Disusun Oleh:
NIM : 021800010
STTN – BRIN
YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
DASAR TEORI
Pada peristiwa tumbukan elektron dengan target, terjadi dua interaksi yang
menghasilkan dua tipe sinar-X yaitu:
a. Sinar-x bremsstrahlung, yaitu sinar-X yang dihasilkan oleh elektron dengan kecepatan
tinggi menabrak bahan (dengan tiba-tiba dihentikan). Radiasi sinar-x bremsstrahlung
mempunyai spektrum kontinyu, yang memiliki berbagai energi, karena elektron
projektil diperlambat secara bertahap pada berbagai tingkat. Sinar-X jenis ini dipakai
di bidang radiologi untuk pemotretan pasien.
b. Sinar-X karakteristik, yaitu sinar-X yang dihasilkan oleh transisi elektron. Elektron
orbit dapat berpindah ke orbit lainnya. Bila transisi berasal dari elektron pada lintasan
luar ke lintasan yang lebih dalam, maka dipancarkan energi tertentu. Energi ini dikenal
dengan radiasi sinar-X karakteristik. Sinar-X karakteristik digunakan untuk analisis
bahan.
(Trikasjono, Marjanto, & Timorti, 2009)
Nilai lolos uji parameter uji kesesuaian pesawat sinar-X Radiografi Umum
Mobile atau Portable yang diatur oleh Perka BAPETEN dapat dilihat pada gambar tabel
2.2
|∆𝑋2 | + |∆𝑋1 |
∆𝑋 = × 100
100 (1)
|∆𝑌1 | + |∆𝑌2 |
∆𝑌 = × 100
100
(2)
Sedangkan perhitungan parameter nilai uji ketegaklurusan berkas diwakili oleh
PELAKSANAAN
3.1 PERALATAN
Dalam praktikum ini, diperlukan beberapa peralatan yang di antaranya adalah pesawat
sinar-X sebagai peralatan utama yang digunakan untuk menghasilkan sinar-X. Kemudian panel
kontrol yang merupakan bagian dari pesawat sinar-X yang secara keseluruhan bertindak
sebagai pengontrol nilai – nilai input yang diperlukan dari proses penyinaran sampai
menampilkan hasil citra digital. Selain itu, digunakan Luxmeter sebagai detektor cahaya, lalu
meteran yang sudah terkalibrasi yang akan digunakna untuk mengukur jarak dari focal spot ke
detektor, selanjutnya waterpass yang berfungsi untuk mengukur ketegaklurusan posisi tabung
dan detektor. Dan yang terakhir diperlukan kolimator dan seperangkat alat uji kesesuaian
cahaya dari jendela kolimator terhadap penempatan reseptor citra.
Area 1 236
Area 2 240
244,5 86,8 157,7
Area 3 255
Area 4 247
Dikutip dari Data Sementara Praktikum
a. Nilai ∆𝐗 𝐝𝐚𝐧 ∆𝐘
|∆X2 | + |∆X1 |
∆X = × 100
100
0,8 + 0,8
∆X = × 100
100
∆X = 1,6%
|∆Y1 | + |∆Y2 |
∆Y = × 100
100
0,6 + 0,8
∆Y = × 100
100
∆Y = 1,4%
b. Nilai ∆𝐗 + ∆𝐘
∆X + ∆Y = 1,6 + 1,4 = 3%
5.1 PEMBAHASAN
Praktikum Teknik Pnecitraan Medik dengan judul Uji Kolimasi Pesawat Sinar-X ini
memiliki beberapa tujuan yaitu untuk mengukur tingkat pencahayaan yang diperoleh dari
berkas cahaya kolimator, untuk mengetahui selisih antara lapangan kolimasi dan lapangan
berkas sinar-X dan untuk mengevaluasi ketegaklurusan berkas sinar-X dengan pusat berkas
cahaya.
Pada percobaan pertama, diatur posisi dan nilai – nilai yang dibutuhkan sebelum
memulai eksposi antara lain diatur jarak detektor ke focal spot sebesar 100 cm, kemudian diatur
luas jendela kolimasi sebesar 25 x 25 cm, selanjutnya luxmeter ditempatkan tepat di tengah
jendela kolimasi lalu diukur nilai pencahayaan latar saat jendela kolimasi mati, lalu yang
terakhir diukur nilai pencahayaan untuk masing – masing 4 bagian jendela kolimasi saat lampu
kolimasi hidup. Data hasil praktikumnya dapat dilihat pada tabel 4.1. Nilai hasil pengukuran
pencahayaan di 4 bagian jendela kolimasi dihitung rata – ratanya untuk kemudian dikurangi
dengan nilai pencahayaan latar yang telah dikur diukur sebelumnya sehingga didapatkan hasil
uji iluminasi untuk Pesawat Sinar-X yang ada di Laboratorium X-Ray Pusat Sains dan
Teknologi Akseleartor adalah sebesar 157,7 lux. Jika mengacu pada Perka BAPETEN Nomor
2 Tahun 2018, Nilai lolos uji iluminasi adalah jika nilainya ≥ 100 lux. Maka dapat disimpulkan
bahwa Pesawat Sinar-X yang digunakan untuk pengujian ini berada dalam keadaan yang andal
jika ditinjau dari nilai uji iluminasinya.
