BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan polimer dalam kehidupan sehari-hari sudah menjadi bagian dari
hidup kita. Barang-barang seperti kertas, plastik, karet, serat-serat alamiah,
merupakan produk-produk polimer. Penggunaan polimer dalam kehidupan seharihari didasari dari sifat dari polimer itu sendiri. Polimer memiliki beberapa sifatsifat yang dibutuhkan dalam membuat produk tertentu seperti kekuatan,
ketahanannya, kebeningannya, ketahanan cuaca serta ketahanan panas dan nyala,
serta daya tarik. Sifat-sifat polimer tersebut pasti akan selalu berhubungan dengan
sifat fisika dan sifat kimia dari bahan penyusun polimer tersebut. Karena sifatsifat tersebutlah, suatu polimer dibutuhkan untuk tujuan komersial.
Sekarang ini penggunaan polimer sudah mulai digabungkan dengan bahan
lain atau bisa disebut dengan komposit. Pembuatan komposit bertujuan untuk
membuat suatu produk atau barang yang memiliki sifat-sifat yang diingkan
tergantung kebutuhan. Selain itu, komposit juga bisa dikembangkan menjadi
bahan alternative untuk mengurangi penggunaan polimer serta memperbaiki sifat
dasar yang dimiliki oleh polimer.
Komposit memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda, hal tersebut
membuat komposit lebih unggul dibanding material penyusunnya. Karena sifat
dan karakternya tersebutlah yang menjadikan komposit menjadi bahan alternatif
adalah material penyusunnya. Beberapa keunggulan komposit antara lain : mudah
dibentuk, berkekuatan tinggi, ringan, tetap kokoh tanpa berubah bentuk, isolasi
listrik yang baik, anti karat dan mudah dikombinasikan dengan bahan lain.
Ada beberapa jenis polimer yang digunakan sebagai bahan penyusun
komposit. Namun pada penelitian ini saya menggunakan polimer HDPE. Ditinjau
dari sifat mekanik yang dimilikinya, polimer HDPE memiliki keunggulan
modulus elastisitas dibandingkan dengan polimer yang lainnya dan sebanding
dengan logam1. Tetapi polimer HDPE saja tidak cukup untuk membuat komposit
yang tangguh. Polimer polietilena masih mebutuhkan material penguat untuk
lebih meningkatkan sifat mekanik dan sifat termal yang dapat dihasilkannya.
Salah satu kekurangan polimer HDPE adalah tidak tahan terhadap panas atau
memiliki titik leleh yang rendah. Maka dari itu pembuatan komposit polimer
polietilena membutuhkan material tambahan. Material yang digunakan dalam
penelitian ini adalah serat alam.
Pembuatan komposit dari polimer HDPE dan penggabungan dengan serat
alam merupakan hal yang menguntungkan. Selain lebih ramah lingkungan karena
dapat mengurangi jumlah atau volume penggunaan polimer itu sendiri, dapat juga
meningkatkan kekuatan mekanik. Selain itu sifatnya sebanding dengan komposit
sintetis, serta memiliki keandalan sebagai sumber daya terbarukan. Pembuatan
komposit polimer HDPE dengan menggabungkan serat alam lebih murah dan
lebih mudah. Karena bahan serat alam sangant banyak di negara seperti Indonesia
1Karl Schutle dan Frank Von Lacroix, Comprehensive composite Metrials: Polyethylene
Matrix Composites, Volume 2 (Germany:Technical University Hamburg, 2014), h. 3.
Serat alam yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah eceng gondok.
Banyaknya populasi eceng gondok di Indonesia membuat eceng gondok mudah
didapat. Selain mudah didapat eceng gondok merupakan gulma di air karena
pertumbuhannya yang cepat. Karena pertumbuhan yang cepat (3% per hari),
maka eceng gondok dapat menutupi permukaan air dan menimbulkan masalah
lingkungan.
Selain memiliki kerugian tehadap lingkungan, eceng gondok juga memiliki
beberapa keuntungan. Keuntungan tersebut karena eceng gondok mempunyai
sifat-sifat yang baik antara lain dapat menyerap logam-logam berat, senyawa
sulfide, selain itu mengandung protein lebih dari 11,5% dan mengandung selulosa
yang lebih tinggi dari non selulosanya seperti lignin, abu, lemak, dan zat-zat lain.
