Anda di halaman 1dari 25

METODE KOMPUTASI FLUIDA

Dosen: Nur Ikhwan, ST., M.Eng.

Disusun oleh :
Sri Gandari Putri S. (2114100073)
Kartika Firdausi (2114100077)
Ammar Zulhan (2114100122)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
TUGAS I
METODE KOMPUTASI FLUIDA

MODELING CYCLONE

Dosen : Nur Ikhwan, ST., M.Eng.

Disusun oleh :
Sri Gandari Putri S. (2114100073)
Kartika Firdausi (2114100077)
Ammar Zulhan (2114100122)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2017
1. Problem Description

Modeling cyclone ini akan menggunakan desain dengan geometry dan dimensi
seperti pada gambar 1.(a) dengan modifikasi pada ujung cyclone seperti pada geometry
C. Cyclone akan dilewati aliran gas dengan kecepatan 800 m3/h, Standard Pressure 20o C,
Particle Load 5.31g/kg. Sedangkan untuk materialnya digunakan bubuk lime stone, ukuran
partikel medium 5µm dan densitas solid 2770 kg/m3.

(a) (b)
Gambar 1. Dimensi general
cyclone (a). Modifikasi cyclone
tipe C (b).

2. Strategi Membuat Geometry Cyclone

Dalam pembuatan cyclone ini digunakan beberapa meetode strategi sebagi


berikut :

a. Menggunakan metode Top down


b. Geometry cyclon dibagi menjadi 2 diteengah untuk mempermudah meshing
c. Pembuatan geometry dimulai dari volume bawah
3. Mesh Cyclone

Gambar 2 merupakan hasil final dari meshing volume cyclone yang telah
dilakukan secara keseluruhan. Jumlah dari cell keseluruhannya adalah sebanyak 74090

Gambar 2. Hasil meshing


cyclone secara keseluruhan.
Gambar 3 meshing pada tiap
geometry surface
Meshing Tekanan

Gambar 4. Meshing tekanan pada Cyclone

Meshing Kecepatan

Gambar 5. Meshing Kecepatan pada Cyclone

Pda pembuatan meshing kecepatan dan meshing tekanan ini digunakan 287444
meshing mixed interior, 97200 hexahedral
Hasil Total

Meshing Kecepatan Meshing tekanan


TUGAS II
METODE KOMPUTASI FLUIDA

PERMODELAN ALIRAN TURBULEN PADA


PLAT DATAR

Dosen : Nur Ikhwan, ST., M.Eng.

Disusun oleh :
Sri Gandari Putri S. (2114100073)
Kartika Firdausi (2114100077)
Ammar Zulhan (2114100122)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2017
1. FENOMENA ALIRAN
Simulasi lapisan batas (boundary layer) aliran yang mengalir diatas flat plate
sangat berguna untuk mengetahui kemampuan software untuk mensimulasikan
aliran di dekat dinding, memprediksikan wall shear stress dan wall heat transfer.
Boundary layer akan terbentuk mulai dari leading edge dan akan terus
mengembang (Gambar 1). Pada daerah leading edge selalu terjadi perubahan besar
dan arah kecepatan yang tiba‐tiba. Simulasi dilakukan untuk dua jenis aliran yaitu
laminar dan turbulen. Namun, dalam pemodelan kali ini hanya digunakan untuk
jenis pemodelan aliran turbulen. Dari hasil simulasi akan didapatkan nilai boundary
layer thickness, skin friction dan distribusi Nuselt number yang akan dibandingkan
dengan nilai perhitungan secara empiris.

Gambar 1. Proses Pembentukan Lapisan Batas Laminar ke Turbulen

(Sumber: Mekanika Fluida Komputasi, Nur Ikhwan)


Hasil analisa secara empiris untuk karakteristik lapisan batas dapat dijumpai
di berbagai literatur. Salah satu literatur adalah buku Permindahan Panas dan Massa
oleh Chapra ( 1988). Untuk Aliran Turbulen, korelasi tebal lapisan batas, skin
friction coefficien dan bilangan Nusselt adalah sebagai berikut:
dimana :
5 x 105 < Rex < 107
0,6 < Pr < 50
Untuk mendapatkan hasil simulasi yang baik maka tinggi dari domain aliran
minimal harus sepuluh kali dari boundary layer thickness maksimum, hal ini
diperuntukkan supaya pertambahan dari boundary layer thickness bisa diakomodasi
serta untuk meminimalisasi pengaruh dari adverse pressure gradient.

