Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI

“Judul Percobaan : Uji Kebocoran Pesawat Sinar-X dan Uji Usap Kamera Gamma”

Disusun Oleh : Kelompok 3

Nama : 1. Hammam Ahmad H NIM. 022000017


2. Ibnu Fathan Rastri NIM. 022000019
3. Ibnu Idqan NIM. 022000020
4. Ira Palupi NIM. 022000021
5. Izatul Fadhila NIM. 022000022
6. M Arfin Hussein NIM. 022000024
7. M Faqih Ammari NIM. 022000025
Tgl. Praktikum : Selasa, 24 Mei 2022
Asisten : 1. Bp Tasih Mulyono, S. S. T
2. Ibu Slamet Wiyuniarti, S. S. T

PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA INSTRUMENTASI


POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
2022
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Judul Percobaan


Praktikum ini terdapat 2 (dua) jenis percobaan, diantaranya:
a. Percobaan 1 : Uji Kebocoran Pesawat Sinar-X.
b. Percobaan 2 : Uji Usap Kamera Gamma.

I.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini terbagi menjadi tujuan instruksional umum dan
khusus, yaitu :
a. Tujuan instruksional umum : Setelah melaksanakan praktikum, mahasiswa
mampu memahami dan melaksanakan pengujian kebocoran radiasi pesawat
sinar-X.
b. Tujuan instruksional khusus : Setelah melaksanakan praktikum, mahasiswa
mampu,
- Menyebutkan definisi kebocoran pesawat Sinar-X.
- Menyebutkan batas yang diperbolehkan untuk kebocoran pesawat
sinar-X.
- Menjelaskan metoda pengujian kebocoran sinar-X.
- Melaksanakan pengukuran kebocoran pesawat sinar-X.
- Melaksanakan metoda uji usap kamera gamma.
- Menjelaskan instruksi kerja atau Standard Operating Procedure (SOP)
uji usap kamera gamma.
- Menyebutkan definisi kebocoran kamera gamma Ir-192 melalui
metode uji usap.
- Menyebutkan batas yang diperbolehkan untuk kebocoran kamera
gamma Ir-192.
BAB II
DASAR TEORI

II.1. Kebocoran Tabung Pesawat Sinar-X


Kebocoran tabung pesawat sinar-X merupakan laju dosis radiasi pada jarak 1
(satu) meter dari focal spot pada kondisi tegangan kerja dan arus tabung maksimum.
Kriteria kebocoran rumah tabung berdasarkan NCRP dapat dibagi dalam 2 (dua)
kelompok, yaitu untuk kelompok medis dan kelompok non medis. Sementara itu,
radiografi industri termasuk dalam kelompok non medis.
Berdasarkan kriteria ini, radiasi bocor rumah tabung pada jarak 1 meter dari
focal spot tidak lebih dari 10 mSv/jam, jika tabung dioperasikan pada tiap mA dan
tegangan kerja yang telah dispesifikasikan atau kondisi maksimum. Hal ini juga telah
diatur dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 7 Tahun 2009 tentang Keselamatan
Radiasi dalam Penggunaan Peralatan Radiografi Industri.
Penentuan tingkat kebocoran radiasi dari rumah tabung berdasarkan
pengukuran laju dosis radiasi pada jarak 1 meter dari focal spot. Pada saat pengukuran,
jendela tabung ditutup dengan bahan yang jenis dan tebalnya sama dengan rumah
tabung. Diambil harga rata-rata pada daerah seluas 100 cm2. Dimana, laju paparan
radiasi dapat diukur dengan menggunakan surveymeter, secara kumulatif dalam selang
waktu tertentu. Pengukuran dilakukan pada kondisi tegangan kerja dan arus
maksimum, serta biasanya memakan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, lama
pengoperasian pesawat sinar-X harus diperhatikan berdasarkan kemampuan sistem
pendinginnya supaya tidak mengakibatkan rusaknya tabung sinar-X.
Gambar 1. Skema Pengukuran Uji Kebocoran Tabung Pesawat Sinar-X

Dosimeter yang digunakan adalah dosimeter saku gamma digital dengan


kepekaan terhadap sinar-X, dengan tingkat dosis radiasi gamma nya di bawah 0.30
μSv/jam dan kerapatan di bawah 0.020 – 103/(cm2.min).

