Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM ALAT DETEKSI DAN

PENGUKURAN RADIASI

“Judul Percobaan : Karakteristik Detektor Geiger Muller”

Disusun Oleh :

Nama : Ira Palupi


NIM : 022000021
Tgl. Praktikum : 23 Mei 2022
Asisten : Risky Nurseila K, M. Sc
Kelompok :4
Teman kerja : 1. Ibnu Idqan NIM. 022000020
2. Izatul Fadhila NIM. 022000022
3. M Arfin Hussein NIM. 022000024

PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA INSTRUMENTASI


POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
2022
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
ALAT DETEKSI DAN PENGUKURAN RADIASI

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Judul Percobaan


Praktikum ini terdapat 5 (lima) macam percobaan, di antaranya:
a. Percobaan 1 : Penentuan Daerah Plato.
b. Percobaan 2 : Pengujian Kestabilan Sistem Pencacah.
c. Percobaan 3 : Penentuan Waktu Mati Detektor.
d. Percobaan 4 : Penentuan Efisiensi Detektor.
e. Percobaan 5 : Penentuan Aktivitas Sumber Radiasi Sebenarnya.

I.2. Tujuan
Tujuan umum dari praktikum ini ialah agar mahasiswa mampu mengetahui
karakteristik detektor Geiger Muller, seperti landau plato, tegangan kerja, kestabilan,
dan efisiensi detektor, serta mampu melakukan pencacahan radiasi menggunakan
sistem pencacah dengan detektor Geiger Muller. Adapun tujuan operasionalnya
adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa mampu menggambar daerah plato serta menentukan tegangan kerja
detektor.
b. Mahasiswa mampu menguji kstabilan sistem pencacah yang digunakan.
c. Mahasiswa mampu menentukan waktu mati detektor.
d. Mahasiswa mampu menentukan efisiensi detektor.
e. Mahasiswa mampu menentukan aktivitas suatu sumber radiasi.
BAB II
DASAR TEORI

Detektor Geiger Muller merupakan detektor yang sangat banyak digunakan baik
sebagai sistem pencacahan maupun dalam kerja lapangan (surveymeter). Detektor ini
termasuk keluarga detektor tabung isian gas yang bekerja berdasarkan ionisasi gas.
Keuntungan dari detektor ini dapat menghasilkan pulsa listrik yang relatif besar
dibandingkan dengan detektor jenis lain akan tetapi detektor ini tidak dapat membedakan
energi radiasi yang mengenainya.
Tegangan kerja (HV) yang diberikan pada detektor GM dapat memengaruhi laju
cacah yang dihasilkan. Hal ini merupakan salah satu karakteristik dari setiap detektor GM.
Adapun perubahan laju cacahnya mengikuti kurva karakteristik seperti gambar 1 berikut ini,
dimana tegangan kerja detektor dipilih pada daerah plato atau tepatnya pada 1/3 lebar plato.

Gambar 1. Kurva Plato Detektor GM


Kemiringan daerah plato juga perlu diketahui untuk melihat kehandalan detektor.
Hal ini dapat ditentukan dengan persamaan 1 di bawah ini :
𝑅 −𝑅
2 1
𝐿𝑝 = (𝑉 −𝑉 × 100 % (1)
2 )𝑅1 1

Dengan,
Lp : Kemiringan plato (% per volt atau % per 100 volt)
R1 : Laju cacah pada awal daerah plato 1 V (cpm atau cps)
R2 : Laju cacah pada akhir daerah plato 2 V (cpm atau cps)
Nilai kemiringan yang masih dianggap baik adalah lebih kecil daripada 0,1 % per
volt atau 100 % per 100 volt.
Kestabilan suatu alat ukur radiasi dapat ditentukan dengan menggunakan prinsip
‘Chi Square Test’. Nilai chi-square dapat dihitung dengan persamaan 2 di bawah ini :
1
𝑋 2 = 𝑅̅ ∑𝑛1(𝑅𝑖 − 𝑅̅ ) 2 (2)

