“Judul Percobaan : Uji Kebocoran Pesawat Sinar-X dan Uji Usap Kamera Gamma”
BAB I
PENDAHULUAN
I.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini terbagi menjadi tujuan instruksional umum dan
khusus, yaitu :
a. Tujuan instruksional umum : Setelah melaksanakan praktikum, mahasiswa
mampu memahami dan melaksanakan pengujian kebocoran radiasi pesawat
sinar-X.
b. Tujuan instruksional khusus : Setelah melaksanakan praktikum, mahasiswa
mampu,
- Menyebutkan definisi kebocoran pesawat Sinar-X.
- Menyebutkan batas yang diperbolehkan untuk kebocoran pesawat
sinar-X.
- Menjelaskan metoda pengujian kebocoran sinar-X.
- Melaksanakan pengukuran kebocoran pesawat sinar-X.
- Melaksanakan metoda uji usap kamera gamma.
- Menjelaskan instruksi kerja atau Standard Operating Procedure (SOP)
uji usap kamera gamma.
- Menyebutkan definisi kebocoran kamera gamma Ir-192 melalui
metode uji usap.
- Menyebutkan batas yang diperbolehkan untuk kebocoran kamera
gamma Ir-192.
BAB II
DASAR TEORI
f. Arus dan tegangan pada tabung pesawat sinar-X diatur maksimum yaitu 5 mA
dan 150 kV. Sedangkan waktu penyinaran atau penembakan diatur selama 3
(tiga) menit.
g. Setelah itu, dosimeter mini ditempatkan pada jarak 1 meter dari focal spot.
h. Saat pengoperasian pesawat sinar-X, lampu ready menyala sehingga sinar
dapat ditembakkan. Sementara itu, mahasiswa atau praktikan berada di luar
ruangan dan bersiap mengukur laju dosis pada 4 titik yang telah ditentukan
melalui denah ruang instalasi sinar-X.
Setelah itu, pengunci kamera gamma bagian belakang dibuka dan dilakukan
pengusapan pada bagian pig tail. Pada saat itu, guide tube digunakan sebagai
jalur sumber exposure, dan pengusapan dilakukan dari konektor ke kamera, sisi
bagian dalam. Terakhir, pengusapan dilakukan pada ujung kamera gamma
yang terhubung konektor. Kemudian, cotton bud sebagai alat uji usap
dimasukkan ke dalam plastik sampel dan diberi label identitas, sebagai hasil
uji kebocoran kamera gamma.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Hasil uji kebocoran radiasi pesawat sinar-X pada posisi atas (0°) jarak 1 meter dari
focal spot adalah :
𝑚𝑆𝑣 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0.004 × × 0.93 = 0.2232 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1 𝑗𝑎𝑚
Pada Posisi Kanan (90°)
a. Titik A
0.3 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.000279 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
b. Titik B
2.1 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.001953 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
c. Titik C
1.89 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.0017577 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
d. Titik D
0.45 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.0004185 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
Hasil uji kebocoran radiasi pesawat sinar-X pada posisi kanan (90°) jarak 1 meter
dari focal spot adalah :
𝑚𝑆𝑣 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0.012 × × 0.93 = 0.6696 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1 𝑗𝑎𝑚
Pada Posisi Bawah (180°)
a. Titik A
1 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.00093 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
b. Titik B
3.3 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.003069 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
c. Titik C
0.98 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.0009114 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
d. Titik D
0.73 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.0006789 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
Hasil uji kebocoran radiasi pesawat sinar-X pada posisi bawah (180°) jarak 1 meter
dari focal spot adalah :
𝑚𝑆𝑣 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0.003 × × 0.93 = 0.1674 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1 𝑗𝑎𝑚
Pada Posisi Kiri (270°)
a. Titik A
0.3 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.000279 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
b. Titik B
2.1 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0,001953 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
c. Titik C
1.89 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0,0017577 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
d. Titik D
0.45 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.0004185 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
Hasil uji kebocoran radiasi pesawat sinar-X pada posisi kiri (270°) jarak 1 meter dari
focal spot adalah :
𝑚𝑆𝑣 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0.014 × × 0.93 = 0.7812 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1 𝑗𝑎𝑚
Dengan demikian berdasarkan seluruh perhitungan di atas, maka diperoleh data :
Titik A Titik B Titik C Titik D
Posisi Focal Spot
(mSv/jam) (mSv/jam) (mSv/jam) (mSv/jam)
Atas (0o) 4,5 × 10-4 3.069 × 10-3 9.114 × 10-4 6.789 × 10-4
Kanan (90o) 2.79 × 10-4 1.953 × 10-3 1.7577 × 10-3 4.185 × 10-4
Bawah (180o) 9.3 × 10-4 3.069 × 10-3 9.114 × 10-4 6.789 × 10-4
Kiri (270o) 2.79 × 10-4 1.953 × 10-3 1.7577 × 10-3 4.185 × 10-4
Tabel 4. Hasil Perhitungan Laju Dosis di Setiap Titik dari Posisi Focal Spot
1. Latar Belakang :
a. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan
hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.