Gambar 2. Dosimeter Saku

Dapat diketahui bahwa waktu maksimum penyinaran untuk pesawat sinar-X


diagnostic sangat singkat, sehingga dosimeter ditempatkan pada peralatan pengatur
posisi. Selanjutnya, pengatur posisi ditempatkan pengililingi focal spot tabung pesawat
sinar-X diagnostik.
II.2. Uji Usap Kamera Gamma
Pada dasarnya, nilai batas dosis yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku
adalah penerimaan dosis yang tidak boleh dilampaui oleh seorang pekerja radiasi dan
pasien selama jangka waktu 1 (satu) tahun, tidak termasuk penerimaan dosis dari
penerimaan medis dan penyinaran alam. Sehingga, diperlukan upaya perlindungan
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja radiasi, maupun pasien serta
meminimalkan paparan radiasi dengan mengikuti SOP (Standar Operasional Prosedur)
kerja dan menggunakan APD yang tepat.
Sementara itu, Sumber radiasi pada kamera gamma radiografi industri
termasuk salah satu sumber terbungkus. Tingkat kebocoran sumber radiasi untuk
sumber terbungkus dinyatakan dengan tingkat kontaminasi pada permukaan sumber
terbungkus. Batas kontaminasi yang diizinkan pada permukaan sumber radiasi
terbungkus adalah 185 Bq (SK No. 0/Ka-BAPETEN-99). Dimana, metode uji usap
merupakan metode uji kebocoran sumber radioaktif yang dilakukan secara tidak
langsung.
Pada kamera gamma, saluran kamera dan lubang guide tube harus dilakukan
uji kontaminasi. Pengujian dilakukan dengan cara mengusap saluran kamera dan
lubang guide tube dengan menggunakan kertas penyerap yang diberi tangkai,
kemudian dikeringkan. Sample kertas penyerap harus ditempatkan di cawan petri
selama penangangan agar tidak menimbulkan kontaminasi, selanjutnya dicacah
dengan peralatan spektrometri gamma. Apabila aktivitas sample melebihi batas
kontaminasi permukaan sumber terbungkus, maka sumber radiasi harus diperlakukan
sebagai limbah radioaktif.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1. Alat dan Bahan


Alat atau perangkat yang digunakan pada praktikum proteksi dan
keselamatan radiasi, dengan judul “Uji Kebocoran Pesawat Sinar-X dan Uji Usap
Kamera Gamma” diantaranya :
a. Surveymeter, digunakan sebagai penunjuk awal dosis radiasi di daerah
pengujian.
b. Dosimeter saku, digunakan untuk mengukur kebocoran rumah tabung pesawat
sinar-X.
c. Pesawat sinar-X
d. Penutup jendela rumah tabung pesawat sinar-X (Pb)
e. Kamera gamma dan Guide Tube
f. Cotton bud
g. APD (sarung tangan, masker), sebagai pelindung dari kontaminasi sumber
radiasi saat mengambil sampel uji usap.
h. Tanda radiasi
i. Tali kuning

III.2. Langkah Kerja


III.2.1. Percobaan 1 : Uji Kebocoran Pesawat Sinar-X
a. Bahan dan peralatan yang dibutuhkan disiapkan.
b. Baterai, sertifikat kalibrasi, respon, sumber energi, dan skala pada surveymeter
diperiksa. Kemudian, dosimeter saku diatur pada mode ‘dose’.
c. Tali kuning dan tanda radiasi dipasang, baik di dalam atau di luar ruangan.
d. Jendela pesawat sinar-X (focal spot) ditutup dengan Pb dan posisinya diatur.
Dimana pada saat itu juga, lampu tanda radiasi dinyalakan.
e. Langkah berikutnya, pesawat sinar-X dilakukan aging atau pengkondisian
selama 2 (dua) menit untuk mengkondisikan HV yang tepat.

