Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum

Laboratorium Teknik Material 3


Modul A Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit

oleh :

Nama : Sandi Yudha Prawira


NIM : 13714032
Kelompok :1
Anggota (NIM) : Al Azhary Putera Satria (13714002)
Ikramul Fajri Yasman (13714007)
Rizky Wahyu Edison (13714031)
Sandi Yudha Prawira (13714032)
Helmi Majid Ar Rasyid (13714040)

Tanggal Praktikum : Senin, 6 Maret 2017


Tanggal Penyerahan Laporan : Jumat, 10 Maret 2016
Nama Asisten (NIM) : Faldie Fathurohman (13712049)

Laboratorium Metalurgi dan Teknik Material


Program Studi Teknik Material
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Material komposit termasuk jenis material yang baru.
Secara umum, material dibagi menjadi 3 bagian yaitu
material logam, material keramik, dan material polimer.
Pengertian umum material komposit adalah gabungan secara
makroskopis dari dua material atau lebih untuk memperoleh
sifat yang paling optimum dari kedua penyusunnya. Komponen
pembentuk material komposit berupa penguat (reinforcement) dan matriks
sebagai pengikat.
Polymer Matrix Composite (PMC) adalah komposit yang paling dominan
digunakan. Keunggulan dari PMC terletak pada sifat mekanik spesifik yang
tinggi dan kemudahan proses produksinya. Selain itu, material komposit
memiliki sifat tailorability yang berarti orientasi penguat dapat diatur sesuai
dengan arah pembebanan sehingga didapatkan konstruksi yang optimum dan
efisien.
Material komposit juga memiliki keunggulan dan kekurangannya.
Keunggulan yang paling dominan dari komposit ini adalah sifat mekanik
spesifiknya yang tinggi dibandingkan dengan material yang lainnya. Namun
memiliki kekurangan didapat dari sifat anisotropinya, artinya bergantung pada
arah gaya yang diberikan. Aplikasi dari material komposit ini juga sangat luas
yaitu contohnya tangki penyimpanan air, bath up, badan kapal, beton, dan
lainnya.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum Proses Pembuatan dan Karakterisasi Komposit ini :
1. Membandingkan hasil kekuatan tarik dari komposit hasil teknik wet hand lay
up dan compression molding.
2. Membandingkan hasil fraksi volume void dari komposit hasil teknik wet hand
lay up dan compression molding.
BAB II
TEORI DASAR
Material komposit adalah penggabungan dua jenis material atau lebih untuk
memperoleh sifat yang paling optimum dari setiap material penyusun. Umumnya
tersusun dari dua jenis materialyaitu material dasar (matriks) yang secara kontinyu

melingkupi dan menyatukan material lain (penguat/reinforcement) yang tersebar


merata.

Gambar 1. Jenis Material Kompost

Gambar 2. Contoh Lamina (lembar) komposit

Material komposit terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :


1. Berdasarkan jenis penguatnya (reinforcement):
a. Particle-reinforced composites
Large-particle composites (Cermets: tungsten carbida in cobalt, semen, beton
bertulang)
Dispersed-strenghtened composites (alumina in aluminium, Thoria/ThO2 in Nickel
alloy)

b. Fiber Reinforced Composites (konstruksi kaku, kuat dan ringan)


Discontinuous (Short) fiber composites
Continuous (long) fiber composites

c. Structural Reinforced Composites


Laminar composites (kayu multipleks, laminate carbon epoxy)
Sandwich composites: konstruksi ringan dengan kekakuan dan kekuatan bending
yang tinggi (Honeycomb-carbon epoxy composites, dinding kardus: corrugated paper
- paper).

2. Berdasarkan jenis matriks:


Polymer matrix composites (PMC): Paling populer dengan beragam aplikasi
- Carbon fibre reinforced polymer
- Glass fibre reinforced polymer
- Metal fibre reinforced polymer

Metal matrix composites (MMC): Aerospace dan komponen mesin mobil


- Boron or carbon fibre reinforced Aluminium
- Alumina particle reinforced Aluminium

Ceramic matrix composites (CMC): Heat exhanger, sistem pelindung panas,


komponen dengan lingkungan korosif dan erosif
- Zirconia in alumina
- Carbon fibre reinforced carbon
Gambar 3. Contoh serat yang digunakan dan polimernya

