses
ini menggunakan katalis, sering Methyl-Ethyl-Ketone-
Peroxide (MEKP), yang sangat beracun. Keberadaan katalis
dalam produk akhir benar-benar akan mengurangi sifat
yang diinginkan, sehingga sejumlah kecil katalis yang lebih
baik, asalkan hasil pengerasan dengan kecepatan yang dapat
diterima. Tingkat kesembuhan dari poliester sehingga dapat
dikontrol baik oleh jumlah katalis dan suhu.
Vinyl Ester
Resin Vinyl ester adalah serupa dalam struktur
molekul mereka untuk poliester, tetapi berbeda terutama di
lokasi situs reaktif mereka, ini diposisikan hanya pada ujung
rantai molekul. Seperti seluruh panjang rantai molekul
tersedia untuk menyerap beban kejut ini membuat resin
vinyl ester lebih keras dan lebih tahan dari poliester.
Molekul vinyl ester juga dilengkapi kelompok ester yang

81
lebih sedikit. Kelompok ester ini rentan terhadap degradasi
air dengan hidrolisis yang berarti bahwa vinil ester
menunjukkan lebih tahan terhadap air dan bahan kimia
lainnya dari rekan-rekan poliester mereka, dan sering
ditemukan dalam aplikasi seperti pipa dan tangki
penyimpanan bahan kimia. Gambar di bawah ini
menunjukkan struktur kimia ideal dari vinil ester khas.

Dengan berkurangnya jumlah kelompok ester dalam


vinylester bila dibandingkan dengan resin polyester kurang
rentan terhadap kerusakan oleh hidrolisis. Karna itu
biasanya digunakan sebagai Bamer atau mantel 'kulit' untuk
laminasi polyester yang akan direndam dalam air, misalnya
di dalam lambung kapal.
Keluarga besar resin epoxy mewakili beberapa kinerja
tertinggi resin dari yang tersedia saat ini. Vinylester
digunakan terutama untuk meningkatkan ketahanan kimia
dan juga untuk memberikan kopling yang lebih baik dengan

82
bala bantuan. Mereka menunjukkan peningkatan 15 sampai
20 % dalam kekuatan laminasi selesai. Hal ini dapat menjadi
penting dalam hal kekuatan mekanik ketika bahan ringan
yang diinginkan dan ketika ketahanan kimia merupakan
faktor penting untuk resin.

Tabel diatas menunjukkan bahwa perbandingan sifat


yang berbeda dari resin epoxy, polyester dan vinylester dan
sifat yang dapat meningkatkan sifat fiberglass. Tabel ini
digunakan untuk salah satu percobaan pada penelitian
karakteristik fiberglass.
Material komposit merupakan material yang terbuat dari
dua bahan atau lebih yang tetap terpisah dan berbeda dalam
level makroskopik selagi membentuk komponen tunggal.

83
Bahan komposit memiliki banyak keunggulan di antaranya
berat yang lebih ringan, kekuatan yang lebih tinggi, tahan
korosi dan memiliki biaya perakitan yang lebih murah
karena berkurangnya jumlah komponen dan baut-baut
penyambung. Kekuatan tarik dari komposit serat karbon
lebih tinggi daripada semua paduan logam. Salah satu
contoh pada applikasi industri pesawat di mana
penggunaannya menghasilkan berat pesawat yang lebih
ringan, daya angkut lebih besar, hemat bahan bakar dan
jarak tempuh yang lebih jauh (Wikipedia, 2013).
Beberapa definisi tingkatan komposit dan klasifikasinya
sebagaimana pada Gambar 01. (sumber http://blog.uin-
malang.ac.id/nurun/files/2013/03/) sebagai berikut :
 Tingkat dasar : pada molekul tunggal dan kisi kristal,
bila material yang disusun dari dua atom atau lebih
disebut komposit (contoh senyawa,paduan, polymer
dan keramik)
 Mikrostruktur : pada kristal, phase dan senyawa, bila
material disusun dari dua phase atau senyawa atau
lebih disebut komposit (contoh paduan Fe dan C)
 Makrostruktur : material yang disusun dari
campuran dua atau lebih penyusun makro yang

84
berbeda dalam bentuk dan/atau komposisi dan tidak
larut satu dengan yang lain disebut material
komposit (definisi secara makro ini yang biasa
dipakai) dari matriksnya
Pembahasan akan lebih fokus pada klasifikasi komposit
polimer matrix (PMC) dan lebih detail pada beberapa jenis
thermoplastik. Komposit tipe PMC ini memiliki beberapa
keunggulan antara lain : (a). Biaya pembuatan lebih rendah,
(b). Dapat dibuat dengan produksi massal, (c). Ketangguhan
baik, (d). Tahan simpan, (e). Siklus pabrikasi dapat
dipersingkat, (f). Kemampuan mengikuti bentuk, (g). Lebih
ringan. Bahan thermoplastik adalah bahan yang tidak
mengalami perubahan kimia dalam proses
pembentukannya. Produk yang dihasilkan serupa dengan
bahan dasar, hanya saja terjadi perubahan dalam bentuknya.
Bahan ini dapat dilunakkan dengan panas dan dibentuk
menjadi bentuk yang lain. Thermoplastik merupakan plastik
yang dapat dilunakkan berulang kali (recycle) dengan
menggunakan panas. Thermoplastik merupakan polimer
yang akan menjadi keras apabila didinginkan.
Thermoplastik meleleh pada suhu tertentu, melekat
mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik

85
(reversibel) kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila
didinginkan.
Beberapa jenis thermoplastik yaitu Poliester, Nylon 66, PP,
PTFE, PET, Polieter sulfon, PES, dan Polieter eterketon. Lebih
lanjut akan dibahas tiga jenis thermoplastik yakni PEEK
(Polyether Ether Ketone), PPS (Polyphenylene Sulfide) & TPP
(Thermoplastic Polyamides).
PEEK (Polyether Ether Ketone)
PEEK merupakan bahan komposit dari polimer
thermoplastik organik di dalam keluarga PAEK
(Polyaryletherketone) yang dipergunakan dalam applikasi
Engineering. Polimer PEEK didapatkan dari step growth
polimerization (mekanisme polimerisasi dari dimers
kemudian trimer dan akhirnya jadi polimer) dengan di
alkilasi dari garam bisphenolate. Pada umumnya bereaksi
dengan 4,4”-difluorobenzophenone dengan sodium karbonat.
Reaksi ini dilakukan pada 300°C dalam pelarut polar aprotic
seperti halnya diphenyl sulphone. PEEK merupakan
thermoplastik semi kristal yang memiliki kemampuan
mekanis yang sangat baik dan tahanan sifat kimia pada
penyimpanan temperatur tinggi. Pengkondisian proses yang
digunakan untuk membentuk PEEK dapat mempengaruhi

86
kristal dan kemudian sifat mekanikal. Modulus elastisitas
adalah 3.6 GPa dan kekuatan tarik 90 sampai 100 MPa.
Kondutivitas panas meningkat hampir dalam garis lurus
dibandingkan temperatur ruangan ke temperatur tertinggi.
Materia PEEK sangat tahan terhadap degradasi panas
sebagaimana terhadap tahanan terhadap lingkungan
organik dan lingkungan lembab. (Wikipedia, 2014a)
Material PEEK sangat kuat sehingga banyak
dipergunakan untuk fabrikasi material seperti bearing,
piston, pompa, kolom HPLC dan pelat valve kompressor
dan insulasi kabel. Material ini sebagai satu dari beberapa
material plastik yang sesuai dengan applikasi vakum tingkat
tinggi. PEEK juga dipertimbangkan untuk penggunaan di
dunia medis sebagai biomaterial untuk implan,
biomekanikal dan applikasi pembedahan orthopedi.
Penggunaan PEEK banyak digunakan dalam industri
pesawat, otomotif, telektronik dan industri kimia.
(Wikipedia, 2014a)
PPS (Polyphenylene Sulfide)
PPS merupakan polimer organik yang terdiri dari
lingkar aromatik dengan sulfida. Fiber sintetis dan tekstil
dibuat dari polimer yang dikenal dapat menahan pengaruh

87
kerusakan akibt bahan kimia dan panas. PPS digunakan
untuk membuat filter pabrik untuk boiler batubara,
pembuatan kertas, insulasi listrik, spesial membran, gasket
dan pelindung. PPS merupakan pendahulu untuk membuat
polimer dari keluarga semi flexible rod polimer (polimer
organik). PPS juga sebagai insulasi dapat diubah menjadi
bentuk semikonduktor melalui oksidasi atau menggunakan
dopants (sejenis material silikon) (Parker dkk dalam
Wikipedia, 2014b). PPS merupakan rekayasa plastik,
biasanya digunakan untuk thermoplastik performa tinggi.
PPS dapat dibentuk, ditekan atau dikerjakan dengan mesin
untuk mencapai toleransi tinggi. Dalam bentuk murni padat,
warnanya kemungkinan tidak transparan putih ke warna
hijau muda. Temperatur maksimum pada suhu 218°C dan
PPS tidak ditemukan mencair dalam pelarut apapun pada
temperatur dibawah 200°C.
Proses pembentukan PPS dari reaksi antara sodium
sulfide dengan p-dichlorobenzene. PPS merupakan satu dari
polimer thermoplastik temperatur tinggi terpenting
berdasarkan nilai mekanikal properti material tersebut. Nilai
properti mencakup pada ketahanan terhadap panas, racun
dan alkali, dan jamur, perubahan warna, penuaan, matahari

88
dan gerusan serta material PPS juga menyerap pelarut
dalam jumlah kecil. Produk PPS di pasaran dijual dengan
nama produk dan perusahaan yang berbeda seperti produk
Ryton PPS oleh Chevron Philips untuk produk yang
berhubungan dengan polimer dan produk Fortron oleh
Ticon. (Wikipedia, 2014b).
PA (Polyamides)
Poliamides merupakan makromolekul dengan satuan
berulang yang dihubungkan dalam ikatan amide. Material ini
dapat terjadi secara alami ataupun buatan. Sebagai contoh
untuk proses alami antara lain poliamide protein seperti wol
dan sutra sedangkan poliamides buatan dapat dibuat
melalui step growth polimerization (mekanisme polimerisasi
dari dimers kemudian trimer dan akhirnya jadi polimer)
atau solid phase synthetis (metode di mana molekul terikat
dalam bead dan disintesisasi langkah demi langkah dalam
solusi reaksi). Sebagai contoh untuk poliamides buatan
adalah nilon, aramid dan sodium. Poliamides buatan
umumnya digunakan dalam industri tekstil, otomotif, karpet
dan pakaian olahraga sehubungan tingkat ketahanan dan
kekuatan yang sangat tinggi. Sektor transportasi merupakan

89
konsumen utama tercatat 35% pemakaian Poliamide.
(Wikipedia, 2014c).
Applikasi dari penggunaan poliamides pada produk
komersial dapat dibedakan dari komposisi dari rangkaian
utama pembentuknya yang diklasifikasikan dalam tiga
bagian :
1. Rangkaian Aliphatic (Aliphatic polyamides) dengan
applikasi produk komersial antara lain nylon dari
Dupont, Technyl dari Rodia, Rilsan dan Risamid
dari Arkema
2. Rangkaian Semi Aromatic (Polyphthalamides) dengan
applikasi produk komersial antara lain Trogamic
dari Evonik Industri, Amodel dari Solvay.
3. Rangkaian Aromatic (Aromatic Polyamides) dengan
applikasi produk komersial antara lain Kevlar dan
Nomex dari Dupont, Teijinconex, Twaron dan
Technora dari Teijin, Kermel dan Spectra dari
Honeywell.

3.5. Jenis Material Thermoplastik Matrix


Untuk melihat karakteristik material thermoplastik
dapat dilihat pada tabel 1. Mekanikal Properti material

90
thermoplastik yang di tinjau PEEK (Polyether Ether Ketone),
PPS (Polyphenylene Sulfide), PA (Polyamides). Komparasi
yang pertama dari berat jenis, relatif ketiga material
memiliki karakteristik berat yang kurang lebih sama.
Tinjauan dari sisi modulus elastisitas dan elongation break
material PEEK dan material PA memiliki range material
yang sangat jauh dibandingkan terhadap material PPS
begitupula tensile strength PEEK dan PA memiliki karakter
material yang sama. Namun range tensile strength pada
material PA berada pada pada range yang paling rendah
dengan material lainnya akan tetapi material PA juga berada
pada range tertinggi dari semua material. Tinjauan
keseluruhan dari kekuatan material baik tensile strength
ataupun flexural strength material PEEK dan PA lebih kuat
dibandingkan material PPS dan material PEEK dan PA
memiliki kekuatan yang relatif sama namun range variasi
material lebih jauh pada material PA. Hal ini menunjukkan
variasi material dari PA juga lebih banyak. Untuk tinjauan
titik leleh material, pengantar panas dan penyerapan air
relatif ketiga material memiliki karakteristik yang tidak
terlalu jauh berbeda.

91
Item Descriptions PEEK PPS PA
Density (kg/m3) 1320- 1060- 1030-1620
1520 1340
Young’s modulus 4- 24 2.3- 0.4-23Gpa
(E) Gpa 3.9GPa
Tensile strength (σt) 100-230 55-85 25-
Mpa MPa 250Mpa
Elongation break 1.5-40% 20-30% 2-120%
Flexural Strength 160-345 75-145 40-350
Mpa MPa Mpa
Glass temperature 143 °C 85-120 °C N/A
Melting Point 340 °C 260-290 180-310
°C °C
Thermal 0.25 0.16-0.25 N/A
Conductivity
W/m.K
Water Absorption, 0.06-0.1 0.02- N/A
24 hours (ASTM D % 0.23%
570)

Tabel 1. Mekanikal properti thermoplastic


(sumber, www.makeitfrom.com)

92
Menurut Plastic International (2014) dalam petunjuk
pemilihan thermoplastik, material semi crystalline plastic lebih
sesuai dibandingkan amorphous plastic untuk penggunaan
sebagai bearing sebagaimana baiknya untuk applikasi
struktur karena memiliki karakteritik melting point yang
tinggi, tahan terhadap temperatur tinggi, memiliki tahanan
yang baik terhadap tegangan, tahanan tinggi terhadap lelah,
tahan terhadap bahaya kimia dan koefisien friksi yang
rendah. Berdasarkan dari sisi kekuatan dan tinjauan cost
perbandingannya sebagai berikut : material PPS
(Polyphenylene Sulfide) memiliki karakteristik biaya rendah,
tahanan temperatur rendah dan kekuatan rendah, material
PA (Polyamides) memiliki karakteristik biaya menengah,
tahanan temperatur menengah dan kekuatan menengah
sedangkan material PEEK (Polyether Ether Ketone) memiliki
karakteristik biaya tinggi, tahanan temperatur tinggi,
kekuatan tinggi dan memiliki ketahanan terhadap bahaya
kimia yang paling tinggi.
Berdasarkan perbandingan dari beberapa literatur
menunjukkan bahwa material PEEK (Polyether Ether Ketone)
memiliki karakteristik sebagai material thermoplastik
dengan kekuatan tertinggi dibandingkan material PA

93
(Polyamides) dan PPS (Polyphenylene Sulfide). Namun dari sisi
applikasi semua material thermoplastik memiliki bidang
applikasi yang berbeda dan memiliki keunggulan masing-
masing dari segi kebutuhan di lapangan. Untuk kebutuhan
kekuatan tinggi maka PEEK yang paling sesuai sedangkan
untuk kebutuhan kekuatan rendah maka PPS yang paling
sesuai.