Penggunaan serat eceng gondok diharapkan dapat meningkatkan sifat mekanik
kompsoit.
Selain menggunakan serat alam, komposit yang akan dibuat adalah dengan
menambahkan Carbon Nanotube (CNT). Pemilihan bahan menggunakan CNT
adalah karena material tersebut memiliki stabilitas termal yang sangat tinggi yaitu
750C di udara bebas dan juga memiliki ukuran yang sangat kecil, yakni
2H.W. Kroto, et. al., C60: Buckminsterfullerene. Jurnal Nature, Volume 318, 1985,
hh.162-163.
Pada penilitian ini akan diteliti tentang pemanfaatan serat eceng gondok
sebagai bahan baku pembuatan komposit, dilanjutkan dengan penambahan
carbon nanotube yang bertujuan untuk meningkatkan sifat termal komposit
terutama pada temperatur leleh, karena carbon nanotube memiliki konduktifitas
1
1
termal sebesar 3500 W . m . [ K ]
[K ]1 .
Pengaplikasian komposit polimer HDPE dengan serat alam dan CNT adalah
bagian kendaraan yang berhubungan dengan panas. Oleh karena itu, penelitian ini
difokuskan pada pengaruh penambahan serat eceng gondok dan carbon nanotube
terhadap sifat termal HDPE. Penggunaan variasi komposisi antara komposit
HDPE dengan serat alam eceng gondok dan carbon nanotube (CNT) diharapkan
dapat memperbaiki sifat termal yang ada.
1.4.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di
atas maka perumusan masalah yang diangkat adalah, Apakah pengaruh variasi
serat eceng gondok terhadap temperatur leleh komposit HDPE, eceng gondok
dan CNT?
1.5.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi serat eceng gondok terhadap
temperatur leleh komposit HDPE, eceng gondok dan CNT
1.6.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat yang baik
secara teoritis maupun praktis, antara lain yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar dapat member
manfaat dalam mengembangkan penelitian dalam bidang material komposit.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan secara praktis adalah agar dapat dijadikan
sebagai bahan referensi dalam mengembangkan pengaplikasian material
komposit yang dibutuhkan dalam dunia Industri.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Landasan Teori
2.1.1 Komposit
Menurut Kronschwitz, komposit adalah bahan yang terbentuk apabila dua
atau lebih komponen yang berlainan digabung. Sedangkan Mazumdar
mendefinisikan komposit sebagai sebuah kombinasi dari dua atau lebih
komponen yang berbeda dalam bentuk atau komposisi pada skala makro,
dengan dua atau lebih phasa yang berbeda yang mempunyai ikatan antarmuka
yang diketahui antara dua komponen tersebut3.
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa komposit adalah gabungan
antara dua atau lebih material yang pada permukaannya tidak tercampur atau
tidak bereaksi secara kimia, sehingga komposit memiliki keunggulan pada
sifat fisik dan mekanik yang merupakan penggabungan sifat-sifat unggul dari
masing-masing unsur pembentuknya.
Pada komposit, penggabungan unsur-unsurnya secara makroskopis, yakni
sifat-sifat unsur pembentuknya masih terlihat jelas, hal ini berbeda dengan
paduan atau alloy, yang penggabungan unsur-unsurnya dilakukan secara
mikroskopis4.
Karena sifatnya komposit diciptakan. Tujuan dari pembuatan komposit itu
sendiri adalah memperbaiki sifat mekanik dan/atau sifat spesifik tertentu,
10
karena
serat
dapat
menentukan
karakteristik bahan
11
mempunyai tegangan tarik dan modulus elastisitas yang lebih tinggi daripada
matrik penyususn komposit. Komposit yang diperkuat dengan serat dapat
digolongkan menjadi dua bagian yaitu:
a. Komposit serat pendek (short fiber composite)
Komposit yang diperkuat dengan serat pendek umumnya sebagai
matriknya adalah resin termoset yang amorf atau semi kristalin. Material
komposit yang diperkuat dengan serat pendek dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
1. Material komposit yang diperkuat dengan serat pendek yang mengandung
orientasi secara acak (inplane random orientation). Secara acak biasanya
derajat orientasi dapat terjadi dari suatu bagian ke bagian lain.
