Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

ALAT DETEKSI DAN PENGUKURAN RADIASI


DETEKTOR GEIGER MULLER

Disusun Oleh :

Nama : Audito Achmad Anshorullah


NIM : 032100003
Kelompok :B
Prodi/Angkatan : Elektromekanika/2021
Tgl.praktikum : Senin, 28 November 2022

Dosen Pengampu : Risky Nurseila Karthika M.Sc

PROGRAM STUDI ELEKTRO MEKANIKA

POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA

BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL

YOGYAKARTA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

I. Tujuan
Pada praktikum ini para peserta diharapkan dapat mengetahui karakteristik
pencacah. Geiger-Muller serta dapat melakukan pencacahan radiasi menggunakan sistem
pencacah dengan detektor Geiger-Muller.
Adapun tujuan operasionalnya adalah sebagai berikut :
1. Menggambar daerah plato serta menentukan tegangan kerja detektor.
2. Menguji kestabilan sistem pencacah yang digunakan.
3. Menentukan waktu mati detektor.
4. Menentukan efisiensi detektor.
5. Menentukan aktivitas suatu sumber radiasi.

II. Dasar Teori


Detektor Geiger Muller merupakan detektor yang sangat banyak digunakan baik
sebagai sistem pencacahan maupun dalam kerja lapangan (surveymeter). Detektor ini
termasuk keluarga detektor tabung isian gas yang bekerja berdasarkan ionisasi gas.
Keuntungan dari detektor ini dapat menghasilkan pulsa listrik yang relatif besar
dibandingkan dengan detektor jenis lain akan tetapi detektor ini tidak dapat membedakan
energi radiasi yans mengenainya.
Tegangan kerja (HV) yang diberikan pada detaktor GM dapat mempengaruhi laju
cacah yang dihasilkan. Hal ini merupakan salah satu karakteristik dari setiap detektor GM.
Adapun perubahan laju cacahnya mengikuti kurva karakteristik seperti gambar 1 berikut
ini, Tegangan kerja detektor dipilih pada daerah plato atau tepatnya pada 1/3 lebar plato.
Kemiringan daerah Plato juga perlu diketuhui untuk melihat keandalan detektor.
Hal ini dapat ditentukan dengan persamaan 1. berikut :

𝑅2 − 𝑅1
𝐿𝑝 = × 100%
(𝑉2 − 𝑉1 ) 𝑅1
Ket:
𝐿𝑝 = Kemiringan plato (% per Volt atau % per 100 Volt).
𝑅1 = Laju cacah pada awal daerah plato, 1 V (cpm/cps) .
𝑅2 = Laju cacah pada akhir daerah plato 2 V (cpm/cps) .

Nilai kemiringan yang masih dianggap baik adalah lebih kecil daripada 0,1 % per
volt atau 100% per 100 Volt

Kestabilan suatu alat ukur radiasi dapat ditentukan dengan menggunakan prinsip
'Chi Square Test'. Nilai chi-square nya dapat dihitung dengan persamaan 2. Berikut

𝑛
1
𝑋 = ∑(𝑅𝑖 − 𝑅̅ )2
2
𝑅̅
1

Ket:
𝑋 2 = Nilai Chi Square
𝑅̅ = Laju cacah rata-rata (cpm)
𝑅𝑖 = Laju cacah setiap pengukuran (cpm)

Untuk pengujian dengan melakukan 10 kali pengukuran berulang (N = 10), sistem


pencacah masih dapat dikatakan stabil bila nilai chi square-nya berkisar antara 3,33 dan
16,9.
Detektor GM termasuk detektor yang "lambat" sehingga untuk pencacahan
aktivitas tinggi, hasil cacahnya harus dikoreksi terhadap waktu mati (τ) detektor tersebut,
yang dapat ditentukan dengan persamaan 3. berikut ini:
R1 + R 2 − R12 − R b
τ=
(𝑅12 )2 − (𝑅1 )2 − (𝑅2 )2

Ket:
τ = Waktu mati detector (menit atau detik)
𝑅1 = Laju cacah sumber 1 (cps)
𝑅2 = Laju cacah sumber 2 (cps)
𝑅12 = Laju cacah sumber 1 dan sumber bersama-sama (cps)
𝑅𝑏 = Laju cacah latar belakang (cps)

Adapun untuk mengoreksi hasil cacah terhadap waktu digunakan persamaan 4.


berikut ini:
𝑅0
𝑅𝑐 =
1 − 𝑅0 . τ
Ket:
𝑅𝑐 = Laju cacah setelah dikoreksi (menit atau detik)
𝑅0 = Laju cacah hasil pengamatan (menit atau detik)