94
Bab 4. Rekayasa Permukaan Serat (Fiber)

4.1. Metode Penyatuan Serat dengan Matrix


Material komposit adalah material rekayasa yang
dibuat dari pencampuran dua atau lebih material untuk
menciptakan sebuah kombinasi sifat material yang baru dan
unik. Definisi di atas lebih umum dan dapat meliputi
paduan metal, plastic copolymer, bahan tambang dan kayu.
Material komposit berpenguat serat berbeda dari
material di atas, yang di dalamnya, material pendukungnya
berbeda pada tingkat molekuler dan dapat dipisahkan
secara mekanika. Dalam bentuk bulk, material pendukung
bekerja sama tetapi tetap dalam sifat aslinya. Sifat akhir dari
material komposit lebih baik dari pada sifat material
pendukungnya.
Komposit didefinisikan sebagai sebuah kombinasi dari
dua atau lebih komponen yang berbeda dalam bentuk atau
komposisi pada skala makro, dengan dua atau lebih phasa
yang berbeda yang mempunyai ikatan antarmuka yang
diketahui antara dua komponen tersebut (Mazumdar, 2002).
Komposit terdiri dari suatu bahan utama (matrik) dan
suatu jenis penguatan (reinforcement) yang ditambahkan

95
untuk meningkatkan kekuatan dan kekakuan matrik.
Penguatan ini biasanya dalam bentuk serat (fiber). Komposit
merupakan teknologi rekayasa material yang banyak
dikembangkan dewasa ini karena material komposit mampu
mengabungkan beberapa sifat material yang berbeda
karakteristiknya menjadi sifat yang baru dan sesuai dengan
disain yang direncanakan.
Material komposit dibentuk dari material penguat
yang disisipkan dalam matriks perekat. Metode efektif
untuk meningkatkan kekuatan dan memperbaiki sifat
keseluruhan adalah dengan menyatukan phasa serbuk atau
serat yang ditebarkan ke dalam matriks. Komposit
umumnya dikelompokkan pada dua tingkat berbeda.
Kelompok pertama dibuat berdasarkan pendukung
matriksnya. Kelompok komposit utama meliputi komposit
matriks organic (komposit matriks polimer dan komposit
matriks karbon), komposit matriks metal, dan komposit
matriks keramik. Kelompok kedua merujuk pada bentuk
penguatnya, misalnya penguat serbuk, penguat whisker,
serat memanjang, komposit tenunan, Serat atau serbuk
penguat bisa dalam bentuk serbuk jika dari semua
dimensinya secara kasar sama.

96
Material komposit dibentuk misalnya melalui penguatan
plastik dengan serat atau serbuk. Untuk mengembangkan
pemahaman yang baik tentang sifat komposit. Fungsi utama
serat atau serbuk dalam komposit adalah:
1. Untuk membawa beban. Dalam komposit struktur, 70 –
90% beban didukung oleh serat,
2. Untuk memberikan kekakuan, kekuatan, stabilitas
panas, dan sifat struktur lainnya dalam komposit,
3. Menyediakan penghantaran atau insulasi elektrik,
tergantung pada jenis serat atau serbuk yang
digunakan.
Sedangkan fungsi penting material matriks adalah:
1) Material matriks mengikat serat atau serbuk bersama-
sama dan menghantarkan beban ke serat dan serbuk.
Matriks memberikan kekakuan dan bentuk terhadap
struktur,
2) Matriks mengisolasi serat atau serbuk sehingga
masing-masing dapat bekerja secara terpisah. Hal ini
dapat menghentikan atau memperlambat propagasi
retak,

97
3) Matriks memberikan kwalitas permukaan akhir yang
baik dan membantu produksi bentuk jadi atau
mendekati bentuk jadi (bentuk akhir komponen),
4) Matriks memberikan perlindungan untuk serat atau
serbuk penguat terhadap serangan kimia (misalnya
korosi) dan kerusakan mekanik (misalnya aus),
5) Bergantung pada bahan matriks yang dipilih,
mempengaruhi karakteristik unjuk kerja seperti
duktilitas (liat, kenyal), kekuatan impak, dan lain lain.
Sebuah matriks yang kenyal akan meningkatkan
ketangguhan struktur. Untuk persyaratan
ketangguhan yang lebih tinggi, bisa dipilih komposit
berbasis thermoplastic,
6) Mode kegagalan sebagian besar dipengaruhi oleh jenis
bahan matriks yang digunakan dalam komposisi dan
juga kompatibilitasnya terhadap serat.
Berdasarkan matrik yang digunakan, komposit dapat
diklasifikasikan kedalam tiga kelompok besar yaitu: 1) MMC
(Metal Matriks Composite) yang menggunakan matriks
logam, 2) CMC (Ceramic Matriks Composite) yang
menggunakan matriks ceramic dan 3) PMC (Polymer
Matriks Composite) yang menggunakan matriks polymer.

98
PMC merupakan matriks yang paling umum digunakan
pada material komposit. Karena memiliki sifat yang lebih
tahan karat, korosi dan lebih ringan.
PMC merupakan bahan komposit yang sering
digunakan uang disebut Polimer Berpenguatan Serat (FRP –
Fibre Reinforced Polymers or Plastics), bahan ini
menggunakan suatu polimer-berdasar resin sebagai
matriknya, dan suatu jenis serat seperti kaca, karbon dan
aramid (Kevlar) sebagai penguatannya.
Matriks polymer terbagi 2 yaitu termoset dan
termoplastik. Termoplastik adalah plastik yang dapat
dilunakkan berulang kali (recycle) dengan menggunakan
panas. 1)Termoplastik merupakan polimer yang akan
menjadi keras apabila didinginkan. Termoplastik meleleh
pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan
mempunyai sifat dapat balik (reversibel) kepada sifat
aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan. Contoh
termoplastic yaitu Poliester, Nylon 66, PP, PTFE, PET,
Polieter sulfon, PES, dan Polieter eterketon (PEEK), 2)
Termoset tidak dapat mengikuti perubahan suhu
(irreversibel). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka
bahan tidak dapat dilunakkan kembali.

99
Pemanasan yang tinggi tidak akan melunakkan
termoset melainkan akan membentuk arang dan terurai
karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai
tutup ketel, seperti jenis-jenis melamin. Plastik jenis termoset
tidak begitu menarik dalam proses daur ulang karena selain
sulit penanganannya juga volumenya jauh lebih sedikit
(sekitar 10%) dari volume jenis plastik yang bersifat
termoplastik. Contoh dari thermoset yaitu Epoksida,
Bismaleimida (BMI), dan Poli-imida (PI).
4.1.1. Prepregs
A. Definisi
Prepreg adalah komposit thermoplastic yang terbuat
dari Acrylonitril Butadiena Stirena (ABS) dan fiber atau serat
gelas. Prepreg dihasilkan dengan cara: 12 tow E glass atau
serat dilewatkan atau dicelupkan ke dalam larutan ABS
thermoplastic. Prepregs adalah istilah untuk
"preimpregnated" serat komposit. Biasa berbentuk anyaman
atau unidirectional. komposit ini mengandung matrik untuk
mengikat serat secara bersama. Dan ke komposit lainnya
selama pembuatan Pre-preg.
Prepreg merupakan suatu bahan setengah siap.
prepreg merupakan bahan perantara dalam pembuatan

100
suatu komposit. Secara umum suatu prepreg terdiri dari
serat yang diisitepukan resin matriks yang bersesuaian.
Resin yang selalu dikaitkan adalah resin termoset seperti
epoxy, polyester dan sebagainya (Mc. Carvill , 1987).
Penggunaan resin termoplastik seperti poliolefin, polivinil
klorida (PVC) dan lain - lain masih kurang. Meskipun resin
termoplastik memberikan banyak kelebihan, tetapi
penggunaannya masih terbatas karena masalah impregnasi.
Berbagai pendekatan telah diperkenalkan, termasuk metode
larutan, metode leburan, metode bubuk, pencampuran yarn
dan lain – lain.
Penggunaan prepreg menjadi salah satu agenda
komersial yang penting karena penghasil komposit tidak
perlu lagi terlibat dalam menyediakan formulasi resin dan
impregnasi resin atas serat. Prepreg dapat diperoleh dengan
berbagai konten resin, jenis resin dan jenis serat yang
berbeda sesuai kebutuhan produk yang akan dihasilkan.
Prepregs banyak digunakan dalam aplikasi kinerja tinggi
dalam industri komposit dan juga di sektor lain. Beberapa
bidang utama yang menggunakan prepregs antara lain:
Interior pesawat, komponen kedirgantaraan, lantai pesawat,

101
perkakas, alat-alat olah raga, suku cadang otomotif dan
komponen-komponennya.
B. Metode Penyatuan Serat dan Matriks
Ada dua metode utama memproduksi prepreg, yaitu hot
melt and solvent dip.
1. Hot Melt Processing
Metode ini dapat digunakan untuk menghasilkan
prepregs satu arah / unidirectional (UD) dan prepregs
fabric. Metode ini membutuhkan dua tahapan proses.
Pada tahap pertama, resin dipanaskan dilapisi ke substrat
kertas film tipis. Serat dan film resin kemudian dibawa
bersama-sama pada mesin prepreg. Impregnasi resin ke
dalam serat dicapai dengan menggunakan panas dan
tekanan dari rol nip.
2. Solvent Dip Processing
Metode ini hanya dapat digunakan
untuk menghasilkan prepregs fabric.
Dalam teknik ini, resin dilarutkan
dalam bak pelarut dan serat
dicelupkan ke dalam solusi resin.

102
Pelarut diuapkan dari prepreg dalam oven pengering.
Pengeringan oven dapat secara horisontal ataupun
vertikal.
4.1.2. Sheet Molding Compounds
A. Definisi
Sheet molding Compound (SMC) adalah produk yang
ringan, kuat, dan memiliki banyak aplikasi seperti otomotif,
berbagai kegunaan industri dan struktural. SMC adalah jenis
plastik yang diperkuat serat (FRP) yang terutama terdiri dari
resin thermosetting, penambahan glass fiber, dan filler.
Bahan tambahan seperti aditif low profile, pengental, dan
agen pelepas cetakan digunakan untuk meningkatkan
kinerja atau pemrosesan material.
Proses dalam menghasilkan produk SMC dijalankan
secara otomatis dan relatif baru untuk membuat produk
plastik diperkuat serat khususnya untuk industri otomotif.
Proses ini memungkinkan kontrol resin yang sangat baik
dan produk memiliki kekuatan mekanis yang baik dengan
volume produksi, ukuran yang tinggi serta produk yang
tinggi sifat keseragamannya.
Pada tahap kompressi yang merupakan tahap
pembentukan dari SMC rentan terhadap cacat seperti

103
porositas dan permukaan yang tidak rata. Beberapa jenis
cacat dapat dikurangi dengan teknik saat ini seperti
pencetakan vakum, namun dalam banyak kasus permukaan
yang dihasilkan tidak memenuhi standar otomotif untuk
panel eksterior. Lapisan dalam cetakan bertindak untuk
mengisi porositas, mengurangi terbentuknya permukaan
yang tidak rata, dan memberikan lapisan primer seperti
mantel, sehingga meningkatkan kualitas bagian permukaan
sesuai dengan standar otomotif.
B. Metode Penyatuan Serat dan Matriks
Sheet Moulding
Compound adalah bahan
siap yang merupakan
gabungan serat kaca,
resin dan filler. SMC
dibuat dengan mengukur
pasta resin ke plastic carrier film. Resin yang biasa
digunakan adalah termoset Polyester tetapi alternatif yang
tersedia seperti vinyl, fenolik dan Acrylic diubah tergantung
pada sifat utama yang diperlukan. Senyawa ini dibuat
dengan memotong serat kontinu ke pasta resin seperti yang
ditentukan pada film. Kaca sebagai campuran resin

104
selanjutnya ditutupi oleh lapisan resin lain pada film
pembawa kedua. Pemadatan rol untuk meratakan serat ke
dalam resin supaya distribusi serat seragam. Senyawa
terjepit di antara film-film pembawa dikumpulkan ke dalam
gulungan dan disimpan sampai jangka waktu tertentu.
Proses pembuatan SMC berjalan pada suhu antara 270o -
320oF.
Selanjutnya gulungan SMC kemudian digerakan
untuk mendekatkannya ke bagian press dan pemotongan
produk SMC menjadi pola tertentu untuk bagian khusus dan
ditempatkan pada cetakan logam yang tepat yang memiliki
suhu 149°C. Selanjutnya press hidrolis digutup dan SMC
mengalir secara uniform mengisi cetakan di bawah tekanan
1000 psi hingga membentuk produk akhir. Terkadang
produk akhir dikeluarkan di antara proses penekanan agar
didapatkan kualitas permukaan yang lebih baik.
Material komposit adalah material rekayasa yang
dibuat dari pencampuran dua atau lebih material untuk
menciptakan sebuah kombinasi sifat material yang baru dan
unik. Komposit terdiri dari suatu matrik dan reinforcement
yang ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan dan
kekakuan matrik. Komposit mampu mengabungkan

105
beberapa sifat material yang berbeda karakteristiknya
menjadi sifat yang baru dan sesuai dengan disain yang
direncanakan.
Komposit dapat diklasifikasikan berdasarkan matrik
yang digunakan, yaitu Metal Matriks Composite (MMC),
Ceramic Matriks Composite (CMC) dan Polymer Matriks
Composite (PMC). PMC merupakan matriks yang paling
umum digunakan pada material komposit. Matriks polymer
terbagi 2 yaitu termoset dan termoplastik.
Prepreg adalah komposit thermoplastic yang terbuat
dari Acrylonitril Butadiena Stirena (ABS) dan fiber atau serat
gelas. Ada dua metode utama memproduksi prepreg, yaitu
hot melt and solvent dip. Hot melt processing dapat
digunakan untuk menghasilkan prepregs satu arah /
unidirectional (UD) dan prepregs fabric, sedangkan solven
dip hanya dapat digunakan untuk menghasilkan prepregs
fabric.
Sheet molding Compound (SMC) adalah produk yang
ringan, kuat, dan memiliki banyak aplikasi seperti otomotif,
berbagai kegunaan industri dan struktural. SMC adalah jenis
plastik yang diperkuat serat ( FRP ) yang terutama terdiri
dari resin thermosetting, penambahan glass fiber, dan filler.

106
4.2. Sifat Sifat RFP (Fiberglass Reinsforced Plastic)
Akibat Gaya Tarik Untuk Unidirectional
Continous Fiber (UCF)

4.2.1. Fiber Reinforced Polimer


Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari
unit-unit berulang sederhana. Bahan-bahan seperti plastik,
serat, film dan sebagainya yang biasanya dipergunakan
dalamkehidupan sehari-hari dengan berat molekul di atas
10.000.
Polimer mempunyai struktur dan sifat yang rumit
disebabkan oleh jumlah atom pembentuk yang lebih besar
dibandingkan senyawa yang berat atomnya rendah.
Umumnya polimer dibangun oleh satuan struktur yang
tersusun secara berulang diikat oleh gaya tarik-menarik
yang disebut ikatan kovalen, dimana ikatan setiap
atom dari pasangan menyumbangkan satu elektron untuk
membentuk sepasang elektron, (Surdia T. , 1995). Sifat-
sifat khas bahan polimer pada umumnya adalah sebagai beri
kut :

107
1. Kemampuan cetaknya baik.
Pada temperatur rendah bahan dapat dicetak den
ganpenyuntikan, penekanan, ekstruksi dan seterusnya.
2. Produk ringan dan kuat.
Berat jenis polimer rendah dibandingkan dengan logam
dan keramik, yaitu n = 1,2 – 1,7 yang
memungkinkan membuat barang kuat dan ringan.
3. Banyak diantara polimer bersifat isolasi listrik yang baik.
Polimer mungkin juga dibuat
konduktor dengan cara mencampurnya dengan serbuk l
ogam butiran karbon dan sebagainya.
4. Baik sekali ketahanannya terhadap air dan zat kimia.
5. Produkproduk dengan sifat yang cukup berbeda dapat d
ibuat tergantung pada cara pembuatannya.
6. Umumnya bahan polimer lebih murah harganya.
7. Kurang tahan terhadap panas sehingga perlu cukup di
perhatikan pda penggunaannya.
8. Kekerasan permukaan yang sangat kurang.
9. Kurang tahan terhadap pelarut.
10. Mudah termuati listrik secara elektrostatis.
11. Beberapa bahan tahan abrasi atau mempunyai koefisien
gesek yang kecil, (Bilmeyer W. , 1994 ).

108
Sebagai unsur utama bahan komposit, penggunaan serat
polimer digunakan untuk menahan sebagian
besar gaya yang bekerja pada bahan komposit kemudian
dikenal dengan Fiber Reinforced Polimer atau disingkat
FRP.
Oleh karena itu bahan serat yang digunakan hendaknya
dari bahan yang kuat, kaku dan getas, sedangkan bahan
matrik dipilih bahan-bahan
yang liat, lunak dan tahan terhadap perlakuan kimia.
B. Unidirectional Continuous Fiber
Berdasarkan penempatannya terdapat beberapa tipe sera
t pada komposit, yaitu: continuous fiber composit
(unidirectional), woven fiber composite (bi-irectional),
discontinuous fiber composite
dan hybrid fiber composite. Continuous Fiber Composite
(komposit serat-kontinu) merupakan jenis serat yang
mempunyai susunan serat panjang dan lurus,
membentuk lamina diantara matriksnya.
Jenis komposit ini paling banyak digunakan, meski-pun
tipe ini mempunyai
kekurangan lemahnya pemisahan antar lapisan,

109
Decolon C., 2000).Penempatan 4 jenis tipe ini dapat
dilihat pada Gambar-1 berikut ini:

Gambar-1, Tipe Serat Pada Komposit


C. Sifat Mekanik dan Gaya Tarik
Ditinjau dari segi mekanik fungsi utama matrik adalah
mentransfer tegangan ke serat karena
serat lebih kuat dan memiliki modulus elastisitas yang le
bih tinggi dari pada matrik. Respon
komposit terhadap tegangan kerja bergantung kepada
fasa matrik, fraksi volume relatif,
panjang serat dan orientasi serat relatif terhadap arah
tegangan kerja. Beberapa prinsip dasar
tentang respon elastik terhadap tegangan dapat
diperoleh dari mode mekanik dimana serat

110
kontinu memiliki satu arah
(undirectional) dalam matrik isotropik tanpa void.
Hubungan ini menunjukkan bahwa bila rasio modulus
dan/atau fraksi volume serat meningkat, makin banyak
regangan ditransfer ke serat.

