Anda di halaman 1dari 8

Nama Lengkap : Vincentius Septian Dwi Saputra

NIM : 20050754028
Kelas : S1TM2020A

1. Sebutkan tiga material non logam yang anda ketahui, kemudian jelaskan sifat-sifatnya.
Dari tiga jenis material non logam tersebut klasifikasikan berdasarkan sifat-sifat yang
dimiliki dalam bentuk bagan. Klasifikasi minimal tiga macam.
Nilai maksimum : 20
Jawaban :

Material Non
Logam

Material non logam


Polimer anorganik (glass, Semikonduktor
keramik)

Polimer berupa plastik dan karet.


Semikonduktor merupakan
Saat ini polimer mulai berkembang Keramik dan glass kebanyakan material yang memiliki
menjadi salah satu material penting tersusun dari oksida, nitrida, dan sifat elektris menengah
di bidang teknik mesin, terutama carbida. Keramik biasanya digunakan yang berada di antara
karena berat spesifiknya yang sebagai material alat potong. konduktor dan isolator
rendah.

1. Ikatan silang antar 1. Semikonduktor murni


rantai polimer mengakibatkan 1. Kapasitas panas yang baik dan mempunyai koefisien temperatur
terbentuknya bahan yang keras. konduktivitas panas yang rendah. yang negatif dengan resistansi
2. Polimer yang mempunyai 2. Tahan korosi. tidak seperti logam yang memiliki
struktur tidak teratur mempunyai resistansi dengan koefisien
3. Sifat listriknya dapat insulator, temperatur positif.
kristalinitas rendah. semikonduktor, konduktor bahkan
3. Makin panjang superkonduktor. 2. Semikonduktor memberikan
rantai polimer maka makin tinggi 4. Sifatnya dapat magnetik dan non- daya termolistrik yang tinggi
titik lelehnya. magnetik dengan tanda yang positif atau
4. Rantai polimer yang bercabang negatif relatif logam
banyak mempunyai daya tegang bersangkutan.
rendah.
2. Polimer merupakan rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari pengikat
yang berupa molekul identik yang disebut monomer. Sekalipun biasanya merupakan
organik, ada juga banyak polimer inorganik. Perkembangan teknologi polimer telah
semakin maju, berbagai aplikasi polimer telah dikembangkan baik di sektor energi,
manufaktur, maupun kesehatan. Pada industri manufaktur polimer dapat dimanfaatkan
sebagai insulasi panas pada logam dan pencegah korosi pada peralatan yang terbuat
dari logam. Jelaskan pemanfaatan teknologi material seperti apa yang digunakan,
metode apa yang dipakai, dan hasil yang dapat dicapai.
Nilai maksimum : 25
Jawaban :

- Polyurethane adalah suatu bahan campuran atau hasil pengisolvenan antara


karet dan plastik sehingga didapatkan pelarutan material yang memiliki keunggulan
sangat tahan gesek, tahan aus, tahan terhadap beberapa kimia ringan, stabil
dalam suhu dingin dan panas. Poliuretan atau polyurethane biasa dipakai untuk
bahan isolasi temperatur pada mesin pendingin (kulkas, coldsotage dan ruangan
pendingin yang lain), biasanya digunakan sebagai bahan penyerap suara,
ringan, dan rigrid (tidak fleksibel) sebagai bahan konstruksi.

- Pemanfaatan teknologi material yang digunakan yaitu campuran dari dua jenis
bahan kimia ( ISOCYANATE dan POLYOL) yang diaduk secara bersama-
sama, sehingga terjadi reaksi dan membentuk FOAM. Polyurethane sendiri
merupakan bahan polymeric yang mengandung berbagai kumpulan urethane
(-NH-CO-O-) yang terbentuk dari reaksi antara polyol (alkohol dengan lebih dari
dua grup hidroksil reaktif per molekul) dengan diisocyanate atau polymeric
isocyanate dengan ketersediaan katalis yang sesuai serta bahan-bahan tambahan
lainnya.

- Metode pembuatannya pada industri manufaktur dibuat dengan mereaksikan


komponen dihidrogen atau polihidrogen dengan poliisosianat berlebih. Reaksi ini
menghasilkan campuran homolog yang masih mengandung monomer isosianat.
Jika monomer rendah yang diinginkan, diisosianat berlebih bisa dihilangkan dengan
distilasi.
- Hasil yang dicapai melalui proses tersebut yaitu menghasilkan Polyurethane dalam
berbagai bentuk, seperti busa lentur, busa keras, pelapis anti bahan kimia,
bahan perekat, dan penyekat, serta elastomers yang memiliki kegunaannya masing-
masing yaitu :

a) Polyurethane juga terdapat dalam berbagai bentuk, seperti busa lentur,


busa keras, pelapis anti bahan kimia, bahan perekat, dan penyekat, serta
elastomers.
b) Busa keras polyurethane digunakan sebagai bahan penyekat pada
gedung, pemanas air, alat transport berpendingin, serta pendingin untuk industri
maupun rumah tangga. Busa ini juga digunakan untuk flotation dan pengaturan
energi.
c) Busa lentur polyurethane digunakan sebagai bahan pelembut pada karpet dan
kain pelapis furniture, kasur, dan mobil. Busa tersebut juga digunakan sebagai
pengepak barang. Perekat dan penyekat polyurethane digunakan dalam
konstruksi, transportasi, kapal, dan kegunaan lain yang membutuhkan kekuatan,
tahan lembab, serta sifat tahan lama dari polyurethane tersebut.

