NIM
: 13710046
Kelompok
: 12
Anggota (NIM)
: Nadia Dwistiani
Arda Diska
(13710006)
(13710018)
Fathimah Azzahro
(13710029)
Fauzi Ramadhan
(13710040)
Tanggal Praktikum
: 19April 2013
: 24 April 2013
Nama Asisten
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Material komposit merupakan gabungan dari dua atau lebih
material yang secara makroskopis dengan maksud mendapatkan sifat baru
atau memperbaiki sifat sehingga nilainya optimal. PMC (Polymer Matrix
Composite) merupakan jenis komposit yang paling banyak digunakan.
PMC terdiri dari matriks dan serat sebagai penguat. Pada praktikum ini
digunakan material komposit jenis laminat yakni komposit yang terdiri
dari gabungan lamina-lamina.
Komposit memiliki sifat tailorability. Sifat ini berarti bahwa
komposit dapat diatur orientasi penyusunan lamina dalam komposit
sehingga dapat menghasilkan sifat yang mendekati isotrop ataupun
anisotropic. Untuk seorang material Engineer, sangatlah penting untuk
mengetahui sifat komposit yang dirancangnya. Oleh karena itu, untuk
menganalisa sifat mekanik dari komposit dengan orientasi tertentu dapat
digunakan pendekatan dengan teori laminat klasik (CLT). Software yang
bekerja berdasarkan teori ini adalah GENLAM. Dengan pemodelan yang
dilakukan GENLAM, kita dapat mengetahui sifat dari laminat yang kita
buat dan mengetahui kegagalan yang akan terjadi dengan pembebanan
tertentu.
Tujuan Praktikum
1. Menentukan pengaruh dari pemilihan material komposit serta
pengaruh cara penyusunnya (stacking sequence) terhadap
kekuatan, distribusi tegangan, dan perilaku kegagalan yang terjadi
pada komposit laminat.
BAB II
TEORI DASAR
Pada komposit laminat terdiri dari lamina-lamina. Lamina adalah lapisan
tipis suatu material yang menyusun komposit. Tebal lamina sama dengan
ketebalan dimana plane stress dan plane strain terjadi. Sedangkan kumpulan dari 2
atau lebih lamina dengan orientasi tertentu disebut laminat. Ilustrasinya dapat
dilihat pada gambar disamping.
Sistem
koordinat
lamina
adalah
system
(0 ,9 0 )s
(0 ,9 0 )s
2. laminat tidak simetri , adalah lamina yang setiap lamina dengan orientasi
tertentu tidak memiliki jarak yang sama dengan cerminanny aterhadap
3.
mid-plane
laminat cross ply, adalah laminat yang disusun dengan urutan 0/90/90/0
untuk laminat simetris atau 0/90/0/90 untuk laminat tidak simetris.
Setiap lamina akan dapat merasakan teganagan yang berupa stresws in plan e
dan stresws out plane. Stress in plane adalah semua tegangan yang terjadi pada
lamina. Teganagan yang termasuk kategori ini adalah teganagan normal dan geser.
Sementara itu, stress out plane didefinisikan sebagai teganagan yang berada di
luar bidang lamina. Yang termasuk stress out plane adalah momen bending dan
momen puntir.
Jenis pembebanan lainny aadalah pembebenan higortermal. Pembebanan
ini terjadi karena kemampuan material penyusun komposit yang mungkin berbeda
dalam respon perubahan volume terhadap temperature. Sementara itu,
kemampuan material dalam penyerapan air juga dapat menyebabkan pembebanan
higrotermal.
Pada praktikum ini, juga diperlukan dan didapatkan beberapa konstanta.
Konsatanta ini menggambarkan sifat material. Konstanta yang diperlukan adalah :
akibat gaya yang diberikan. Dimensi panjang dan lebar pelat laminat mempunyai
unit panjang, sedangkan tebal laminat didefinisikan dari tebal yang dimiliki oleh
tebal lapisan. Oleh sebab itu matriks kekakuan absolut memiliki dimensi. Matriks
kekakuan dinormalisasi terhadap ketebalan laminat.