Gambar-2 (a), Kurva Tegangan-Regangan untuk


filament dan matrik, (b), Ketergantungan kekuatan
komposit pada fraksi volume filament kontinyu

D. Efek Orientasi Serat Terhadap Kekuatan


Faktor orientasi serat akan menentukan kekuatan mekani
s dari suatu bahan komposit dan
arah dimana kekuatan tersebut yang terbesar. Ada tig
a jenis orientasi serat yaitu penguatan

111
satu dimensi, dua dimensi dan tiga dimensi. Jenis
penguat serat satu dimensi
memiliki kekuatan dan modulus komposit yang
maksimum dalam arah orientasi sumbu
serat. Jenis penguatan dua dimensi menunjukkan
kekuatan yang berbeda pada setiap arah
orientasi serat. Sedangkan jenis penguatan tiga dimensi
adalah isotropic, artinya komposit akan memiliki
kekuatan yang sama pada satu titik. Sebagai
contoh CSM (Random Chopped Stand Mat) pada
komposit dianggap isotropic,
sedangkan pada bentuk anyaman (woven roving)
menunjukkan sifat yang berbeda
pada setiap titik, maka material ini disebut
anisotropic, (Hull, 1988).
Komposit dengan sistem seperti woven roving menunj
ukkan kekuatan pada arah serat itu
lebih besar daripada bukan arah serat tersebut dan sifat i
ni juga dipengaruhi oleh fraksi volume serat.
Untuk anyaman satu arah kekuatan tariknya lebih besar
pada arah serat dibandingkan dengan
arah tegak lurus terhadap serat. Pada arah normal ya

112
ng menanggung beban hanya matrik
saja. Ini merupakan prinsip lamina ortotropik yang
berbentuk roving atau fabrik, serat-
serat arahnya tertentu.
Komposit diperkuat serat kontinu pada arah yang sama
dengan arah tegangan kerja. Kekuatan komposit tipe
anisotropic ini bervariasi secara linier dengan fraksi
volume serat. Apabila orientasi serat membuat sudut Ǿ
dengan arah tegangan tarik yang diterapkan, maka
terjadi penurunan gradient kurva kekuatan untuk nilai
Vf (fraksi volume serat) yang lebih besar dari Vmin. Efek
pengurangan ini diperoleh dengan memasukkan faktor
orientasi ή dalam persamaan kekuatan dasar yang
menghasilkan:
Bila Ǿ bertambah mulai dari nol, maka ή turun
menjadi kurang dari satu. Untuk menyajikan analisis
yang lebih rinci dari variasi kekuatan komposit dengan
orientasi serat, lazim diterapkan teori “tegangan
maksimum” berdasarkan kenyataan bahwa ada tiga
mode kegagalan komposit. Selain sudut orientasi serat
Ǿ, terdapat tiga sifat komposit lain: kekuatan parallel
dengan serat (σfl), kekuatan geser matrik parallel dengan

113
serat τm, dan kekuatan tegak lurus pada serat σft. Setiap
mode kegagalan dinyatakan dengan persamaan yang
menghubungkan kekuatan komposit σcl dengan
tegangan terurai.
Untuk mode kegagalan pertama, yang dikendalikan oleh
perpatahan serat akibat tegangan tarik, berlaku
persamaan:

Apabila temperatur dinaikkan, mode kegagalan ini lebih


mudah terjadi pada komposit “off axis” karena kekuatan
geser τm turun lebih cepat dari τfl.
Pada mode kegagalan ketiga, terjadi rupture transvers,
baik di matrik atau antar muka serat/matrik
(debonding). Persamaan yang berlaku adalah:

Pada Gambar-3 memperlihatkan bentuk karakteristik


dari hubungan kekuatan komposit dan orientasi serat.
Selain memperlihatkan ciri anisotropik tinggi dari

114
penguatan kontinu-satu arah, juga memperlihatkan
manfaat apabila nilai Ǿ rendah. Perkiraan berdasarkan
penerapan teori tegangan maksimum, dan hasil
eksperimen menunjukkan kesesuaian dan memastikan
validasi umum kurva ini. Untuk perhitungan ini
diperlukan nilai terukur dari (σfl, τm).
Mode kegagalan ditentukan oleh persamaan yang
menghasilkan nilai kekuatan komposit σcl paling rendah,
berarti bahwa rupture transvers dominan apabila Ǿ
besar. Untuk nilai Ǿ yang relatif besar, kekuatan
komposit turun dengan cepat, hal ini berkaitan dengan
transisi dari kegagalan-tarik ke kegagalan geser pada
serat. Teori memprediksi kegagalan dalam arah
longitudinal akan terjadi pada saat 00 < Ǿ < 40, kegagalan
geser terjadi pada saat 40 < Ǿ < 240 dan kekuatan
transvers patahan terjadi pada saat Ǿ > 240. Gambar-3
menunjukkan hubungan antara mode kegagalan,
kekuatan, dan orientasi serat, (Hull D., 1988).

115
Gambar-3, Hubungan antara mode kegagalan, kekuatan,
dan orientasi serat (diagram skematik untuk komposit
serat kontinu satu arah)
Apabila kekuatan longitudinal sekitar sepuluh kali
kekuatan geser matrik, maka sudut kritis ini adalah
sekitar 60. Apabila penerapan meliputi tegangan kerja
yang tidak bekerja dalam satu arah, maka masalah
anisotropik dapat diselesaikan secara efektif atau
diminimalkan dengan penggunaan serat-kontinu dalam
bentuk tenunan kain atau laminasi. Meskipun bentuk ini
lebih isotropik dibandingkan komposit satu arah, selalu
terjadi penurunan kekuatan sedikit tetapi masih wajar
dan penurunan kekakuan yang tak terelakkan.
Serat gelas, serat karbon, dan serat aramid telah
digunakan, dan kadang-kadang digunakan kombinasi
dari dua atau lebih jenis serat (komposit hibrida).

116
Penguatan tiga dimensi sempurna, yang memiliki sifat
dalam arah tebal yang ditingkatkan, dihasilkan dengan
menumpuk lembaran kain tenun dan merajutnya
dengan serat kontinu.
Laminasi yang berbasis serat karbon dan serat
aramid biasanya dipergunakan untuk aplikasi kinerja
tinggi yang mencakup system tegangan kompleks
(seperti punter dan tekuk). Satuan konstruksi berwujud
lapisan komposit satu-arah yang tipius, dengan tebal 50-
130 μm. Lapisan disusun dengan cermat dengan
orientasi tertentu terhadap sumbu referensi orthogonal
(00 dan 900). Urutan penumpukan paling sederhana
adalah (0/90/90/0). Urutan lain yang lebih isotropik
adalah (0/+45/-45/-45/+45/0) dan (0/+60/-60/-
60/+60/0). Penumpukan lapisan dibuat simetris
terhadap bidang tengah laminasi untuk mencegah
distorsi dan untuk menjamin respon merata terhadap
tegangan kerja.
Gelas serat pendek dengan orientasi acak banyak
digunakan untuk lembaran dan benda cetak tiga
dimensi. Salah orientasi serat sering terjadi pada
komposit, yang sering kali merupakan hasil fabrikasi

117
yang tidak dapat dihindari. Sebagai contoh, resin berisi
serat pendek dibentuk dengan proses cetak injeksi, dan
campuran ini mengikuti jalur aliran yang rumit. Apabila
benda hasil cetakan dipotong, tampak bahwa serat
mengikuti pola aliran. Pola ini ditentukan oleh
viskositaslelehan, profil cetakan dan kondisi
pemrosesan. Pola aliran berulang dari cetakan ke
cetakan. Dekat permukaan cetakan, serat pendek
cenderung mengikuti jalur aliran “steamline”, di bagian
tengah inti, dimana aliran lebih turbulen, serta
cenderung orientasi transvers, (Smallman R.d., 2000).

4.3. Sifat Sifat RFP Akibat Gaya Tarik untuk


Discontinous Fiber
Penerapan komersial skala besar material komposit
dimulai sejak perang dunia II (akhir 1940 dan awal 1950)
dengan penerapan pada kapal untuk militer, tetapi saat ini
komposit diproduksi oleh peringkat industri yang berbeda,
meliputi aerospace, automotive, kapal laut, kapal boat,
peralatan olah raga, infrastruktur, dan banyak lagi.
Penggunaan material komposit tidak hanya terbatas
pada penerapan pesawat ruang angkasa dan angkatan laut

118
saja. Inovasi material baru, penurunan harga dan
pengembangan proses manufaktur yang meningkat telah
mengangkat keberadaan material komposit dalam hampir
setiap sektor industri. Komposit juga telah dipertimbangkan
menjadi material pilihan untuk sektor industri tertentu,
misalnya otomotif dan kendaraan berat lainnya.
Terdapat banyak alasan untuk pertumbuhan aplikasi
komposit, tetapi dorongan utama adalah bahwa produk
yang difabrikasi dari komposit lebih kuat dan lebih ringan.
Pengguna terbesar dari material komposit saat ini adalah
industri transportasi .
Dalam industri otomotif, komposit telah
dipertimbangkan menjadi material pilihan dalam beberapa
komponennya. Rekayasa material komposit karbon-karbon
berbasis serbuk limbah batubara dan serbuk limbah
cangkang kelapa belum banyak dilakukan di Indonesia.
Limbah organik yang jumlahnya semakin hari semakin
besar seharusnya menjadi peluang untuk diolah menjadi
karbon yang bermanfaat bagi perkembangan rekayasa
material maupun dalam rangka memelihara lingkungan
yang bersih dari limbah.

119
Pengolahan dan pemanfaatan serbuk limbah
batubara dan cangkang kelapa sebagai bahan dasar rekayasa
komposit karbon-karbon untuk memproduksi komponen-
komponen mekanik gesek baik untuk peralatan industri
maupun kendaraan ringan atau kendaraan berat dan
kendaraan militer atau bahkan peralatan militer, misalnya
untuk sepatu rem kendaraan atau pesawat, karbon brush
konduktor elektrik, konduktor elektrik pada pantograph
kereta rel listrik, dan lain-lain.
Komposit karbon-karbon secara historis telah
digunakan untuk aplikasi yang mensyaratkan stabilitas
ablasi dan temperatur tinggi, misalnya nosel roket dan exit
cones atau ketahanan aus pada temperatur menengah,
misalnya aircraft brakes, konduktor carbon brush untuk
generator elektrik, konduktor elektrik pada pantograph kereta
rel listrik, dan lain-lain. Proses tersebut secara tipikal
meliputi fabrikasi beberapa jenis sampel pra bentuk
komposit organik, pemanasan sampel pra bentuk tersebut
sampai temperatur tinggi untuk menguraikan material
organik menjadi karbon (biasa disebut karbonisasi), dan
kemudian menginfiltrasi komposit tersebut untuk mengisi
celah-celah yang tertinggal setelah dekomposisi, biasa

120
dikenal dengan istilah densifikasi. Proses karbonisasi dan
densifikasi dapat diulang-ulang sebanyak yang diperlukan
sampai material mencapai densitas yang diinginkan .
4.3.1 Pengertian Bahan Komposit
Komposit berasal dari kata kerja “to compose“ yang
berarti menyusun atau menggabung. Komposit merupakan
rangkaian dua atau lebih bahan yang digabung menjadi satu
bahan secara mikroskopis dimana bahan pembentuknya
masih terlihat seperti aslinya dan memiliki hubungan kerja
diantaranya sehingga mampu menampilkan sifat-sifat yang
diinginkan.
4.3.2 Klasifikasi komposit, menurut :
A. Kombinasi material utama, seperti metal-organic atau
metal anorganic.
B. Karakteristik bulkform, seperti sistem matrik atau
laminate.
C. Distribusi unsur pokok, seperti continous dan
discontinous.
D. Fungsinya, seperti elektrikal atau structural.
Secara garis besar komposit diklasifikasikan menjadi tiga
macam (Jones, 1975), yaitu:
1. Komposit serat (Fibrous Composites)

121
2. Komposit partikel (Particulate Composites)
3. Komposit lapis (Laminates Composites)
a. Penyusun Komposit
Komposit pada umumnya terdiri dari 2 fasa:
1. Matriks
Matriks adalah fasa dalam komposit yang
mempunyai bagian atau fraksi
volume terbesar (dominan). Matriks mempunyai fungsi
sebagai berikut :
a) Mentransfer tegangan ke serat.
b) Membentuk ikatan koheren, permukaan
matrik/serat.
c) Melindungi serat.
d) Memisahkan serat.
e) Melepas ikatan.
f) Tetap stabil setelah proses manufaktur.
2. Reinforcement atau Filler atau Fiber
Salah satu bagian utama dari komposit adalah
reinforcement (penguat) yang
berfungsi sebagai penanggung beban utama pada komposit.
Secara strukturmikro material komposit tidak merubah
material pembentuknya

122
(dalam orde kristalin) tetapi secara keseluruhan material
komposit berbeda
dengan material pembentuknya karena terjadi ikatan antar
permukaan antara
matriks dan filler.
Keuntungan dari komposit yang disusun oleh
reinforcement berbentuk partikel:
a) Kekuatan lebih seragam pada berbagai arah
b) Dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan
meningkatkan kekerasan
material
c) Cara penguatan dan pengerasan oleh partikulat adalah
dengan menghalangi
pergerakan dislokasi.
3. Fiber sebagai penguat (Fiber composites)
Fungsi utama dari serat adalah sebagai penopang
kekuatan dari komposit, sehingga
tinggi rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung dari
serat yang digunakan.

123
4. Tipe serat pada komposit
a) Continuous Fiber Composite , Continuous atau uni-
directional, mempunyai susunan serat panjang dan lurus,
membentuk lamina diantara matriksnya.
b) Woven Fiber Composite (bi-dirtectional), Komposit ini tidak
mudah terpengaruh pemisahan antar lapisan karena
susunan seratnya juga mengikat antar lapisan.
c) Discontinuous Fiber Composite (chopped fiber composite) ,
Komposit dengan tipe serat pendek masih dibedakan lagi
menjadi :
1) Aligned discontinuous fiber
2) Off-axis aligned discontinuous fiber
3) Randomly oriented discontinuous
fiber
4.3.3. Karakterisasi
Metode karakterisasi material komposit dapat
diklasifikasikan dalam :
1. Metode fisik digunakan untuk mengetahui ketebalan,
distribusi dan morfologi serat yang ada di permukaan.
2. Metode mekanik digunakan untuk mengetahui tingkat
kekuatan dari material komposit tersebut.

124
Adapun karakterisasi material komposit yang akan
dilakukan antara lain uji sifat fisik dengan menggunakan
mikrometer skrup untuk mengetahui ketebalan hidrogel
serat nata de coco dan digital analitical balance untuk
mengukur densitas serat dan derajat swelling (penyerapan
air), serta uji mekanik dengan menggunakan :
a. Scanning Electron Microscopy (SEM)
Electron Microscopy (EM) adalah salah satu teknik
yang digunakan untuk karakterisasi material komposit. SEM
merupakan metode yang tepat untuk mengkarakterisasi
meterial komposit dengan batas maksimum resolusi
mikroskop elektron 10 nm.
b. Scanning Electron Microscopy Energy Dispersive (SEM-
EDX)
Uji ini dilakukan untuk melihat morfologi
permukaan material dan mengetahui persentase komposisi
suatu unsur atau senyawa dari material yang dianalisa,
selain itu uji ini digunakan untuk mengetahui apakah
partikel-partikel filler yang dikomposit telah tersebar merata
di bagian permukaan serat.