Gambar 3. Proses Aging

f. Arus dan tegangan pada tabung pesawat sinar-X diatur maksimum yaitu 5 mA
dan 150 kV. Sedangkan waktu penyinaran atau penembakan diatur selama 3
(tiga) menit.
g. Setelah itu, dosimeter mini ditempatkan pada jarak 1 meter dari focal spot.
h. Saat pengoperasian pesawat sinar-X, lampu ready menyala sehingga sinar
dapat ditembakkan. Sementara itu, mahasiswa atau praktikan berada di luar
ruangan dan bersiap mengukur laju dosis pada 4 titik yang telah ditentukan
melalui denah ruang instalasi sinar-X.

Gambar 4. Denah Ruang Instalasi Sinar-X


i. Laju dosis di setiap titik diukur menggunakan dosimeter saku kemudian dicatat
pada lembar data sementara.
j. Terakhir, pesawat sinar-X dan surveymeter dimatikan.
III.2.2. Percobaan 2 : Uji Usap Kamera Gamma
a. Langkah pertama yang dilakukan dalam uji usap kamera gamma, yaitu
persiapan alat proteksi dan keselamatan radiasi. Seperti pemakaian alat
pelindung diri (APD) berupa sarung tangan, pemeriksaan sertifikat kalibrasi
dan baterai pada surveymeter, kemudian skala ukur disesuaikan. Selanjutnya
dosimeter saku disiapkan dan dipastikan bahwa tanggal kalibrasi masih
berlaku.
b. Langkah yang kedua yaitu, pengambilan sampel uji usap untuk mengetahui
kebocoran sumber radioaktif pada kamera gamma. Dimana, kamera gamma
dipastikan dalam keadaan terkunci, kemudian paparan diukur dengan jarak 50
cm dan 100 cm dari permukaan kamera. Selanjutnya, pengunci kamera gamma
bagian depan dibuka. Cotton bud diambil dan pengusapan dilakukan pada
konektor depan, sisi bagian dalam.

Gambar 4. Proses Uji Usap Kamera Gamma

Setelah itu, pengunci kamera gamma bagian belakang dibuka dan dilakukan
pengusapan pada bagian pig tail. Pada saat itu, guide tube digunakan sebagai
jalur sumber exposure, dan pengusapan dilakukan dari konektor ke kamera, sisi
bagian dalam. Terakhir, pengusapan dilakukan pada ujung kamera gamma
yang terhubung konektor. Kemudian, cotton bud sebagai alat uji usap
dimasukkan ke dalam plastik sampel dan diberi label identitas, sebagai hasil
uji kebocoran kamera gamma.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

IV.1. Analisis Data


IV.1.1. Data Percobaan 1 : Uji Kebocoran Pesawat Sinar-X
Model RADIOFLEX – 250EGS3
CAT. No. 6029S4
Power 1Ø 50/60Hz
AC 190 ~ 240 V 4 kVa
Output 110 ~ 250 kV 5 mA
Focal Spot 2 × 2 mm
Nomor Seri AR0026-6
Tanggal 2004
Tabel 1. Spesifikasi Pesawat Sinar-X

Titik Alat Ukur Faktor Kalibrasi


A Surveymeter 0.93
B Surveymeter 0.93
C Surveymeter 0.93
D Surveymeter 0.93
Tabel 2. Data Faktor Kalibrasi