2. Material komposit yang diperkuat dengan serat pendek yang terorientasi
atau sejajar satu dengan yang lain.
Tujuan pemakaian serat pendek adalah memungkinkan pengolahan yang
mudah, lebih cepat, produksi lebih murah dan lebih beraneka ragam.
b. Komposit serat panjang (long fiber composite)
Keistimewaan
diorientasikan, jika
komposit
serat
panjang
adalah
lebih
mudah
12
pendek yaitu serat pendek dibebani secara tidak langsung atau kelemahan
matriks akan menentukan sifat dari produk komposit tersebut yakni jauh
lebih kecil dibandingkan dengan besaran yang terdapat pada serat panjang.
Bentuk serat panjang memiliki kemampuan yang tinggi, disamping itu kita
tidak perlu memotong-motong serat.
Fungsi penggunaan serat sebagai penguat secara umum adalah sebagai
bahan yang dimaksudkan untuk memperkuat komposit, disamping itu
penggunaan serat juga mengurangi pemakaian resin sehingga akan
diperoleh
Polimer
Polimer berasal dari kata bahasa yunani yaitu polus (berarti banyak)
dan meros (yang berarti bagian), yang mana menunjuk pada struktur
polimer yang tersusun atas unit ulangan. Polimer merupakan senyawa
kimia yang mempunyai massa molekul sangat tinggi dan tersusun dari unit
ulangan
sederhana
yang
tergabung
melalui
proses
polimerisasi
13
8Rikson A.F. Siburian dan Tuan Raja Simbolon, Polimer: Ilmu Material, USU Press, Medan,
2008, hal.5.
14
9Teguh Pangajuanto dan Tri Rahmidi, Kimia 3 Untuk SMA/MA kelas XII. Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2009, hal. 212
15
16
VLDPE).
Polietilena berdinsitas rendah (Low density polyethylene/LLDPE)
Polietilena
berdensitas
menengah
(Medium
density
polyethylene/MDPE)
Polietilena berdensitas tinggi (High density polyethylene/HDPE)
Dilihat dari kristalinitas dan massa molekul, titik leleh, dan transisi
gelas, sulit untuk melihat sifat fisik polietilena. Temperatur titiknya
bervariasi tergantung pada tipe polietilena. Titik leleh pada densitas
12UT. Haryanto, Polimer Termoplastik dan Termosetting, diakses dari http:??www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-polimer/klasifikasi-polimer/polimer-termoplastik-dantermosetting/, pada tanggal 3 Agustus 2015 pukul 20.00.
17
0.880-0.915 g/cm3
0.910-0.940 g/cm3
0.926-0.940 g/cm3
>0.941 g/cm3
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa massa molekul HDPE lebih
tinggi dari polietilena lainnya. Meskipun kepadatannya sedikit lebih tinggi
dari polietilena lainnya, HDPE memiliki sedikit percabangan, hal ini
memberikan gaya antar molekul dan kekutan tarik lebih tinggi dari
polietilena lainnya. Selain itu HDPE juga dapat menahan suhu lebih tinggi
dari polietilena lainnya.
Karena tinggi kekutan densitas yang tinggi, membuat HDPE
digunakan sebagai alat-alat yang mampu menahan panas seperti botol
plastik, pipa tahan korosi, dan tempat sampah.
2.1.2.4 Karakteristik HDPE
13Tata Surdia dan Shinroku Saito, Pengetahuan Bahan Teknik, cetakan keempat, Pradnya
Paramita, Jakarta 1999, hal 209
18
Berikut akan disajikan karakteristik, serta sifat fisika, sifat kimia dan
mekanik dari polietilena HDPE
2.1.3
19
keunikan dalam struktur ini adalah kelebihannya dalam hal kekuatan, sifat
keelektrikannya, dan juga sifat dalam penghantaran panas yang baik.
Struktur ini memiliki bermacam bentuk turunan yang masing-masing
memiliki sifatnya tersendiri.
Struktur carbon nanotube yang unik memungkinkannya memiliki sifat
kenyal, daya regang, dan stabil dibandingkan struktur carbon lainnya.