Gambar 4. Produk FRPC

Polimer yang paling sering


diggunakan yaitu tipe polymer matrix
composite sama seperti yang
digunakan dalam praktikum kali ini. Hal ini disebabkan karena beberapa keunggulan

dari komposit jenis ini. Mulai dari sifat spesifiknya yang tinggi, ringan (bisa
menghemat energi dalam aplikasi), tailorabilit (Kemampuan untuk dibuat seoptimum
mungkin arah seratnya karena sifat anisotropis), temperatur pemrosesan yang rendah,
dan juga memiliki ketahanan korosi yang baik.
Gambar 5. Contoh beberapa produk yang tergolong FRP
Selanjutnya kita akan membahas tentang material penyusun dari kompositnya.
Material komposit FRP sebagaimana namanya tersusun oleh 2 material yaitu polimer
matriks sebagai pengikatnya dan fiber atau penguatnya.
Pemilihan polimer karena sifatnya yatu sifat mekanik yang cukup baik, viskositas
dan temperatur pengerjaan rendah, mudah dimanufaktur, ketahanan korosi yang baik,
media perpindahan gaya distribusi beban dari serat ke serat pelindung serat.Polimer
sebagaimana kita ketahui yaitu dibagi menjadi 3 yaitu termoplastik, termosetting, dan
elastomer.
termoplastik adalah polimer yang memiliki rantai polimer yang linear atau
bercabang (branched). Selain itu sifat dari termoplastik adalah ketika berada pada
temperatur kamar berbentuk padatan dan jika dilelehkan maka polimer termoplastik
akan meleleh. Jika didinginkan kembali maka akan kembali ke bentuk padatan lagi.
Thermoplastik juga memiliki Tg dan Tm pada sistem polimer. Pada polimer
Thermoset memiliki rantai polimer berupa crosslinked (berikatan silang). Pada
temperatur kamar polimer thermoset biasanya berupa fasa cair dan ketika dipanaskan
pada temperatur tertentu, polimer thermoset akan menjadi padatan dan tidak mampu
lagi kembali ke bentuk semula sehingga polimer thermoset tidak mampu di daur
ulang.
Dari proses manufaktur kedua polimer tersebut memiliki perbedaan. Pada
Thermoplast memiliki temperatur transisi gelas (Tg) sehingga pada pemrosesannya
dapat dilakukkan pada temperatur diantara temperatur transisi glass dan temperatur
melting-nya agar mudah dibentuk menjadi produk yang diinginkan. Pada Thermoset,
pada temperatur kamar berbentuk cair yang bisa ditambahkan katalis yang kemudian
di curing sehingga membentuk produk yang diinginkan.
Dari proses manufaktur tersebut maka dapat disimpulkan, pada pemrosesan
polimer termoplastik dilakukan pemanasan sehingga temperatur proses pada
termoplastik lebih tinggi dari thermoset. Jika ditinjau dari waktu pemrosesannya,
pada thermoset diperlukan waktu tambahan untuk curingdibandingkan dengan
thermoplastik yang tidak memerlukan curing. Selain itu viskositas pada polimer
thermoset lebih rendah dibandingkan viskositas pada termoplastik sehingga tidak
memerlukan tekanan pemrosesan yang tinggi pada polimer thermoset sedangkan pada
termoplastik yang memiliki viskositas tinggi sehingga diperlukannya tekanan
pemrosesan yang lebih tinggi dibandingkan pada thermoset.

Manufacturing/Processability

Termoset Thermo plastic

Simplicity of chemistry - +

Fiber-matrix compatibility + -

Low viscosity + -

Mold requirements + -

Processing temperature + -

Processing pressure + -

Processing time - +

Processing environment - +

Reformability - +
Recycling - +

Material Properties

Termoset Termoplas

Stiffness + -

Strength + -

Toughness - +

Fatigue life + -

Creep resistance + -

Thermal expansion + -

Volumetric shrinkage + -

Chemical resistance - +

Temperature tolerance + -

Termoset dipergunakan dalam manufaktur komposit dalam bentuk cair (resin +


katalis/inhibitor / initiator) atau padat (prepreg). Aplikasi thermoplastic dalam
komposit polimer masih relatif baru. Keunggulan thermoplastic dibandingkan dengan
thermoset yaitu ketangguhan dan keuletan yang tinggi, mudah dibentuk kembali,
dapat di daur ulang, lingkungan kerja lebih sehat, waktu proses yang cepat.
low strength
high cost temp. high stiffness low
verystrength
high stiffness
high usage high cost
ceramic high stiffness
HM carbon
HS carbon

Tetapi,viskositas, temperatur dan tekanan proses yang lebih tinggi dari thermoset.
Preform adalah pembentuk komposit, terbuat dari serat dengan susunan arsitektur
tertentu (dengan atau tanpa polimer) untuk mempermudah proses manufaktur dan
atau memperoleh sifat komposit yang diinginkan. Preform sendiri terbagi menjadi
dua, yaitu dry preform dan wet preform. Prepreg (pre impregnation) merupakan salah
satu dari wet preform. Prepreg ini merupakan serat yang sudah diimpregnasikan oleh
suatu polimer tetapi masih belum curing.