Dengan,
X2 : Nilai chi-square
𝑅̅ : Laju cacahan rata-rata (cpm)
𝑅𝑖 : Laju cacahan setiap pengukuran (cpm)
Untuk pengujian dengan melakukan 10 kali pengukuran berulang (N = 10), sistem
pencacah masih dapat dikatakan stabil bila nilai chi-square nya berkisar antara 3.33 dan
16.9.
Detektor GM termasuk detektor yang “lambat” sehingga untuk pencacahan aktivitas
tinggi, hasilnya harus dikoreksi terhadap waktu mati (τ) detektor tersebut, yang dapat
ditentukan dengan persamaan 3 berikut ini :
𝑅̅1 + 𝑅̅2 −𝑅̅12 −𝑅̅𝑏
τ= 2 −𝑅 ̅12 − 𝑅̅22
(3)
𝑅̅12

Dengan,
τ :Waktu mati detektor (menit atau detik)
R1 : Laju cacah sumber 1 (cps)
R2 : Laju cacah sumber 2 (cps)
R12 : Laju cacah sumber 1 dan sumber 2 bersama-sama (cps)
Rb : Laju cacah latar belakang (cps)
Adapun untuk mengoreksi hasil cacah terhadap waktu digunakan persamaan 4,

𝑅𝑜
𝑅𝑐 = 𝑅 (4)
𝑜− τ

Dengan,
Rc : Laju cacah setelah dikoreksi (menit atau detik)
Ro : Laju cacah hasil pengamatan (menit atau detik)
Oleh karena tidak seluruh radiasi yang dilepaskan sumber dapat tercacah oleh
detektor, maka perlu menentukan efisiensi detektor yang menunjukkan korelasi antara nilai
cacah yang ditunjukkan sistem oencacah GM dan aktivitas sumber sebenarnya. Nilai
efisiensi ini dapat ditentukan dengan persamaan 5.
𝑅
η = 𝐴. (5)
𝑝

Dengan,
𝜂 : Efisiensi detektor (cps/Bq)
R : Laju cacah (cps)
A : Aktivitas sumber sebenarnya (Bq)
p : Probabilitas pemancaran radiasi
Nilai efisiensi dari setiap detektor sangat dipengaruhi oleh faktor geometri antara
sumber dan detektor, sehingga apabila jarak antara sumber dan detektor berubah, nilai
efisiensinya juga berubah.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1. Alat dan Bahan


Alat atau perangkat yang digunakan pada praktikum alat deteksi pengukuran
radiasi, dengan judul “Karakteristik Detektor GM” diantaranya:
a. Detektor Geiger Muller (GM)
b. Inverter, berfungsi untuk membalik pulsa negative yang dihasilkan oleh
detektor GM.
c. PC/komputer yang telah terinstall software ST360, sebagai sistem akuisisi
pencacahan.
d. High Voltage atau tegangan tinggi, berfungsi untuk mencatu tegangan tinggi
detektor.
e. Counter atau pencacah, berfungsi untuk mencacah jumlah pulsa yang
dihasilkan sistem pencacah.
f. Timer.
g. Bin dan catu daya.
h. Kabel koaksial.
i. Sumber standar dan sumber radiasi yang akan ditentukan aktivitasnya (Sr-90
dan Cs-137).

III.2. Langkah Kerja


III.2.1. Percobaan 1 : Penentuan Daerah Plato
a. Detektor GM dihubungkan dengan counter dan PC, lalu PC dan counter
dinyalakan seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema Percobaan Detektor Geiger Muller


b. Informasi sumber radioaktif yang digunakan, seperti aktivitas, waktu paruh,
dan waktu awal dicatat.
c. Sumber Sr-90 diletakkan pada posisi sejajar dengan detektor GM pada jarak
tertentu. Kemudian jarak sumber dan detektor diukur.
d. PC dinyalakan dan Software “STX” dibuka.
e. Kemudian menu experiment dan plateu dipilih.
f. Setelah itu, rentang tegangan 750 sampai 1050 V, dengan step voltage 50 V
dan time per step 60 detik. dan menu show graph diklik untuk menampilkan
grafik pencacahan secara langsung. Kemudian menu RUN diklik.
g. Terakhir, hasil cacahan dicatat dan grafik cacahan dibuat untuk menentukan
tegangan kerja, dimana tegangan kerja diperoleh dari 1/3 sampai ½ lebar plato.
Catatan :
Untuk pencacahan selanjutnya tegangan tinggi diatur tetap pada tegangan
kerja.