125
c. X-Ray Diffraction (XRD)
Sinar X adalah bentuk dalam radiasi elektromagnetik
yang memiliki energi tinggi dan panjang gelombang pendek.
Dari hasil XRD ini dapat dilakukan karakterisasi secara
kualitatif dan kuantitatif.
d. Tensile Test
Tensile test digunakan untuk menguji kekuatan tarik
dari material komposit yang telah dibuat. Dimensi material
komposit atau spesimen yang diuji tergantung dari metode
pengukuran tensile yang digunakan, contohnya untuk
pengukuran tensile strength dengan mentode ASTM-638
biasanya dimensi yang digunakan adalah tebal 0,5 mm, lebar
12,5 mm dan gauge length 50 mm.

Pengujian tarik (tensile test) adalah pengujian


mekanik secara statis dengan cara sampel ditarik dengan
pembebanan pada kedua ujungnya dimana gaya tarik yang
diberikan sebesar P. Tujuannya untuk mengetahui sifat-sifat
mekanik tarik dari komposit yang diuji. Pertambahan

126
panjang (Δl) yang terjadi akibat gaya tarikan yang diberikan
pada sampel uji disebut deformasi. Uji tarik ini
menggunakan ASTM 638.
Regangan merupakan ukuran untuk kekenyalan
suatu bahan yang harganya biasanya dinyatakan dalam
persen. 𝜀=(Δ𝑙 / 𝑙0 )𝑥100%=(( 𝑙−𝑙𝑜)/𝑙0)𝑥 100%
Dengan : 𝜀 = regangan (%) , Δ𝑙 = Pertambahan panjang
(mm) ,,dan
𝑙𝑜 = Panjang mula-mula (mm) ,,, 𝑙 = Panjang akhir (mm)
Perbandingan gaya pada sampel terhadap luas
penampang lintang disebut tegangan (stress). Tegangan tarik
maksimum suatu kekuatan tarik (tensile strenght) suatu
bahan ditetapkan dengan membagi gaya tarik maksimum
dengan luas penampang mula-mula. Adapun persamaannya
adalah : 𝜎 = 𝑃/𝐴
-2
Dimana : 𝜎 = Tegangan perpatahan (Nm ) , 𝑃 = Gaya
perpatahan (N) ,DAN
2
𝐴 = Luas penampang awal (m )
Perbandingan tegangan terhadap perpanjangan disebut
modulus tarik 𝐸= 𝜎/𝜀

127
Dimana : 𝐸 = Modulus Elastisitas atu Modulus Young (Pa)
2
,, 𝜎 = Tegangan (N/m ) dan 𝜀 = Regangan
Modulus Young adalah ukuran suatu bahan yang diartikan
ketahanan material tersebut terhadap deformasi elastic.
Makin besar modulusnya, maka semakin kecil regangan
elastic yang dihasilkan akibat pemberian tegangan.
Kekuatan tarik (tensile strength) plastik merupakan
salah satu parameter mutu plastik,ditentukan berdasar uji
tarik yang dilakukan dengan menggunakan mesin uji
tarik.Tegangan tarik ditentukan berdasarkan gayayang
bekerja untuk memutuskan plastik dibagi dengan luas
penampang semula. Mesin uji tarik dirancang berdasarkan
gaya maksimum 3000 N, digerakkan oleh mekanisme motor
listrik. Gaya tarik maksimum ditentukan berdasarkan
tegangan tarik maksimum jenis plastik, berikut ini adalah
tegangan tarik berbagai jenis plastik.
Plastik Nama Kimia Singkatan
TeganganMaksimum(N/mm2)
Polipropilen PP 30 – 36
Poliethilen PE 20 – 30
Polisthiren PS 40 – 50
Polivinilchloride PVC 35 – 60

128
Di lain pihak ada Carbon Fiber Reinforced Plate (CFRP) yang
menawarkan beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh
baja tulangan yaitu : mempunyai kuat tarik yang jauh lebih
tinggidari kuat tarik baja tulangan, yaitu sebesar 2800MPa,
mempunyai kekakuan yang cukup tinggi dimana modulus
elastisitasnya (E) 165.000 MPa,tidak mengalami korosi
karena terbuat dari bahan non logam, mempunyai
penampang yang kecil dan ringan dengan berat 1,5 g/cm3,
serta mudah pemasangannya.

129
Bab 5. Pengaruh Beban Pada Bahan Fiberglass
Reinsforced Plastic (FRP)

5.1. Moda Kegagalan Mikrostruktur Akibat Beban


Tarik Longitudinal
Suatu struktur dikatakan gagal bila mikrostruktur
tersebut tidak dapat lagi berfungsi dengan baik. Dengan
demikian definisi kegagalan berbeda menurut kebutuhan
yang berlainan. Untuk penerapan mikrostruktur tertentu,
deformasi yang kecil barangkali sudah dianggap gagal,
sedang pada mikrostruktur yang lain hanya kerusakan total
dapat dianggap gagal.
Hal ini sangat mencolok terlihat pada bahan
komposit. Material komposit merupakan material yang
terbentuk dari kombinasi antara dua atau lebih material
pembentuknya melalui pencampuran yang tidak homogen,
dimana sifat mekanik dari masing-masing material
pembentuknya berbeda.
Material komposit memiliki sifat mekanik yang lebih
bagus dari pada logam, memiliki kekuatan bisa diatur yang
tinggi (tailorability), memiliki kekuatan lelah (fatigue) yang
baik, memiliki kekuatan jenis (strength/weight) dan
kekakuan jenis (modulus Young/density) yang lebih tinggi

130
daripada logam, tahan korosi, memiliki sifat isolator panas
dan suara, serta dapat dijadikan sebagai penghambat listrik
yang baik, dan dapat juga digunakan untuk menambal
kerusakan akibat pembebanan dan korosi.
Pada bahan ini, kerusakan internal mikroskopik
(yang tidak diamati mata) dapat terjadi jauh sebelum
kerusakan nyata terlihat. Kerusakan internal mikroskopik ini
terjadi dalam beberapa bentuk, seperti
1. patah pada serat ( fiber breaking)
2. retak mikro pada matriks (matrix microcrack)
3. terkelupasnya serat dari matriks (debonding)
4. terpisahnya lamina satu sama lain (delamination)
Foto-foto mikrograf dapat menunjukkan jenis-jenis
kerusakan internal mikroskopik tersebut. Kerusakan ini
sama sekali tidak dapat diamat dengan mata telanjang, dan
baru terlihat bila mata frekuensi kerusakannya cukup besar
di suatu tempat yang sama.
Karena itu pada kondisi sebenarnya sangat susah
untuk menentukan kapan suatu bahan komposit dikatakan
rusak atau gagal. Apakah permulaan timbulnya kerusakan
mikro sudah menyebabkan bahan tersebut dikatakan

131
rusak/gagal?. Atau, bila kerusakan mikro tersebut masih
dapat ditoleransi, berapa besar toleransi yang diijinkan?.
Karena rumitnya masalah tersebut, pada kebanyakan
kasus mikrostruktur, bahan komposit dikatakan gagal, bila
bahan tersebut telah rusak total ketika mendapat beban
tertentu, atau kurva tegangan-regangan yang ditunjukkan
tidak lagi linier. Dan ini berlaku baik untuk lapisan tunggal
maupun lamina.
5.1.1. Efek Orientasi Serat Terhadap Kekuatan
Komposit diperkuat serat kontinu pada arah yang
sama dengan arah tegangan kerja kekuatan komposit adalah
kekuatan maksimal. Kekuatan komposit tipe anisotropic ini
bervariasi secara linier dengan fraksi volume serat. Apabila
orientasi serat membuat sudut ∅ dengan arah tegangan tarik
yang diterapkan, maka terjadi penurunan gradien kurva
kekuatan untuk nilai Vf (fraksi volume serat) yang lebih
besar dari Vmin.
Efek pengurangan ini diperoleh dengan
memasukkan faktor orientasi ή dalam persamaan kekuatan
dasar yang menghasilkan:

132
dengan:
𝜎 = Tegangan komposit (N)
ή = Faktor orientasi
𝜎𝑓 = Tegangan serat (N)
𝑉𝑓 = Fraksi volume serat (m3)
𝜎𝑚′= Tegangan dimana matrik mulai mengalami
deformasi plastis dan pengerasan –regangan.
Bila sudut orientasi serat ∅ bertambah mulai dari nol,
maka faktor orientasi η turun menjadi kurang dari satu.
Untuk menyajikan analisis yang lebih rinci dari
variasi kekuatan komposit dengan orientasi serat, lazim
diterapkan teori “tegangan maksimum” berdasarkan
kenyataan bahwa ada tiga mode kegagalan komposit. Selain
sudut orientasi serat ∅, terdapat tiga sifat komposit lain :
kekuatan parallel dengan serat (𝜎𝑓𝑙), kekuatan geser matrik
parallel dengan serat 𝜏𝑚, dan kekuatan tegak lurus pada
serat 𝜎𝑓𝑡. Setiap mode kegagalan dinyatakan dengan
persamaan yang menghubungkan kekuatan komposit 𝜎𝑐𝑙
dengan tegangan terurai.
Untuk model kegagalan pertama, yang dikendalikan oleh
perpatahan serat akibat tegangan tarik, berlaku persamaan :

133
Persamaan kegagalan yang dikendalikan oleh
geseran pada bidang parallel dengan serat adalah:

Apabila temperature dinaikkan. Mode kegagalan ini lebih


mudah terjadi pada komposit “off-axis” karena kekuatan
geser 𝜏𝑚 turun lebih cepat dari 𝜎𝑓𝑙.
Pada mode kegagalan ketiga, terjadi rupture
transvers, baik di matrik atau antar muka serat/matrik
(debonding). Persamaan yang berlaku ialah :

Gambar 5. 1. Hubungan antara mode kegagalan, kekuatan, dan


orientasi serat (diagram skematik untuk komposit
serat kontinu satu arah)

134
Gambar diatas memperlihatkan bentuk karakteristik
dari hubungan kekuatan komposit dan orientasi serat. Selain
memperlihatkan ciri anisotropic tinggi dari penguatan-
kontinu satu arah, juga memperlihatkan manfaat apabila
nilai ∅ rendah.
Perkiraan berdasarkan penerapan teori tegangan
maksimum, dan hasil eksperimen menunjukkan kesesuaian
dan memastikan validasi umum kurva ini. (Untuk
perhitungan ini diperlukan nilai terukur dari 𝑓𝑙, 𝜏𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝜎𝑓𝑙).
Mode kegagalan ditentukan oleh persamaan yang
menghasilkan nilai kekuatan komposit 𝜎𝑐𝑙 paling rendah,
berarti bahwa rupture transvers dominan apabila ∅ besar.
Untuk nilai ∅ yang relatif rendah, kekuatan komposit turun
dengan cepat, hal ini berkaitan dengan transisi dari
kegagalan – tarik ke kegagalan geser pada serat.
Dengan eliminasi 𝜎𝑐𝑙 dari dua persamaan pertama
dari ketiga persamaan tadi dihasilkan sudut kritis untuk
transisi ini :
Apabila kekuatan longitudinal sekitar sepuluh kali
kekuatan geser matrik,maka sudut kritis ini adalah sekitar 60

135
Apabila penerapan meliputi tegangan kerja yang
tidak bekerja dalam satu arah, maka masalah anisotropi
dapat diselesaikan secara efektif atau diminimalkan dengan
penggunaan serat-kontinu dalam bentuk tenunan kain atau
laminasi. Meskipun bentuk ini lebih isotropic dibandingkan
komposit satu arah, selalu terjadi penurunan kekuatan
sedikit tetapi masih wajar dan penurunan kekakuan yang
tak terelakkan.
Serat gelas, serat karbon, dan serat aramid telah
digunakan, dan kadang-kadang digunakan kombinasi dari
dua atau lebih jenis serat (komposit hibrida). Tersedia pula
kain serat dengan berbagai pola tenun. Pada selembar kain
tenun dua dimensi terdapat sejumlah serat dengan orientasi
dimensi ketiga. Penguatan tiga dimensi sempurna, yang
memiliki sifat dalam arah tebal yang ditingkatkan,
dihasilkan dengan menumpuk lembaran kain tenun dan
merajutnya dengan serat kontinu.
Laminasi yang berbasis serat karbon dan serat
aramid biasanya dipergunakan untuk aplikasi kinerja tinggi
yang mencakup sistem tegangan kompleks (seperti punter
dan tekuk). Satuan konstruksi berwujud lapisan komposit
satu arah yang tipis, dengan tebal 50-130 µm. Lapisan

136
disusun dengan cermat dengan orientasi tertentu terhadap
sumbu referensi orthogonal (00 dan 900 ). Urutan
penumpukan paling sederhana adalah (0/90/90/0). Urutan
lain yang lebih isotropic adalah (0/+45/-45/-45/+45/0) dan
(0/+60/-60/-60/+60/0).
Penumpukan lapisan dibuat simetris terhadap
bidang tengah laminasi untuk mencegah distorsi dan untuk
menjamin respon merata terhadap tegangan kerja.
Gelas serat pendek dengan orientasi acak banyak
digunakan untuk lembaran dan benda cetak tiga dimensi.
Salah orientasi serat sering terjadi pada komposit, yang
seringkali merupakan hasil fabrikasi yang tidak dapat
dihindari. Sebagai contoh, resin berisi serat pendek dibentuk
dengan proses cetak injeksi, dan campuran ini mengikuti
jalur aliran yang rumit.
Apabila benda hasil cetakan dipotong, tampak
bahwa serat mengikuti pola aliran. Pola ini ditentukan oleh
viskositas lelehan, profil cetakan dan kondisi pemrosesan.
Pola aliran berulang dari cetakan ke cetakan. Dekat
permukaan cetakan, serat pendek cenderung mengikuti jalur
aliran “steamline”, di bagian tengah inti, dimana aliran lebih
turbulen, serta cenderung orientasi transversal.

137
5.1.2. Modus Kegagalan Pada Lamina
Pada umumnya ada tiga macam pembebanan yang
menyebabkan suatu bahan komposit rusak. Yaitu
pembebanan tarik dan tekan, baik dalam arah longitudinal
maupun transversal, serta geser. Pada kasus kombinasi
kedua tipe ini patah serat terjadi disembarang tempat,
dibarengi dengan kerusakan matriks. Modus kerusakan
berwujud seperti sikat (brush type). Modus kegagalan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti kekuatan
serat dan matriks, maupun fraksi volume serat dan matriks.
Bila fraksi volume serat pada bahan komposit mengecil,
modus patah yang terjadi kebanyakan bertipe getas. Suatu
percobaan dengan bahan komposit serat gelas (fiberglass)
menunjukkan bahwa bila fraksi volume serat, Vf < 0,40 ,
modus kegagalan yang terjadi bertipe getas. Pada fraksi
volume menengah, 0,40 < Vf < 0,65, modus yang terjadi
adalah patah getas dan debonding, sedang bila Vf < 0,65,
menunjukkan patah getas, debonding, serat tercabut dari
matriks, atau bahkan matriks rusak akibat gaya geser. Ini
akan terjadi bila kandungan void (gelembung udara) pada
bahan tersebut diabaikan.

138
5.1.3. Modus Kegagalan Akibat Beban Tekan Longitudinal
Bila bahan komposit diberi beban tekan searah serat,
serat akan berfungsi sebagai kolom (column) pada pondasi
elastis (elastic foundation). Karena itu modus kegagalan yang
terjadi kebanyakan adalah buckling serat (microbuckling).
Pada bahan komposit dengan fraksi volume serat
yangrendah (Vf < 0,40 ), microbuckling bahkan dapat terjadi
saat matriks masih berada dalamkondisi elastis. Tetapi pada
kebanyakan aplikasi praktis, microbucklin serat biasanya
diikuti dengan yielding pada matriks dan atau debonding
dan microcrack pada matriks. Ada dua macam microbuckling
yang dapat terjadi, yaitu : microbuckling sefasa, dan
microbuckling beda fasa
Microbuckling sefasa terjadi bila kekakuan geser
matriks (matrix shear stiffness) tidak cukup kaku untuk
menjaga serat agar tetap tegak, dan serat-serat tersebut
tergeser kesamping dalam arah yang sama. Karena itu
modus microbuckling yang terjadi disebut modus geser.
Microbuckling beda fasa terjadi bila kekakuan
transversal matriks (matrix transversal stiffness) tidak cukup
kaku untuk menahan pergeseran ke samping, sehingga
serat-serat melengkung ke samping pada fase yang berbeda.

