Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

MT3203 LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL 3

Modul A
PROSES PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT

Oleh:

Gifar Faris Hafiz


13716024

Kelompok 6
Gifar Faris Hafiz 13716024
Rizki Ramadan 13716028
Chevira Destri Pramesthi 13716037
Khansa Lathifah 13716051
Esa Lahan Asawan 13716057

Tanggal Praktikum 22 Februari 2019


Tanggal Pengumpulan Laporan 06 Maret 2019
Asisten (NIM) Ruth Stephanie (13715020)

LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI


PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rekayasa material sudah dilakukan oleh manusia sejak tahun 10.000 sebelum
masehi dan terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi yang semakin
pesat. Pesatnya perkembangan teknologi menyebabkan kebutuhan akan material
yang mampu memenuhi kriteria teknik dari suatu teknologi meningkat. Salah satu
material yang memiliki sifat yang unggul adalah komposit karena komposit
memiliki kekuatan yang sangat tinggi namun jauh lebih ringan dari logam dan
keramik. Sehingga material komposit banyak diaplikasikan pada teknologi yang
membutuhkan bobot yang ringan untuk meningkatkan performanya sepert UAV,
mobil, pesawat dan lain-lain.

Saat ini jumlah penggunaan material komposit sudah hampir menyamai material
lainnya dan aplikasinya pun semakin luas. Selain karena sifat mekaniknya yang
sangat baik, material komposit merupakan material yang ramah lingkungan dari
segi pemrosesannya dan juga hemat energi karena massa jenis nya yang ringan
menjadikan material ini banyak diminati.

Untuk aplikasinya, material komposit perlu didesain untuk mencapai kekuatan


dan dimensi tertentu. Sehingga, seorang material engineer perlu mengetahui
konsep dasar dan faktor apa saja yang mempengaruhi sifat dari material komposit
tersebut serta teknik manufakturnya.

1.2. Tujuan
1. Menentukan kekuatan komposit polimer berpenguat serat gelas dengan
metode wet hand lay-up dan Compression Molding.
2. Menentukan fraksi volume serat, fraksi volume matriks dan fraksi volume
void pada komposit polimer berpenguat serat dengan metode manufaktur wet
hand lay-up dan compression molding.

2
BAB II

TEORI DASAR

2.1. Material Komposit


2.1.1. Definisi dan Keunggulan Material Komposit

Material komposit adalah material gabungan dari dua atau lebih material
individu seperti logam, keramik, dan polimer secara makroskopis. Material
komposit dibuat untuk dapat mencapai kombinasi dari sifat yang tidak dapat
dimiliki oleh satu material dan juga untuk menggabungkan sifat terbaik dari
masing-masing penyusun. Material komposit tersusun dari material dasar
(matriks) yang berfungsi sebagai pengikat dan material lain (reincorcement)
yang berfungsi sebagai penguat.

Material komposit memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan


material lainnya, diantaranya:

- Sifat mekanik spesifik yang tinggi, sehingga material komposit dapat


mencapai sifat mekanik tertentu namun dengan bobot yang lebih ringan
apabila dibandingkan dengan material lainnya, misalnya logam.
- Material komposit memiliki sifat tailorability sehingga, orientasi penguat
dapat diatur sesuai dengan arah pembebanan yang dapat menghasilkan
konstruksi yang optimum dan efisien.
- Biaya produksi berkurang karena konstruksi yang relatif kompleks dapat
dibuat hanya dengan satu kali proses.
- Cycle cost rendah karena material komposit tahan terhadap fatigue dan
lingkungan (korosi) dan umurnya panjang.

3
2.1.2. Jenis Komposit Berdasarkan Matriks dan Penguatnya

Komposit memiliki beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan matriks dan


penguatnya.

Gambar 2.1. Klasifikasi Komposit Berdasarkan Matriks (a) dan


Penguatnya (b)

Berdasarkan matriksnya, komposit memiliki jenis sebagai berikut:

- Metal Matrix Composites (MMC)

MMC tersusun atas matrsiks dengan material logam seperti


aluminium, magnesium, besi dan tembaga, dan penguat dari keramik
seperti oksida dan karbida atau berpenguat logam lain seperti timbal,
worfram dan molibdenum.