III.2.2. Percobaan 2 : Pengujian Kestabilan Sistem Pencacah


a. Untuk mengetahui laju cacah latar belakang, dilakukan pencacahan selama 60
detik tanpa menggunakan sumber radiasi. Nilai yang diperoleh merupakan
cacahan latar belakang yang akan digunakan dalam perhitungan selanjutnya.
b. Sebuah sumber radiasi diletakkan di tempat pencacahan.
c. Penala waktu diatur untuk mencacahan 1 menit.
d. Pencacahan dilakukan sebanyak 10 kali atau lebih sesuai dengan perinta asisten
dan nilai cacahnya dicatat,

III.2.3. Percobaan 3 : Penentuan Waktu Mati Detektor


a. Dua buah sumber radiaisi (Sr-90 dan Cs-137) disiapkan.
b. Penala waktu diatur untuk pencacahan 1 menit.
c. Pencacahan dilakukan masing-masing sebanyak 3 kali untuk sumber 1, sumber
1 dan sumber 2 bersama-sama, dan berikutnya sumber 2 sendiri.
Catatan :
Posisi sumber 1 dan sumber 2 pada masing-masing pencacahan hendaknya
tidak berubah.
III.2.4. Percobaan 4 : Penentuan Efisiensi Detektor
a. Sumber radiasi yang telah diketahui aktivitas awalnya (Sr-90 dan Cs-137)
diletakkan di ruang pencacahan.
b. Penala waktu diatur untuk pencacahan 5 menit atau 300 detik.
c. Pencacahan dilakukan cukup 1 kali.

III.2.5. Percobaan 5 : Penentuan Aktivitas Sumber Radiasi


Sebenarnya
a. Suatu sumber radiasi diletakkan di ruang pencacahan.
b. Penala waktu diatur untuk pencacahan 60 detik di setiap pencacahan.
c. Pencacahan dilakukan sebanyak 10 kali.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

IV.1. Analisis Data


IV.1.1. Percobaan 1 : Penentuan Daerah Plato

Gambar 3. Grafik Jumlah Cacah per Detik terhadap Tegangan

No. HV Count Sumber Radiasi : Sr-90


(Volt) (R) (cps) Jangkauan minimal daerah plato : 850 Volt
1. 750 92.35
2. 800 99.7 Daerah Plato (kenaikan jumlah cacah berbentuk linear) : 𝑉2 − 𝑉1 =
3. 850 108.82 1000 𝑣𝑜𝑙𝑡 − 900 𝑣𝑜𝑙𝑡 = 100 𝑣𝑜𝑙𝑡
𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑜
4. 900 117.85 Tegangan kerja : 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑢𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑜 + 2
100 𝑣𝑜𝑙𝑡
5. 950 121.75 850 𝑣𝑜𝑙𝑡 +
2
= 900 𝑣𝑜𝑙𝑡
𝑅 −𝑅
6. 1000 128.82 2
Kemiringan : 𝐿𝑝 = (𝑉 −𝑉 1
× 100 %
2)𝑅 1 1
7. 1050 135.72 128.82−117.85
𝐿𝑝 = (100)117.85
× 100 % = 0.093 % 𝑝𝑒𝑟 𝑣𝑜𝑙𝑡