Untuk percobaan kedua, parameter yang diuji adalah nilai selisih lapangan kolimasi
pesawat sinar-X, mula – mula, posisi dan nilai – nilai yang dibutuhkan sebelum memulai
eksposi diukur terlebih dahulu. Di antaranya jarak kaset ke focal spot diatur sebesar 100 cm,
kemudian beam alignment test tool diposisikan sedemikian hingga berhimpitan dengan pusat
cahaya, lalu dilihat nilai – nilai sumbu x dan y untuk tapi lapangan kolimasinya. Setelah itu,
dilakukan eksposi di kontrol panel. diatur nilai ketentuan tegangan adalah 66 kV dan nilai arus
sebesar 160 mA. Data hasil percobaan ini dapat dilihat pada tabel 4.2. Nilai tepi lapangan
cahaya yang dilihat menggunakan beam alignment test tool dan nilai tepi lapangan yang
didapatkan dari hasil pencitraan dihitung selisihnya sehingga didapatkan nilai sebagaimana
yang dapat dilihat pada kolom 3 tabel 4.2 Nilai ini kemudian digunakan untuk menghitung nilai
selisih lapangan kolimasi untuk masing – masing sumbu menggunakan persamaan ∆𝑋 =
|∆𝑋2 |+|∆𝑋1 | |∆𝑌1 |+|∆𝑌2 |
× 100 dan ∆𝑌 = × 100 . Sehingga didapatkan nilai selisih lapangan
100 100
kolimasi sumbu ∆𝑋 dan ∆𝑌 antara yang terukur di lapangan dan yang terukur melalui citra
berturut – turut adalah 1,6% dan 1,4% serta hasil penjumlahan nilai selisihnya adalah sebesar
3%. Jika mengacu pada nilai lolos uji selisih lapangan kolimasi yang diatur dalam Perka
BAPETEN Nomor 2 Tahun 2018, standar nilai yang lolos adalah jika nilai selsihnya ≤ 2% dan
jika selisihnya dijumlahkan hasilnya ≤ 3%. Maka dapat disimpulkan bahwa Pesawat Sinar-X
yang digunakan untuk pengujian ini berada dalam keadaan yang andal jika ditinjau dari selisih
nilai lapangan kolimasinya.
Yang terakhir adalah percobaan 3. Pada percobaan ini diuji ketegaklurusan berkas
radiasi yang dipancarkan oleh psawat sinar-X. Langkah – langkah persiapannya dilakukan
sekaligus bersama dengan percobaan 2 sehingga di percobaan 3 ini yang perlu diukur sebelum
melakukan ekposi hanya nilai tinggi tabung. Tinggi tabung yang terukur adalah sebesar 145
mm. Kemudian pada hasil eksposi, yang dilihat adalah jarak antara dua titik pada tabung yang
mana ddidapatkan nilainya adalah sebesar 2 mm. Nilai tinggi tabung dan jarak antara dua titik
ini kemudian digunakan untuk menghitung ketegaklurusan berkas radiasi menggunakan
Jarak Antara Dua Titik
persamaan tan−1 θ = . Hasil perhitungannya didapatkan nilai sudut
Tinggi Tabung
kemiringannya adalah sebesar 0,790º. Jika mengacu pada nilai lolos uji selisih lapangan
kolimasi yang diatur dalam Perka BAPETEN Nomor 2 Tahun 2018, standar nilai uji
ketegaklurusan berkas yang lolos adalah jika nilai selsihnya ≤ 3º. Maka dapat disimpulkan
bahwa Pesawat Sinar-X yang digunakan untuk pengujian ini berada dalam keadaan yang andal
jika ditinjau dari nilai hasil uji ketegaklurusan berkas radiasinya.
5.2 KESIMPULAN
1. Tingkat pencahayaan lapangan kolimasi yang terukur dalam praktikum ini adalah 157,7
lux yang mana nilai ini merupakan nilai lolos uji iluminasi sesuai dengan Peraturan
Kepala BAPETEN Nomor 2 Tahun 2018.
2. Nilai selisih antara lapangan kolimasi dan lapangan berkas sinar-X yang didapatkan
dalam praktikum ini adalah sebesar 1,6% untuk ∆𝑋 dan 1,4% untuk ∆𝑌 dan jika
dijumlahkan hasilnya adalah sebsar 3%. Nilai ini terhitung sebagai nilai lolos uji
ketegaklurusan berkas sesuai dengan Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 2 Tahun
2018.
3. Dalam praktikum ini, berkas radiasi pesawat sinar-X terukur dan terhitung miring
sebanyak 0,790º yang mana nilai ini merupakan nilai uji ketegaklurusan berkas radiasi
sesuai dengan Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 2 Tahun 2018.
DAFTAR PUSTAKA
Puspitasari, A. J., & Salam, M. (2021). Petunjuk Praktikum Instumentasi Medik Pesawat Sinar-
X. 2-4. Yogyakarta: STTN - BRIN.
Trikasjono, T., Marjanto, D., & Timorti, B. (2009). Analisis Keselamatan Pesawat Sinar-X di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta. 278-289.
eraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018
Tentang Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional.
LAMPIRAN