Ada juga istilah lain yaitu Molding Compound campuran yang terdiri dari serat yang
sudah diimpregnasi oleh resin+katalis (atau termoplastic), filler dan aditif lainnya.

Gambar 6. Gambar salah satu bentuk preform

a. SMC (Sheet Molding Compound): molding compound thermoset berbentuk


lembaran, bisa terbuat dari CSM atau CFM atau serat panjang lurus. Vf=30%.
b. BMC (Bulk Molding Compound): molding compound thermoset berbentuk
adonan dengan serat pendek acak sebagai penguat. Vf =20%.
c. GMT (Glass Mat reinforced Thermoplastic): lembaran molding compound
seperti SMC dengan matriks thermoplastic.

Pada komposit matriks polimer dan berpenguat serat (FRPC), faktor faktor berikut
dapat mempengaruhi sifat mekanik komposit, yaitu:
1. Sifat dari material penyusun
Jenis dari serat dan juga matriks polimer yang digunakan pada komposit dapat
mempengaruhi kekuatan maupun kekakuan pada komposit yang dihasilkan. Setiap
jenis serat dan polimer memiliki kekuatan dan kekakuan yang berbeda-beda
low strength
high cost temp. high stiffness low
verystrength
high stiffness
high usage high cost
ceramic high stiffness
HM carbon
HS carbon

dikarenakan struktur kimia penyusunnya.


2. Fraksi volume serat
Dalam suatu komposit, tiap-tiap serat dan matriks memiliki komposisi tertentu. Untuk
mendapatkan jumlah komposisi serat dan matriks yang ada di komposit, dapat
digunakan dengan mengukur volumenya yang selanjutnya akan didapat fraksi
volume. Serat mempunyai besar fraksi volume tertentu di dalam komposit. Semakin
besar fraksi volume serat yang digunakan maka serat tersebut semakin mampu
memberikan faktor penguatan pada komposit. Hukum pencampuran dalam komposit
berpenguat serat ini sering disebut dengan Rule of mixture.
3. Interface antara matriks dan serat
Ketika diberi pembebanan dari luar, daerah antar muka (interface) matriks dan serat
mengalami tegangan geser. Apabila interface antara matriks dan serat tidak berikatan
dengan baik maka serat tidak mampu memberikan kontribursi kekuatannya sehingga
hanya matriks saja yang mampu memberikan kontribursi kekuatannya hal ini sama
saja dengan adanya void didalam polimer. Selain itu apabila ada void di interface
maka akan terjadi penkonsentrasian tegangan yang menyebabkan komposit tidak
memiliki kekuatan (sifat) yang diinginkan dan kekuatan komposit ada dibawah
kekuatan seharusnya.
4. Arah orientasi serat
Komposit polimer berpenguat serat memiliki sifat anisotropi maka arah
pembebanan suatu komposit akan dipengaruhi arah orientasi serat. Biasanya
komposit akan memiliki sifat mekanik yang lebih baik jika diberikan
tengangan sesuai dengan arah seratnya (longitudinal) dibanding arah tegak
lurus seratnya (transversal). Contohnya pada kasus ini yaitu serat gelas yang
memiliki perbedaan kekuatan pada gaya transversal dan longitudinal.
5. Jenis Preform
Preform mempunyai macam-macam jenis. Bermacam-macam jenis preform
tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Jadi, jenis
preform juga akan mempengaruhi sifat mekanik komposit. Contoh preform
sudah diberikan gambar diatas yaitu woven atau sesuai dengan praktikum kali
ini.

