Fajar Adi Prasetya, Muhammad Bahtiyar Firdaus, Paulindra M. Pangaribuan, Qory Maghfiroh, Ferdiansyah
PROSES MANUFAKTUR
Iqbal Rafandi, Standley Meylan Laia, Ilham Ramadhan Putra, Muthia Egi Rahmasitta dan Fabian Danandjaya
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri,
KOMPOSIT (Fiber Reinforced Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
Secara strukturmikro material komposit tidak keserasian antara matrik dengan serat melalui
merubah material pembentuknya (dalam orde kristalin) mengontrol faktor jenis dan jumlah komponen, katalis,
tetapi secara keseluruhan material komposit berbeda waktu dan suhu. Sifatnya yang tahan dengan creep,
dengan material pembentuknya karena terjadi ikatan sangat memadai sebagai perekat struktur berbeban berat,
antar permukaan antara matriks dan filler. tahan dengan radiasi serta tahan dengan kondisi suhu
Syarat terbentuknya komposit: adanya ikatan yang tinggi (Hartomo,1992)
permukaan antara matriks dan filler. Ikatan antar
permukaan ini terjadi karena adanya gaya adhesi dan II.5 Fiber Glass
kohesi[8]. Dalam material komposit gaya adhesi-kohesi
terjadi melalui 3 cara utama: Glass fiber adalah serat yang terbuat dari silika
1 Interlocking antar permukaan → ikatan yang terjadi (SiO2), dengan tambahan oksida dari kalsium, boron,
karena kekasaran bentuk permukaan partikel. natrium, besi, dan aluminium.
2 Gaya elektrostatis → ikatan yang terjadi karena Sifat Glass Fiber[9]
adanya gaya tarik-menarik antara atom yang Density cukup rendah (sekitar 2,55 g/cc)
bermuatan (ion).
Tensile strengthnya cukup tinggi (sekitar 1,8 GPa)
3 Gaya vanderwalls → ikatan yang terjadi karena
adanya pengutupan antar partikel. Biasanya stiffnessnya rendah (70 GPa)
Kualitas ikatan antara matriks dan filler dipengaruhi Stabilitas dimensinya baik
oleh beberapa variabel antara lain: Resisten terhadap panas dan dingin
1 Ukuran partikel Tahan korosi
2 Rapat jenis bahan yang digunakan Komposisi umum adalah 50-60% SiO2 dan paduan
3 Fraksi volume material lain yaitu Al, Ca, Mg, Na, dan lain-lain.
4 Komposisi material Jenis jenis glass fiber:
5 Bentuk partikel E-Glass, adalah yang paling lazim dari glass fiber,
6 Kecepatan dan waktu pencampuran biaya produksinya rendah, dan mudah di produksi.
7 Penekanan (kompaksi) Memiliki sifat ketahanan listrik (electrical insulating
8 Pemanasan (sintering) properties) yang baik, sehingga sering diaplikasikan
sebagai insulasi listrik. Terdapat 2 tipe E-Glass, yaitu
II.4 Unsaturated Polyester dengan Boron dan Tanpa Boron. Hal ini berkaitan
Menurut Austin (1984), keunggulan polyester dengan adanya emisi boron yang berbahaya bagi
sebagai salah satu bahan plastik antara lain ketangguhan, lingkungan. Kekuatan E-Glass tanpa boron 5% lebih
ketahanan terhadap air dan korosi, kemudahan untuk tinggi dan ketahanan korosinya 7x lebih tinggi pada
difabrikasi, jumlah warna yang banyak, harga yang H2SO4 daripada E-Glass yang menggunakan boron.
relatif murah. Kelebihan glass fiber
Unsaturated Polyester sendiri merupakan resin Harganya murah dan proses
termasuk kelompok thermoset polymers dan biasanya pembuatannya mudah
digunakan secara umum dalam bidang otomotif,
Tahan terhadap korosi dan temperatur
kelautan, kimia dan kelistrikan. Unsaturated Polyester
tinggi
banyak digunakan dalam produk-produk komposit
Tidak mudah terbakar (inflammable)
karena biaya relatif rendah, mempunyai sifat-sifat
mekanik yang baik, mempunyai daya tahan terhadap Peredam suara yang baik
lingkungan yang baik dan mempunyai viskositas rendah Kekurangan glass fiber
pada temperatur ruang. Resin Polyester digunakan dalam Getas
keadaan basah “wet resin” dan dapat dibuat untuk Ketahanan abrasi rendah
keperluan komposit dalam berbagai bentuk, berupa hand
lay-up, spray lay-up, resin transfer moulding dan resin II.6 Rule of mixture
infusion. (Hartomo,1992) Material komposit bisa di beri gaya (kompresi
Polyester dikenal karena daya adhesinya yang maupun Tension) dengan cara isostrain (searah serat) dan
sangat baik, daya tahan panas yang cukup tinggi, serta Isostress (tegak lurus dengan serat).