3. Komposit sandwich¸ yang strukturnya tersusun dari dua lembar komposit skin dan core
(inti) di bagian tengahnya, telah digunakan lebih luas, antara lain pada pesawat terbang,
kapal, mobil, kincir angin, lokomotif, dan bangunan, serta produk industry mutu tinggi
lainnya. Komposit ini memiliki kekuatan tinggi, ringan, isolasi termal dan redaman
bising tinggi, mudah di-machining. Dan mudah dibentuk (Wang et. al., 2010). Berbagai
jenis material dapat digunakan sebagai skin pada struktur sandwich seperti plat
aluminium, baja, titanium dan komposit polymer. Keuatan struktur sandwich
dipengaruhi oleh sifat mekanis skin dan core. Serta kekuatan ikatan antara skin dan
core. Biasanya skin pada material komposit sandwich terbuat dari material dari tipe
yang sama, akan tetapi dapat juga dibuat dari jenis yang berbeda tergantung pada
persyaratan spesifik yang diperlukan. Dari uraian diatas apabila seorang peneliti ingin
menganalisa kekuatan komposit sandwich dengan Carbon Fiber Reinforced Plate
(RCFP) sebagai skin dan menggunakan beberapa material alternatif sebagai bahan core
untuk tulangan dan menggunakan metode VARI (Vacuum Assisted Resin Infusion)
pada bodi mobil langkah-langkah sistematis apa yang harus dilakukan?
Nilai maksimum : 25
Jawaban :
Langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan apabila ingin menganalisis
kekuatan komposit sandwich dengan Carbon Fiber Reinforced Plate (RCFP) sebagai
skin dan menggunakan beberapa material alternatif sebagai bahan core untuk tulangan
dan menggunakan metode VARI (Vacuum Assisted Resin Infusion) pada bodi mobil
adalah seperti sistematika di atas. Dijelaskan secara singkat sistematikanya melalui
proses di bawah ini :

1. Langkah awal yang dilakukan ialah menentukan konsep Perancangan produk yang
akan dibuat. Dalam menentukan konsep tersebut ada 2 langkah yang dilakukan,
yaitu :
1. Identifikasi Langkah ini dilakukan untuk mendapatkan rumusan masalah yang
akan dijadikan acuan dalam menentukan konsep perancangan. Ada dua hal yang
dilakukan dalam langkah ini yaitu dengan melakukan studi literatur dan melakukan
observasi secara langsung terhadap produk komposit yang sudah dibuat oleh
mahasiswa Teknik Mesin Universitas Islam Indonesia.
2. Deskripsi Setelah mendapatkan hasil dari identifikasi yang dilakukan, maka
selanjutnya membuat deskripsi terkait dengan produk yang akan dibuat. Beberapa
kriteria yang harus dipenuhi dalam penelitian ini, yaitu:
a. Produk komposit yang dibuat memiliki kontur permukaan yang tidak rata
(Cekung/Cembung).
b. Bahan komposit menggunakan serat fiber dan serat karbon.
c. Mengetahui kemampuan proses Vacuum Infusion pada produk yang memiliki
kontur permukaan yang tidak rata
2. Proses Pembuatan Cetakan
3. Proses Pembuatan Lateks
4. Proses Pembuatan Produk. Setelah kebutuhan alat dan bahan terlengkapi, tahap
selanjutnya dalam langkah analisis ini adalah proses pembuatan produk.

4. a. Jelaskan langkah-langkah melakukan praktikum heat treatment yaitu full annealing!


b. Proses full annealing dilakukan untuk menghilangkan struktur martensit pada baja
paduan yang mungkin terbentuk akibat pendinginan relatif cepat melewati
transformasi  → . Analisa bagaimana proses tersebut terbentuk dengan
menggunakan diagram TTT.
Nilai Maksimum : 30
Jawaban :