Sekarang kita akan membahas tentang proses manufaktur dari pembuatan


komposit polimer berpenguat serat. Adapun proses manufakturnya dibagi
menjadi 2 bagian berdasarkan jenis polimernya yaitu proses manufaktur
termoset dan proses manufaktur termoplas:

Proses manufaktur polimer termoset:


1. Wet Hand Lay Up

1) Dry reinforcement (serat) dan resin (+ katalis) ditaruh pada


permukaan cetakan.
2) Kemudian resin ditekan agar dapat meng-impregnasi serat dengan
menggunakan rol.
3) Beberapa lapisan serat + resin dapat ditambahkan secara bertahap.
4) Reaksi dimulai, komponen dilepaskan setelah komponen mengeras
(fully cured).
Keunggulan Wet Hand Lay up yaitu pemrosesannya yang sederhana karena
hanya membutuhkan roller dan tenaga manusia, energi pemrosesannya yang rendah,
biaya pembuatannya yang relatif murah. Kelemahan Wet Hand Lay u yaitu, sifat
mekaniknya yang rendah, tidak bisa digunakan untuk produk massal, impregnasi,
serat dan matriks tidak baik, tergantung keahlian pembuatnya.

Gambar 7. Wet Hand Lay Up


2. Spray up.
1) Serat gelas dan resin + katalis dimasukkan ke dalam spray gun.
2) Kemudian campuran disemprotkan pada permukaan cetakan.
3) Curing dimulai, dan komponen dilepaskan setelah pengerasan selesai.

Keunggulan Spray up yaitu produknya konsisten karena menggunakan


penyemprotan, dapat memproduksi komposit dengan serat pendek, proses
pembuatannya yang sederhana dan cepat, biaya pemrosesannya yang rendah.
Kelemahan Spray up yaitu sifat terbatas hanya untuk random chopped fibre
architecture yang membatasi sifat struktur, kebersihan dan kesehatan lingkungan
kerja harus lebih diperhatikan.

Gambar 8. Spray Up

3. Prepeg lay up
Prepreg adalah serat yang sudah diimpregnasi oleh resin dan katalis dalam keadaan
padat.
1) Lapisan prepreg digunting sesuai bentuk yang diinginkan, kemudian diletakkan
pada permukaan cetakan sesuai bentuk komponen yang diinginkan. Lay-up
mudah dilakukan karena sifat tackyness dari prepreg.
2) Tekanan dan panas diberikan sehingga membuat resin mencair lalu terjadi
konsolidasi pada komponen.
3) Lalu temperatur dinaikkan untuk memulai curing.
Keunggulan Prepreg Lay up yaitu, kualitasnya bagus dengan sifat mekanik yang baik,
tebal prepreg bisa setipis mungkin mencapai 1/8 mm sehingga fraksi volume seratnya
bisa makin tinggi, proses pembuatannya yang sederhana dan cepat, temperatur dan
tekanannya bisa diatur. Kelemahannya yaitu harga produksinya sangat mahal. tidak
cocok untuk produksi massal.

4. Compression Molding
Campuran resin dan katalis serta chopped glass strands diperoleh dalam bentuk
premixed compound: Bulk molding Compound dalam bentuk adonan atau Sheet
molding Compound dalam bentuk lembaran. Lalu berikan panas dan tekanan pada
cetakan sehingga membuat compound mengalir sesuai dengan bentuk komponen
yang diinginkan.Curing dimulai, komponen dilepaskan setelah terjadi pengerasan
yang cukup.
Keunggulannya yaitu dapat digunakan untuk memproduksi produk massal,
tekanan yang diberikan cukup tinggi sehingga dapat menghasilkan impregnasi yang
baik, biaya pemrosesan relatif tidak mahal. Kelemahannya yaitu energi
pemrosesannya cukup besar karena membutuhkan tekanan yang tinggi, sulit
digunakan untuk memproduksi produk dengan bentuk-bentuk yang rumit, sering
terjadinya flashing pada resin.

5. Liquid Molding

Gambar 9. Liquid Molding


6. Pultrusion

Gambar 10. Pultrusion

7. Filament Winding

Gambar 11. Filament Winding

Adapun teknik manufaktur untuk matriks polimer termoplas tidaklah jauh


berbeda dengan termoset, akan tetapi karena perbedaan sifat dari keduanya maka ada
beberapa teknik manufaktur yang berbeda diantarantya.

1. Diapraghm Forming
Gambar 12. Diapraghm Forming

2. Injection molding

Gambar 13. Injection Molding

3. Roll Forming

Ada beberapa rumus yang akan sangat digunakan pada praktikum kali ini yaitu
beberapa rumus berikut.