- Ceramic Matrix Composites (CMC)

CMC tersusun atas matriks keramik dan terdiri dari material lain
seperti serat atau keramik lain.

4
- Polymer Matrix Composites (PMC)

PMC tersusun atas matriks dari polimer termoset atau polimer


termoplas dan berpenguat gelas, karbon, logam atau serat kevlar.

Lalu, berdasarkan penguatnya material komposit digolongkan sebagai berikut:

- Particle Reinforced Composites

Merupakan komposit yang diperkuat oleh partikel /serbuk, contohnya


tungsten carbida dalam cobalt, semen, alumina dalam aluminium dan lain-
lain.

- Fiber Reinforced Composites

Merupakan komposit yang diperkuat oleh serat seperti serat gelas, serat
karbon, serat kevlar dan lain-lain. Serat yang menyusun komposit dapat
teridiri dari komposit berserat pendek dengan arah serat acak maupun
dengan arah tertentu dan komposit berserat panjang baik secara
unidirectional orientation maupun bidirectional orientation (woven).

- Structural Reinforced Composites

Terdiri dari komposit laminar dan sandwitch composite. Komposit


dengan struktur sandwitch memiliki kekuatan bending dan kekakuan yang
tinggi.

Gambar 2.2 Konsep Sandwitch Composite

5
2.1.3. Fiber Reinforced Polymer (FRP)

FRP merupakan komposit polimer berpenguat serat yang terdiri dari serat
sebagai penguat yang biasanya menggunakan serat gelas atau serat karbon dan
polimer (termoset atau termoplas) sebagai matriks yang berfungsi sebagai
pengikat. Serat gelas atau serat karbon digunakan sebagai penguat karena sifat
mekanik nya yang sangat tinggi, sedangkan polimer digunakan sebagai matriks
karena mampu mengikat serat-serat dan mampu mendistribusikan beban dari
serat ke serat. Selain itu FRP memiliki kekuatan mekanik spesifik yang sangat
baik, berikut perbandingannya dengan material lain:

Tabel 2.1. Perbandingan Sifat FRP dengan Material Lain

Serat yang digunakan akan semakin baik apabila aspek rasionya semakin
tinggi, karena luas permukaannya akan semakin tinggi pula sehingga distribusi
beban menjadi lebih merata dan dapat menahan beban yang lebih kuat. Selain
itu, yang harus diperhatikan pada komposit adalah sifat anisotropik pada
seratnya karena akan menentukan arah serat yang dibuat. Apabila serat bersifat
anisotropik, serat tersebut akan memiliki kekuatan yang berbeda di arah
transversal dan arah longitudinal. Berikut perbandingan kekuatan serat yang
bersifat isotropik dan anisotropik:

6
Tabel 2.2. Sifat Anisotropik (Kevlar, Carbon) dan Isotropik (E Glass) pada
Serat

2.2.Proses Manufaktur Material Komposit

Untuk membuat suatu produk berbahan komposit biasanya sekaligus akan


membuat material kompositnya. Sehingga sebelum melakukan berbagai teknik
manufaktur, komposit harus dirancang terlebih dahulu. Sifat dari komposit dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis material penyusun, kekuatan
interface, orientasi serat, cacat, fraksi penyusun dan panjang serat yang digunakan.

Jenis material penyusun yang digunakan pada FRP adalah polimer (termoset
atau termoplas) dan serat (biasanya serat gelas atau serat karbon). Pemilihan jenis
polimer disesuaikan dengan produk dan sifat yang ingin diperoleh dari polimer
tersebut. Berikut perbandingan kelebihan dan kekurangan polimer termoset dan
polimer termoplas sebagai matriks:

7
Tabel 2.3. Keunggulan (+) dan Kelemahan (-) Sifat Matriks Termoset dan
Termoplas

Tabel 2.4. Keunggulan (+) dan Kelemahan (-) Processability Matriks


Termoset dan Termoplas

Termoset dan termoplas memiliki prinsip pemrosesan yang berbeda. Pada


temperatur kamar termosit memiliki viskositas yang rendah sehingga lebih mudah

8
diproses namun membutuhkan katalis untuk curing. Sedangkan, termoplas harus
diproses diatas temperatur meltingnya agar viskositasnya rendah.