Oleh karena tidak seluruh radiasi yang dilepaskan sumber dapat tercacah oleh
detektor, maka perlu menentukan efisiensi detektor yang menunjukkan korelasi antara nilai
cacah yang ditunjukkan sistem pencacah GM dan aktifitas sumber sebenarnya. Nilai
efisiensi ini dapat ditentukan dengan persamaan 5. berikut ini:

𝑅
𝜂=
𝐴. 𝑝
Ket:
𝜂 = Efisiensi detektor
𝑅 = Laju cacah (cpd)
𝐴 = Aktivitas Sumber sebenarnya (Bq)
𝑝 = Probabilitas pemancaran radiasi
Nilai efisiensi dari setiap detektor sangat dipengaruhi oleh faktor geometri antara
sumber dan detektor, sehingga apabila jarak antara sumber dan detektor berubah, nilai
efisiensinya juga berubah.
BAB II

METODE PRAKTIKUM

I. Alat dan Bahan


1. Detektor Geiger Muller
2. Inverter, berfungsi untuk membalik pulsa negatif yang dihasilkan oleh detektor Geiger
Muller .
3. Tegangan Tinggi (High Voltage), berfungsi untuk mencatu tegangan tinggi detektor.
4. Pencacah (Counter), berfungsi untuk mencacah jumlah pulsa yang dihasilkan sistem
pencacah .
5. Sumber Standar, berfungsi sebagai sumber radiasi yang sudah diketahui aktifitas
awalnya.
6. Sumber yang akan ditentukan aktivitasnya.

II. Langkah Kerja


a. Menentukan Daerah Plato
1. Hubungkan detektor GM, counter dan PC seperti. Nyalakan PC dan Counter seperti
gambar 2.

2. Catat informasi sumber radiaoaktif yang digunakan (aktivitas, waktu paro, dan
waktu awal)
3. Letakkan sumber Sr pada posisi sejajar dengan detector GM pada jarak tertentu.
Ukur jarak sumber dan detector.
4. Nyalakan PC. Buka software “STX”.
5. Pilih menu Experiment → Plateu
6. Tentukan rentang tegangan dari 700 sampai 1200 V, dengan step voltage 50 V dan
time per step 60 detik. Klik show graph untuk menampilkan grafik pencacahan
secara langsung. Klik RUN
7. Catat hasil cacahan dan buat grafik cacahan untuk menentukan tegangan kerja.
8. Tegangan kerja didapat dari 1/3 sampai ½ lebar plato.

Catatan. - Untuk pencacahan selanjutnya tegangan tinggi diatur tetap pada tegangan
kerja.

b. Menguji Kestabilan Sistem Pencacah


1. Untuk mengetahui laju cacah latar belakang, dilakukan pencacahan selama 4 menit
tanpa menggunakan sumber radiasi. Nilai yang diperoleh merupakan cacahan latar
belakang yang akan digunakan dalam perhitungan selanjutnya.
2. Sebuah sumber radiasi diletakkan di tempat pencacahan.
3. Penala waktu diatur untuk pencacahan 1 menit.
4. Pencacahan dilakukan sebanyak 10 kali atau lebih sesuai dengan perintah asisten
dan catat nilai cacahnya.

c. Menentukan Waktu Mati Detektor


1. Persiapkan sumber radiasi 2 buah ( R1 dan R2).
2. Penala waktu diatur untuk pencacahan 1 menit.
3. Pencacahan dilakukan masing-masing sebanyak 3 kali untuk sumber 1, sumber 1
dan sumber 2 bersama-sama dan berikutnya sumber 2 sendiri. Catatan - Posisi
sumber 1 dan sumber 2 pada masing-masing pencacahan hendaknya tidak berubah.

d. Menentukan Efisiensi Detektor


1. Sumber radiasi beta (Tl-204) yang sudah diketahui aktivitas awalnya diletakkan di
ruang pencacahan.
2. Penala waktu diatur untuk pencacahan 10 menit.
3. Pencacahan dilakukan cukup 1 kali.
e. Menentukan Aktivitas Suatu Sumber
1. Suatu sumber radiasi beta (dari asisten) diletakkan di ruang pencacahan.
Detektor
2. Penala waktu diatur untuk pencacahan 10 menit.
3. Pencacahan dilakukan sebanyak 10 kali.
BAB III