139
Karena itu modus microbuckling seperti ini sering disebut
modus tarik. Modus seperti ini sering terjadi bilafraksi
volume serat sangat rendah.
Pada aplikasi praktis, modus
microbuckling sefasalah yang sering terjadi. Modus seperti
ini sering diikuti dengan kegagalan “kink-band” (kink band
falure). Bila ukuran serat relatif “tebal”, maka
microbuckling belum sempat terjadi, sudahkeduluan
modus-modus kegagalan yang lain. Dan modus kegagalan
yang akan terjad itergantung dari kekuatan geser (shear
strength) bahan matriks.
Bila kekuatan geser matriks rendah, matriks tidak
mampu menahan gaya geser yang terjadi pada Interface
antara serat dan matriks, dan terjadi modus kegagalan geser.

5.2. Beban Transfersal Arah Serat pada RFP


5.2.1. Fiber-Reinforced Composite
Komposit ini berupa serat/fiber yang ditanam dalam
matriks yang biasanya bersifat lebih lunak, sehingga
dihasilkan produk dengan rasio strength/weight yang
tinggi. Material matriks meneruskan beban kepada
serat/fiber yang berfungsi menyerap stress. Untuk

140
mendapatkan strengthening dan stiffening yang efektif, maka
perlu diketahui panjang kritik dari serat.

Gambar 1. FRC
 Ada panjang kritik tertentu yang diperlukan agar
penguatan oleh serat menjadi efektif.
 Panjang kritik lc tergantung pada diameter serat d
dan tensile strength *f , juga pada kekuatan ikatan
serat-matriks c, menurut persamaan berikut:

 *f d
lc 
2 c
Contoh: untuk kombinasi kaca dan serat karbon, lc = 1
mm (= 20 – 150 kali dimeternya)

141
Gambar 2, Stress–position profiles when fiber length is equal
to the critical length

Gambar 4, Stress–position profiles when fiber length is


greater than the critical length

Gambar 5, Stress–position profiles when fiber length is less


than the critical length
a. Kekuatan komposit ini disebabkan oleh ikatan antara
serat penguat dengan matriks.
b. Rasio panjang/diameter (disebut aspect ratio) dari
serat penguat akan mempengaruhi sifat-sifat
komposit.

142
c. Semakin besar aspect ratio, maka semakin kuat
komposit. Oleh karena itu untuk komposit
konstruksi, serat yang panjang lebih baik daripada
serat pendek.
d. Akan tetapi serat panjang lebih sulit diproduksi
daripada serat pendek
e. Serat pendek lebih mudah diatur dalam matriks,
tetapi efek penguatannya kurang baik dibandingkan
dengan serat panjang.
f. Oleh karena itu perlu adanya trade-off antara jenis
serat yang digunakan dengan efek penguatan yang
diinginkan.
g. Jumlah serat juga berpengaruh terhadap kekuatan
komposit; semakin banyak jumlah serat, maka
semakin kuat komposit yang dihasilkan.
h. Batas maksimum jumlah serat adalah sekitar 80%
dari volume komposit. Jika jumlah serat > 80% maka
matriks tidak dapat menutupi seluruh serat dengan
sempurna.
i. Serat dengan l >> lc (normal: l > 15 lc) disebut
kontinyu, sementara Serat dengan l < 15 lc disebut
diskontinyu.

143
j. Jika panjang serat < lc, maka komposit yang
dihasilkan pada dasarnya sama dengan particulate
composites.
Tabel 1, Indeks Properties untuk beberapa serat

5.2.2. Pengaruh Orientasi Dan Konsentrasi Serat


a. Susunan atau orientasi serat terhadap serat lainnya,
konsentrasi serat, dan keseragaman distribusi akan
mempengaruhi kekuatan dan sifat-sifat lainnya dari
fiber-reinforced composites.
b. Ada dua orientasi yang ekstrim: (i) sejajar teratur,
dan (ii) acak seluruhnya.
c. Serat kontinyu biasanya sejajar teratur, sementara
serat diskontinyu dapat teratur atau acak.

144
5.3. Beban Tekan Arah Transfersal (Terhadap Arah
Serat)
Penggunaan fiber sebenarnya sudah sejak dahulu,
misalnya jerami digunakan untuk memperkuat batu bata
dan rambut kuda untuk memperkuat plesteran. Pada tahun
1900 sudah ada peneliti yang menggunakan fiber asbes
dalam pasta semen. Meskipun demikian fiber baru mulai
popular digunakan dalam adukan composit pada akhir 1950.
Bahan yang termasuk fiber di bidang material komposit
adalah baja (stell), plastic (polypropylene), glass fiber dan carbon
fiber. Secara umum material komposit tersusun dari dua
komponen utama yaitu matrik (bahan pengikat) dan filler
(bahan pengisi). Penggunaan fiber dalam beton biasanya
dihitung berdasarkan persentase volume fiber di dalam
komposit. Terdapat kadar optimum fiber yang dapat
dimasukkan ke dalam komposit. Penggunaan kadar yang
terlalu banyak maka akan mengurangi kelecakan composit
dan mengakibatkan balling, dimana fiber akan saling
berkaitan dan membentuk bola yang sangat berongga.

Polimer yang diperkuat dengan fiber reinforced


menunjukkan kekakuan dan kekuatan terhadap arah fiber.

145
Selain itu, sifat fiber dan matriks sangat mengikuti
perkiraan isostrain hingga permulaan timbulnya kegagalan,
dan memungkinkan untuk mengembangkan model analitik
agar dapat memprediksi tensil (Curtin WA, Takeda N, 1998 )
secara akurat dan kekuatan tekanan atau kompresif
(Budiansky B, Fleck NA, 1993) pada arah fiber. Sebaliknya,
sifat mekanik akibat beban tekan transverse tidak dapat
diwakili melalui pendekatan isostrain atau isostres
sederhana, dan model-model mikromekanik yang mampu
memprediksi kekuatan dari kegagalan yang timbul sebagai
fungsi sifat konstituen, fraksi volume, distribusi bentuk
belum dimiliki. Ini merupakan hal penting karena
karakterisasi eksperimental dari sifat akibat beban tekan
pada arah transverse lebih berkaitan dengan ketidakpastian
dibandingkan pada arah longitudinal. Selain itu, kekuatan
tekanan longitudinal sangat dipengaruhi oleh sifat
transverse tersebut (Vogler TJ, Hsu S-Y, Kyriakides S.2000),
dan perkembangan kriteria kegagalan bagi lapisan yang
meliputi interaksi antara tekanan longitudinal dan
transverse harus bergantung pada pengetahuan yang sesuai
mengenai sifat dibawah muatan transverse hingga
timbulnya kegagalan.

146
Mikromekanik komputasional sebagai alat akurat
untuk mengkaji sifat mekanis dari komposit atau biasa
disebut “uji fraktur virtual”. Sifat makroskopis dari sebuah
komposit dapat diperoleh dengan alat simulasi numerik
deformasi dan kegagalan elemen volume mikrostruktur
(Lusti HR, Hine PJ, Gusev AA). Ketika dibandingkan
dengan teknik homogenasi, mikromekanik komputasional
lebih memberikan manfaat penting. Pertama, pengaruh
distribusi geometri dan ruang dari fase tersebut (misalnya,
ukuran, bentuk, pengelompokkan, konektifitas, dll) dapat
diperhitungkan dengan akurat. Kedua, dapat diketahui
lebih jelas mengenai area mikro di seluruh
mikrostrukturnya diperoleh melalui tomografi sinar X
dengan bantuan computer atau melalui simulasi computer
yang bernama “uji fraktur virtual” pada komposit yang
diperkuat dengan fiber.
Melalui “uji fraktur virtual “ ini digunakan untuk
menganalisis sifat mekanik komposit polimer yang
diperkuat oleh fiber reinforced yang diperuntukkan bagi
beban tekan arah kompresi transverse. Hal ini digunakan
untuk menganalisis sifat mekanik komposit polimer yang
diperkuat oleh fiber reinforced untuk beban tekan arah

147
kompresi transverse. Mikrostruktur komposit
disempurnakan dengan dispersi acak dan homogen dari
fiber paralel, melingkar, dan elastis yang tertanam pada
matriks polimerik berkesinambungan. Deformasi utama dan
mekanisme kegagalan yang dilaporkan di dalam literature
(yaitu sifat nonlinear matriks dan kegagalan antarmuka)
begitupun dengan pengaruh tekanan residu termal
diperhitungkan di dalam simulasi dan sebuah kajian
parametrik dilakukan untuk menganalisis pengaruh dari
parameter-parameter ini terhadap kurva regangan tegangan,
kekuatan kegagalan, keterbentukan dan mode kegagalan
yang menyertainya.
Beberapa bukti eksperimen menunjukkan bahwa
lamina komposit polimer-matriks yang diperkuat oleh
karbon atau fiber glass dengan reinforced ternyata gagal
dibawah beban tekan arah kompresi serat transverse
terhadap bidang yang paralel terhadap fiber . Sudut α yang
dibentuk antara bidang kegagalan dan arah ketebalan (atau
tegaklurus terhadap muatan di dalam sudut) adalah sedikit
berada diatas 45° dan nilai yang diperoleh berada pada
rentang 50-56°. Hal ini didukung oleh penelitian mengenai
permukaan lateral dari matriks epoksi Hexcel 8552 secara

148
uniaksial yang diperkuat dengan fiber karbon vol.% AS4
yang termuat dibawah kompresi transverse. Terdapat pita
deformasi plastik yang kuat di dalam matriks dan
cenderung berada pada sudut 56° dalam kaitannya terhadap
bidang yang tegak lurus terhadap sumbu muatan, yang
muncul sebelum muatan maksimum (Gambar 1). Kerusakan
melalui dekohesi antarmuka yang berkembang di sekitar
pita-pita ini (Gambar 2a) dan fraktur akhir terjadi akibat
gagalnya matriks dalam pergeseran, sebagaimana yang
dibuktikan permukaan fraktur matriks (Gambar 2b).

Gambar 1. Pemindaian
mikrograf electron dari
permukaan lateral
specimen AS4/epoksi yang
termuat dibawah
kompresi transverse
menunjukkan pita-pita
deformasi plastik di dalam matriks sebelum muatan maksimum

149
Hasil ini menunjukkan bahwa kekuatan polimer
yang diperkuat dengan fiber dibawah kompresi transverse
dikontrol oleh dua mekanisme dominan, yaitu lokalisasi
regangan plastik matriks disekitar pita geser dan
berkembangnya kerusakan melalui dekohesi antarmuka.
Kedua proses tersebut (dan interaksinya) dapat
diperhitungkan di dalam kerangka mikromekanik

Gambar 2. Pemindaian mikrograf electron dari permukaan lateral


specimen AS4/epoksi yang termuat dibawah kompresi transverse .
(a) Kerusakan melalui dekohesi antarmuka di sekitar pita-pita geser
matriks. Sumbu muatan berada dalam posisi horizontal. (b)
Permukaan fraktur. Keberadaan bulu-bulu di dalam matriks
merupakan indikasi timbulnya kegagalan akibat pergeseran.

150
5.3.1. Model komputasional
Kekuatan kompresif dibawah muatan transverse dari
polimer yang diperkuat dengan fiber dapat dikaji dengan
menggunakan mikromekanik komputasional. Dalam strategi
pemodelan ini, kurva regangan tegangan dimasukkan
dengan menggunakan analisis elemen terbatas dari RVE
mikrostruktur komposit. Simulasi tersebut menunjukkan
peranan yang dimainkan oleh dua mekanisme kerusakan
dominan (dekohesi pada antarmuka dan formasi pita geser
pada matriks) dalam mengontrol kekuatan komposit. Di sisi
lain, jika dekohesi terhambat, kegagalan yang timbul akan
selesai dengan perkembangan pita geser dalam matriks,
yang tersebar melalui mikrostruktur pada sudut ±(45° +
Ø/2) dan berkaitan dengan bidang yang tegak lurus pada
sumbu kompresi. Kekuatan tekanan sedikit lebih tinggi
dibanding dengan kekuatan matriks dibawah kompresi
uniaksial akibat dari penguatan tambahan yang diberikan
oleh fiber kaku. Disamping itu, pecahan antarmuka
dinukleasikan atau diintikan pada tekanan terrendah dalam
komposit dengan antarmuka yang lemah, sementara matriks
masih berada dalam area elastis. Konsentrasi tekanan pada
ujung pecahan antarmuka menukleasi pita geser plastic

151
antara pecahan yang berdekatan, dan mengarah pada
evolusi pecahan-pecahan tersebut menjadi rongga
antarmuka yang sangat besar. Fraktur akhir yang terjadi
melalui perkembangan pita deformasi lokal yang dibentuk
oleh rongga antarmuka dan terhubung melalui pita geser
matriks, orientasi pita-pita tersebut dikontrol oleh distribusi
fiber dalam RVE. Saat kekuatan antarmuka sama dengan
tekanan arus matriks dalam kompresi (N ≈ c), simulasi
numerik menunjukkan bahwa kekuatan maksimum
sepenuhnya dikontrol oleh matriks, dan bertepatan dengan
formasi pola awal dari pita geser di dalam matriks, yang
cenderung berada pada ±(45° + Ø/2) dalam kaitannya
dengan sudut yang tegak lurus terhadap sumbu kompresi.
Fraktur akhir selesai setelah perkembangan pita geser
dominan, yang sedikit salah orientasi dalam kaitannya
dengan sudut teoritis, yang jalurnya diatur oleh hubungan
pecahan antarmuka pada fiber yang berdekatan.

5. 4. Transformasi Tegangan dan Regangan pada RFP


Dewasa ini struktur beton yang sering kita jumpai
banyak yang mengalami kerusakan. Kerusakan struktur
tersebut dapat disebabkan oleh kualitas bahan yang tidak

152
memenuhi spesifikasi, pembebanan yang berlebih, kriteria
perencanaannya yang tidak sesuai dengan standar, ataupun
disebabkan oleh bencana alam seperti gempa. Maka untuk
mengurangi resiko-resiko yang akan terjadi dibutuhkan
perencanaan sruktur bangunan yang lebih berkualitas lagi.
Saat ini telah bekembang cara meningkatkan
infrastruktur, salah satunya dengan penggunaan serat
FRP (Fiber Reinforced Polymer) sebagai bahan komposit.
Pemilihan material ini dikarenakan FRP merupakan
tulangan yang tidak berkarat, ringan, dan memiliki
kekuatan yang tinggi. Campionet (2004), menjelaskan bahwa
Fiber Reinforced Plastic ( FRP ) bahan sangat sering
digunakan dalam bentuk batangan , strip atau lembaran
untuk perkuatan atau penguatan struktur beton terutama
untuk aksial atau lentur dan gaya geser.
Perumalsamy Balaguru(2009), Fiber Reinforced
Polymer (FRP) adalah komposit terbuat dari serat kekuatan
tinggi (high-strength fibers). Tipe serat yang umum adalah
armid, carbon, glass, dan baja mutu tinggi. Sistem FRP
mempunyai keuntungan signifikan melebihi material
struktur ( bersifat seperti baja, ringan, tahan karat dan
mudah digunakan). FRP sangat cocok digunakan untuk

153
perbaikan elemen struktur beton bertulang dan beton
prategang (presstress concrete). Rober Ravi.S(2010),
mengemukakan bahwa teknik baru telah muncul dengan
menggunakan FRP berupa lembaran (sheet) untuk
memperkuat pertemuan balok-kolom. FRP sheet
mempunyai sejumlah karakteristik yang baik, yaitu : mudah
dipasang, tahan terhadap pengaruh korosi dan kekuatan
tinggi. Salah satu teknik perkuatan elemen struktur beton
bertulang dengan cara memberi perkuatan luar (lilitan FRP),
cara ini meningkatkan kekuatan dan daktilitas yang
menghasilkan kapasitas serap energi yang besar.