Matriks kekakuan absolut memiliki format sebagai berikut:
N i Aij
M B
i ij
Bij 0j
Dij j
Dimana :
1, 2 atau 6.
moments)
=kelengkungan (curvatures)
M a te r a l p r o p e r t ie s
L a m in a t e s t a c k in g s e q u e n c e
[S ], [C ]
A
N
A
N
E
[T ]
s b o lu t e s tiffn e s s m a t r ix
o r m a lis e d s t iff n e s s m a t r ix
b s o lu t e c o m p lia n c e m a t r ix
o r m a lis e d c o m p lia n c e m a t r ix
n g in e e r in g c o n s ta n t s
L o a d s a n d m o m e n ts
H y g r o th e r m a l lo a d s
G lo b a l s t r e s s e s
G lo b a l s t r a in s
P ly s tr e s s e s ( 1 , 2 )
[T ]
P ly s t r a in s ( x ,y )
[S ], [C ]
P ly s t r e s s e s ( x ,y )
F a ilu r e c r ite r io n
F a ilu r e ?
atau
Karena hasil perhitungan tidak dipengaruhi oleh tanda dari tegangan geser,
seluruh komponen yang mengandung tegangan geser tingkat pertama harus nol.
Oleh sebab itu persamaan di atas dapat direduksi menjadi:
1 1
X X'
1 1
Fy
Y Y'
Fxy Fxy* Fxx Fyy
Fx
max
applied
Jika diketahui:
Fij i max j max Fi i max 1
Fij i j R 2 Fi i R 1
aR 2 bR 1 0
Dengan menggambarkan fungsi tersebut di atas pada suatu ruang regangan (es =
0), gambar 6 berikut akan di dapatkan. Gambar tersebut memperlihatkan failure
locus dari lapisan 0 dengan sumbu horisontal di arah 1 dan arah 2 pada sumbu
vertikal. Setiap gambar menunjukkan suatu nilai R. Garis yang tebal untuk R = 1,
Setiap lingkaran menunjukkan sebuah nilai R. Lingkaran yang tebal mempunyai
R = 1, yang memperlihatkan failure locus. Hasil penerapan faktor keamanan R =
1,5 dan R= 2 diperlihatkan pula dalam gambar tersebut.
2
1 .5
R = 1
FC 0
Gambar 6. Failure locus untuk lapisan 0 (arah 1 pada sumbu horisontal, arah 2
pada sumbu vertikal)
FC 90
FC 0
FC 90
FPF
FC 0
Gambar 8. Daerah yang berwarna gelap adalah first ply failure envelope
Satu kondisi dimana terjadi kegagalan lapisan yang pertama pada banyak kasus
bukanlah kegagalan total pada laminat. Hal ini disebabkan oleh tingginya sifat
anisotropi dari kekuatan suatu lapisan.
rata-rata yang terjadi pada lapisan, yang ditunjukkan oleh garis putus-putus yang
lain pada gambar tersebut, menunjukkan nilai yang lebih rendah.
Hampir tidak mungkin untuk memperhitungkan keseluruhan proses kerusakan
yang terjadi pada lapisan dan distribusi dari tegangan sebenarnya. Untuk
mempermudah dan sederhana, tetap digunakan perhitungan elastis linier. Hal ini
dapat dicapai dengan secara langsung mereduksi tegangan dari tingkat nominal ke
tingkan sebenarnya dengan mengalikan modulus-E dengan faktor degradasi, DF
(lihat sifat-sifat material)
Sekarang kita mempunyai sebuah komponen elastis yang telah mengalami
degradasi pada sebuah lapisan. Perhitungan dapat dimulai kembali dengan kondisi
dimana seluruh lapisan masih menempel satu sama lain. Akan tetapi, cara seperti
ini akan memakan banyak waktu. Oleh sebab itu, kita dapat langsung membuat
degradasi pada seluruh lapisan dengan menerapkan faktor degradasi pada seluruh
lapisan dan seluruh komponen kekakuan kecuali pada komponen yang di
dominasi oleh serat yaitu A11 and D11. Penyederhanaan ini seperti ini akan
membuat waktu perhitungan menjadi jauh lebih singkat. Konsekuensi dari
degradasi ini adalah tegangan akan di distribusikan kembali pada arah serat dalam
lapisan. Kenyataannya hal ini terjadi pula pada kondisi yang sebenarnya.
F C 9 0 in ta c t
F C 9 0 d e g ra d e d
F C 0 in ta c t
F C 0 d e g ra d e d
Gambar 10. Hasil penerapan dari faktor degradasi yang menyebabkan failure
loci memanjang ke arah transversal. Lokasi kegagalan pada arah serat tidak
berubah.
F C 9 0 d e g ra d e d
LPF
F C 0 d e g ra d e d
Gambar 11. Daerah dari failure loci pada lapisan lapisan yang telah mengalami
degradasi disebut last ply failure atau FPF.