Tegangan yang digunakan 150 kV


Arus yang digunakan 5 mA
Waktu penembakan 3 menit
Sudut Titik A Titik B Titik C Titik D Dosis
(µSv/jam) (µSv/jam) (µSv/jam) (µSv/jam) (mSv)
0° 1 3.3 0.98 0.73 0.004
90° 0.3 2.1 1.89 0.45 0.012
180° 1 3.3 0.98 0.73 0.003
270° 0.3 2.1 1.89 0.45 0.014
Tabel 3. Data Pengujian Kebocoran Pesawat Sinar-X
Berdasarkan data pengujian di atas, dosis radiasi di setiap titik pada sudut atau arah
yang telah ditentukan dapat dihitung sebagai berikut :
Pada Posisi Atas (0°)
a. Titik A
1 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.00093 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
b. Titik B
3.3 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.003069 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
c. Titik C
0.98 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.0009114 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
d. Titik D
0.73 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.0006789 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣

Hasil uji kebocoran radiasi pesawat sinar-X pada posisi atas (0°) jarak 1 meter dari
focal spot adalah :

𝑚𝑆𝑣 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1000 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑅 1𝑅


× × × × × 𝑓𝑘
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1 𝑗𝑎𝑚 1 𝑚𝑆𝑣 10 𝜇𝑆𝑣 1000 𝑚𝑅

𝑚𝑆𝑣 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1000 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑅 1𝑅


0.004 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 × × × 10 𝜇𝑆𝑣 × 1000 𝑚𝑅 × 0.93 = 0.02232 𝑅/𝑗𝑎𝑚
1 𝑗𝑎𝑚 1 𝑚𝑆𝑣

Atau setara dengan,

𝑚𝑆𝑣 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0.004 × × 0.93 = 0.2232 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1 𝑗𝑎𝑚
Pada Posisi Kanan (90°)
a. Titik A
0.3 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.000279 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
b. Titik B
2.1 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.001953 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
c. Titik C
1.89 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.0017577 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
d. Titik D
0.45 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.0004185 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣

Hasil uji kebocoran radiasi pesawat sinar-X pada posisi kanan (90°) jarak 1 meter
dari focal spot adalah :

𝑚𝑆𝑣 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1000 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑅 1𝑅


× × × × × 𝑓𝑘
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1 𝑗𝑎𝑚 1 𝑚𝑆𝑣 10 𝜇𝑆𝑣 1000 𝑚𝑅

𝑚𝑆𝑣 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1000 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑅 1𝑅


0.012 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 × × × 10 𝜇𝑆𝑣 × 1000 𝑚𝑅 × 0.93 = 0.06696 𝑅/𝑗𝑎𝑚
1 𝑗𝑎𝑚 1 𝑚𝑆𝑣

Atau setara dengan,

𝑚𝑆𝑣 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0.012 × × 0.93 = 0.6696 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1 𝑗𝑎𝑚
Pada Posisi Bawah (180°)
a. Titik A
1 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.00093 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
b. Titik B
3.3 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.003069 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
c. Titik C
0.98 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.0009114 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
d. Titik D
0.73 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.0006789 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣

Hasil uji kebocoran radiasi pesawat sinar-X pada posisi bawah (180°) jarak 1 meter
dari focal spot adalah :

𝑚𝑆𝑣 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1000 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑅 1𝑅


× × × × × 𝑓𝑘
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1 𝑗𝑎𝑚 1 𝑚𝑆𝑣 10 𝜇𝑆𝑣 1000 𝑚𝑅

𝑚𝑆𝑣 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1000 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑅 1𝑅


0.003 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 × × × 10 𝜇𝑆𝑣 × 1000 𝑚𝑅 × 0.93 = 0.01674 𝑅/𝑗𝑎𝑚
1 𝑗𝑎𝑚 1 𝑚𝑆𝑣

Atau setara dengan,

𝑚𝑆𝑣 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0.003 × × 0.93 = 0.1674 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1 𝑗𝑎𝑚
Pada Posisi Kiri (270°)
a. Titik A
0.3 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.000279 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
b. Titik B
2.1 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0,001953 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
c. Titik C
1.89 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0,0017577 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣
d. Titik D
0.45 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑆𝑣
× 3 × 0.93 = 0.0004185 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 10 𝜇𝑆𝑣