Setelah menentukan material penyusun yang tepat, material tersebut harus


dirancang fraksinya untuk memperoleh sifat komposit tertentu. Untuk serat yang
unidirectional dan kontinyu dapat berlaku persamaan rules of mixture pada
pembebanan arah longitudinal.

𝐸𝑐 = 𝐸𝑓 𝑉𝑓 + 𝐸𝑚 𝑉𝑚

𝜌𝑐 = 𝜌𝑓 𝑉𝑓 + 𝜌𝑚 𝑉𝑚

𝜎𝑐 = 𝜎𝑓 𝑉𝑓 + 𝜎𝑚 𝑉𝑚

Persamaan 1. Persamaan Rules of Mixture

Dengan Ec, ρc, dan σc adalah kekakuan, massa jenis dan kekuatan komposit.
Vf merupakan fraksi volume serat dan Vm adalah fraksi volume matriks. Lalu, Ef,
ρf, dan σf adalah kekakuan, massa jenis dan kekuatan serat sedangkan, Em, ρm, dan
σm merupakan kekakuan, massa jenis dan kekuatan matriks.

Setelah mendesain sifat dari komposit dapat dilakukan beberapa teknik


manufaktur material komposit diantaranya:

- Wet Hand Lay-up (WHLU)

Gambar 2.3. Mekanisme WHLU


Teknik WHLU adalah teknik yang paling sederhana karena dilakukan
secara manual sehingga konsistensi kualitasnya kurang baik. WHLU hanya

9
dapat diterapkan pada polimer termoset karena dikerjakannya pada
temperatur ruang dan membutuhkan polimer dengan viskositas yang rendah
agar impregnasi nya baik dan merata. Teknik ini membutuhkan kualitas resin
yang baik dengan yaitu resin hanya dapat kuring diatas temperatur ruang
karena salah satu permasalahan dari teknik ini adalah resin yang dapat curing
lebih cepat sehingga sulit untuk membuat komposit yang tebal.
- Compression Molding (CM)

Gambar 2.4. Mekanisme Teknik Compression Molding

Berbeda dengan teknik WHLU, pada teknik ini penekanan dibantu oleh
alat untuk memperoleh profil tertentu dan penekanan terus diberikan hingga
resin curing, setelah curing cetakan dapat dilepas. Karena penekanan dibantu
oleh alat sehingga konsistensi kualitas cukup baik dan penekanan yang
diberikan hingga resin curing mengakibatkan komposit yang dimanufaktur
dengan teknik ini memiliki fraksi volume serat yang lebih tinggi dari WHLU.

2.3. Pengujian Komposit


2.3.1. Uji Tarik

Pengujian tarik pada material komposit khususnya FRP telah terstandar


berdasarkan ASTM D3039. Pada ASTM D3039 informasi tentang pengujian
tarik pada FRP telah lengkap, mulai dari rekomendasi geometri untuk spesimen
uji tarik hingga modus-modus kegagalan FRP saat diuji tarik.

10
Tabel 2.5. Rekomendasi Geometri Spesimen Uji Tarik FRP ASTM D3039

Pada tabel tersebut dijelaskan untuk jenis orientasi serat yang berbeda
maka geometry dan dimensi spesimen uji tariknya berbeda pula. Berikut adalah
gambar ilustrasi dari spesimen uji tarik:

Gambar 2.5. Ilustrasi Spesimen Uji Tarik

Setelah diuji tarik, FRP akan memiliki berbagai bentuk modus kegagalan
yang mungkin terjadi sebagai berikut:

11
Gambar 2.6. Ilustrasi Berbagai Bentuk Patahan pada Spesimen Uji Tarik
FRP

2.3.2. Uji Bakar

Untuk mengetahui fraksi volume dari serat perlu dilakukannya uji bakar.
Pada prinsipnya uji bakar dilakukan untuk mendegradasi matriks polimer
sehingga komposit akan menyisakan serat, lalu diukur massa serat tersebut
untuk dihitung melalui persamaan berikut:

𝑚𝑓
𝜌𝑓
𝑉𝑓 = 𝑚
𝑐
𝜌𝑐

Persamaan 2. Persamaan Fraksi Volume Serat

12
Sedangkan Wf diperoleh dari perbandingan massa serat terhadap massa
komposit, sehingga sebelum diuji bakar massa komposit harus ditimbang
terlebih dahulu. Sedangkan massa jenis dapat diperoleh dari uji densitas
dengan alat neraca analitik.