LPF tidak selalu merupakan kegagalan terakhir dari suatu laminat. Untuk
menentukan kegagalan terakhir dari suatu laminat kita harus memperhitungkan
LPF dan FPF envelope (lihat Gambar 12).
Jika kita memulai dengan sebuah rasio pembebanan antara arah 1 dan 2 yang
secara bertahap meningkat, kita bergerak pada suatu garis yang menjauh dari
lokasi awal. Pada suatu garis dalam kuadran satu, titik A akan dicapai pertama
kali. Pada titik ini, FPF akan terjadi dan sebuah lapisan akan mengalami
kegagalan. Pada kondisi ini material akan mengalami degradasi secara
menyeluruh dan kondisi pembebanan mulai dibandingkan dengan LPF. Selama
kita berada dalam LPF envelope, material yang telah mengalami degradasi masih
mampu menahan beban. Artinya, kita dapat melanjutkan pembebanan sampai
pada titik B. Pada titik ini, material yang telah terdegradasi akan mengalami
kegagalan dan berakibat dengan gagalnya laminat. Pada posisi ini kegagalan
terakhir dari laminat telah dicapai.
Jika sekarang kita memperhatikan garis pembebanan pada kuadran ke tiga,
pertama kali titik 1 akan dicapai. Titik ini tidak mempunyai arti karena
berhubungan dengan material yang telah mengalami degradasi sedangkan kita
memulai pada material yang masih utuh. Jadi kita dapat melanjutkan pembebanan
sampai mencapai titik 2. Pada titik ini, lapisan pertama akan gagal. Kemudian kita
melakukan degradasi pada material dan melihat posisi titik relatif terhadap failure
locus dari material yang telah mengalami degradasi. Karena titik ini berada diluar
LPF envelope, material yang mengalami degradasi tidak dapat lagi menahan
beban. Material akan mengalami kegagalan pada titik 2.
Secara umum, kegagalan terakhir adalah, maksimum dari FPF dan LPF.
B
A
LPF
FPF
Gambar 12. Untuk menenentukan kegagalan terakhir dari suatu laminat, kedua
LPF dan FPF envelope harus diperhitungkan
BAB III
DATA PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA
Latihan 1. Sifat-sifat elastis
a. AS-3501 (02, 902)s = 0,0,90,90,90,90,0,0
b. Scotch-ply UD = 0,0,0,0
c. M1 (momen bending) 10 N
Tarik-tekan
Tekan-tarik
Tekan-tekan
b. B-N5505 (45,-45)s
Tarik-tarik
Tarik-tekan
Tekan-tarik
Tekan-tekan
Tarik-tekan
Tekan-tarik
Tekan-tekan
BAB IV
ANALISIS
LATIHAN 1
1.a. Kedua laminat memiliki konstanta pada bidang yang sama namun
memiliki konstanta geser yang berbeda. Dari kedua laminat ini dapat
disimpulkan bahwa stacking sequenceberpengaruh terhadap kekuatan
geser laminat karena kedua laminat merupakan material yang sama
dengan stacking sequence berbeda.
b. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa kekakuan longitudinal pada kedua
laminat berbeda. Hal ini dikarenakan pada laminat pertama, orientasi arah
lamina hanya pada 1 arah saja sedangkan pada laminat kedua, orientasi
arah lamina pada 2 arah. Pada laminat kedua, kekakuan bending arah 1
dan 2 sama dikarenakan laminat cross-ply.
LATIHAN 2
1.a. Laminat mengalami tegangan tekan bernilai 2,03x10 -6 ke arah
longitudinal dan tegangan tarik 8,50x10-7ke arah transversalnya. Besar
tegangan pada tiap lamina besarnya sama karena arah orientasi tiap
lamina sama. Tegangan yang dialami laminat terjadi karena adanya beban
higrotermal.
Regangan pada arah longitudinalnya lebih kecil dibandingkan dengan
regangan arah transversal. Namun regangan arah longitudinal berupa
penyusutan sedangkan arah longitudinal berupa pertambahan panjang.
b. Laminat mengalami tegangan arah longitudinaldan transversal yang
dinamis dengan tegangan maksimal arah longitudinal pada ply ke 4 yaitu
berupa tegangan tarik sebesar 1,62x101 dan tegangan maksimal arah
transversal pada ply ke 8 yaitu berupa tegangan tekan sebesar 1,62x10 1.