Kelebihannya ini dapat dimanfaatkan dalam pengembangan struktur
bangunan yang kuat, struktur kendaraan yang aman, dan lainnya. Hal ini
dikarenakan carbon nanotube memiliki ikatan sp3 menyerupai struktur di
grafit. Ikatan ini lebih kuat dibandingkan dengan struktur ikatan sp2 yang
dimiliki oleh intan. Dengan demikian secara alami carbon nanotube akan
membentuk ikatan yang sangat kuat.
Carbon nanotube memiliki koordinat karbon tiga cabang yang secara
keseluruhan berbentuk silinder, seperti terlihat pada Gambar 2.2. Sebuah
single wall nanotube (SNWT) memiliki bentuk satu silinder, seperti
terlihat pada Gambar 2.3. Sedangkan, multiwall nanotube (MNWT) terdiri
atas sekumpulan silinder yang secara berturut-turut memiliki ukuran
diameter yang berbeda-beda, diantara masing-masing slinder terdapat
jarak, seperti terlihat pada Gambar 2.4. MNWT memiliki diameter slinder
terluar sebesar > 30nm dan
20
21
1
48.000 kN.m. kg lebih besar daripada baja karbon tinggi 154 kN.m.
19 Wang, X.; Li, Qunqing; Xie, Jing; Jin, Zhong; Wang, Jinyong; Li, Yan; Jiang, Kaili; Fan,
Shoushan (2009). "Fabrication of Ultralong and Electrically Uniform Single-Walled Carbon
Nanotubes on Clean Substrates". Nano Letters 9, halaman 9.
20 Yuri Gogotsi, op.cit., halaman 43
22
23
24
SWNT dengan berbeda diameter. MWNT jelas memiliki sifat yang berbeda
dengan SWNT.
2.1.4
Eceng Gondok
25
Serat alam atau yang bias disebut natural fiber merupakan serat yang
berasal dari alam baik hewani (berasal dari hewan) atau nabati (berasal dari
tumbuhan). Serat alam dapat digolongkan ke dalam:
Serat tumbuhan/serat pangan, biasanya tersusun atas selulosa,
26
23Siti Nurjanah, Dede Rohmat, dan Agus Hidayatul Rahman, Pemanfaatan Serat Eceng
Gondok Sebagai Bahan Komposit Tekstil, (Skripsi), Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2010,
hal.1
24Wikipedia, Eceng Gondok, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Eceng_Gondok/ pada
tanggal 5 Agustus 2015 pukul 06.00.
25Momentum, Vol. 7, No. 1, April 2011 : 41-47
27
26Aji Prasetyaningrum, dkk, Optimasi Proses Pembuatan Serat Eceng Gondok Untuk
Menghasilkan Serat Dengan Kualitas Fisik dan Mekanik Yang Tinggi, Riptek, Vol.3, No.1,
Tahun 2009, halaman: 45 50
27Ibid.
28
Serat Nanas
mudah
2. Limbah yang dapat
dimanfaatkan
1. Kekuatan serat
Serat Bambu
1. Sulit diperoleh
2. Harga lebih
mahal
1. Harga mahal
2. Dimanfaatkan
tinggi
bentuk lain
29
awal, serat tersebut perlu penanganan yang khusus, yakni eceng gondok
dikeringkan terlebih dahulu sebelum seratnya diambil.
2.1.5
Pengujian Thermal
Pengujian termal dalam pengertian luas adalah pengukuran sifat kimia
fisika bahan sebagia fungsi suhu dan waktu pada waktu tertentu.
Pengujian termal dapat meberikan informasi sifat material seperti
kristalisasi, tirik lebur, sublimasi, transisi kaca, degradasi, dll. Berbagai
teknik analisis termal konvensional diantaranaya yaitu thermogravimetry
(TG), differential thermal analysis (DTA), differential scanning
calorimetry
(DSC),
thermomechanometry
(TMA)
dan
dynamic
30
30P. J. Haines, Principles Of Thermal Analysis And Calorimetry, The Royal Society of
Chemistry, England, 2002, hal. 55.