Hasil uji kebocoran radiasi pesawat sinar-X pada posisi kiri (270°) jarak 1 meter dari
focal spot adalah :

𝑚𝑆𝑣 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1000 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑅 1𝑅


× × × × × 𝑓𝑘
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1 𝑗𝑎𝑚 1 𝑚𝑆𝑣 10 𝜇𝑆𝑣 1000 𝑚𝑅

𝑚𝑆𝑣 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1000 𝜇𝑆𝑣 1 𝑚𝑅 1𝑅


0.014 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 × × × 10 𝜇𝑆𝑣 × 1000 𝑚𝑅 × 0.93 = 0.07812 𝑅/𝑗𝑎𝑚
1 𝑗𝑎𝑚 1 𝑚𝑆𝑣

Atau setara dengan,

𝑚𝑆𝑣 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0.014 × × 0.93 = 0.7812 𝑚𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 1 𝑗𝑎𝑚
Dengan demikian berdasarkan seluruh perhitungan di atas, maka diperoleh data :
Titik A Titik B Titik C Titik D
Posisi Focal Spot
(mSv/jam) (mSv/jam) (mSv/jam) (mSv/jam)
Atas (0o) 4,5 × 10-4 3.069 × 10-3 9.114 × 10-4 6.789 × 10-4
Kanan (90o) 2.79 × 10-4 1.953 × 10-3 1.7577 × 10-3 4.185 × 10-4
Bawah (180o) 9.3 × 10-4 3.069 × 10-3 9.114 × 10-4 6.789 × 10-4
Kiri (270o) 2.79 × 10-4 1.953 × 10-3 1.7577 × 10-3 4.185 × 10-4
Tabel 4. Hasil Perhitungan Laju Dosis di Setiap Titik dari Posisi Focal Spot

Posisi Laju dosis Batasan Laju Dosis


No. Keterangan
Focal Spot (1 m dari Focal Spot) Untuk Keperluan Industri
0.02232 R/jam Memenuhi syarat
1. Atas (0o)
0.2232 mSv/jam Memenuhi syarat
Kanan 0.06696 R/jam Memenuhi syarat
2.
(90o) 0.6696 mSv/jam Memenuhi syarat
1 R/jam atau 10 mSv/jam
Bawah 0.01674 R/jam Memenuhi syarat
3.
(180o) 0.1674 mSv/jam Memenuhi syarat
0.07812 R/jam Memenuhi syarat
4. Kiri (270o)
0.7812 mSv/jam Memenuhi syarat
Tabel 5. Hasil Uji Kebocoran Pesawat Sinar-X pada Jarak 1 Meter dari Focal Spot
IV.1.2. Data Percobaan 2 : Uji Usap Kamera Gamma
Data percobaan uji usap kamera gamma berupa standard operating
procedure (SOP), sebagai berikut :
Kelompok 3 Praktikum Proteksi dan Keselamatan Radiasi
Elektronika Instrumentasi 2020 Tanggal Berlaku : 24 Mei 2022
Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia - BRIN Revisi : 00
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) UJI USAP KAMERA GAMMA Tanggal Revisi : -

1. Latar Belakang :
a. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan
hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.
b. Aspek pengawasan zat radioaktif dan bahan nuklir tidak boleh lemah karena dapat berpotensi menimbulkan
kerusakan dan bahaya radiologik bagi masyarakat dan lingkungan.
c. Diperlukan upaya perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja radiasi, maupun pasien
serta meminimalkan pajanan radiasi dengan mengikuti SOP (Standar Operasional Prosedur).

2. Tujuan :
Pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) ini bertujuan sebagai panduan tata laksana praktikum dan
bmemberikan pemahamam kepada mahasiswa Poltek Nuklir dalam melakukan praktikum terhadap uji kebocoran
kamera gamma dengan cara uji usap.

