Anda di halaman 1dari 8

1.

FENOMENA ALIRAN
Simulasi lapisan batas (boundary layer) aliran yang mengalir diatas flat plate
sangat berguna untuk mengetahui kemampuan software untuk mensimulasikan aliran
di dekat dinding, memprediksikan wall shear stress dan wall heat transfer. Boundary
layer akan terbentuk mulai dari leading edge dan akan terus mengembang (Gambar 1).
Pada daerah leading edge selalu terjadi perubahan besar dan arah kecepatan yang tiba‐
tiba. Simulasi dilakukan untuk dua jenis aliran yaitu laminar dan turbulen. Namun,
dalam pemodelan kali ini hanya digunakan untuk jenis pemodelan aliran turbulen. Dari
hasil simulasi akan didapatkan nilai boundary layer thickness, skin friction dan
distribusi Nuselt number yang akan dibandingkan dengan nilai perhitungan secara
empiris.

Gambar 1. Proses Pembentukan Lapisan Batas Laminar ke Turbulen

(Sumber: Mekanika Fluida Komputasi, Nur Ikhwan)


Hasil analisa secara empiris untuk karakteristik lapisan batas dapat dijumpai di
berbagai literatur. Salah satu literatur adalah buku Permindahan Panas dan Massa oleh
Chapra ( 1988). Untuk Aliran Turbulen, korelasi tebal lapisan batas, skin friction
coefficien dan bilangan Nusselt adalah sebagai berikut:
dimana :
5 x 105 < Rex < 107
0,6 < Pr < 50
Untuk mendapatkan hasil simulasi yang baik maka tinggi dari domain aliran
minimal harus sepuluh kali dari boundary layer thickness maksimum, hal ini
diperuntukkan supaya pertambahan dari boundary layer thickness bisa diakomodasi
serta untuk meminimalisasi pengaruh dari adverse pressure gradient.

2. PEMODELAN ALIRAN
Simulasi dilakukan pada aliran turbulen ( Re = 107 ). Panjang domain aliran 1,3
m dengan panjang flat plate 1 m. Tinggi dari domain aliran kira‐ kira sepuluh kali dari
boundary layer thickness. Properti fluida dan parameter lainnya disajikan pada Tabel
1 di bawah ini.

Tabel 1. Parameter‐parameter yang digunakan untuk simulasi aliran lapisan batas


(Sumber: Mekanika Fluida Komputasi, Nur Ikhwan)
Syarat batas untuk domain aliran adalah, velocity inlet untuk sisi domain sebelah
kiri dengan asumsi kecepatan uniform, pressure outlet untuk sisi keluaran sebelah
kanan dengan tekanan sebesar tekanan atmosfer, dan sisanya kita kondisikan sebagai
simmetry boundary condition. Perbaikan jumlah grid diberikan pada daerah di sekitar
leading egde untuk mengakomodasi terjadinya perubahan secara tiba‐ tiba dari arah
dan besarnya kecepatan. Pada simulasi untuk aliran turbulen digunakan empat macam
pemodelan turbulensi, yaitu:
- k‐ε standart
- k‐ε RNG
- k‐ε realizable
- Reynold stress modeling (RSM).
3. HASIL SIMULASI
Berikut ini merupakan hasil meshing yang didapat dari software Gambit dan
Fluent:

Gambar 2. Struktur Grid Aliran Turbulen

Gambar 3. Pressure pada Aliran Turbulen


Gambar 4. Velocity pada Aliram Turbulen

4. ANALISA PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan grafik distribusi nusselt number lapisan batas turbulen:
Distribusi Nusselt Number Lapisan Batas Turbulen

100000
90000
80000
70000
60000
empiris
Nu

50000
40000 k epsilon standart
30000 k epsilon relizable
20000
10000 k epsilon RNG
0 RSM

X (m)

Grafik 1. Distribusi Nusselt Number Lapisan Batas Turbulen

Grafik 1 di atas merupakan hubungan distribusi Nusselt number dengan jarak x


sesuai dengan simulasi dan mengacu pada referensi buku Mekanika Fluida Komputasi,
yang telah diterbitkan oleh Bapak Nur Ikhwan. Grafik 1 menunjukkan bahwa terdapat
kenaikan dan penurunan nilai Cf yang cukup signifikan. Namun pada hasil simulasi,
kenaikan dan penurunan tersebut dari nilai Cf tidak terlalu jelas terlihat. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan kualitas meshing yang digunakan dalam simulasi, dimana
semakin kecil meshing yang dilakukan maka akan didapatkan hasil yang semakin
akurat dan tentunya akan menghasilkan grafik yang terlihat dengan jelas
kenaikan/penurunan yang terjadi sepanjang jarak x. Selain itu, dipengaruhi juga oleh
besarnya interval count. Grafik 1 ini digunakan untuk validasi dari simulasi yang telah
dilakukan.

Berikut ini merupakan grafik distribusi skin friction lapisan batas turbulen:
Cf Distribusi Skin Friction Lapisan Batas Turbulen
0.008

0.007

0.006

0.005

0.004

0.003

0.002

0.001
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3
X

k- epsilon standart k-epsilon RNG k-epsilon Relizable RSM empiris

Grafik 2. Distribusi Skin Friction Lapisan Batas Turbulen


Grafik 2 menunjukkan hubungan antara nilai skin friction pada lapisan batas
turbulen terhadap jarak x. Nilai skin factor diperoleh dengan dua metode yaitu metode
simulasi dengan software Gambit-Fluent dan perhitungan formula empiris.

Grafik 2 menunjukkan bahwa trendline grafik menunjukkan penurunan nilai Cf


seiring bertambahnya nilai x. Baik grafik K-e standar, K-e RNG, K-e Realizable, RSM,
maupun hasil empiris menunjukkan trendline yang cenderung sama. Adanya perbedaan
yang terjadi disebabkan karena perbedaan metode pendekatan perhitungan yang
digunakan masing-masing model. Secara garis besar dapat dilihat bahwa masing-
masing model turbulen cenderung mendekati nilai Cf empiris.

K-Epsilon merupakan salah satu jenis permodelan turbelensi yang sering


digunakan dan dapat menunjukan kinerja yang baik apabila nilai gradasi tekanan terlalu
besar. Model ini menggunakan dua variabel yang berbeda, variabel pertama adalah
energi kinetik turbulen (k) dan variabel kedua adalah disipasi turbulensi (ε). Nilai k
menunjukan jumlah energi dalam turbulensi sedangkan nilai ε menunjukan ukuran dari
turbulensi. Terdapat tiga buah jenis model K-Epsilon yang berbeda, yaitu Model
Standard K-Epsilon, Realisable K-Epsilon, dan RNG K-Epsilon.

Reynold stress model (RSM) merupakan model turbulensi paling rumit yang
disediakan oleh FLUENT. RSM biasa digunakan ketika aliran rumit khusunya dengan
reynold stresses anisotropi seperti pada aliran swirling pada combustor, rotating flow
passages, dan cyclone. Dari hasil simulasi kali ini didapatkan bahwa semua grafik Cf
hasil simulasi menunjukkan nilai yang mendekati nilai Cf empiris, namun berbeda
secara signifikan dengan data pada referensi acuan sehingga dapat disimpulkan bahwa
semua turbulensi k epsilon dan RSM pada FLUENT masih kurang akurat untuk dipakai
dalam permodelan aliran turbulen. Hal ini disebabkan karena interval count yang
digunakan berbeda setiap model aliran.

Anda mungkin juga menyukai