Tabel 1. Data Penentuan Daerah Plato


IV.1.2. Percobaan 2 : Penentuan Kestabilan Sistem Pencacah
Sumber Radiasi : Sr-90 Tegangan Kerja : 900 Volt
No. Count Count Waktu Cacah = 1 menit = 60 detik
𝑛
(R) (cpm) (R) (cps) 1
𝑋 2 = ∑(𝑅𝑖 − 𝑅̅ ) 2
1. 7045 117.42 𝑅̅
1
2. 7178 119.63 Perhitungan Chi-Square Test dalam cps :
3. 7153 119.22 1
𝑋 2 = 118.6 ∑𝑛1(117.42 − 118.6) 2 + (119.63 – 118.6) 2 + (119.22 –
4. 7028 117.13
118.6) 2 + (117.13 – 118.6) 2 + (119.03 – 118.6) 2 +
5. 7142 119.03 (117.27 – 118.6) 2 + (121.02 – 118.6) 2 + (118.07 – 118.6) 2 +
6. 7036 117.27 (117.55 – 118.6) 2 + (119.68 − 118.6) 2
7. 7261 121.02 1
𝑋2 = × 15.3586
8. 7084 118.07 118.6
𝑋 2 = 0.13 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)
9. 7053 117.55
𝑋 2 = 7.77 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
10. 7181 119.68
𝑅̅ 7116.1 118.6
Tabel 2. Data Pengujian Kestabilan Sistem Pencacah

IV.1.3. Percobaan 3 : Penentuan Waktu Mati Detektor


Waktu Cacah : 60 detik Sumber Radiasi 1 : Sr-90 Sumber Radiasi 2 : Cs-137

No. Cacah Sumber 1 Cacah Sumber 1 Cacah Sumber 2 Cacah Latar


(R1) dan 2 (R12) (R2) Belakang (RB)
1. 119.53 102.33 5.48 0.85
2. 120.06 101.03 4.72 0.9
3. 118.78 101.2 5.42 0.85
4. 116.5 101.95 4.92 0.97
5. 115.35 99.78 5.9 0.73
𝑅̅ 118.04 101.258 5.29 0.86
τ 𝑅̅1 + 𝑅̅2 − 𝑅̅12 − 𝑅̅𝑏
τ=
𝑅̅12
2
− 𝑅̅12 − 𝑅̅22
118.04 + 5.29 − 101.258 − 0.86
τ= = 0.00572 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
(101.258)2 − (118.04)2 − (5.29)2

Tabel 3. Data Penentuan Waktu Mati Detektor


IV.1.4. Percobaan 4 : Penentuan Efisiensi Detektor
Waktu Cacah : 5 menit atau 300 detik
Sumber Radiasi : Sr-90
No. HV (Volt) Count (Ro) (cps)
1. 900 122.47
RO = 122.47 cps
𝐴0 = 3700 Bq
t = waktu sumber radiasi dibuat sampai tahun terakhir digunakan = 4.6 tahun
T1/2 = 28.8 tahun
1/2
𝐴 = 𝐴0 . 𝑒 −0.693.𝑡/𝑇
𝐴 = 3700 × 𝑒 −0.693 ×4.6 / 28.8
𝐴 = 3312.31 𝐵𝑞
𝑝 ≈ 100 % ≈ 1
𝑅𝑜
𝑅𝑒𝑓𝑓 = | |
1 − 𝑅𝑜 τ
122.47
𝑅𝑒𝑓𝑓 = | |
1 − 122.47 × 0.00572
𝑅𝑒𝑓𝑓 = 408.95 cps
𝑅
η=
𝐴. 𝑝
408.95
η=
3312.31 × 1
η = 0.123 cps/Bq
Tabel 4. Data Penentuan Efisiensi Detektor
IV.1.5. Percobaan 5 : Penentuan Aktivitas Sumber Radiasi Sebenarnya
Sumber Radiasi : Sr-90
Waktu Cacah : 60 detik
No. HV (Volt) Count (R) (cps)
1. 900 120.98 R = 123 cps
2. 900 121.41 𝑝 ≈ 100 % ≈ 1
3. 900 123.13 𝑅
𝑅 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = | |
1−𝑅τ
4. 900 122.18
123
5. 900 121.75 𝑅 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = | |
1 − 123 × 0.00572
6. 900 126.28 𝑅 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 414.92 cps
7. 900 123.48
8. 900 125.82 η = 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑡𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 4
9. 900 121.63 η = 0.123
10 900 123.37 𝑝 ≈ 100 % ≈ 1
𝑅 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑅 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 =
𝜂𝑝
414.92
𝑅̅ 900 123 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑅 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 =
0.0123 × 1
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑅 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 = 3373.3 𝐵𝑞
Tabel 5. Data Penentuan Aktivitas Sumber Radiasi Sebenarnya