3. Instansi Terkait :
a. Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia – BRIN, Yogyakarta
b. Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional (BAPETEN)

4. Unit Kerja Terkait :


a. Mahasiswa/praktikan
b. Dosen pembimbing
c. Pekerja Proteksi Radiasi

5. Alat :
a. Kamera gamma dan Guide tube
b. Surveymeter
c. Dosimeter Saku
d. Sarung Tangan
e. Kapas atau cotton bud

6. Prosedur Pelaksanaan :
A. Persiapan Alat Proteksi Radiasi
a. Praktikan menyiapkan surveymeter dan dosimeter saku, kemudian memeriksa sertifikat kalibrasi dan baterai.
b. Praktikan menyiapkan APD berupa sarung tangan, yang akan digunakan ketika melakukan pengusapan pada
kamera gamma.
B. Pengambilan Sampel Uji Kebocoran
a. Unit kerja yang terlibat menyiapkan kamera gamma, dan telah dipastikan bahwa dalam keadaan terkunci.
b. Praktikan mengukur paparan radiasi pada jarak 50 cm dan 100 cm dari permukaan kamera gamma.
c. Selanjutnya, pengunci kamera gamma bagian depan dibuka. Cotton bud diambil dan pengusapan dilakukan
pada konektor depan, sisi bagian dalam.
d. Pengusapan berikutnya, yaitu pada pig tail. Maka, pengunci kamera gamma bagian belakang dibuka. Pada
saat ini, guide tube berfungsi sebagai jalur sumber exposure dan dilakukan pengusapan pada bagian konektor
belakang, sisi bagian dalam.
e. Pengusapan dilakukan sekali lagi pada ujung kamera gamma yang akan dihubungkan dengan konektor.
f. Terakhir, cotton bud yang telah digunakan uji usap dimasukkan ke dalam plastik sampel dan diberi label
identitas sebagai hasil uji kebocoran. Selanjutnya, aktivitas kebocoran dapat dianalisis.

7. Rekaman :
Hasil sampel uji kebocoran kamera gamma

DIBUAT DIPERIKSA DISETUJUI

Nama : Kelompok 3 Nama : Slamet Wiyuniarti, S. S. T Nama :

Jabatan : Praktikan (Mahasiswa) Jabatan : Dosen Pembimbing Jabatan :


