Modul A
Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
Oleh:
Anggota:
Kelompok 4
Efvan Adhe Putra Pradana 13716023
Ahmad Shopian Hamzah 13716032
Deriansyah 13716040
Aditya Rifanda Hendrawan 13716048
Andika Pandu Nugroho 13716054
Tensile Modulus
E-glass fibres
UD glass/epoxy (Vf 60%)
biaxial woven glass/epoxy (Vf 50%)
CSM glass/polyester (Vf 25%)
0 20 40 60 80
GPa
𝑉𝑣𝑜𝑖𝑑 = 1 − 𝑉𝑓 − 𝑉𝑚
Dimana Wc = fraksi berat komposit
Wm = fraksi berat matriks
Wf = fraksi berat serat
𝜌𝑐 = densitas komposit
𝜌𝑚 = densitas matriks (2.58 gr/cm3)
𝜌𝑓 = densitas serat (1.25 gr/cm3)
Vf = fraksi volume serat
Vm = fraksi volume matriks
Vvoid = fraksi volume void
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Pembuatan Komposit (Wet hand lay up)
meletakan lapisan mica yang telah dilumuri wax pada meja kaca
Lapisan preform WR 400 diletakan pada mica dan dilakukan penuagan resin yang
telah dicampurkan katalis
Dilakukan pengerolan searah pada lapisan preform WR 400 hingga lapisan ke-4
meletakan lapisan mica yang telah dilumuri wax pada meja kaca
Lapisan preform WR 400 diletakan pada mica dan dilakukan penuagan resin yang
telah dicampurkan katalis
Dilakukan pengerolan searah pada lapisan preform WR 400 hingga lapisan ke-4
Meletakan sampel uji pada neraca analitik sebelum dilakukan pencelupan dan dilakukan
penimbangan
Massa jenis komposit akan tertera pada alat uji neraca analitik
Menyiapkan sampel uji massa jenis komposit dengan dimensi (2.5x2.5)cm sebanyak 3 buah
Memasukan sampel uji pada pada crucible dan dimasukan kedalam tungku dengan temperatur
500oC dengan waktu 3 jam
Memotong dan menempel karton sebagai grib dengan menyesuaikan lebar spesimen uji
Melakukan pengujian tarik pada sampel dan mencatat beban maksimum hingga komposit patah
𝑊𝑐 = 𝑊𝑓 + 𝑊𝑚
𝑤 𝑤𝑓
( 𝜌𝑚 ) (𝜌 )
𝑚 𝑓
𝑉𝑚 = 𝑤 𝑉𝑓 = 𝑤
( 𝜌𝑐 ) ( 𝜌𝑐 )
𝑐 𝑐
𝑉𝑣𝑜𝑖𝑑 = 1 − 𝑉𝑓 − 𝑉𝑚
𝜌𝑐 = densitas komposit
Pemrosesan Wc Wf Wm Vf Vm Vvoid ρc
WHLU 1 0.671141 0.328859 0.352167 0.356168 0.291666 1.3538
CM 1 0.671845 0.328155 0.373655 0.376696 0.249649 1.4349
𝐹𝑚𝑎𝑘𝑠
𝜎𝑐 =
𝐴
𝐴=𝑙𝑥𝑡
Dengan menggunakan persamaan tersebut dan data pada tabel 4.3 akan diperoleh
hasil kekuatan sebagai berikut.
A σrata
Proses Sampel l (mm) t (mm) F (N) σ (MPa)
(mm2) (MPa)
A 25 1.9 47.5 4700 98.9473
WHLU B 25 2 50 4300 86 91.6791
C 25 2.22 55.5 5000 90.0900
A 25 2.3 57.5 5600 97.3913
CM B 25 2.3 57.5 4000 69.5652 85.0731
C 25 2.13 53.25 4700 88.2629
4.3 Hasil Akhir
Berdasarkan pengolahan data maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut.
Metode karakterisasi material yang dilakukan pada praktikum ini adalah uji
massa jenis, uji bakar, dan uji tarik. Uji massa jenis bertujuan untuk menentukan
massa jenis dari material komposit dengan menimbang massa kering komposit pada
neraca analistik dan massa material komposit saat terendam air selanjutnya neraca
analitik akan mengolah data tersebut dan dapat diperoleh densitas material
komposit untuk wet hand lay up dan compression molding secara berturut-turut
adalah 1.3538 gr/cm3 dan 1.4349 gr/cm3. Hasil uji massa jenis menunjukan bahwa
massa jenis metode compression molding memiliki nilai lebih besar dibandingkan
wet hand lay up yang dapat memberikan hipotesis bahwa fraksi volume serat yang
dimiliki oleh material komposit metode compression molding lebih tinggi
dibandingkan wet hand lay up. Uji bakar dilakukan untuk menentukan hipotesis
fraksi yang disebutkan sebelumnya, uji bakal dilakukan dengan mempersiapkan
sampel dengan dimensi (2.5 x 2.5) cm untuk masing-masing metode dan diletakan
pada crucible dan langsung dilakukan uji bakar pada tungku dengan temperatur
500oC selama 8 jam, selanjutnya menimbang massa serat yang sudah terpisah
dengan matriks (matriks akan terdekomposisi). Berdasarkan pengolahan data
diperoleh fraksi volume serat, matriks, dan void untuk metode wet hand lay up
secara berturut-turut adalah 35.2167% ; 35.6168% ; dan 29.1666%. serta fraksi
volume serat, matriks, dan void untuk metode compression molding 37.3655% ;
37.6696% ; dan 24.9649%. Berdasarkan hasil ini maka hipotesis yang dilakukan
sebelumnya benar bahwa fraksi volume serat dan matriks yang dimiliki oleh metode
compression molding lebih tinggi dibandingkan wet hand lay up, serta fraksi
volume void yang dimiliki compression molding lebih kecil. Dari nilai fraksi
volume tersebut dapat ditentukan hipotesis untuk kekuatan yang dimiliki
compression molding akan lebih tinggi dibandingkan wet hand lay up.
6.2.Saran
Seharusnya diberikan panduan pasti dalam metode wet hand lay up agar dapat
terstandarisasi pemrosesan material.
Daftar Pustaka