5.4.1. Material komposit


Pandey C.P(2004), komposit yang membentuk
struktur heterogen yang memenuhi persyaratan desain dan
fungsi tertentu. Serat atau partikel yang terdapat dalam
matriks bahan lain merupakan salah satu contoh yang paling
baik dari bahan komposit modern. Laminasi adalah material
komposit dimana lapisan material berbeda yang
memberikan sifat spesifik material komposit. Pilihan metode
fabrikasi tergantung pada sifat matriks dan efek matriks

154
pada sifat – sifat perkuatan. Salah satu pertimbangan utama
dalam pemilihan dan pabrikasi komposit adalah non-reaktif.
5.4.2. Transformasi Koordinat
David Roylence (2001), mengemukakan bahwa salah
satu problem yang paling umum dijumpai dalam sifat – sifat
mekanis bahan adalah meliputi transformasi sumbu
(transformation of axes). Transformasi adalah sangat penting
dalam menganalisis tegangan (stress) dan ragangan(strain)
yang terjadi dalam struktur komposit.
Sistem koordinat yang digunakan untuk menganalisis
struktur berdasarkan atas bentuk struktur dari arah
serat(fiber) dari lamina, misalnya untuk menganalisis
sebuah batang atau poros, maka batang atau poros selalu
diselaraskan dengan satu sumbu sistem koordinat dengan
arah longitudional. Namun, arah dari tegangan primer
mungkin tidak sesuai dengan sistem koordinat yang dipilih.
Misalnya kegagalan bidang poros rapuh akibat puntir (torsi)
sering terjadi pada sudut 450.
Untuk mengurangi modulus kegagalan ini, biasanya
ditambahkan lapisan serat pada ±450 sehingga struktur yang
terbentuk oleh lamina dengan arah serat yang
berbeda(setiap lapisan mempunyai skema yang sama)”

155
Kondisi seperti ini diperlukan transformasi tegangan-
regangan”
5.4.3. Hubungan transformasi
Gambar 2.2a memperlihatkan unsur terisolasi sistem
koordinat utama bahan. Gambar 2.2b menunjukkan elemen
serupa tetapi dalam sistem koordinat global x-y-z. Serat
diorientasikan pada sudut θ sehubungan dengan sumbu+x
dari sistem global. Serat yang sejajar dengan bidang xy dan 3
dan sumbu z yang bersesuaian. Serat diasumsikan
berorientasi dengan rotasi sederhana dari sistem utama
sumbu 3 bahan. Orientasi sudut θ dianggap positif bila serat
berputar berlawanan arah dari sumbu x+ terhadap sumbu
y+. Seringkali tidak selaras dengan tepi elemen yang disebut
sumbu yang jauh, pada umumnya berarti serat tidak sejajar
dengan analisis sistem koordinat yaitu : sumbu +x yang
jauh.
Meskipun demikian digunakan notasi untuk persegi
panjang sistem koordinat sebagai sistem global x-y-z. Sistem
koordinat global dapat dianggap orthogonal sistem
koordinat. Penggunaan sistem Cartesian adalah berlaku
untuk setiap sistem koordinat orthogonal. Hubungan

156
tegangan-regangan adalah suatu deskripsi hubungan antara
tegangan-regangan pada bahan.
Bentuk fungsional dari hubungan ini tidak
tergantung apakah titik dalam sistem koordinat Cartesian
persegi panjang, dalam sistem koordinat silinder, atau

dalam bentuk bola,elips atau parabola sistem koordinat.

Gambar 2.2. Elemen bahan dengan perkuatan fiber dalam


koordinat sistem 1-2-3 dan x-y-z

Keenam komponen tegangan diillustrasikan pada


gambar 2.3. Meskipun kelihatannya dalam menggambarkan
hubungan tegangan-regangan dalam sistem koordinat lain,
ditekankan bahwa gambar tersebut harus ditafsirkan secara
harfiah. Pertanyaan yang muncul sehubungan dengan
gambar 2.3. yaitu : apakah hubungan tegangan dan

157
deformasi yang ditunjukkan dalam persamaan 2.1 untuk
volume kecil bahan serat yang berorientasi pada beberapa
sudut relative terhadap batas – batas elemen yang sejajar? Ini
adalah masalah nyata. Beban tidak selalu bekerja sejajar
serat, hal ini menunjukkan bahwa deformasi yang tidak
biasa berkemungkinan terjadi. Orientasi miring dari serat
menyebabkan distorsi yang tidak biasa dari volume elemen.
Apa deformasi ini? Bagaimana deformasi tergantung atas
orientasi serat? Apakah kondisi ini merugikan? Apakah
bermanfaat?. Untuk menjawab pertanyaan ini yaitu dengan
mengubah hubungan tegangan-regangan dari sistem 1-2-3
ke sistem xyz.

Gambar 5.3. Komponen tegangan dalam sistem koordinat x-


y-z

158
Gambar 2.4.Distorsi elastis lapisan melintang dari laminate
akibat beban(a),akibat pemanasan(b) (Clyne,2014).
5.5.4. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas untuk transforamsi
tegangan-regangan bidang maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Transformasi tegangan [T]−1 =
𝑚2 𝑛2 −2𝑚𝑛
𝑛2 𝑚2 2𝑚𝑛
𝑚𝑛 −𝑚𝑛 𝑚2 − 𝑛2
2. Transformasi

ε1 m2 n2 2mn εx
regangan ε2 = n 2
m2 −2mn εy
1 1
2
γ12 −mn mn m2 − n2 2
γxy

159
3. Transformasi tegangan-regangan diperlukan untuk
menganilisis sebuah batang atau poros berdasarkan
sumbu sistem koordinat dengan arah longitudional
(sistem 1-2-3 ke sistem xyz) untuk mengatasi
kegagalan bidang yang disebabkan beban bekerja
tidak sejajar serat/torsi.

5.5. Sifat Isotropic, Anisotropic, Orthotropic Bahan


RFP
Dewasa ini perkembangan teknologi bahan semakin
pesat. Pemenuhan kebutuhan akan bahan dengan
karakteristik tertentu juga menjadi faktor pendorongnya.
Berbagai macam bahan telah digunakan dan juga penelitian
lebih lanjut terus dilakukan untuk mendapatkan bahan yang
tepat guna, salah satunya bahan komposit polimer.
Kemampuannya yang mudah dibentuk sesuai kebutuhan,
baik dalam segi kekuatan maupun keunggulan sifat-sifat
yang lain, mendorong penggunaan bahan komposit polimer
sebagai bahan alternatif atau bahan pengganti material
logam konvensional pada berbagai produk yang dihasilkan
oleh industri khususnya industri manufaktur.

160
Faktor orientasi serat akan menentukan kekuatan
mekanis dari suatu bahan komposit dan arah dimanan
kekuatan tersebut yang terbesar. Ada tiga jenis orientasi
serat yaitu penguatan satu dimensi, dua dimensi dan tiga
dimensi. Jenis penguat serat satu dimensi memiliki kekuatan
dan modulus komposit yang maksimum dalam arah
orientasi sumbu serat. Jenis penguatan dua dimensi
menunjukkan kekuatan yang berbeda pada setiap arah
orientasi serat. Sedangkan jenis penguatan tiga dimensi
adalah isotropic, artinya komposit akan memiliki kekuatan
yang sama pada satu titik. Sebagai contoh CSM (Random
Chopped Stand Mat) pada komposit dianggap isotropic,
sedangkan pada bentuk anyaman (woven roving)
menunjukkan sifat yang berbeda pada setiap titik, maka
material ini disebut anisotropic, (Hull, 1988).
Komposit dengan sistem seperti woven roving
menunjukkan kekuatan pada arah serat itu lebih besar
daripada bukan arah serat tersebut dan sifat ini juga
dipengaruhi fraksi volum serat. Untuk anyaman satu arah
kekuatan tariknya lebih besar pada arah serat dibandingkan
dengan arah tegak lurus terhadap serat. Pada arah normal
yang menanggung beban hanya matrik saja. Ini merupakan

161
prinsip lamina ortotropik yang berbentuk roving atau fabrik,
serat-serat arahnya tertentu.
5.5.1. Polimer
Plastik, serat, film dan sebagainya yang biasanya
dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari mempunyai
berat molekul diatas 10.000. Bahan dengan berat molekul
yang besar itu disebut polimer, mempunyai struktur dan
sifat yang rumit disebabkan oleh jumlah atom pembentuk
yang lebih besar dibandingkan senyawa yang berat atomnya
rendah. Umumnya polimer dibangun oleh satuan struktur
tersusun secara berulang diikat oleh gaya tarik-menarik
yang disebut ikatan kovalen, dimana ikatan setiap atom dari
pasangan menyumbangkan satu elektron untuk membentuk
sepasang elektron. Dibawah ini dijelaskan istilah teknis yang
sering dipakai bagi polimer, yaitu :
1). Monomer
Polimer yang terbentuk oleh satuan struktur secara
berulang disebut monomer.
2). Berat molekul dan derajat polimerisasi.
Polipropilen terdiri dari banyak monomer propilen
dalam rantai kombinasi.

162
Propilen Polipropilen
Sifat-sifat khas bahan polimer pada umumnya adalah
sebagai berikut :
1. Kemampuan cetaknya baik. Pada temperatur rendah
bahan dapat dicetak dengan penyuntikan, penekanan,
ekstruksi, dan seterusnya.
2. Produk ringan dan kuat.
3. Banyak polimer bersifat isolasi listrik. Polimer dapat
bersifat konduktor.
4. Baik sekali ketahannya terhadap air dan zat kimia.
5. Produk dengan sifat yang berbeda dapat dibuat
tergantung cara pembuatannya.
6. Umumnya bahan polimer lebih murah harganya.
7. Kurang tahan terhadap panas sehingga perlu
diperhatikan penggunaannya.
8. Kekerasan permukaan yang sangat kurang.
9. Kurang tahan terhadap pelarut.
10. Mudah termuati listrik secara elektrostatik.
11. Beberapa bahan tahan abrasi, atau mempunyai koefisien
gesek yang kecil.
5.5.2. Komposit

163
Komposit adalah penggabungan dua atau lebih
material yang berbeda sebagai suatu kombinasi yang
menyatu. Bahan komposit pada umumnya terdiri dari dua
unsur, yaitu serat (fiber) sebagai pengisi dan bahan pengikat
serat yang disebut matrik. Didalam komposit unsur
utamanya serat, sedangkan bahan pengikatnya polimer yang
mudah dibentuk. Penggunaan serat sendiri yang utama
adalah menentukan karakteristik bahan komposit, seperti
kekakuan, kekuatan serta sifat mekanik lainnya. Sebagai
bahan pengisi, serat digunakan untuk menahan gaya yang
bekerja pada bahan komposit, matrik berfungsi melindungi
dan mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik terhadap
gaya-gaya yang terjadi. Oleh karena itu untuk bahan serat
digunakan bahan yang kuat, kaku dan getas, sedangkan
bahan matrik dipilih bahan-bahan yang liat, lunak dan tahan
terhadap perlakuan kimia. Serat digunakan bahan yang
kuat, kaku dan getas, sedangkan bahan matrik dipilih
bahan-bahan yang liat, lunak dan tahan terhadap perlakuan
kimia.
Matriks mempunyai fungsi sebagai berikut :
• Mentransfer tegangan ke serat.
• Membentuk ikatan koheren, permukaan matrik/serat.

164
• Melindungi serat.
• Memisahkan serat.
• Melepas ikatan.
• Tetap stabil setelah proses manufaktur.
Komposit diperkuat serat kontinu pada arah yang
sama dengan arah tegangan kerja. Kekuatan komposit tipe
anisotropic ini bervariasi secara linier dengan fraksi volume
serat. Apabila penerapan meliputi tegangan kerja yang tidak
bekerja dalam satu arah, maka masalah anisotropi dapat
diselesaikan secara efektif atau diminimalkan dengan
penggunaan serat-kontinu dalam bentuk tenunan kain atau
laminasi. Meskipun bentuk ini lebih isotropik dibandingkan
komposit satu arah, selalu terjadi penurunan kekuatan
sedikit tetapi masih wajar dan penurunan kekakuan yang
tak terelakkan. Serat gelas, serat karbon, dan serat aramid
telah digunakan, dan kadang-kadang digunakan kombinasi
dari dua atau lebih jenis serat (komposit hibrida). Penguatan
tiga dimensi sempurna, yang memiliki sifat dalam arah tebal
yangditingkatkan, dihasilkan dengan menumpuk lembaran
kain tenun dan merajutnya dengan serat kontinu.
Laminasi yang berbasis serat karbon dan serat
aramid biasanya dipergunakan untuk aplikasi kinerja tinggi

165
yang mencakup system tegangan kompleks (seperti punter
dan tekuk). Satuan konstruksi berwujud lapisan komposit
satu-arah yang tipius, dengan tebal 50-130 μm. Lapisan
disusun dengan cermat dengan orientasi tertentu terhadap
sumbu referensi orthogonal (00 dan 900).
Gelas serat pendek dengan orientasi acak banyak
digunakan untuk lembaran dan benda cetak tiga dimensi.
Salah orientasi serat sering terjadi pada komposit, yang
seringkali merupakan hasil fabrikasi yang tidak dapat
dihindari. Sebagai contoh, resisn berisi serat pendek
dibentuk dengan proses cetak injeksi, dan campuran ini
mengikuti jalur aliran yang rumit. Apabila benda hasil
cetakan dipotong, tampak bahwa serat mengikuti pola
aliran. Pola ini ditentukan oleh viskositas lelehan, profil
cetakan dan kondisi pemrosesan. Pola aliran berulang dari
cetakan ke cetakan. Dekat permukaan cetakan, serat pendek
cenderung mengikuti jalur aliran “steamline”, di bagian
tengah inti,dimana aliran lebih turbulen, serta cenderung
orientasi transvers, (Smallman R. d., 2000).). Urutan
penumpukan paling sederhana adalah (0/90/90/0). Urutan
lain yang lebih isotropic adalah (0/+45/-45/-45/+45/0) dan
(0/+60/-60/-60/+60/0). Penumpukan lapisan dibuat

166
simetris terhadap bidang tengan laminasi untuk mencegah
distorsi dan untuk menjamin respon merata terhadap
tegangan kerja. Serat gelas (glass fiber) adalah bahan yang
tidak mudah terbakar. Serat jenis ini biasanya digunakan
sebagai penguat matrik jenis polimer. Komposisi kimia serat
gelas sebagain besar adalah SiO dan sisanya adalah oksida-
oksida alumunium (Al), kalsium (Ca), magnesium (Mg),
natrium (Na), dan unsur-unsur lainnya. (Santoso, 2002)
Berdasarkan jenisnya serat gelas dapat dibedakan menjadi
beberapa macam antara lain:
a. Serat E-Glass
Serat E-Glass adalah salah satu jenis serat yang
dikembangkan sebagai penyekat atau bahan isolasi. Jenis
ini mempunyai kemampuan bentuk yang baik.
b. Serat C-Glass
Serat C-Glass adalah jenis serat yang mempunyai
ketahanan yang tinggi terhadap korosi.
c. Serat S-Glass
Serat S-Glass adalah jenis serat yang mempunyai
kekakuan yang tinggi. Serat gelas mempunyai banyak
macam keuntungan, sebahagian penguat karena :

167
1. Mudah ditarik menjadi serat berkekuatan tinggi dari
keadaan lunak.
2. Mudah didapat dan dipabrikasi menjadi plastik yang
diperkuat dengan serat gelas
3. Sebagai serat ia kuat, dan bila disatukan dengan
matriks plastik akan memberikan komposit yang
mempunyai kekuatan tinggi
4. Sangat berguna pada lingkungkungan yang korosif,
(K.Van Rijwijk, 2001).
Material komposit yaitu material yang tersusun dari
campuran atau kombinasi dua atau lebih unsur-unsur utama
yang secara makro berbeda di dalam bentuk dan atau
komposisi material yang pada dasarnya tidak dapat
dipisahkan (Schwartz, 1984). Kelebihan material komposit
dibandingkan dengan logam adalah ketahanan terhadap
korosi atau pengaruh lingkungan bebas dan untuk jenis
komposit tertentu memiliki kekuatan dan kekakuan yang
lebih baik.
Oleh karena itu penelitian yang berkelanjutan
berbanding lurus dengan perkembangan teknologi bahan
tersebut khususnya komposit. Perkembangan komposit
tidak hanya dari komposit sintetis tetapi juga komposit

168
natural yang terbarukan sehingga mengurangi pencemaran
lingkungan hidup. Penelitian mengenai material komposit
maupun komponen yang terbuat dari material komposit
telah banyak dilakukan

5.6. Sifat Sifat Elastis Bahan Lembaran RFP


Serat sebagai elemen penguat sangat menentukan
sifat mekanik dari komposit karena meneruskan beban
yang didistribusikan oleh matrik. Orientasi, ukuran,
danbentuk serta material serat adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi property mekanik dari lamina.
Serat alam yang dikombinasikan dengan resin
sebagai matrik akan dapat menghasilkan komposit alternatif
yang salah satunya berguna untuk aplikasi material industri.
Dengan memvariasikan lebar serat woven tersebut
diharapkan akan didapatkan hasil properti mekanik
komposit yang maksimal untuk mendukung pemanfaatan
komposit alternatif.
Dalam pembahasan komposit penguat serat alam
acak yang dicontohkan dengan bambu memiliki keunggulan
komposit serat bambu dibandingkan dengan fiber glass
adalah komposit serat bambu lebih ramah lingkungan

169
karena mampu terdegradasi secara alami dan harganya pun
lebih murah dibandingkan fiber glass. Sedangkan fiber
glass sukar terdegradasi secara alami. Selain itu fiber
glass juga menghasilkan gas CO dan debu yang berbahaya
bagi kesehatan jika fiber glass didaur ulang, sehingga
perlu adanya bahan alternatif pengganti fiber glass
tersebut.
Dalam industri manufaktur dibutuhkan material
yang memiliki sifat-sifat istimewa yang sulit didapat dari
logam. Komposit merupakan material alternative yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Komposit berasal dari kata kerja “to compose“ yang
berarti menyusun atau menggabung. Jadi secara sederhana
bahan komposit berarti bahan gabungan dari dua atau lebih
bahan yang berlainan. komposit merupakan rangkaian dua
atau lebih bahan yang digabung menjadi satu bahan
secara mikroskopis dimana bahan pembentuknya masih
terlihat seperti aslinya dan memiliki hubungan kerja
diantaranya sehingga mampu menampilkan sifat-sifat
yang diinginkan (Mikell, 1996). Definisi yang lain yaitu,
Menurut Matthews dkk. (1993), komposit adalah suatu
material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih

170
material pembentuknya melalui campuran yang tidak
homogen, dimana sifat mekanik dari masing-masing
material pembentuknya berbeda. Dari campuran tersebut
akan dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat
mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material
pembentuknya sehingga kita leluasa merencanakan
kekuatan material komposit yang kita inginkan dengan jalan
mengatur komposisi dari material pembentuknya. Jadi
komposit merupakan sejumlah sistem multi fasa sifat
dengan gabungan, yaitu gabungan antara bahan matriks
atau pengikat dengan penguat.
Klasifikasi komposit
Secara umum klasifikasi kompositsering digunakan antara
lain seperti :
1. Klasifikasi menurut kombinasi material utama, seperti
metal-organic atau metal anorganic.
2. Klasifikasi menurut karakteristik bulkform, seperti
sistem matrik atau laminate.
3. Klasifikasi menurut distribusi unsur pokok, seperti
continous dan discontinous.
4. Klasifikasi menurut fungsinya, seperti elektrikal atau
structural.