Perbandingan atau Nilai Penyimpangan Aktivitas Sumber dengan Aktivitas Sumber


Sebenarnya (Sr-90)
Diketahui :
Aktivitas Sr-90 Sebenarnya (Percobaan 5) = 3373.3 Bq
Aktivitas Sr-90 (percobaan 4) = 3312.31 Bq
Ditanya :
Nilai penyimpangan (%) ?
Jawab :
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑅 − 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑅 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%) = × 100 %
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑅

3312.31 − 3373.3
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%) = × 100 % = 1.84 %
3312.31
IV.2. Pembahasan
Secara instruksional, tujuan dari praktikum Alat Deteksi dan Pengukuran Radiasi
dengan judul “Karakteristik Detektor Geiger Muller” bertujuan agar mahasiswa sebagai
praktikan mampu mengetahui karakteristik detektor GM, yang meliputi landau plato,
tegangan kerja, kestabilan, serta efisiensi detektor GM. Maka, untuk mencapai tujuan
instruksional tersebut, praktikum dilakukan sebanyak 5 (lima) macam percobaan.

Percobaan pertama merupakan penentuan daerah plato. Pada prinsipnya, daerah


plato disebut juga sebagai daerah tegangan kerja detektor Geiger Muller, dimana panjang
atau lebar plato yang baik adalah 100 s.d. 200 volt dan memiliki kemiringan (slope) yang
kecil atau tidak lebih besar dari 0.1 % per volt dan tidak lebih besar dari 100 % per 100 volt.
Melalui penggunaan sumber radiasi standar Sr-90 dan tegangan tinggi (HV) dari 750 s.d.
1050 volt dengan range 50 volt, jumlah cacahan per detik terhadap tegangan dinyatakan
dalam bentuk grafik pada gambar 3. Bahwa berdasarkan grafik tersebut, dapat ditentukan
jangkauan minimal daerah plato sebesar 850 volt, untuk memperoleh panjang daerah plato
sebenarnya sebagai kenaikan jumlah cacah berbentuk linear yaitu sebesar 1000 volt – 900
volt = 100 volt. Sehingga melalui nilai pada data hasil percobaan yang telah diketahui,
𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑜
tegangan kerja dapat dihitung menggunakan persamaan 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑢𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑎𝑡𝑜 +
2

dan diperoleh hasil sebesar 900 volt. Dimana, tegangan kerja ini dapat memengaruhi laju
cacah yang dihasilkan dan akan berfungsi sebagai tegangan kerja (HV) dalam menguji
kestabilan sistem pencacah, efisiensi detektor, dan aktivitas sumber radiasi. Sementara itu,
𝑅2 −𝑅1
kemiringan plato dapat dihitung melalui persamaan (𝑉2 −𝑉1 )𝑅1
× 100 % dan diperoleh hasil
sebesar 0.093 % per volt. Dengan demikian, nilai kemiringan plato pada percobaan ini
menunjukkan bahwa detektor GM sudah cukup baik dan handal dalam proses pencacahan.