Lalu fraksi volume matriks dapat diperoleh melalui persamaan berikut:

𝑚𝑐 − 𝑚𝑓
𝜌𝑚
𝑉𝑚 = 𝑚𝑐
𝜌𝑐

Persamaan 3. Persamaan Fraksi Volume Matriks

Selain fraksi volume serat, dari uji bakar dapat diketahui fraksi void
melalui persamaan berikut:

𝑉𝑣𝑜𝑖𝑑 = 1 − 𝑉𝑓 − 𝑉𝑚

Persamaan 4. Persamaan Fraksi Volume Void

13
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

MULAI

(1) Potong preform serat gelas WR400 dengan dimensi 30cmx15cm


sebanyak 8 lembar (4 untuk WHLU dan 4 untuk CM)

(2) Timbang 4 lembar preform yang telah di potong, 4 lembar pertama


untuk WHLU dan 4 lembar kedua untuk CM

(3) Persiapkan mika diatas meja kaca, lalu oles permukaan atas mika
tersebut dengan minyak agar tidak menempel dengan resin saat curing

(4) Siapkan resin ke dalam gelas plastik sebanyak 70% dari massa 4
lembar preform serta tambah hardener sebanyak 3-4% dari massa resin

(5) Letakan preform pertama diatas mika, lalu tuangkan resin secukupnya
pada tiap layer preform dengan penekanan dari roller. Setelah lapis ke-4
tutup layer paling atas dengan mika yang telah diberi minyak dengan
penekanan dari roller.

(6) Ulangi proses (3), (4) dan (5) dengan 4 lembar preform kedua,
kemudian letakan pada alat Compression Molding yang diberi penekanan
sebesar 25 bar

14
(7) setelah curing potong komposit dengan ukuran 12,5 cm x 2,5 cm
sebanyak 4 kali pada masing-masing
BABkomposit,
IV lalu sebesar 2,5 cm x 2,5
cm sebanyak 2 kali padaPENGOLAHAN
masing-masing komposit.
DATA Lalu beri tanda pada
setiap spesimen

(8) Lakukan uji tarik, uji densitas dan uji bakar, lalu catat hasilnya

Selesai

15
BAB IV

PENGOLAHAN DATA

5.1. Data Praktikum

Komposit dibuat melalui dua teknik yaitu wet hand lay-up (WHLU) dan
compression molding (CM) dengan tekanan 25 bar.

Jumlah lamina :4

Massa preform : 82,8 gram

Massa resin : 58,1 gram

Massa jenis serat : 2,58 g/cm3

Massa jenis poliester : 1,2 g/cm3

a. Uji Tarik Komposit

Dimensi Spesimen : (17,5 x 2,5 x t) cm

Tabel 5.1. Data spesimen Uji tarik komposit


Tebal (mm)
Spesimen F (N)
1 2 3 Avg.
1 1,5 1,55 1,65 1,56 6200
2 1,65 1,65 1,6 1,63 6400
WHLU
3 1,55 1,55 1,6 1,56 6000
4 1,6 1,6 1,65 1,61 6200
1 1,15 1,05 1,15 1,11 5875
2 1,1 1,05 1,1 1,08 5550
CM
3 1,15 1,1 1,1 1,11 5850
4 1,05 1,1 1,05 1,06 4000

16
b. Uji Densitas Serat
Temperatur : 23oC
Cairan : Air
Dimensi sampel : 2,5cmx2,5cm
Tabel 5.2. Data Hasil Uji Densitas Komposit
Massa Kering
Komposit Densitas (gr/cm3)
(gram)
WHLU 1,4567 1,6078
CM 1,7520 1,6866

c. Pengujian Bakar Komposit


Temperatur Pembakaran 1 : 120oC selama 1 jam dalam microwave
Temperatur Pembakaran 2 : 500oC selama 2,5 jam + 1 jam

Tabel 5.3. Data Hasil Uji Bakar


Massa (gram) Dimensi (mm)
Spesimen
komposit Serat gelas p l t
WHLU 1,58 0,8 25 24,1 1,6
CM 1,8 1,1 27,7 25,45 1,1