171
Secara garis besar komposit diklasifikasikan menjadi tiga
macam (Jones, 1975), yaitu:
1. Komposit serat (Fibrous Composites)
2. Komposit partikel (Particulate Composites)
3. Komposit lapis (Laminates Composites)

5.6.1. Unsur Utama Pembentuk Komposit FRP Serat


Serat atau fiber dalam bahan komposit berperan sebagai
bagian utama yang menahan beban, sehingga besar kecilnya
kekuatan bahan komposit sangat tergantung dari kekuatan
serat pembentuknya. Semakin kecil bahan (diameter serat
mendekati ukuran kristal) maka semakin kuat bahan
tersebut, karena minimnya cacat pada material
Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi serat adalah
sebagai penguat bahan untuk memperkuat komposit
sehingga sifat mekaniknya lebih kaku, tangguh dan lebih
kokoh dibandingkan dengan tanpa serat penguat, selain itu
serat juga menghemat penggunaan resin. Kaku adalah
kemampuan dari suatu bahan untuk menahan perubahan
bentuk jika dibebani dengan gaya tertentu dalam daerah
alastis pada pengujian bending. Tangguh adalah bila
pemberian gaya atau beban yang menyebabkan bahan-

172
bahan tersebut menjadi patah pada pengujian titik lentur.
Kokoh adalah kondisi yang diperoleh akibat kelenturan serta
proses kerja yang mengubah struktur komposit sehingga
menjadi keras pada pengujian kelenturan.
Jenis fiber yang biasa digunakan untuk pembuatan
komposit antara lain Fiber-glass, Fiber-carbon, Fiber-
graphite, Fiber-nylon(aramid). Adapun kelebihan dan
kekurangan dari jenis fiber tersebut seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis dan kelebihan serta kekurangan dari fiber

Fiber Kelebihan Kekurangan

Fiber-glass 1. Kekuatan tinggi Kurang elastic


2. Relatif murah
Fiber-carbon 1. Kuat hingga sangat kuat 1. Agak getas
2. Stiffness (kuat+keras) 2. Nilai peregangan kurang
besar 3. Agak mahal
3. Koefisien pemuaian
kecil
4. Menahan getaran
Fiber-graphite 1. Lebih stiffness dari Kurang kuat di banding
Carbon Carbon
2. Lebih ulet

173
Fiber- 1. Agak stiff (kuat+keras) 1. Kekutan tekan lebih
nylon(aramid) & sangat ulet rendah dari carbon
2. Tahan terhadap 2. Ketahanan panas lebih
benturan rendah dari carbon (hingga
3. Kekuatanya besar (lebih 18
kuat dari baja)
4. Lebih murah dari
carbon

1. Aramid
Pada awal 1970-an, Du Pont Perusahaan
memperkenalkan Kevlar ™ aramid, serat organik dengan
tinggi modulus tarik tertentu dan kekuatan. Ini adalah serat
organik yang pertama untuk digunakan sebagai penguat
dalam komposit canggih. Saat ini, fiber digunakan di
berbagai bagian struktural termasuk plastik diperkuat,
balistik, ban, tali, kabel, penggantian asbes, kain dilapisi, dan
pakaian pelindung.
Serat aramid adalah diproduksi dengan ekstrusi larutan
polimer melalui spinneret a. Bentuk utama tersedia dari Du
Pont adalah benang filamen terus menerus, roving, serat
cincang, pulp, berputar-laced lembar, kertas basah
diletakkan, TOWS termoplastik-diresapi, dan lembaran
komposit thermoformable.

174
Sifat penting generik dari serat aramid adalah :
kepadatan rendah, kekuatan tarik tinggi, tarik tinggi
kekakuan, sifat tekan rendah (nonlinear), dan karakteristik
ketangguhan luar biasa . Kepadatan aramid adalah 0,052
lb/in3 (1,44 gm/cm3) . Ini adalah sekitar 40 % lebih rendah
dari kaca dan sekitar 20 % lebih rendah dari karbon yang
umum digunakan. Aramid tidak meleleh dan mereka terurai
pada sekitar 900 °F (500°C) .
Kekuatan tarik benang , diukur dalam konfigurasi
bengkok , dapat bervariasi 500-600 ksi (3,4 - 4,1 GPa) dengan
memilih berbagai jenis aramids . Koefisien nominal ekspansi
termal adalah 3x10-6 di/in/F° (- 5x10 - 6 m/m /C°) dalam
arah aksial . Serat aramid, menjadi polimer poliamida
aromatik , memiliki stabilitas termal yang tinggi dan sifat
dielektrik dan kimia. Kinerja balistik baik dan umum
toleransi bendungan - usia berasal dari serat ketangguhan.
Aramid digunakan , dalam kain atau bentuk komposit ,
untuk mencapai perlindungan balistik bagi manusia , tank
lapis baja , pesawat militer , dan sebagainya
Sistem komposit, diperkuat dengan aramid, memiliki
baik karakteristik peredam getaran. Mereka menolak
menghancurkan pada dampak. Suhu digunakan, dalam

175
bentuk komposit dengan matriks polimer, berkisar dari -
33°F sampai 390°F (-36 - 200 °C).
Pada fraksi volume serat 60%, komposit epoxy
diperkuat dengan serat aramid memiliki kekuatan tarik
nominal (suhu kamar) dari 200 ksi (1,4 GPa) dan tarik
modulus nominal 11 Msi (76 GPa). Komposit ini adalah ulet
dalam tekanan dan lentur. Kekuatan Ultimate, di bawah
tekanan atau lentur, lebih rendah dari kaca atau komposit
karbon.
2. Gelas
Kaca dalam bentuk yang digunakan dalam
perdagangan telah diproduksi oleh banyak budaya sejak
peradaban Etruscan awal. Kaca sebagai bahan struktural
diperkenalkan pada awal abad ketujuh belas dan menjadi
banyak digunakan pada abad kedua puluh sebagai teknologi
untuk panel datar disempurnakan.
Kaca berserat untuk penguatan dirintis dalam
penggantian logam dan digunakan untuk kedua komersial
dan militer menggunakan dengan munculnya kontrol
formulasi dan bahan cair yang mati atau bushing ditarik ke
filamen yang berkelanjutan. Peristiwa ini menyebabkan

176
berbagai aplikasi kedirgantaraan dan komersial kinerja
tinggi struktural masih digunakan sampai sekarang.
Kaca berasal dari salah satu yang paling berlimpah
pasir sumber daya alam kita. Serat kaca dibagi menjadi tiga
kelas - E-kaca, S-kaca dan C-kaca. The E-kaca ditujukan
untuk penggunaan listrik dan S-kaca untuk kekuatan tinggi.
The C-kaca untuk ketahanan korosi yang tinggi, dan hal ini
jarang terjadi untuk aplikasi teknik sipil. Dari ketiga serat, E-
kaca adalah bahan penguat yang paling umum digunakan
dalam struktur sipil.
Hal ini dihasilkan dari kapur alumina-borosilikat yang
dapat dengan mudah diperoleh dari kelimpahan bahan baku
seperti pasir. Serat ditarik ke filamen yang sangat halus
dengan diameter berkisar 2-13 X 10-6 m. Kekuatan serat kaca
dan modulus dapat menurunkan dengan meningkatnya
suhu. Meskipun material kaca merayap di bawah beban
berkelanjutan, dapat dirancang untuk melakukan
memuaskan. Serat itu sendiri dianggap sebagai bahan
isotropik dan memiliki koefisien ekspansi termal rendah
daripada baja.

177
3. Karbon
Grafit atau karbon fiber terbuat dari tiga jenis
prekursor polimer - poliakrilonitril (PAN) serat, serat rayon ,
dan pitch . Kurva tegangan-regangan tarik adalah linear ke
titik pecah. Karbon memiliki koefisien ekspansi termal
rendah dari kaca dan serat aramid.
Serat karbon merupakan bahan anisotropik , dan
modulus transversal yang merupakan urutan besarnya
kurang dari modulus longitudinal. Materi yang memiliki
kelelahan yang sangat tinggi dan ketahanan retak. Meskipun
ada banyak serat karbon yang tersedia di pasar terbuka,
dapat dibagi menjadi tiga kelas yaitu High Strength, High
Modulus, Ultra-High Modulus seperti yang ditunjukkan
pada Tabel berikut.

Tabel 2. Jenis dan tipe carbon fiber reinfoerced polymer

Typical Properties High High Ultra-High


Strength Modulus Modulus
Density (g/cm3) 1.8 1.9 2.0 - 2.1
Young's Modulus 230 370 520 - 620
(GPa)

178
Tensile Strength 2.48 1.79 1.03 - 1.31
(GPa)
Tensile Elongation 1.1 0.5 0.2
(%)

Sejak kekuatan tarik menurun dengan meningkatnya


modulus, strain nya di pecah juga akan jauh lebih rendah .
Karena kerapuhan material pada modulus yang lebih tinggi ,
maka menjadi sangat penting dalam detail sambungan dan
koneksi, yang dapat memiliki konsentrasi tegangan tinggi .
Sebagai akibat dari fenomena ini , laminasi komposit karbon
yang lebih efektif dengan ikatan perekat yang
menghilangkan pengencang mekanik.

5.6.2. Koefisien Muai Panjang


Pemuaian suatu benda akibat panas adalah
perubahan suatu benda yang bisa menjadi
bertambah panjang, lebar, luas, atau
berubah volumenya karena terkena panas (kalor). Pemuaian
tiap-tiap benda akan berbeda, tergantung pada suhu di
sekitar dan koefisien muai atau daya muai dari benda
tersebut.

179
Sebagaiman yang telah diuraikan sebelumnya bahwa
Fibre Reinforced Polymer merupakan salah satu bahan
struktur yang dipergunakan didalam suatu konstruksi yang
memiliki sifat muai yang sangat kecil dibandingkan dengan
bahan lain. Adapun perbandingan dari beberapa bahan
konstruksi dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 3. Koefsien muai dari beberapa bahan konstruksi (10-6 / oF)
Material memanjang melintang

Beton 4–6 4–6


Baja 6.5 6.5
GFRP 3.5 – 5.6 >> 12
CFRP -4 – 0 41 – 58
AFRP -3.3 – -1.1 33 – 44

Teknik dari Proses pembuatan Komposit sangat


menarik, dikendalikan oleh kondisi-kondisi proses,
penyusupan logam yang terjadi secara spontan, tanpa
bantuan ruang hampa bertekanan. Dan ini merupakan
metode yang paling hemat untuk memproduksi komposit.
Teknologi pembuatan Komposit memiliki kemudahan
dalam fabrikasi sehingga biayanya menjadi lebih murah.
Terutama bila kita bandingkan dengan metode lainnya.

180
Produk material yang ulet dan material yang kuat
dan tangguh adalah logis ada suatu pemikiran dan usaha
menggabungkan kedua material tersebut untuk dijadikan
suatu material yang baru yaitu komposit melalui proses
pembuatan komposit. Hasil komposit yang diperoleh
dengan proses pembuatannya mempunyai ketangguhan
yang tinggi dan daya tahan goncangan yang berhubungan
dengan panas yang baik seperti kekakuan, tahan aus dan
stabil pada temperatur tinggi. Salah satu kelebihan dari
bahan ini adalah siaft muai panjang yang sangat rendah
dibandingkan dengan bahan lainnya, koefisien panjang
hanya berkisar -3,3 sampai 5.6 x 10-6 / oF.
Proses fabrikasi komposit ini dapat diaplikasikan
pada berbagai komponen mesin seperti ; gas turbin, mesin
roket, mesin piston, penukar panas, dapur temperatur
tinggi, struktur pasawat terbang dan kemasan elektronik.

181
Bab 6. Sifat Fatik Bahan RFP Akibat Gaya

6.1. Gaya Tarik


6.1.1. Kekuatan Tarik (Tensile Strength)
Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari
bahan CFRP, hubungan tegangan-regangan pada tarikan
memberikan nilai yang cukup berubah tergantung pada laju
tegangan, temperatur, lembaban, dan seterusnya. Kekuatan
tarik diukur dengan menarik sekeping sampel dengan
dimensi yang seragam.
Kemampuan maksimum bahan dalam menahan
beban disebut "Ultimate Tensile Strength" (UTS). Untuk
semua bahan termasuk CFRP, pada tahap sangat awal uji
tarik, hubungan antara beban atau gaya yang diberikan
berbanding lurus dengan perubahan panjang bahan tersebut
yang dikenal sebagai daerah linier atau linear zone. Di daerah
ini, kurva pertambahan panjang terhadap beban mengikuti
aturan Hooke, yaitu rasio tegangan (stress) dan regangan
(strain) adalah konstan.
Bila sebuah bahan termasuk CFRP diberi beban
sampai pada titik, kemudian bebannya dihilangkan, maka
bahan tersebut akan kembali ke kondisi semula (tepatnya

182
hampir kembali ke kondisi semula) yaitu regangan nol pada
titik O. Tetapi bila beban ditarik sampai melewati titik A,
hukum Hooke tidak lagi berlaku dan terdapat perubahan
permanen dari bahan tersebut. Terdapat konvensi batas
regangan permanen (permanent strain) sehingga disebut
perubahan elastis yaitu kurang 0.03%, tetapi sebagian
referensi menyebutkan 0.005% .
Titik Luluh atau batas proporsional merupakan titik
dimana bahan CFRP, apabila diberi suatu beban memasuki
fase peralihan deformasi elastis ke plastis, yaitu titik sampai
di mana penerapan hukum Hook masih bisa ditolerir. Dalam
praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas
elastis. Secara umum pengujian tarik dapat dijelaskan
bahwa, tegangan tarik σ, adalah gaya yang diaplikasikan, F,
dibagi dengan luas penampang A; yakni: 𝜎=𝐹/𝐴 (dalam
satuan dyne per sentimeter kuadrat (CGS) atau Newton per
meter kuadrat (MKS). Perpanjangan tarik ε adalah
perubahan panjang sampel dibagi dengan panjang awal:
𝜀=Δ𝑙/𝑙. Perbandingan tegangan terhadap perpanjangan
disebut modulus tarik E , 𝐸=𝜎/𝜀. Modulus tarik E
menggambarkan ukuran ketahanan terhadap tegangan tarik.