2. PEMODELAN ALIRAN
Simulasi dilakukan pada aliran turbulen ( Re = 107 ). Panjang domain aliran
1,3 m dengan panjang flat plate 1 m. Tinggi dari domain aliran kira‐ kira sepuluh
kali dari boundary layer thickness. Properti fluida dan parameter lainnya disajikan
pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Parameter‐parameter yang digunakan untuk simulasi aliran lapisan batas

(Sumber: Mekanika Fluida Komputasi, Nur Ikhwan)


Syarat batas untuk domain aliran adalah, velocity inlet untuk sisi domain
sebelah kiri dengan asumsi kecepatan uniform, pressure outlet untuk sisi keluaran
sebelah kanan dengan tekanan sebesar tekanan atmosfer, dan sisanya kita
kondisikan sebagai simmetry boundary condition. Perbaikan jumlah grid diberikan
pada daerah di sekitar leading egde untuk mengakomodasi terjadinya perubahan
secara tiba‐ tiba dari arah dan besarnya kecepatan. Pada simulasi untuk aliran
turbulen digunakan empat macam pemodelan turbulensi, yaitu:
- k‐ε standart
- k‐ε RNG
- k‐ε realizable
- Reynold stress modeling (RSM).
3. HASIL SIMULASI
Berikut ini merupakan hasil meshing yang didapat dari software Gambit dan
Fluent:

Gambar 2. Struktur Grid Aliran Turbulen

Gambar 3. Pressure pada Aliran Turbulen


Gambar 4. Velocity pada Aliram Turbulen

4. ANALISA PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan grafik distribusi nusselt number lapisan batas
turbulen:

Distribusi Nusselt Number Lapisan Batas Turbulen


12000
10000
8000
Nu

6000
4000
2000
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
X

K-e standart K-e RNG K-e Realizable RSM Nu Empiris


Grafik 1. Distribusi Nusselt Number Lapisan Batas Turbulen

Grafik 1 di atas merupakan hubungan distribusi Nusselt number dengan jarak


x sesuai dengan simulasi dan mengacu pada referensi buku Mekanika Fluida
Komputasi, yang telah diterbitkan oleh Bapak Nur Ikhwan. Grafik 1 menunjukkan
bahwa terdapat kenaikan dan penurunan nilai Cf yang cukup signifikan. Namun
pada hasil simulasi, kenaikan dan penurunan tersebut dari nilai Cf tidak terlalu jelas
terlihat. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kualitas meshing yang digunakan dalam
simulasi, dimana semakin kecil meshing yang dilakukan maka akan didapatkan
hasil yang semakin akurat dan tentunya akan menghasilkan grafik yang terlihat
dengan jelas kenaikan/penurunan yang terjadi sepanjang jarak x. Selain itu,
dipengaruhi juga oleh besarnya interval count. Grafik 1 ini digunakan untuk
validasi dari simulasi yang telah dilakukan.

Berikut ini merupakan grafik distribusi skin friction lapisan batas turbulen:

Distribusi Skin Friction Lapisan Batas Turbulen


0.005

0.0045

0.004
Cf

0.0035

0.003

0.0025

0.002
0.3 0.5 0.7 0.9 1.1 1.3 1.5
X

K-e standart K-e RNG K-e realizable RSM Empiris

Grafik 2. Distribusi Skin Friction Lapisan Batas Turbulen


Grafik 2 menunjukkan hubungan antara nilai skin friction pada lapisan batas
turbulen terhadap jarak x. Nilai skin factor diperoleh dengan dua metode yaitu
metode simulasi dengan software Gambit-Fluent dan perhitungan formula empiris.

Grafik 2 menunjukkan bahwa trendline grafik menunjukkan penurunan nilai


Cf seiring bertambahnya nilai x. Baik grafik K-e standar, K-e RNG, K-e Realizable,
RSM, maupun hasil empiris menunjukkan trendline yang cenderung sama. Adanya
perbedaan yang terjadi disebabkan karena perbedaan metode pendekatan
perhitungan yang digunakan masing-masing model. Secara garis besar dapat dilihat
bahwa masing-masing model turbulen cenderung mendekati nilai Cf empiris.

K-Epsilon merupakan salah satu jenis permodelan turbelensi yang sering


digunakan dan dapat menunjukan kinerja yang baik apabila nilai gradasi tekanan
terlalu besar. Model ini menggunakan dua variabel yang berbeda, variabel pertama
adalah energi kinetik turbulen (k) dan variabel kedua adalah disipasi turbulensi (ε).
Nilai k menunjukan jumlah energi dalam turbulensi sedangkan nilai ε menunjukan
ukuran dari turbulensi. Terdapat tiga buah jenis model K-Epsilon yang berbeda,
yaitu Model Standard K-Epsilon, Realisable K-Epsilon, dan RNG K-Epsilon.

Reynold stress model (RSM) merupakan model turbulensi paling rumit


yang disediakan oleh FLUENT. RSM biasa digunakan ketika aliran rumit
khusunya dengan reynold stresses anisotropi seperti pada aliran swirling pada
combustor, rotating flow passages, dan cyclone. Dari hasil simulasi kali ini
didapatkan bahwa semua grafik Cf hasil simulasi menunjukkan nilai yang
mendekati nilai Cf empiris, namun berbeda secara signifikan dengan data pada
referensi acuan sehingga dapat disimpulkan bahwa semua turbulensi k epsilon dan
RSM pada FLUENT masih kurang akurat untuk dipakai dalam permodelan aliran
turbulen. Hal ini disebabkan karena interval count yang digunakan berbeda setiap
model aliran.
TUGAS III
METODE KOMPUTASI FLUIDA

PEMODELAN ALIRAN MELALUI SUDDEN


EXPANSION

Dosen : Nur Ikhwan, ST., M.Eng.