31
32
33
BAB III
34
Metodologi Penelitian
3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumnya maka
penelitian ini memiliki tujuan untuk mengoptimasi informasi dan data pengaruh
kadar pencampuran komposit bermatriks HDPE, berserat eceng gondok dan CNT
terhadap sifat termal. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui
proses pembuatan komposit HDPE dengan serat eceng gondok dan CNT sebagai
penguat.
35
36
3. Carbon nanotube
37
38
39
pengujian
yang
sudah
selesai.
Data
yang
didapatkan
40
Serat Eceng
Gondok
Pemotongan
Thermo Mixer
HDPE + EG + CNT
Komposit
Sampel
1
HDPE
Sampel
2
HDPE
CNT
Sampel
3
HDPE
CNT
EG 10%
Sampel
4
EG
CNT
EG 20
Sampel
5
EG
CNT
EG 30
Pengujian DSC
Hasil
Studi
Literatur
Kesimpula
Analisis
Sampel
5
EG
CNT
EG 40%
41
Berat
Sampel
HDPE
Eceng Gondok
CNT
42
(gram)
(gram)
(%)
(gram)
(%)
35
100
35
98,04
31,5
88,24
3,5
9,80
28
78,44
19,60
24,5
68,63
10,5
29,41
21
58,83
14
39,21
35,7
(gram)
(%)
0,7
1,96
c. Proses pencampuran HDPE, serat eceng gondok kering dan multi wall
nanotube menggunakan mesin Rheomix OS
Mesin Rheomix OS adalah mesin mixer yang digunakan untuk mencampur
beberapa bahan dengan menggunakan pemanasan dan putaran rotor. Mesin ini
dilengkapi dengan perangkat komputer untuk memprogram, mengontrol, dan
menampilkan hasil pencampuran bahan. Proses kerja mesin ini diawali
dengan memprogram temperatur pemanasan, kecepatan putaran rotor, dan
waktu pencampuran.
Langkah awal dalam menggunakan mesin Rheomix OS adalah dengan
memprogram temperatur pemanasan 140C, kecepatan putaran rotor 40 rpm,
dan waktu pencampuran 20 menit. Setelah itu, proses pencampuran HDPE,
serat eceng gondok, dan multi wall nanotube dimasukan ke dalam lubang
corong yang berada di mesin dengan cara terlebih dahulu mengangkat cover
penutup.
43
44
45
kemudian letakan le dalam cawan yang telah disediakan dan tutup cawan
dengan cara di-press.
Selanjutnya merupakan proses pengujian sample. Proses pengujian dengan
DSC dilakukan terhadap 6 sample, yaitu HDPE, HDPE dan CNT, serta 4 jenis
komposit yang terdiri dari HDPE, CNT dan eceng gondok dengan komposisi
yang telah ditentukan. Empat sampel komposit dengan masing-masing sampel
terdiri dari tiga specimen, diproses secara beruntun dengan pengaturan
control, temperature awal 0C dan temperature yang dituju 400C, aliran gas
nitrogen yang digunakan 20 ml/menitdan temperatur sebesar 4 ml/menit.
Kemudian letakkan cawan di tempatnya masing-masing karena mesin bekerja
secara otomatis dan letakkan cawan kosong sebagai referen. Proses pengujian
untuk tiap sampel memakan waktu sekitar 30 menit sehingga akan didapatkan
data berupa grafik yang menjelaskan perilaku bahan dari sampel komposit
selama proses berjalan.
yaitu berupa
grafik yang menjelaskan sifat bahan pada saat proses pengujian berlangsung.