DATA DAN ANALISIS

I. Data Praktikum
• Sumber Radiasi = Sr-90

𝐴0 = 0,1 𝜇𝐶𝑖 = 0,1 × 10−6 𝐶𝑖

𝐴0 = 0,1 × 10−6 × 3,7 × 1010 = 3,7 × 103 𝐵𝑞

𝑇1/2 = 28,8 tahun

𝑡 = 5 tahun
• Aktivitas sumber Sr-90
−0,693
. 𝑡
𝑇1/2
𝐴 = 𝐴0 . 𝑒
−0,693
. 5
𝐴 = 3,7 × 103 . 𝑒 28,8

𝐴 = 3280,58 𝐵𝑞

II. Analisis Data


1. Penentuan Daerah Plato
• Sumber Radiasi = Sr-90
• Waktu = 60 detik
• Jangkauan Minimal = 750 V

Count (R)
No. HV (V)
(cps)
1. 700 0
2. 750 6473
3. 800 7483
4. 850 8276
5. 900 8703
6. 950 8939
7. 1000 9587
Count (R)
No. HV (V)
(cps)
8. 1050 10675
9. 1100 15743
10. 1150 42950
11. 1200 206037

• Jangkauan minimal daerah plato: 750 V


Jarak sumber ke detektor (d) = 1 cm
• Daerah Plato (Kenaikan jumlah cacah berbentuk linier) :
𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑃𝑙𝑎𝑡𝑜 = 1050 − 750 = 300 𝑉
• Tegangan Kerja:
𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑜
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑢𝑎𝑛 min 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑜 +
2
300
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 750 + = 900 𝑉
2

Gambar 3. Grafik Jangkauan Daerah Plato


Gambar 4. Daerah Plato

2. Penentuan Waktu Mati Detektor


• Waktu Cacah = 60 detik
• Sumber Radiasi 1 = Sr-90
• Sumber Radiasi 2 = Cs-137

Cacah Cacah Cacah


Cacah Cps
Sumber Sumber Cps Latar Cps
No. Sumber Cps Sr-90 Sumber
1&2 2 (𝑹𝟐 ) Co-60 Belakang Latar
1(𝑹𝟏 ) 1,2
(𝑹𝟏𝟐 ) (𝑹𝑩 )
1. 7708 128,467 7212 120,2 1260 21 52 0,867
2. 7914 131,9 7647 127,45 1270 21,167 35 0,583
3. 8058 134,3 7394 123,23 1256 20,93 46 0,767
4. 7801 130,0167 7423 123,7167 1242 20,7 41 0,683
5. 7735 128,9167 7449 124,15 1217 20,283 41 0,683
𝑅̅ 130,72008 123,74934 20,816 0,7166
Gambar 5. Waktu mati detector dengan sumber Sr-90

Gambar 6. Waktu mati detector dengan sumber Sr-90

• Menghitung Waktu Mati Detektor

̅̅̅
𝑅1 + ̅̅̅𝑅2 − ̅̅̅̅̅
𝑅12 − ̅̅̅̅
𝑅𝐵
𝜏=| |
̅̅̅̅̅̅
𝑅 2 − ̅̅̅̅̅
𝑅 2 − ̅̅̅̅̅
𝑅 2
12 1 2
130,72 + 20,816 − 123,75 − 0,72
𝜏=| |
(123,75)2 − (130,72)2 − (20,816)2
𝜏 = 0,012 𝑠
3. Penentuan Efisiensi Detektor
• Waktu Cacah = 5 menit = 300 detik
• Sumber Radiasi = Sr-90

No. HV (V) Count (cps) (𝑅𝑜 )


1. 900 40601 135,34

Gambar 7. Efisiensi detektor

𝑅𝑜 = 135,34

−0,693
𝑇1/2 . 𝑡
𝐴 = 𝐴0 . 𝑒

−0,693
. 5
𝐴 = 3,7 × 103 . 𝑒 28,8

𝐴 = 3280,58 𝐵𝑞

𝑅𝑜
|𝑅𝑒𝑓𝑓 = |
(1 − 𝑅𝑜 . 𝜏 )

135,34
𝑅𝑒𝑓𝑓 = | | = 216,86
1 − (135,34 × 0,012)
• Menghitung Efisiensi Detektor

𝑅𝑒𝑓𝑓
𝜂=
𝐴. 𝑝

216,86
𝜂=
3280,58 × 100%

𝜂 = 0,066

4. Penentuan Aktivitas Sumber Radiasi Sebenarnya


• Sumber Radiasi = Sr-90
• Waktu Cacah = 60 detik

No. HV (V) Count (𝑅) (cps)


1 900 8206 136,77
2 900 8127 135,45
3 900 8160 136,00
4 900 8241 136,35
5 900 8293 138,22
6 900 8176 136,27
7 900 8188 136,47
8 900 8090 134,83
9 900 8200 136,67
10 900 8370 139,50