IV.2. Pembahasan
Secara instruksional, tujuan dari praktikum Proteksi dan Keselamatan Radiasi
dengan judul “Uji Kebocoran Pesawat Sinar-X dan Uji Usap Kamera Gamma” bertujuan
agar mahasiswa sebagai praktikan mampu mengetahui definisi, metode pengukuran, dan
batas yang diperbolehkan ketika ada potensi kebocoran pesawat sinar-X maupun kamera
gamma. Secara umum, kebocoran pesawat sinar-X dapat diukur dengan metode langsung,
berdasarkan pengukuran laju dosis radiasi pada jarak 1 (satu) meter dari focal spot.
Sementara itu, kebocoran pada kamera gamma diukur melalui metode tidak langsung, yakni
dengan metode uji usap.
IV.2.1. Uji Kebocoran Pesawat Sinar-X :
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, metode pengujian kebocoran
pesawat sinar-X ialah dengan cara penembakan sinar pada tegangan maksimal (HV)
yang dipakai sebesar 150 kV dan arus sebesar 5 mA selama tiga menit dalam keadaan
jendela pesawat sinar-X atau focal spot tertutup rapat dengan penahan berbahan
Timbal (Pb). Timbal dipilih karena merupakan bahan penahan radiaisi yang paling
baik bagi radiasi sinar-x. Kemudian, dilakukan tahap pra-operasi sinar-X atau proses
aging. Proses aging bertujuan untuk menaikkan tegangan kerja sinar-X secara
perlahan, dimana pada proses ini dapat dilihat dari lampu indikator dalam peralatan
operator sinar-X. Apabila lampu indikator aging mati, maka tegangan dapat
dinaikkan. Sebaliknya, jika lampu indikator hidup, maka tegangan sinar-X belum bisa
dinaikkan, dan harus ditunggu proses aging dalam interval waktu tertentu.
Selanjutnya, pengukuran laju dosis dilakukan di dalam dan di luar ruangan instalasi
pesawat sinar-X. Dosis di dalam ruangan pesawat sinar-X diukur dengan
menggunakan surveymeter digital yang diletakkan 1 (satu) meter dari focal spot.
Sedangkan, laju dosis diluar ruangan instalasi pesawat sinar-X diukur dari empat titik
dengan dosimeter, titik A (daerah pengawasan masyarakat), titik B (pintu
keluar/masuk), titik C (meja operator), dan titik D (daerah pengawasan). Dimana,
perlu diketahui bahwa laju dosis untuk kebocoran sinar-X di industri sebesar 10
mSv/tahun atau 1 Roentgen/jam, sedangkan laju dosis untuk kebocoran sinar-X di
lingkungan medis sebesar 1 mSv/jam atau tidak lebih dari 0.1 Roentgen/jam.
Hasil perhitungan dosis dan laju dosis dari data percobaan ini menunjukkan
bahwa nilai pengukuran yang diperoleh lebih kecil dari 1 Roentgen/jam atau tidak
lebih besar dari 10 mSv/jam untuk persyaratan kelompok non-medis (Radiorafi
Industri). Hal ini, dapat diartikan bahwa nilai uji kebocoran pesawat sinar-X telah
memenuhi persyaratan batasan ketentuan kebocoran. Namun, jika terdapat nilai yang
melebihi batas tersebut, artinya sinar-X harus dilakukan kalibrasi dan diperbaiki agar
efek radiasi yang diakibatkan saat beroperasi masih dalam batas aman bagi
masyarakat dan lingkungan.
Pada pengukuran laju dosis di luar ruangan instalasi pesawat sinar-X,
diperoleh hasil pada titik A, B, C, dan D saat posisi focal spot menghadap ke atas (0°)
dan bawah (180°) berturut-turut adalah sebesar 4,5 × 10-4 mSv/jam, 3.069 × 10-3
mSv/jam, 9.114 × 10-4 mSv/jam, dan 6.789 × 10-4 mSv/jam. Serta pada saat posisi
focal spot menghadap ke kanan (90°) dan kiri (270°) berturut-turut adalah sebesar
2.79 × 10-4 mSv/jam, 1.953 × 10-3 mSv/jam, 1.7577 × 10-3 mSv/jam, dan 4.185 × 10-4
mSv/jam. Artinya, masyarakat umum tidak diperbolehkan berada pada titik B, C, dan
D saat focal spot menghadap ke atas/bawah dan titik B, C saat focal spot menghadap
ke kiri/kanan. Hal ini dikarenakan pada data pengukuran dan perhitungan yang
diperoleh melebihi Nilia Batas Dosis (NBD) untuk masyarakat umum, yaitu melebihi
0.5 µSv/jam atau sebesar 0.0005 mSv/jam untuk 2000 jam kerja. Sedangkan pada titik
yang lain yang tidak disebutkan, masih di bawah Nilai Batas Dosis masyarakat umum.
Akan tetapi, untuk menghindari terjadinya bahaya radiasi, maka masyarakat umum
tetap tidak diperbolehkan untuk berada di sekitar ruangan tabung pesawat sinar-X saat
terjadi operasi penyinaran, karena berpotensi diperoleh laju dosis yang lebih tinggi.
Sementara itu, untuk pekerja magang pelatihan, pelajar, dan/atau mahasiswa
berusia 16 sampai dengan 18 tahun tidak diperbolehkan berada pada posisi titik B saat
focal spot menghadap ke atas/bawah, karena data percobaan melebihi 0.003 mSv/jam.
Namun, masih diperbolehkan untuk berada di posisi selain titik tersebut. Sedangkan,
untuk pekerja radiasi dan mahasiswa usia 18 tahun ke atas diperbolehkan untuk berada
di sekitar ruangan instalasi pesawat sinar-X pada saat berlangsung penyinaran
maupun saat tidak berlangsung penyinaran, karena data percobaan tidak melebihi
Nilai Batas Dosis yang ditentukan yaitu tidak melebihi 10 µSv/jam atau 0,01
mSv/jam.
Data hasil percobaan ini dapat digunakan dalam pemetaan radiasi atau
pembagian daerah kerja untuk daerah pengendalian berdasarkan PERKA BAPETEN
Nomor 4 Tahun 2013, dimana telah dinyatakan bahwa pekerja yang berpotensi
menerima paparan radiasi melebihi 3/10 Nilai Batas Dosis sama dengan 20 mSv/jam,
selama 2000 jam dalam 1 (satu) tahun ialah paparan radiasi sebesar :