5.2. Pengolahan Data


a. Fraksi Volume
Tabel 5.4. Data Hasil Uji Densitas dan Hasil Uji Bakar
Massa Komposit Massa Kering Serat
Spesimen Densitas Komposit
Kering (setelah dibakar)
WHLU 1,4567 gr 1,6078 gr/cm3 0,8 gram
CM 1,7520 gr 1,6866 gr/cm3 1,1 gram

17
- WHLU
Fraksi volume serat dapat diperoleh melalu persamaan 2 berikut :

𝑚𝑓
𝜌𝑓
𝑉𝑓 = 𝑚
𝑐
𝜌𝑐

0,8
2,58
𝑉𝑓 =
1,4567
1,6078

𝑽𝒇 = 𝟎, 𝟑𝟒𝟐𝟐

Fraksi volume matriks dapat diperoleh melalu persamaan 3 berikut :

𝑚𝑐 − 𝑚𝑓
𝜌𝑚
𝑉𝑚 = 𝑚𝑐
𝜌𝑐

1,4567 − 0,8
1,2
𝑉𝑚 =
1,4567
1,6078

𝑽𝒎 = 𝟎, 𝟔𝟎𝟒

Fraksi volume void dapat diperoleh melalu persamaan 4 berikut :


𝑉𝑣𝑜𝑖𝑑 = 1 − 𝑉𝑓 − 𝑉𝑚
𝑉𝑣𝑜𝑖𝑑 = 1 − 0,3422 − 0,604
𝑽𝒗𝒐𝒊𝒅 = 𝟎, 𝟎𝟓𝟑𝟖

- CM
Fraksi volume serat dapat diperoleh melalu persamaan 2 berikut :

𝑚𝑓
𝜌𝑓
𝑉𝑓 = 𝑚
𝑐
𝜌𝑐

18
1,1
2,58
𝑉𝑓 =
1,7520
1,6866

𝑽𝒇 = 𝟎, 𝟒𝟏𝟎

Fraksi volume matriks dapat diperoleh melalu persamaan 3 berikut :

𝑚𝑐 − 𝑚𝑓
𝜌𝑚
𝑉𝑚 = 𝑚𝑐
𝜌𝑐

1,7520 − 1,1
1,20
𝑉𝑚 =
1,7520
1,6866

𝑽𝒎 = 𝟎, 𝟓𝟐𝟑

Fraksi volume void dapat diperoleh melalu persamaan 4 berikut :


𝑉𝑣𝑜𝑖𝑑 = 1 − 𝑉𝑓 − 𝑉𝑚
𝑉𝑣𝑜𝑖𝑑 = 1 − 0,410 − 0,523
𝑽𝒗𝒐𝒊𝒅 = 𝟎, 𝟎𝟔𝟕
b. Kekuatan Tarik
Kekuatan diperoleh dari persamaan berikut:
𝐹
𝜎=
𝐴
Dengan A = l.t
Sehingga tabel 5.1. dapat diolah menjadi tabel berikut:
Tabel 5.5 Tegangan Spesimen
A=l.t ( σ average
Spesimen F (N) σ(MPa)
mm2) (MPa)
1 6200 39 158,97
2 6400 40,75 157,06
WHLU 155,9775
3 6000 39 153,84
4 6200 40,25 154,04

19
1 5875 27,75 211,71
2 5550 27 205,56
CM 194,755
3 5850 27,75 210,81
4 4000 26,5 150,94

c. Hasil Akhir

Tabel 5.6. Kekuatan Tarik dan Fraksi Volume Komposit

Pengukuran 𝜎 (MPa) Vf Vm Vvoid


WHLU 155,9775 0,3422 0,604 0,0538
CM 194,755 0,410 0,523 0,067

20
BAB V

ANALISIS DATA

Pada praktikum ini, telah dilakukan proses pembuatan komposit beserta


pengujiannya. Teknik manufaktur yang digunakan adalah wet hand lay-up
(WHLU) dan compression molding (CM). Teknik tersebut merupakan teknik yang
sederhana karena tidak membutuhkan alat yang mahal dan dapat dikerjakan pada
temperatur ruang sehingga, kedua teknik tersebut digunakan pada praktikum ini.
Serat yang digunakan adalah preform WR serat gelas dan resin yang digunakan
adalah poliester. Setelah kedua teknik tersebut selesai dilakukan, matriks dari
komposit harus dipastikan curing secara maksimal (100% curing) sehingga
komposit yang telah selesai dibuat dibiarkan beberapa jam untuk memastikan
matriks telah curing sempurna. Setelah curing, komposit harus dipotong dengan
dimensi tertentu untuk diuji tarik, uji densitas dan uji bakar. Uji tarik dilakukan agar
kekuatan tarik maksimal dari komposit yang telah dibuat dapat diketahui, uji
densitas dilakukan untuk mengetahui massa jenis dari komposit dan uji bakar
dilakukan untuk mengetahui fraksi dari material penyusun pada komposit yang
telah dibuat.