Pada percobaan kedua, yakni pengujian kestabilan sistem pencacah. Pengujian ini
menggunakan Chi-Square Test atau metode yang digunakan untuk menguji apakah
sekumpulan data mengikuti distribusi Gauss atau tidak. Dimana untuk 10 kali pengukuran
berulang, sistem pencacah dapat dikatakan stabil, jika nilai Chi-Square Test nya berkisar
antara 3.33 sampai dengan 16.9 dalam cacahan per menit (cpm). Sementara itu, berdasarkan
10 data pencacahan yang telah dilakukan setiap 1 menit (60 detik), diperoleh nilai Chi-
Square Test sebesar 7.77 dalam energi cacahan per menit. Artinya nilai ini menyatakan
bahwa sistem pencacah atau detektor masih stabil dalam melakukan pencacahan sumber
radiasi standar Sr-90.
Kemudian, pada percobaan ketiga atau penentuan waktu mati detektor, digunakan 2
(dua) jenis sumber radiasi standar, yakni Sr-90 sebagai sumber radiasi pertama dan Cs-137
sebagai sumber radiasi kedua, dengan waktu pencacahan 60 detik. Umumnya, kedua sumber
radiasi ini memiliki aktivitas yang cukup tinggi, sedangkan detektor GM termasuk ke dalam
detektor yang lambat, sehingga hasil cacah kedua sumber radiasi memerlukan koreksi
terhadap waktu mati (dead time) atau ketika detektor tidak lagi mampu mendeteksi,
membedakan, dan mencatat pencacahan sumber radiasi yang datang. Penentuan waktu mati
detektor GM pada percobaan ini, diawali dengan pencacahan sumber radiasi Sr-90,
kemudian pencacahan 2 (dua) sumber radiasi Sr-90 dan Cs-137 secara bersamaan,
dilanjutkan dengan pencacahan sumber radiasi Cs-137, dan terakhir pencacahan latar
belakang atau tanpa sumber radiasi. Dengan demikian, berdasarkan nilai-nilai pada data hasil
𝑅̅1 + 𝑅̅2 −𝑅̅12 −𝑅̅𝑏
percobaan, diperoleh waktu mati detektor melalui persamaan τ = 2 −𝑅
𝑅̅12 ̅12 − 𝑅̅22
yakni sebesar

0.00572 detik.
Selanjutnya, percobaan keempat yakni penentuan efisiensi detektor dengan
menggunakan sumber radiasi standar Sr-90 dalam waktu cacah 5 (lima) menit atau 300 detik.
Efisiensi detektor perlu ditentukan, karena tidak seluruh radiasi yang dilepaskan sumber
dapat tercacah oleh detektor. Selain menunjukkan kemampuan detektor dalam menangkap
dan mencacah radiasi yang dipancarkan oleh sumber radiasi standar, efisiensi detektor juga
menunjukkan adanya suatu korelasi antara nilai cacah yang ditunjukkan oleh detektor GM
dan aktivitas sumber. Perlu diketahui bahwa Ao (aktivitas awal) Sr-90 sebesar 3700 Bq,
1/2
sehingga melalui perhitungan aktivitas sumber dengan persamaan 𝐴0 . 𝑒 −0.693.𝑡/𝑇 diperoleh
3312.31 Bq. Dengan demikian, nilai efisiensi detektor dapat ditentukan menggunakan
𝑅
persamaan η = 𝐴 . dan dihasilkan nilai efisiensi sebesar 0.123 cps/Bq. Dimana, nilai
𝑝

efisiensi dari setiap detektor pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh faktor geometri antara
sumber dan detektor, sehingga apabila jarak antara sumber dan detektor berubah, maka nilai
efisiensinya juga berubah.
Terakhir, yakni percobaan penentuan aktivitas sumber radiasi standar Sr-90 yang
sebenarnya, dalam waktu cacah 60 detik. Berdasarkan nilai data hasil percobaan dan
perhitungan, diperoleh laju cacahan rata-rata dalam 10 kali pengukuran sebesar 123 cps.
Selanjutnya, dari nilai laju cacahan rata-rata ini, maka laju cacah aktivitas dapat dihitung dan
diperoleh hasil sebesar 414.92 cps. Sementara itu, untuk menentukan nilai aktivitas sumber
𝑅 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
radiasi Sr-90 yang sebenarnya yakni melalui persamaan , sehingga diperoleh nilai
𝜂𝑝