Disusun oleh :
Sri Gandari Putri S. (2114100073)
Kartika Firdausi (2114100077)
Ammar Zulhan (2114100122)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2017
1. Sudden Expansion
Suatu sudden enlargement atau biasa juga disebut dengan sudden
expansion adalah kondisi penampang dimana daerah alir fluida membesar
tiba-tiba sehingga kecepatannya menurun. Aliran fluida mengalir dari
penampang kecil kee penampang besar. Saat fluida memasuki pipa besar,
suatu pancaran terbentuk disaat fluida terpisah dari dinding tabung kecil.
Karena tidak ada dinding pipa yang mengendalikan pancaran fluida yang
dihasilkan dari pipa kecil, maka pancaran itu akan berekspansi sehingga
mengisi seluruh permukaan. Sebagian kecil fluida terpisah dari pancarannya
dan bersirkulasi diantara dinding dan pancaran.

Gambar Fitting Perpipaan Sudden Enlargement

Pada sudden enlargement semakin besar nilai head loss maka


semakin besar koefisien losses-nya karena nilainya berbanding lurus dengan
head loss. Sedangankan untuk perbandingan dengan Reynold number
awalnya menurun kemudian pada titik kritis koefisien losses naik pada
Reynold number tertentu karena adanya pressure drop. Kecepatan pada
sudden enlargement semakin kecil karena adanya pelebaran penampang
sesuai dengan rumus Q= A1 x V1 , dari rumus tersebut diketahui bahwa
harga Q berbanding lurus dengan harga A dan V. Tetapi yang digunakan
disini adalah Vupstream dengan Vupstream yang berbanding terbalik
dengan kLs yang semakin besar.
ℎ𝐿𝑆
𝑘𝐿𝑆 =
𝑉𝑢𝑝𝑠𝑡𝑟𝑒𝑎𝑚 2
( )
2𝑔
2. Dimensi Sudden Expansion untuk Simulasi
Sebelum memulai simulasi, diperlukan pembuatan model sudden
expansion dengan dimensi seperti pada gambar dibawah ini. H adalah tinggi
atau diameter outlet. h adalah tinggi atau diameter inlet. Dimana nilai h/H =
6. Untuk panjang pipa bernilai 100h. pada simulasi ini nilai h ditentukan
sebesar 1. U adalah kecepatan fluida yang mengalir dari penampang setinggi
h menuju penampang setinggi H. Sedangakan xr merupan besaran Panjang
yang menyatakan Panjang vortex.

Gambar Dimensi sudden expansion untuk simulasi

3. Hasil Mesh
4. Hasil Simulasi
Simulasi ini dilakukan menggunakan software Fluent dengan parameter
parameter sebagai berikut:
Kecepatan: 0.824489 m/s
Jenis Fluida: air
Densitas :1.225 kg/m^3
Viskositas: 0.001 kg·m−1·s−1.
H : 1.2 m
h : 0.2 m
Berikut merupakan hasil simulasi yang dilakukan:

Simulasi Contour untuk Kecepatan


Gambar 1. Velocity Standar

Gambar 2. Velocity RNG


Gambar 3. Velocity RSM

Simulasi Contour untuk Tekanan

Gambar TKE_Std
Gambar TKE_RNG

Gambar TKE_RSM

Analisa Hasil
MeanStreamwise Velocity at x/h=5
1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
-0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

MeanStreamwise Velocity at x/h=10


1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
-0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

Jika diamati secara lebih detail, penyimpangan estimasi panjang reatt


achment disebabkan oleh penyimpangan profil kecepatan yang terjadi pada doma
in aliran. Gambar diatas menampilkan profile kecepatan model turbulensi. Hampir
semua model mampu memprediksi kecepatan mendekati eksperimen, kecuali mod
el RNG dan RSM 60 yang terlambat memprediksi reattachment
dan Peng yang memprediksi terlalu besar.
Turbulent Kinetic Energy at x/H=5
1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

rng rsm std experiment

Turbulent Kinetic Energy at x/H=10


1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

rng rsm std experiment

Tidak seperti prediksi kecepatan, prediksi energi kinetik turbulensi memiliki nila
i yang jauh lebih besar dari nilai eksperimen. Besarnya nilai penyimpangan yang
terjadi, disebabkan oleh geometri aliran yang memiliki rasio ekspansi yang besar
(H/h=5). Rasio ekspansi yang besar menyebabkan timbulnya adverge pressure gr
adient yang besar dan menyebabkan turbulensi bersifat tidak homogen (unisotr
opic turbulence). Unisotropic turbulence memang menjadi kelemahan dari se
mua pemodelan turbulensi dua‐persamaan (semua model k‐ε dan k‐ω). Lebih jauh
lagi, penyimpangan nilai energi kinetik turbulensi dapat menyebabkan penyi
mpangan prediksi perpindahan panas karena energi kinetik turbulensi berhubunga
n dengan temperatur fluktuasi di persamaan perpindahan panas turbulen.

Anda mungkin juga menyukai