Tegangan terjadi akibat pembebanan higrotermal.
arah
longitudinal
namun
pertambahan
panjang
arah
d. Momen torsi yang diberikan pada laminat menyebabkan tidak ada tekanan
yang terjadi pada arah longitudinal dan transversal. Namun pada arah
geser, terdapat tegangan tarik pada ply 1-4 dan tekan pada ply 5-8. Hal ini
disebabkan oleh momen torsi yang diberikan pada laminat. Untuk
regangannya sama, hanya ada regangan pada arah geser yaitu pertambahan
panjang pada ply 1-4 dan penyusutan pada ply 5-8.
3.a. Tegangan pada arah longitudinal dan transversal diberikan bersamaan dan
sama besar. Dengan demikian tidak ada tegangan arah geser yang terjadi.
Pada arah 1 terjadi penyusutan yang stabil pada tiap ply. Namun pada arah
ke 2 terjadi pertambahan panjang yang cukup besar dan besarnya sama
pada tiap ply.
b. Besar tegangan pada tiap lamina dinamik dengan maksimum arah long
pada ply ke 4, maksimum arah trans pada ply ke 5 dan arah geser pada ply
ke 6. Perbedaan arah orienstasi lamina menyebabkan regangan pada
lamina cukup bervariatif. Lamina 1-4 arah long dan geser mengalami
pertambahan panjang, dan sisanya penyusutan. Sebaliknya lamina 1-4 arah
transversal mengalami penyusutan dan 5-8 mengalami pertambahan
panjang.
c. Orientasi lamina yang berbeda-beda menyebabkan distribusi tegangan
yang dinamik. Maksimum long terdapat pada ply ke 4, maksimum trans
pada ply ke 5, dan maksimum geser pada ply 3 dan 6.
Pada a dan b, laminat berbahan dasar sama, namun tegangan dan regangan
yang diperoleh pada laminat berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
stacking sequence. Pada b dan c, stacking sequence sama namun
materialnya beda sehingga tegangan dan regangan juga berbeda.
LATIHAN 3
1. Beban normal sebesar 50 N/mm
a. B-N5505 UD
Tarik-tarik
pada arah
daripada serat.
Tekan-tekan
Tegangan yang diberikan adalah tegangan tekan pada arah
long dan trans. Rasio tegangannya tidak melewati batas maksimum
safety factor = 1, sehingga laminaty tidak akan gagal.
b. B_N5505 ( 45)s
Tarik-tarik
Tarik-tekan
Stacking sequence yang miring sebesar 45 derajat akan
menyebabkan kemampuan menahan tarikan di satu arah menjadi
berkurang. Bila diberi pembebanan tekan pada arah lainnya, maka
hal ini kaan membuat laminat tidak mampu lagi menahan tegangan
di sumbu laminatnya.
Tekan-tarik
Sama seperti tekan-tekan
Tekan-tekan
Rasio tegangan pada gambar hasil GENLAM
menunjukkan
ke negatif.
Tarik-tekan
Karena tegangan tarik hanya pada arah long, lamina yang
berorientasi 30 akan menahan beban lebih besar daripada saat
laminat ini ditarik secara biaksial. Pada lamina dengan orientasi
60, Lamina akan menahan beban yang lebih sedikit karena pada
arah trans bekerja tegangan tekan.Meskipun demikian, rasio
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Stacking Sequence dan jenis material mempengaruhi sifat material
saat diberi tegangan. Sifat-sifat tersebut diantaranya : kekuatan,
regangan, dan perilaku kegagalan.
Saran
1. Sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu tentang perilaku kegagalan
laminat agar lebih rinci.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Buat dua buah komposit T300 epoxy yang memiliki susunan laminat berbeda
tetapi mempunyai konstanta teknik bidang (in-plane engineering constants)
yang sama? Dapatkah Anda membuat suatu laminat dengan konstanta teknik
bending (flexural engineering constants) yang sama ?
Komposit T300 epoxy dengan stacking sequence (0,0,90,90)s
Hal ini bisa dicapai karena saat susunan lamina simetris, momen kopel tidak
muncul pada laminat simetris.
2. Sebuah laminat (02,45,90)s AS-3501 diberi tiga jenis pembebanan yang
berbeda. Distribusi tegangan, untuk setiap kondisi pembebanan tersebut,
kemudian dihitung dan diperlihatkan dalam tiga gambar di bawah ini.
Tentukan dari ketiga gambar tersebut jenis kondisi pembebanan yang telah
diberikan!
Laminat AS-3501 (02, 45, -45, 90)s diberi 3 jenis pembebanan berbeda
-
Rangkuman Praktikum
Tercantum pada BAB II Teori Dasar