mempunyai sifat mekanik dan sifat isolasi listrik yang
baik. Polyester telah dipergunakan secara umum oleh II.5.1 Isostrain
masyarakat pada bidang otomotif dan industri. Harga
polyester yang relatif murah dengan daya adhesi yang
Beban yang dikenakan pada komposit (Pc) terbagi
baik menjadi alasan bagi masyarakat untuk
menjadi 2 fase, yaitu menjadi Pc = Pf + Pm, dan baik itu
menggunakannya sebagaipenguat serat (fiber
regangan fiber ataupun regangan matrix nya sama dengan
reinforcement) pada fiberglass atau sebagai bagian dari
regangan komposit, εc = εf = εm (ini adalah kondisi
komposit. Resin polyster merupukan jenis material
isostrain). sebagaimana kita ketahui sebelumnya bahwa
polimer thermosetting. Matriks ini dapat menghasilkan
stress = load/area, maka[10] :
Model isostress menyatakan bahwa, σc = σf = σm. total
perpanjangan dari model adalah jumlah dari perpanjangan 2
komponen (fiber dan matrix) :
II.5.2 Isostress
LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL POLIMER/KOMPOSIT (2016) 4
Biasanya memakan waktu 5-10 hari. Produk bisa fabrikasi komposit E-Glass/Polyester dimulai dengan
dilepaskan dari mold setelah proses curing selesai. proses persiapan fiber. Woven glass fiber diseleksi hingga
seluruh fiber memiliki panjang 5 cm. Kemudian fiber
ditimbang hingga mencapai 3.048 gram. Lalu fiber
III METODE PENELITIAN dimasukkan ke dalam rongga cetakan dengan arah
3.1 Bahan orientasi vertikal, yang kemudian dicampur dengan
Pada praktikum kali ini bahan yang digunakan campuran resin polyester dan katalis sebesesar 21.244
adalah E-Glass fiber dalam bentuk woven/anyam, resin gram.
polyester serta katalis. Adapun fraksi volume dari glass Kemudian spesimen dibiarkan curing selama
fiber yang digunakan adalah sebesar 6 %. Sehingga pada satu hari. Setelah spesimen sudah benar – benar kering,
fabrikasi spesimen dibutuhkan massa glass fiber spesimen dapat dikarakterisasi sifat mekaniknya dengan
sebesar .... gram dan resin polyester sebanyak gram pengujian tensile. Hasil dari pengujian tensile akan
didapatkan kurva stress-strain, yang kemudian
Volume Fiber= FraksiVolume × Volume total selanjutnya akan dianalisa dengan hasil kurva stress-
strain variabel lain.
Volume Fiber=0.06× 20 cm3
Volume Fiber=1.2 cm3 3.4 Standar Pengujian
Massa Fiber =Volume × Densitas Standard pengujian yang digunakan pada
Massa Fiber =1.2 cm3 ×2.54 gr / cm3 praktikum ini adalah ASTM D638 type 1.
Massa Fiber =3.048 gram
3.2 Alat
Alat yang digunakan selama proses praktikum
diantaranya adalah cetakan kayu dengan volume Variabel C Variabel E Variabel F
spesimen sebesar 20 cm3, kuas, neraca elektronik Mettler
Toledo dan Universal Tensile Testing Machine. Gambar 1. Grafik Hasil Pengujian Tarik Komposit E-
Glass/Polyester
3.3 Prosedur Kerja
Metode pembuatan komposit ini menggunakan
metode handlayup dimana fiber dan resin dilapiskan di Perhitungan Kekuatan Tarik Teoritis untuk Variabel
atas atau rongga bagian mold, lamina demi lamina. Proses F
σ
Lo
wer
LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL POLIMER/KOMPOSIT (2016) 6
[10] ASM International. 2000. A Two Dimensional Rule- engineering college, Babylon University ,IRAQ.
of-Mixtures Micromechanics Model for Woven Hal. 70-82.
Fabric Composites. Volume 22, Issue 2. [13] Fahmi, Hendriwan, Hermansyah, Harry. 2011.
[11] M. Elkington, D. Bloom, C. Ward, A. Chatzimichali Pengaruh Orientasi Serat pada Komposit Resin
& K. Potter. 2015. Hand layup: understanding Polyester/Serat Daun Nenas terhadap Kekuatan
the manual process, Advanced Manufacturing: Tarik, Jurnal Teknik Mesin Vol.1, No. 1, Institut
Polymer & Composites Science, 1:3. Hal. 138- Teknologi Padang. Hal. 46-52.
151. [14] Al-Rawi, Salah S. 2009. Fibers Direction Effect on
[12] A Al-Jeebory, A., Al-Mosawi, A.I. and S.A. Tensile Elasticity of Epoxy Composites Using
Abdullah. 2009. Effect of Percentage of Fibers Computer Modeling, Journal of University of
Reinforcement on Thermal and Mechanical Anbar for pure science : Vol.3: NO.3, University
Properties for Polymeric Composite Material. of Anbar College of Computer.
The Iraqi Journal for mechanical and materials [15] Campbell, F.C. 2010. Chapter 1 of Structural
Engineering, Special Issue , 1st conference of Composite Materials, ASM International, 2-7.