b. Aspek pengawasan zat radioaktif dan bahan nuklir tidak boleh lemah karena dapat berpotensi menimbulkan
kerusakan dan bahaya radiologik bagi masyarakat dan lingkungan.
c. Diperlukan upaya perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja radiasi, maupun pasien
serta meminimalkan pajanan radiasi dengan mengikuti SOP (Standar Operasional Prosedur).
2. Tujuan :
Pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) ini bertujuan sebagai panduan tata laksana praktikum dan
bmemberikan pemahamam kepada mahasiswa Poltek Nuklir dalam melakukan praktikum terhadap uji kebocoran
kamera gamma dengan cara uji usap.
3. Instansi Terkait :
a. Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia – BRIN, Yogyakarta
b. Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional (BAPETEN)
5. Alat :
a. Kamera gamma dan Guide tube
b. Surveymeter
c. Dosimeter Saku
d. Sarung Tangan
e. Kapas atau cotton bud
6. Prosedur Pelaksanaan :
A. Persiapan Alat Proteksi Radiasi
a. Praktikan menyiapkan surveymeter dan dosimeter saku, kemudian memeriksa sertifikat kalibrasi dan baterai.
b. Praktikan menyiapkan APD berupa sarung tangan, yang akan digunakan ketika melakukan pengusapan pada
kamera gamma.
B. Pengambilan Sampel Uji Kebocoran
a. Unit kerja yang terlibat menyiapkan kamera gamma, dan telah dipastikan bahwa dalam keadaan terkunci.
b. Praktikan mengukur paparan radiasi pada jarak 50 cm dan 100 cm dari permukaan kamera gamma.
c. Selanjutnya, pengunci kamera gamma bagian depan dibuka. Cotton bud diambil dan pengusapan dilakukan
pada konektor depan, sisi bagian dalam.
d. Pengusapan berikutnya, yaitu pada pig tail. Maka, pengunci kamera gamma bagian belakang dibuka. Pada
saat ini, guide tube berfungsi sebagai jalur sumber exposure dan dilakukan pengusapan pada bagian konektor
belakang, sisi bagian dalam.
e. Pengusapan dilakukan sekali lagi pada ujung kamera gamma yang akan dihubungkan dengan konektor.
f. Terakhir, cotton bud yang telah digunakan uji usap dimasukkan ke dalam plastik sampel dan diberi label
identitas sebagai hasil uji kebocoran. Selanjutnya, aktivitas kebocoran dapat dianalisis.
7. Rekaman :
Hasil sampel uji kebocoran kamera gamma
Hal ini dilatar belakangi oleh 3 (tiga) hal, diantaranya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan
kerja ; Aspek pengawasan zat radioaktif dan bahan nuklir tidak boleh lemah karena
dapat berpotensi menimbulkan kerusakan dan bahaya radiologik bagi masyarakat dan
lingkungan ; Diperlukan upaya perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan
kerja bagi pekerja radiasi, maupun pasien serta meminimalkan paparan radiasi dengan
mengikuti SOP (Standar Operasional Prosedur) kerja dan menggunakan APD yang
benar. SOP ini melibatkan instansi terkait, seperti Politeknik Teknologi Nuklir
Indonesia – BRIN, Yogyakarta dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional
(BAPETEN), dan diperuntukkan unit kerja mahasiswa sebagai praktikan, dosen
pembimbing, serta pekerja proteksi radiasi.
Mulyono, Tasih. 2017. “Petunjuk Praktikum Proteksi dan Keselamatan Radiasi : Uji
Kebocoran Radiasi Sinar-X”. Modul. Yogyakarta: STTN-BATAN.
Tulisna. Dkk. 2006. “Pengujian Kebocoran Radiasi pada Kamera Gamma dan Pesawat
Sinar-X”. Widyanuklida, No. 1 Vol. 7 Juli 2006
Praktikan,
Kelompok 3
M Faqih Ammari
NIM. 022000025
Lampiran 1