183
6.2. Sifat Fatik Bahan CFRP
Kelelahan (Fatik - fatigue) adalah keruntuhan (failure)
material akibat proses pembebanan berulang. Perilaku ini
memiliki 3 (tiga) fase sampai terjadinya keruntuhan:
permulaan retak, penyebaran retak, dan patah, perilaku fatik
ini 90% penyebab utama kegagalan pemakaian bahan. Suatu
bagian dapat dikenakan berbagai macam kondisi
pembebanan, termasuk tegangan berfluktuasi, regangan
berfluktuasi, temperatur berfluktuasi (fatik termal), atau
dalam kondisi lingkungan korosif serta temperatur tinggi.
Kebanyakan keruntuhan material atau kegagalan pemakaian
terjadi sebagai akibat tegangan-tegangan tarik (tensile stress).
Secara umum
tarik +

ada tiga jenis siklus


tegangan

tarik +
a

a
tegangan

m ak

r
r

m in

A B
- tekan

m

tegangan yang
- tekan

siklus siklus

terjadi yaitu, 1)
tarik +

pembalikan
tegangan

C
- tekan

sempurna (a)
siklus

dimana fluktuasi
Gambar 1. Jenis siklus pembebanan tegangan rata-rata
(mean) nol dengan amplitudo konstan; 2) pengulangan (b)
dimana fluktuasi tegangan rata-rata (mean) tidak sama

184
dengan nol tetapi dengan amplitudo konstan; dan 3) rumit
(c) dimana kedua pertukaran dan beban rata-rata berubah,
bisa secara acak maupun berpola tertentu. Keretakan pada
awalnya terbentuk sepanjang bidang slip, pertumbuhan
retak berorientasi secara kristalografi sepanjang bidang slip
dengan jarak yang pendek, hal ini dianggap sebagai tahap
pertama pertumbuhan retak. Arah penyebaran retak
menjadi tegak lurus secara makroskopik terhadap tegangan
tarik maksimum dianggap sebagai Tahap kedua penyebaran
retak. Siklus relatif untuk permulaan retak dan
penyebarannya tergantung pada tegangan yang dikenakan,
saat tegangan meningkat, fase permulaan retak menurun,
dan pada tegangan-tegangan yang sangat rendah (fatik
siklus tinggi), sebagian besar dari umur fatik digunakan
untuk memulai suatu retak, dan pada tegangan-tegangan
sangat tinggi (fatik siklus rendah), retakan terbentuk lebih
dini.
Fatik dapat dibagi menjadi dua kategori, siklus tinggi
dan siklus rendah. Daerah siklus rendah merupakan hasil
dari tegangan-tegangan yang sering cukup tinggi untuk
terjadinya regangan plastik yang signifikan. Data fatik
biasanya disajikan dalam bentuk kurva S-N, dimana

185
tegangan yang diberikan (S) diplot terhadap siklus
keruntuhan (N), pada kurva ini, jumlah total siklus
keruntuhan, yaitu, siklus permulaan ditambah siklus
penyebaran. Beberapa faktor mekanik material yang
mempengaruhi umur fatik adalah 1) konsentrasi tegangan,
2) ukuran struktur, dan 3) efek permukaan.
Sifat dan perilaku fatik material komposit seperti
CFRP sangat lain, kerusakan terjadi akibat akumulasi difusi
pada lokasi dan asal yang berbeda, dibandingkan logam
dengan propagasi patahan tunggal. Sumber kerusakan
merupakan interaksi dari fiber fracture, matrix cracking, matrix
crazing, fiber buckling, fiber-matrix interface failure dan
delamination. Umur fatik material CFRP dipengaruhi
utamanya oleh jenis matriks dan seratnya, geometri
perkuatan (unidirectional, mat, fabric, braiding), urutan
laminasi, kondisi lingkungan (suhu dan kandungan air),
pembebanan sebelumnya (rasio tegangan, R, frekwensi
pengulangan beban) dan kondisi-kondisi batas. Fenomena
yang mempengaruhi sifat fatik komposit CFRP adalah
viscoelastis alamiah dari matriks dengan akumulasi beban-
beban sisa tergantung pada karakteristik proses
manufakturnya. Siklus panas berperan sangat penting

186
selama umur layanan (lifetime service) jika aspek ini terjadi
secara sistematis. Seluruh fenomena tersebut selalu
dimasukkan dalam pemodelan kerusakan fatik.
Kompleksnya faktor yang mempengaruhi sifat fatik
dan luasnya penjelasan mengenai sifat mekanik
menunjukkan mengapa desain laminasi menjadi penting
dan merupakan definisi kekuatan yang sebenarnya. Selain
itu tegangan sisa pada matriks polimer yang bekerja sebagai
beban non mekanik dan mempengaruhi kekuatan komposit.
Sangat sulit memprediksi perilaku jangka panjang dari
CFRP berdasarkan sifat termodinamikanya.
Sifat fatik CFRP juga sangat tergantung pada faktor-
faktor eksternal seperti pembebanan maksimum, rasio
tegangan, frekwensi dan pembebanan sebelumnya.
Biasanya, siklus data fatik disimbolkan dengan data S-N dan
digambarkan sebagai tegangan siklik maksimum, max, atau
tegangan normal maksimum, max/0 (0 merupakan
kekuatan static material) atau amplitude tegangan (max-
min), sebagai fungsi dari jumlah siklus sampai keruntuhan,
N. Data fatik ditentukan pada suatu nilai tetap dari tegangan
maksimum dan rasio tegangan, R= σmin/σmax , yang

187
merupakan parameter akhir yang menggambarkan kerasnya
kondisi pembebanan.
Selanjutnya, fakta menunjukkan bahwa, besarnya
tegangan maksimum, tingginya rasio tegangan,
mengakibatkan siklus untuk keruntuhan lebih tinggi,
sehingga fenomena model analitis dalam beberapa literatur
mengasumsikan R sebagai variabel utama. Frekwensi
pembebanan sangat terkait dengan permasalahan suhu yang
timbul dari pemanasan hysteresis, terbukti bahwa untuk
kebanyakan sistem thermoplastic dan thermostat kenaikan
suhu permukaan sampel harus dimonitor dalam pengujian
dan tidak boleh melebihi beberapa derajat celcius.
Frekwensi pembebanan disesuaikan dengan fungsi
amplitudo tegangan maksimum untuk memperoleh tingkat
pembebanan quasi-static. Fenomenologi model-model umur
fatik diperoleh berdasarkan informasi dari kurva S-N dan
kemungkinan kriteria keruntuhan sifat fatik yang terjadi.
Dengan demikian kurva S-N, tidak digunakan untuk
menghitung akumulasi kerusakan, tapi untuk memprediksi
jumlah siklus pada keruntuhan fatik yang terjadi dalam
kondisi pembebanan tetap.

188
6.2.1. Batas Tegangan Fatik
Batas-batas tegangan fatik untuk kelompok struktur
harus mempertimbangkan kondisi-kondisi pembebanan
yang mengalami fluktuasi tingkat tegangan. Perilaku
struktur akibat pembebanan fatik tergantung materialnya.
Keruntuhan fatik tergantung pada pembebanan siklik dan
perubahan tegangan penguatan tiap siklus, perbedaan jenis
serat mempunyai karakteristik fatik berbeda pula. Balok
yang diperkuat dengan FRP dan didesain untuk keruntuhan
tekan memiliki umur fatik yang lebih baik dibandingkan
dengan yang didesain untuk keruntuhan tarik. ACI 440
menyarankan pembatasan tegangan fatik, dengan kisaran
tegangan FRP dapat ditentukan menggunakan analisis
elastisitas, dimana Ms adalah momen yang timbul akibat
beban momen maksimum pada siklus pembebanan fatik.
6.2.2. Teori-Teori Keruntuhan Fatik
Terdapat beberapa teori yang dapat digunakan untuk
menentukan kriteria keruntuhan fatik, diantaranya
adalah:
1. Hashin-Rotem
Kriteria keruntuhan ini didasarkan pada perbedaan
mode-mode kerusakan yang terjadi selama

189
keruntuhan. Terdapat dua mode untuk material-
material unidirectional yaitu mode keruntuhan fiber
dan mode keruntuhan matrix. Perbedaan antara dua
mode ini didasarkan pada batas sudut perkuatan
yang dihubungkan dengan arah pembebanan.
kriteria keruntuhan ini dapat memprediksi perilaku
fatik dari laminasi unidirectional (UD) dan
multidirectional (MD) yang diberi pembebanan siklik
uniaxial atau multiaxial menghasilkan tipe mode
keruntuhan yang dapat dibedakan.
2. Fawaz-Elliyin
Criteria keruntuhan fatik dengan mensimulasi
perilaku fatik laminasi komposit unidirectional atau
multidirectional dengan kondisi tegangan siklik
multiaxial. Keuntungan kriteria ini hanya
memerlukan kurva S-N dan kekuatan static dari
laminasi dengan arah-arah berbeda. kriteria ini
didasarkan pada asumsi bahwa semua sumbu kurva
S-N, pada kondisi normal hubungan kekuatan static,
memotong bidang S-N.

190
3. Sims- Brogdon
kriteria keruntuhan ini memodifikasi criteria
keruntuhan Tsai-Hill untuk kekuatan static menjadi
kriteria fatik dengan mengubah kekuatan-kekuatan
static dengan menghubungkan fungsi-fungsi fatik.
Teori fatik SB sama dengan kriteria Tsai-Hill, sebagai
dasar pengembangannya, tidak mengambil
perbedaan kekuatan material dibawah beban tarik
dan beban kompresi dalam perhitungan.

4. Failure tensor polynomial pada fatik


Metode ini untuk menurunkan kekuatan geser fatik
menjadi separuh dari kurva S-N sebagai titik awal
pengujian. Kekuatan geser fatik dapat diestimasi
secara langsung menggunakan criteria FTFP
menggunakan satu sumbu batas kurva fatik. Metode
ini menghitung kembali kuat geser fatik, dan
digambarkan lagi secara detail dan hasilnya cukup
akurat, khususnya untuk laminasi komposit
unidirectional.

191
5. Kriteria keruntuhan Kawai
Kawai mengembangkan parameter tegangan non
dimensional yang didasarkan pada teori criteria
keruntuhan static Tsai-Hill, dengan memperkenalkan
tegangan efektif non dimensional, R, yang
mempengaruhi rasio tegangan dan kondisi tegangan
pada perhitungan umur fatik.
6. Shokrieh-Taheri
Shokrieh-Taheri mengusulkan criteria keruntuhan
fatik menggunakan model yang didasarkan pada
energy regangan yang terjadi, yang diturunkan dari
criteria keruntuhan Shandu static failure energy, untuk
memprediksi umur fatik dari suatu laminasi
unidirectional dengan variasi sudut serat dan rasio
tegangan.

6.2.3. Pengujian Sifat Fatik (asal mula kurva S-N)


Pengujian siklik dengan gelombang sinusoidal dan
amplitudo tetap dapat dilakukan menggunakan mesin
dengan beban yang dapat dikontrol. Total 17 kurva S-N
ditentukan secara eksperimental terus menerus dengan
arah pembebanan sumbu bervariasi, dengan 4 rasio

192
tegangan berbeda, yaitu, R=10 mewakili pembebanan
tekan-tekan (C-C), R= -1 mewakili pembebanan bolak-
balik tarik-tekan (T-C), dan R=0,5 mewakili pembebanan
tarik-tarik fatik (T-T). Frekwensi konstan pada 10 Hz
untuk semua uji dan tidak ada kenaikan suhu yang besar
yang dideteksi selama siklus dengan kondisi
pembebanan bervariasi. Contoh hasil pengujian fatik
seperti pada gambar berikut.
Secara umum, data fatik dengan amplitudo
konstan di plot pada bidang S-N. jumlah siklus sampai
mencapai keruntuhan di plot pada absis, dan parameter
tegangan pada ordinat. Selanjutya, merujuk pada ASTM
E379-91(2004), tingkat tegangan harus dipertimbangkan
sebagai variabel independen, dan jumlah siklus sampai
keruntuhan adalah variabel dependen. Kondisi ini
menunjukkan bagaimana data fatik digunakan untuk
mengestimasi parameter-parameter kurva S-N.
Sebagai kesimpulan bahwa, perilaku fatik
material yang diuji dapat diketahui dari observasi kurva,
kekuatan fatik mengikuti tren yang sama sebagai suatu
hubungan static. Kekuatan fatik material pada sudut 45o
lebih superior daripada 30o, sudut kurva S-N memiliki

193
nilai antara 0,05 dan 0,12, sesuai dengan nilai yang ada
pada literatur. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sifat
fatik material CFRP lebih sensitif terhadap pembebanan
tarik dibandingkan pembebanan tekan.

194
Daftar Pustaka

Billmeyer, F.W., 1984. TextBook of Polymer Science. 3rd


edition, Joh Willey & Sons Inc : New York

Odian, George (2004). "Priciples of Polymerization" John


Wiley & Sons, Inc.

Strong, A. Brent (2006). "Plastics: Materials and Processing".


Pearson Prentice Hall ISBN 0-13-114558-4

McCaffery, E.L., 1970. Laboratory Preparation for


Macromolecular Chemistry. McGraw-Hill Book Company :
New Yorkoplok

Malcolm, P.S., 2001. Polymer Chemistry : An Introduction,


diindonesiakan oleh Lis Sopyan, cetakan pertama, PT
Pradnya Paramita : Jakarta

Nurdin Hendri. Zona Teknik ISSN 1978-1741. Pengaruh


Penggunaan Jenis Serat Pada Komposit Polimer Terhadap
Kekuatan Tarik. Volume 3 N0. 2: 143-150

Fried, J.R., 1995. Polymer Science and Technology. Prentice


Hall PTR : New Jersey

Mark, J.E. 1992. Inorganic Polymers. Prentice-Hall


International, Inc. : New Jersey
Odian, G. 1991. Principles of Polymerization. 3rd edition,
John Wiley & Sons, Inc : New York

195
Van Krevelen, D.W., 1990. Properties of Polymers. Elsevier
Science B.V : Amsterdam
Sperling, L.H., 1986. Introduction to Physical Polymer
Science. John Wiley & Sons, Inc : New York

Eng & Tech. Journal, Vol 121 No 1, About Carbon Fiber


http://www.protechcomposites.com/pages/About-Carbon-
Fiber.html (akses 15 Maret 2014).

Paul J. Walsh, CARBON FIBERS, (2001) ASM Handbook,


Volume 21, Composites Copyright© ASM International.

Xiaosong Huang, Fabrication and Properties of Carbon


Fibers materials Materials 2009, 2, 2369-2403; ISSN 1996-1944
www.mdpi.com/journal/materials.

Weifeng Li, Fabrication and Properties of Carbon Fibers,


Materials 2011, 4, 1519-1527 ISSN 1996-1944
www.mdpi.com/journal/materials.

Phuong Ngoc Diem Nguyen et al, Relationship of


mechanical properties and temperature of carbon fiber-
reinforced plastics under microwave irradiation, Clean
Techn Environ Policy (2012) 14:943–951, Springer-Verlag
2012.

US DEPARTMENT OF DEFENSE Composite Materials


Handbook Volume 3. Polymer Matrix Composites Materials
Usage, Design, And Analysis.

Darrell P. Avery et al, COMPRESSION STRENGTH OF


CARBON FIBER LAMINATES CONTAINING FLAWS

196
WITH FIBER WAVINESS, Research Report, Montana State
University Bozeman, Montana, 59717
http://www.coe.montana.edu/composites/documents/AI
AA_2004_0174.pdf (download, 18 Maret 2014).
Carbon Fiber Characteristics
http://www.christinedemerchant.com/carboncharacteristic
s.html (download, 19 Maret 2014)

Lubna Ghalib, Creep Behavior in Fiber-Reinforced Epoxy


(DGEBA) Composites, 2013

Suherman Wahid. 1987. Pengetahuan Bahan. Surabaya:ITS

Suardi, Tata. Saito, Shiroku. 2000. Pengetahuan Bahan


Teknik.. Jakarta: Pradnya Paramita.

197
Riwayat Hidup Penulis

Burhanuddin, ST.,MT, lahir di Tolo


Toa (Kab. Jeneponto), Sulawesi
Selatan pada 24 Desember 1974. Saat
ini adalah dosen pada Jurusan
Teknik Asitektur, Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam
negeri (UIN) Alauddin Makassar.
Pendidikan Dasar dimulai di SD
Sapaloe, Kabupaten Jeneponto, tahun 1981-1987.
Selanjutnya menyelesaikan pendidikan menengah,
SMP Negeri Tanete, Kab. Bulukumba pada tahun
1990, dan SMU Negeri I Jeneponto pada tahun 1993.
Pada tahun 1996 menyelesaikan pendidikan Diploma
III (D3) Teknik Arsitektur, di Universitas Hasanuddin.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana Teknik (ST) pada
Jurusan Teknik Sipil UNHAS pada tahun 2002.
Memperoleh gelar Magister Teknik (MT) pada bidang
Teknik Sipil pada tahun 2006 di Universitas
Hasanuddin.

198

Anda mungkin juga menyukai