aktivitas Sr-90 yang sebenarnya sebesar 3373.3 Bq. Hasil tersebut kemudian dibandingkan
dengan hasil perhitungan aktivitas sumber pada percobaan keempat. Besarnya nilai
perbandingan dapat ditentukan melalui formula penyimpangan atau error (%), dengan
perolehan nilai penyimpangan sebesar 1.84 %. Presentase nilai penyimpangan yang tidak
lebih dari 5 % ini menyatakan perbedaan yang tidak terlalu signifikan, artinya aktivitas Sr-
90 masih dalam kisaran aktivitas awalnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan-percobaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan:
a. Salah satu karakteristik utama detektor Geiger Muller adalah pada tegangan
kerja. Dimana, tegangan kerja (HV) yang diberikan pada detektor dapat
memengaruhi laju cacah yang dihasilkan.
b. Detektor GM yang digunakan pada percobaan ini cukup baik dan handal dalam
proses pencacahan, dikarenakan memiliki lebar plato 100 volt dan kemiringan
sebesar 0.0093 % per volt. Hal ini sesuai dengan kaijan teori, bahwa lebar
plato yang baik adalah 100 s.d. 200 volt dan detektor yang handal ialah detektor
dengan kemiringan tidak lebih besar dari 0.1 % per volt atau tidak lebih besar
dari 100 % per 100 volt.
c. Dalam cacahan per menit, sistem pencacah pada percobaan ini sudah cukup
stabil karena memiliki nilai Chi-Square Test sebesar 7.77. Hal ini sesuai
dengan kajian teori, bahwa sistem pencacah dapat dikatakan stabil, jika nilai
Chi-Square Test nya berkisar antara 3.33 sampai dengan 16.9 dalam cacahan
per menit (cpm).
d. Penentuan waktu mati detektor ketika mencacah Sr-90 dan Cs-137 perlu
dilakukan, karena sumber radiasi ini memiliki aktivitas yang cukup tinggi,
sedangkan detektor GM termasuk ke dalam detektor yang lambat, sehingga
hasil cacah kedua sumber radiasi memerlukan koreksi terhadap waktu mati.
e. Dikarenakan tidak seluruh radiasi yang dilepaskan sumber dapat tercacah oleh
detektor, maka perlu ditentukan nilai efisiensi detektor GM pada percobaan ini,
yakni sebesar 0.123 cps/Bq. Dimana, nilai ini menunjukkan kemampuan
detektor dalam menangkap dan mencacah radiasi yang dipancarkan oleh
sumber radiasi standar.
f. Perbandingan aktivitas sumber radiasi standar Sr-90 dengan aktivitas sumber
radiasi standar Sr-90 menunjukkan nilai penyimpangan sebesar 1.84 %.
Artinya tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan, atau aktivitas Sr-90 masih
dalam kisaran aktivitas awalnya.
V.2. Saran
Berdasarkan percobaan-percobaan yang telah dilakukan, maka saran yang
dapat diberikan adalah sebagai berikut:
a. Dalam melakukan percobaan dengan sumber radioaktif, sebaiknya hindari
kontak langsung untuk mencegah adanya kontaminasi. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara, meletakkan sumber radioaktif dengan menggunakan pinset.
b. Dalam proses analisis dan perhitungan data hasil percobaan, sebaiknya
dilakukan secara teliti berdasarkan referensi atau petunjuk praktikum yang
telah diajarkan dosen sebagai kajian teori. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghindari kesalahan data.
DAFTAR PUSTAKA

Trikasjono, Toto. Dkk. 2022. Petunjuk Praktikum Alat Deteksi dan Pengukuran Radiasi.
Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia. Yogyakarta
Sujadmoko. 2010. Rancang Bangun Detektor Geiger Muller. Skripsi. Universitas Sanata
Dharma. Yogyakarta
Bangun, Jorena. Dkk. 1999. Pengukuran Efisiensi Tabung Geiger Muller Counter Cacahan
ß dan ß/γ. Jurnal. Jurusan Fisika FMIPA : Universitas Sriwijaya
Lampiran 1

Gambar 4. Sumber Radiasi Standar Sr-90 dan Cs-137

Gambar 5. Pencacahan Sr-90 pada Percobaan Penentuan Daerah Plato


Lampiran 2

Gambar 6. Pencacahan Sr-90 pada Percobaan Penentuan Waktu Mati Detektor

Gambar 7. Pencacahan Cs-137 pada Percobaan Penentuan Waktu Mati Detektor


Lampiran 3

Gambar 8. Pencacahan Latar Belakang pada Percobaan Penentuan Waktu Mati Detektor

Gambar 9. Pencacahan Sr-90 pada Percobaan Penentuan Efisiensi Detektor


Lampiran 4

Anda mungkin juga menyukai