Material penyusun yang digunakan pada praktikum ini adalah serat gelas WR
sebagai penguat dan resin poliester sebagai matriksnya. Serat gelas digunakan
karena jauh lebih murah dari serat karbon namun kekuatan arah longitudinalnya
jauh lebih rendah dari serat karbon. Lalu, resin yang digunakan adalah poliester.
Poliester merupakan polimer termoset yang murah namun kualitasnya kurang baik
karena dapat curing pada temperatur ruang sehingga resin ini kurang cocok untuk
membuat komposit yang tebal karena resin cepat meningkat viskositasnya di
temperatur ruang yang dapat menyebabkan turunnya kemampuan impregnasi dari
resin seiring berjalannya waktu pengerjaan.

Setelah komposit curing secara sempurna, komposit dipotong dengan dimensi


tertentu sebagai spesimen untuk uji tarik. Setelah pengujian tarik diperoleh

21
kekuatan tarik dari dua teknik manufaktur yang berbeda. Untuk teknik WHLU
diperoleh kekuatan sebesar 155,9775 MPa, sedangkan untuk teknik CM diperoleh
kekuatan sebesar 194,755 MPa. Dari data tersebut diketahui bahwa teknik CM
menghasilkan kekuatan tarik komposit yang lebih kuat dari pada teknik WHLU
dengan perbedaan sebesar 38,7775 MPa. Hal tersebut dapat terjadi karena
penekanan oleh teknik CM terus diberikan hingga komposit curing sempurna
sedangkan penekanan pada WHLU hanya dilakukan pada saat pengerolan setelah
resin dituangkan ke tiap layer preform. Sehingga, teknik CM mampu menghasilkan
fraksi volume serat yang lebih tinggi dari pada teknik WHLU. Fraksi volume serat
yang dihasilkan melalui teknik CM adalah sebesar 0,410 sedangkan melalui teknik
WHLU sebesar 0,3422, hal itu lah yang menyebabkan kekuatan komposit yang
dihasilkan dari teknik CM lebih tinggi dari pada teknik WHLU.

Selain uji tarik, komposit dipotong dengan dimensi tertentu untuk dilakukan uji
densitas dan uji bakar. Dari hasil uji bakar diperoleh fraksi volume dari material
penyusun komposit. Setelah pengujian bakar diperoleh fraksi void dari masing-
masing teknik manufaktur. Pada teknik WHLU fraksi volume void yang dihasilkan
sebesar 0,0538 sedangkan pada teknik CM diperoleh fraksi volume void sebesar
0,067. Hasil tersebut menunnjukan teknik WHLU memiliki fraksi volume void
yang lebih rendah dari teknik CM, hal tersebut dapat terjadi karena penuangan resin
terhadap preform tidak merata sedangkan pada teknik CM penekanan tiap layer
setelah penuangan resin tidak sebesar oleh teknik WHLU yang diberi penekanan
yang lebih tinggi pada tiap layernya, sehingga pesebaran resin tidak merata
menyebabkan void yang lebih tinggi dari yang dihasilkan oleh teknik WHLU.

22
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Pada praktikum ini diperoleh kekuatan dan fraksi volume penyusun pada
komposit polimer berpenguat serat gelas melalui dua teknik manufaktur
(WHLU dan CM). Kekuatan tarik yang diperoleh pada teknik WHLU adalah
sebesar 155,9775 MPa sedangkan, pada teknik CM adalah sebesar 194,755
Mpa.
Fraksi volume serat, fraksi volume matriks dan fraksi volume void yang
diperoleh pada teknik WHLU secara berturut-turut adalah sebesar 0,3422 ;
0,604 dan 0,0538. Sedangkan, fraksi volume serat, fraksi volume matriks dan
fraksi volume void yang diperoleh pada teknik CM secara berturut-turut adalah
sebesar 0,410 ; 0,523 dan 0,067.
6.2.Saran

Sebaiknya pengujian densitas yang digunakan menggunakan media cairan


selain air yang bersifat polar seperti minyak dan lain-lain karena serat gelas
bersifat menyukai air.