Uji Fraksi Volume


Uji fraksi volume material penyusun dilakukan dengan beberapa tahap sbb.:
1. Mengukur massa serat penguat
2. Mengukur massa komposit
3. Menghitung massa jenis dan volume komposit
4. Hitung fraksi volume material penyusun dan void
Perhitungan fraksi volume dilakukan dengan menggunakan data berat jenis serat
gelas
sebesar 2,58 gr/cm3 dan berat jenis poliester sebesar 1,25 gr/cm3.
Volume komposit vc = vf + vm + vv
Berat komposit wc = wf + wm

Equation 1.
BAB III
DATA PENGAMATAN

4.1 Data Pengamatan


Keterangan Wet Hand Lay up Compression Molding
Serat Serat gelas Serat gelas
Matriks Polyester Polyester
Berat serat 0.7234 gram 0,5355 gram
Berat komposit 1,759 gram 1,3845 gram
Kekuatan tarik 98,71 Mpa 117,15 Mpa
Gaya Tarik 6000 N 4800 N
Tebal 269/254/246 mm 156/155/147 mm
Lebar 24,43/23.67/23.14 mm 28,47/27,48/26,62 mm
Panjang 175 mm 175 mm
Tekanan - 10 Mpa
Berat jenis Serat Gelas : 2,58 g/cm3 Poliester : 1,25 g/cm3
komposit 1,422 g/cm3 1,69 g/cm3

4.2 Pengolahan Data


Volume komposit :
1. Vc Wet Hand = Mc/komposit = 1,759/1,422 = 1,237 cm3
2. Vc CM = Mc/komposit = 1,3845/ 1,69 = 0,819 cm3
Menentukan fraksi berat serat
1. Wf wet hand = Mf/Mc = 0.7234/1,759 = 0,4112
2. Wf compression molding = Mf/Mc = 0,5355/1,3845 = 0,3867

Menentukan fraksi volume serat


1. Vf Wet Hand = (Mserat/serat) / Vc = (0.7234/2,58)/ 1,237 = 0,2266
2. Vf CM = (Mserat/serat) / Vc = (0,5355/2,58)/0,819= 0,2534
Menentukan fraksi berat matriks
1. Wm Wet Hand = 0,5887
2. Wm CM= 0,6132
Menentukan fraksi volume matriks
1. Vm Wet Hand = 0,6697
2. Vm CM = 0,829

Menentukan Fraksi volum void (Vv)