𝑅̅ 136,75
Gambar 8. Aktivitas Sumber Radiasi Sebenarnya

𝑅̅ = 136,75

𝑝 ≈ 100 (Probabilitas pemancar gamma)

𝑅̅
|𝑅𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = |
1 − (𝑅̅ × 𝜏)

136,75
𝑅𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 − (136,75 × 0,012)

𝑅𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 213,34 cps

𝜂 = (𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑡𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 3)

𝜂 = 0,066

𝑝 ≈ 100%

• Menghitung Aktivitas Sumber Radiasi Sebenarnya


𝑅𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑅 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 =
𝜂 ×𝑝

213,34
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑅 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 = = 3232,42 𝐵𝑞
0,066 × 100%
BAB IV

PENUTUP

I. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan daerah plato dan menentukan
tegangan kerja detector, menguji kestabilan sistem pencacah yang digunakan,menentukan
waktu mati detector, menentukan efisiensi detector dan menentukan aktivitas suatu sumber
radiasi.
Pada percobaan pertama yaitu penentuan daerah plato menggunakan sumber Sr-90.
Dimana percobaan ini untuk menentukan tegangan kerja detector. Sebelum mencari
tegangan kerja detector harus diketahui bentuk platonya. Plato diperoleh dari hasil cacah
dengan waktu cacah yang ditentukan menggunakan tegangan tinggi yang dapat diatur.
Nilai cacah diperoleh pada setiap perubahan tegangan. Daerah plato sebesar 300 V.
sehingga didapatkan nilai tegangan kerja sebesar 900 V.

Pada percobaan kedua yaitu penentuan waktu mati detector menggunakan sumber
radiasi Sr-90 dan Cs-137. Waktu mati detector adalah dimana detector tidak dapat
mencacah lagi sumber radiasi yang masuk. Untuk mengetahui waktu mati harus dilakukan
pencacahan dua buah sumber radiasi yang harus dicacah sendiri-sendiri dan dicacah secara
bersamaan serta dilakukan pencacahan background (latar belakang). Pada praktikum kali
ini didapatkan nilai waktu mati detector sebesar 𝜏 = 0,012 𝑠.

Pada percobaan ketiga yaitu penentuan efisiensi detektor menggunakan sumber


radiasi Sr-90 dengan waktu cacah 5 menit (300 detik). Pada saat pencacahan, tidak semua
radiasi yang dilepaskan sumber dapat tercacah oleh detektor, maka perlu menentukan
efisiensi detektor yang menunjukkan korelasi antara nilai cacah yang ditunjukkan sistem
pencacah Gieger Muller dan aktifitas sumber sebenarnya. Didapatkan hasil perhitungn
efisiensi detektor sebesar 𝜂 = 0,066. Dari percobaan ini dapat diketahui bahwa semakin
kecil nilai efisiensi maka detektor yang digunakan semakin buruk. Nilai efisiensi dari setiap
detektor juga sangat dipengaruhi oleh faktor geometri antara sumber dan detektor, sehingga
apabila jarak antara sumber dan detektor berubah, nilai efisiensinya juga berubah.
Pada percobaan keempat yaitu penentuan aktifitas sumber radiasi sebenarnya
menggunakan sumber radiasi Sr-90 dengan waktu pencacahan 60 detik. Dan didapatkan
nilai aktifitas sumber sebesar 3232,42 𝐵𝑞 dengan nilai Raktivitas adalah 213,34 cps

II. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Tegangan kerja (HV) yang diberikan pada detaktor GM dapat mempengaruhi laju
cacah yang dihasilkan.
2. Penggunaan detector secara terus menerus dapat membuat detector menjadi tidak stabil
3. Jarak antara sumber dan detector mempengaruhi nilai efisiensinya.
4. Detektor GM merupakan detektor yang "lambat" sehingga untuk pencacahan aktivitas
tinggi tidak semua paparan radiasinya dapat tercacah sehingga hasil cacahnya harus
dikoreksi terhadap waktu mati (τ) detector.
5. Efisiensi detector Geiger Muller adalah 0,066 cps/Bq
6. Besarnya sumber aktivitas sebenarnya adalah 3232,42 𝐵𝑞. Dimana praktikan
memakai sumber radiasi Sr-90 dengan waktu cacah 60 s dan waktu paro 28,8 tahun
DAFTAR PUSTAKA

Petunjuk Praktikum ADPR. Yogyakarta: Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia


LAMPIRAN
Sumber Radiasi yang digunakan adalah Sr-90 dan Cs-137

Anda mungkin juga menyukai