23
DAFTAR PUSTAKA

[1] H. Judawisastra, "Slide Kuliah Material Komposit," 2019.

[2] D. ASTM, "Standard Test Method for Tensile Properties of Polymer Matrix
Composite Materials," in ASTM D3039, 2002.

[3] http://www.substech.com/dokuwiki/doku.php?id=classification_of_composites
diakses pada 05/03/2019 pada pukul 23.15

[4] https://www.textiletoday.com.bd/an-overview-of-glass-fibers/ diakses pada


06/03/2019 pada pukul 14.00

24
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Gambar Praktikum

Gambar 7.1 Modus Kegagalan Uji Tarik Spesimen Compression Molding

Gambar 7.2 Uji Bakar Spesimen Komposit di Dalam Tungku

Gambar 7.3 Spesimen Diuji Densitas

25
Lampiran 2. Tugas Setelah Praktikum

Soal:

1. Ambil contoh sebuah komponen teknik (engineering component) yang terbuat


dari komposit (tidak harus FRP), jelaskan secara detail:

a. Gambar komponen tersebut

b. Nama dan penggunaan komponen

c. Identifikasi jenis komposit

d. Pembebanan yang diterima komponen

e. Proses produksi komponen

f. Sifat-sifat unggul komponen

g. Tipikal modus kegagalan komponen

2. Jelaskan proses produksi serat yang anda pakai ketika praktikum!

Jawab:

1. Contoh komponen teknik dari FRP:


a. Gambar komponen:

Gambar 8.1 Marine Screw Propeller


Sumber:https://www.researchgate.net/publication/325531229_Design_and_a
nalysis_of_a_carbon_composite_propeller_for_podded_propulsion

26
b. Komponen tersebut adalah propeller yang biasa digunakan sebagai rotor pada
kapal laut.
c. Jenis komposit yang digunakan pada propeller tersebut adalah CFRP (Carbon
Fibre Reinforced Plastic), serat yang digunakan adalah serat karbon yang
memiliki kekuatan tarik sepesifik arah longitudinal yang tinggi dan polimer
epoxy.
d. Pembebanan yang sering diterima oleh komponen adalah beban pulsating saat
propeller berputar di area cakram, gaya sentrifugal, gaya bending, dan gaya
dorong axial.
e. CFRP pada propeller dimanufaktur dalam bentuk pre-preg sehingga serat dan
matriksnya sudah menyatu dalam satu layer. Pre-preg tersebut susun berlapis
diatas cetakan, lalu cetakan divakumkan dengan vacuum bag. Setelah cetakan
vakum, cetakan beserta pre-preg diletakan di dalam autoclave dengan
pemberian tekanan dan temperatur tertenty hingga komposit curing sempurna.
f. Apabila dibandingkan dengan logam, material CFRP memiliki kekuatan
mekanik spesifik di arah longitudinal yang sangat tinggi, selain itu material
CFRP tahan terhadap lingkungan (korosi) dan fatigue life nya lebih tinggi serta
defleksinya lebih rendah dari logam misalnya aluminium.
g. Tipikal modus kegagalan pada komponen ini dapat terjadi diujung blade pada
propeller. Hal tersebut dapat terjadi karena defleksi terbesar terjadi pada ujung-
ujung blade berdasarkan analisis berikut:

27
Gambar 8.2 Analisis Defleksi Pada Propeller

2. Proses produksi serat gelas WR adalah sebagai berikut:

28
Gambar 8.3 Proses Pembuatan Woven Roving
- Pasir beserta campurannya dilelehkan pada tungku pembakaran.
- Lelehan pasir dan campurannya tersebut diproses melalui serangkaian
lubang yang sangat kecil untuk membentuk filament tipis.
- Filament akan melewati beberapa proses hingga melewati roving winder,
pada roving winder filament dianyam hingga membentuk preform dengan
pola anyaman.

29

Anda mungkin juga menyukai