Data yang dihasilkan dikonversikan ke bentuk data Microsoft Exel untuk
mempermudah mengolah data dalam proses analisa. Semua data dihasilkan
dengan bantuan unit computer untuk alat uji.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Penelitian
Proses pengujian pada penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali untuk setiap
sampel, dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang valid. Sampel yang diuji pada
penelitian ini merupakan komposit yang tediri dari campuran high density
polyethylene (HDPE), serta eceng gondok dan carbon nanotube (CNT). Pada
penelitian ini terdapat enam sampel yang memiliki berat sebesar 35,7 gram yang
terdiri dari satu sampel HDPE murni dan lima sampel komposit dengan variasi
komposisi eceng gondok yaitu 0 gram, 3,5 gram, 7 gram, 10,5 gram, 14 gram. Serta
penambahan penambahan carbon nanotube (CNT) sebesar 0,7 gram. Pengujian
47
termal pada pengujian ini adalah untuk mengetahui temperatur leleh komposit dari
campuran high density polyethylene (HDPE), serta eceng gondok dan carbon
nanotube (CNT) yang konsentrasinya dapat dilihat pada tabel 4.1
Sampel
Berat Sampel
(gram)
HDPE
Eceng Gondok
(gram)
(%)
(gram)
(%)
35
100
35
31,5
3,5
9,80
19,60
10,5
29,41
14
39,21
35,7
4
28
24,5
21
98,0
4
88,2
4
78,4
4
68,6
3
58,8
3
CNT
(gram)
(%)
0,7
1,96
48
diawali dengan
49
50
Pada grafik dapat dilihat hasil pengujian sampel 2 dilakukan sebanyak tiga
kali. Temperatur leleh pada pengujian pertama 146.6C, pada pengujian kedua
adalah 145.0C dan pada pengujian ketiga adalah 146.4C. hasil ketiga pengujian
dirata-ratakan, sehingga diperoleh hasil temperatur leleh pada sampel 2 adalah
146C.
51
ketiga adalah 145.1C. Jika dirata-ratakan hasil pengujian pada sampel 3 adalah
145.5C.
4.2.4 Hasil Pengujian sampel 4
Pada pengujian sampel 4 terdiri dari 28 gram HDPE, 7 gram eceng gondok dan
0,7 gram CNT. Campuran CNT tidak termasuk dalam jumlah massa HDPE dan
eceng gondok yang memiliki massa 35 gram. Hasil pengujian dapat dilihat pada
Gambar 4.5
.
Gambar 4.5 Grafik Hasil Pengujian Sampel 4
Berdasarkan grafik hasil pengujian sampel 3, diperoleh temperatur leleh pada
pengujian pertama adalah 144.4C, pengujian kedua 144.2C dan pada pengujian
ketiga adalah 144.3C. Jika dirata-ratakan hasil pengujian pada sampel 4 adalah
144.3C.
52
53
54
Dari grafik gabungan sampel diatas dapat dilihat bahwa grafik komposit yang
diuji mengikuti grafik HDPE murni. Hal ini menjelaskan bahwa temperatur leleh
komposit tidak berbeda jauh dengan material HDPE murni. Garis serta eceng
gondok menunjukkan serta eceng gondok hanya mengalami penguapan dan
perubahan fasa saja, sehingga tidak ditemukan temperatur leleh seperti yang didapat
pada material HDPE.
Hasil pengujian DSC pada sampel komposit memiliki nilai temperatur leleh
komposit dan HDPE murni yang diuji berkisar antara 140.7C sampai 146.4C.
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table dibawah.
Tabel 4.2 Tabel analisa hasil pengujian semua sampel
Sampel
1
2
3
4
5
6
Komposit
TM (C)
140.7
146
145.5
144.3
143.5
143.2
HDPE
HDPE-CNT
HDPE-CNT-EG 10%
HDPE-CNT-EG 20%
HDPE-CNT-EG 30%
HDPE-CNT-EG 40%
Berdasarkan
hasil
pengamatan
diatas
maka dapat
BAB V
5.1
Kesimpulan
55
5.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah didapat,maka penulis menyarankan.
1. Proses pembuatan komposit perlu diperhatikan dengan baik pada setiap
tahapannya agar memperoleh material komposit yang memiliki karakteristik
sesuai dengan yang diinginkan.
2. Penambahan konsentrasi eceng gondok dan CNT yang tepat dapat
meningkatkan ketahanan termal komposit sehingga nilai ketahanan dan
konduktivitas termal komposit akan menjadi lebih baik.
3. Penelitian ini dapat diperluas dengan penambahan material lain atau
perlakuan lain. Serta bisa diteruskan dengan pengujian lain seperti uji
mekanik.
56
DAFTAR PUSTAKA
Ashby , Michael F. dan David R.H. Jones. Engineering Maerials 2 An Introduction to
Microstructures, Processing, and Design. England: Departement Of
57
58
59
LAMPIRAN
60
HDPE
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Rata-rata
61
HDPE, CNT
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Rata-rata
62
63
64
65