a. Pada proses full annealing ini biasanya dilakukan dengan memanaskan logam
sampai keatas temperature kritis (untuk baja hypoeutectoid , 25 Derajat hingga 50
Derajat Celcius diatas garis A3 sedang untuk baja hypereutectoid 25 Derajat hingga
50 Derajat Celcius diatas garis A1). Kemudian dilanjutkan dengan pendinginan
yang cukup lambat (biasanya dengan dapur atau dalam bahan yang mempunyai sifat
penyekat panas yang baik). Perlu diketahui bahwa selama pemanasan dibawah
temperature kritis garis A1 maka belum terjadi perubahan struktur mikro.
Perubahan baru mulai terjadi bila temperature pemanasan mencapai garis atau
temperature A1 (butir-butir Kristal pearlite bertransformasi menjadi austenite yang
halus). Pada baja hypoeutectoid bila pemanasan dilanjutkan ke temperature yang
lebih tinggi maka butir kristalnya mulai bertransformasi menjadi sejumlah Kristal
austenite yang halus, sedang butir Kristal austenite yang sudah ada (yang berasal
dari pearlite) hampir tidak tumbuh. Perubahan ini selesai setelah menyentuh garis
A3 (temperature kritis A3). Pada temperature ini butir kristal austenite masih halus
sekali dan tidak homogen. Dengan menaikan temperature sedikit diatas temperature
kritis A3 (garis A3) dan memberI waktu penahanan (holding time) seperlunya maka
akan diperoleh austenite yang lebih homogen dengan butiran kristal yang juga
masih halus sehingga bila nantinya didinginkan dengan lambat akan menghasilkan
butir-butir Kristal ferrite dan pearlite yang halus. Baja yang dalam proses
pengerjaannya mengalami pemanasan sampai temperature yang terlalu tinggi
ataupun waktu tahan (holding time) terlalu lama biasanya butiran kristal
austenitenya akan terlalu kasar dan bila didinginkan dengan lambat akan
menghasilkan ferrit atau pearlite yang kasar sehingga sifat mekaniknya juga kurang
baik (akan lebih getas). Untuk baja hypereutectoid, annealing merupakan persiapan
untuk proses selanjutnya dan tidak merupakan proses akhir.
Pada praktiknya, praktikum full annealing dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang meliputi :
- Besi HSS bohler China
-Tungku
-Kawat beton atau kawat tembaga
-Kertas koran-Hardness tester
b. Langkah kerja yang dilakukan adalah :
1) Sediakan alat dan benda kerja
2) Ukur kekerasan benda dengan menggunakan Hardnees tester. Dan
hasilnya mencapai kekerasan 60 & 62 HRC
3) Setelah diukur, lakukan proses pengaitan kawat terhadap benda kerja
agar proses pengambilannya lebih mudah
4) Masukkan benda tersebut ke dalam kertas koran, agar unsur
karbonnya masih terlindungi dan panasnya tidak terkena langsung
pada bendanya
5) Masukkan benda ke dalam tungku pemanas untuk dilakukan proses
anealing
6) Atur suhu yang dipakai hingga mencapai ska 900oC
7) Setelah itu, tunggu dalam waktu 30 menit
8) Setelah itu, proses pendinginannya di diamkan di dalam tungku
9) Kemudian, ambil benda tersebut dengan menggunakan pengait
10) Kemudian, ukur kembali kekerasan benda dengan menggunakan
Hardness tester yaitu dengan hasil 14 HRC (lunak)
11) Lakukan uji coba terhadap benda dengan cara digores atau di gergaji
12) Pasti hasillnya akan lebih lunak dari pada sebelumnya
13) Proses full annealing selesai
b. Analisa proses full annealing yang dilakukan untuk menghilangkan struktur
martensit pada baja paduan yang mungkin terbentuk akibat pendinginan relatif
cepat melewati transformasi  →  dengan menggunakan diagram TTT (Time-
Tempertarure-Transformation) adalah sebagai berikut :

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja eutektoida yang


mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut:

Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan beberapa
saat (± 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah dimana perlit baru
sebagian terjadi, kemudian dilanjutkan segera dengan quench maka akan terjadi
struktur perlit dan martensit sebagian. Martensit ini adalah hasil transformasi
isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi. Lamanya baja berada pada suhu
dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit atau bainit, dan
menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit setelah quench.

Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlit/bainit pada suhu tersebut
terhenti pada saat quenching. Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa
lama dimulai transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi
(100%) pada tiap-tiap suhu. Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas
1000°F, makin rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah
1000°F sampai dengan ±500°F makin rendah suhu, makin lama untuk
pembentukkan phase (disisni terjadi struktur bainite).
Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan cepat
dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut berada di
sebelah kiri garis kurva kanan. Paling cepat terjadinya transformasi ke phase
perlit/bainit adalah pada suhu sekitar 1000°F (merupakan “nose” dari kurva).
Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu, makin besar
jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk setelah
quenching. Dari diagram, cenderung tidaklah mungkin memperoleh martensit
dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk waktu yang
sangat lama.

Dekomposisi austenit dapat menghasilkan spherodite, perlit, bainit atau martensit,


dan mungkin juga diperoleh campuran. Tempering dari struktur martensit juga bisa
merubah menjadi spherodite, “tempered martensite” (atau “sorbite) atau martensit
dengan “secondary troostite”. Baja dengan struktur martensit mempunyai sifat
magnetis dan cocok untuk permanent magnit. Dalam pemakaian teknis baja
martensit di-temper untuk memperoleh sifat ductile dan tonghness. Proses temper
dipilih menurut keperluan optimasi antara kekuatan (hardness) dan keliatan.

Anda mungkin juga menyukai