Vf Wet Hand = 1- (0,6697+0,2266) = 0,1037
Vf CM= 1- (0,829+0,2534) = -0,0824

Ada salah dipengambilan data densitas untuk komposit compression molding


BAB IV
ANALISIS DATA
Pada praktikum proses pembuatan dan karakterisasi komposit ini bertujuan untuk
membandingkan kekuatan tarik antara komposit teknik wet hand lay up dan
compression molding, serta dengan tujuan untuk membandingkan juga fraksi volume
void antara teknik satu dengan yang lainnya.
Perlu diketahui juga sebelum membahas hasil dari pengolahan data ini, kita harus
terlebih dahulu mengetahui bagaimana praktikum ini dilaksanakan, karena akan
banyak sekali error atau kesalahan dari percobaan ini. Proses pembuatan kompositnya
berawal dalam penentuan seratnya yaitu serat gelas yang dipotong berdasarkan yang
telah disebutkan pada Bab Metodologi. Ukuran yang digunakan berdasarkan teknik
yang digunakan. Selanjutnya adalah pembuatan matriksnya yaitu menggunakan 0.2%
hardener. Menurut penulis, ada kesalahan yang dilakukan yaitu pencampuran
hardener yang terlalu sedikit sehingga waktu curingnya sangat lama yaitu mencapai 2
hari dan mungkin juga karena kesalahan pengadukan yang membuat hardener tidak
tercampur merata.
Kemudian proses pencampuran antara matriks dan serat. Pada proses wet hand
lay up, proses pencampurannya tidak menggunakan alat khusus melainkan dengan
menggunakan tangan saja untuk meratakan polimer agar terjadi impregnasi di
seratnya. Hal ini juga yang menyebabkan fraksi volum void dari teknik wet hand lay
up lebih besar. Berbeda dengan teknik yang satunya yaitu compression molding,
proses ini dibantu dengan memberikan tekanan sebesar 10 Mpa untuk membantu
proses impregnasi pada komposit. Hal ini juga mempengaruhi fraksi volum void yang
seharusnya lebih kecil harganya dibanding wet hand lay up. Apabila kita merujuk
kepada data yang ada, fraksi volum void pada teknik compression molding bernilai
negatif, hal ini disebabkan karena kesalahan pratikan dalam menggunakan alat
density kit untuk mengukur densitas dari komposit compression molding sehingga
ada tambahan massa air karena saat itu komposit dari praktikan terjatuh (sink) dalam
alatnya yang berisi air. Namun kalau melihat teori, fraksi volum compression
moldingnya harusnya lebih rendah dibanding teknik wet hand lay up.
Komposit benar-benar curing setelah 2 hari kemudian. Waktu ini terlalu lama
menurut praktikan, ada baiknya hardener ditambahkan lebih banyak agar proses
curing bisa dilakukan dengan cepat. Setelah itu komposit di potong dengan alat
pemotong. Komposit dipotong dengan ukuran 17,5 cm x 2,5 cm. Hal ini digunakan
dengan tujuan yaitu mencari kekuatan yang bisa diperoleh oleh masing-masing jenis
komposit. Kekuatan tarik compression molding 117,15 Mpa sedangkan Wet han lay
up 98,71 Mpa. Hal ini sesuai dengan yang ada diteori. Compression molding dibantu
dengan alat untuk memberikan tekanan, sehingga kita bisa mengetahui kalau
compression molding ini berlangsungnya impregnasi yang lebih baik dari wet hand
lay up. Sehingga jika fraksi voidnya sedikit, material kompositnya benar-benar
tersusun atas matriks dan seratnya. Namun mngkin ada kesalahan juga dalam
pengukuran kekuatan tarik dari kompositnya, hal ini disebabkan karena ujung-ujung
penjepit dari komposit ke mesin uji tarik tidaklah terjepit sempurna, hal ini
dikarenakan ujung-ujung dari kompositnya hanya diberi kertas karton dan kertas
amplas dan sempat bergeser karena lemnya belum kering sempurna. Namun hal ini
tidak terlalu mempengaruhi dari hasilnya.
Pada saat spesimen komposit dibakar pada temperatur 500 oC, serat untuk wet
hand lay up masih mengandung karat karena pada saat pemotongan digunakan gergaji
yang berkarat sehingga pada saat penimbangan karatnya ikut masuk terhitung dan ini
salah satu kesalahan juga.
Berdasarkan data, terlihat kalau koposit compression molding fraksi voidnya
bernilai negatif maka hra diberikan perhatian khusus saat pembuatannya. Masih
banyak juga hal yang mempengengaruhi hasil yang didapat terutama saat pengukuran
densitas karena alat yang digunakan sangat presisi.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Dari percobaan yang dilakukan maka kita dapat menyimpulkan sebagai berikut
yaitu :
1. Hasil kekuatan tarik dari komposit hasil teknik wet hand lay up sebesar 98,71
Mpa dan compression molding adalah 117,15 Mpa.
2. Hasil fraksi volume void dari komposit hasil teknik wet hand lay up adalah
0,1037 dan compression molding adalah -0,0842.

6.2 Saran
1. Penggunaan density kit harus lebih diperhatikan lagi, jangan sampai
spesimennya tercampur dengan air dalam alatnya.
2. Sebaiknya juga hardener ditambahkan sedikit lebih banyak lagi untuk
mempercepat proses terjadinya curing.
3. Pada saat bersentuhan dengan komposit sebaiknya menggunakan sarung
tangan dan masker serta kacamata.
4. Gunakan alat yang bersih dan presisi.
DAFTAR PUSTAKA
Bagherpour, Salar. Fiber Reinforced Polyester Composite.
Judawisastra, Hermawan. Slide Materi Kuliah Material Komposit.
Syukur, M. Dkk. PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT
SERAT PALEM SARAY DENGAN MATRIKS POLIESTER. Departemen
Fisika FMIPA Universitas Sumatera Utara Medan
Panduan Praktikum MT3203 Laboratorium Teknik Material 3
LAMPIRAN
I. Pertanyaan Setelah Praktikum
1. Berdasarkan literatur, jelaskan perbedaan sifat fisik dan mekanik komposit matrix
termoset yang diperoleh dari metode berikut: wet hand lay up, compression molding,
VARI, pultrusion, filament winding, dan prepeg lay up autoclave.
2. Jelaskan perbedaan proses manufaktur pada komposit dengan matrix termoset dan
termoplastik!
3. Jelaskan perbedaan antara injection molding, resin transfermolding, Vari, dan
VARTM
4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sifat fisik komposit.

Jawab:
1. Ada di Bab 2
2. Ada di Bab 2
3. Ada di Bab 2
4. Ada di Bab 2

Anda mungkin juga menyukai