3 20 𝑚𝑆𝑣 1000 𝜇𝑆𝑣 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛


𝑥 𝑥 𝑥 = 3 𝜇𝑆𝑣/𝑗𝑎𝑚
10 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑚𝑆𝑣 2000 𝑗𝑎𝑚

Dengan demikian, titik A, B, C, dan D termasuk ke dalam daerah supervisi atau


tanpa kontaminasi.
IV.2.2. Uji Usap Kamera Gamma
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, metode pengujian kebocoran
kamera gamma ini merupakan metode tidak langsung, yakni melalui metode uji usap.
Dimana, sumber tertutup dianggap mengalami kebocoran apabila aktivitas yang
terdeteksi dari hasil uji usap adalah 185 Bq atau lebih. Nilai aktivitas ini dipengaruhi
oleh cara pengambilan sampel uji dan nilai konstanta yang digunakan untuk
perhitungan, misalnya nilai faktor pindah. Metode uji usap dilakukan di dekat sumber
dan bukan sumbernya secara langsung karena metode ini hanya mengukur tingkat
kebocoran alat, apabila diukur dari sumber maka nilai kebocoran tidak valid karena
ada kemungkinan aktivitas yang dianalisis tercampur dengan aktifitas dari sumber.
Tujuan utama dari percobaan ini ialah menyebutkan bentuk Standar Operasional
Prosedur (SOP) dalam pengujian kebocoran kamera gamma melalui metode uji usap.

Hal ini dilatar belakangi oleh 3 (tiga) hal, diantaranya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan
kerja ; Aspek pengawasan zat radioaktif dan bahan nuklir tidak boleh lemah karena
dapat berpotensi menimbulkan kerusakan dan bahaya radiologik bagi masyarakat dan
lingkungan ; Diperlukan upaya perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan
kerja bagi pekerja radiasi, maupun pasien serta meminimalkan paparan radiasi dengan
mengikuti SOP (Standar Operasional Prosedur) kerja dan menggunakan APD yang
benar. SOP ini melibatkan instansi terkait, seperti Politeknik Teknologi Nuklir
Indonesia – BRIN, Yogyakarta dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional
(BAPETEN), dan diperuntukkan unit kerja mahasiswa sebagai praktikan, dosen
pembimbing, serta pekerja proteksi radiasi.

Adapun prosedur pelaksanaannya terbagi menjadi 2 (dua) tahap yaitu


persiapan alat proteksi dan pengambilan sampel uji kebocoran. Dimana disetiap tahap,
telah dijelaskan pada sub bab analisis data.
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa :
a. Kebocoran pesawat sinar-X merupakan laju dosis radiasi pada jarak 1 meter
dari focal spot pada kondisi tegangan kerja dan arus tabung maksimum.
b. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, metode pengujian kebocoran
pesawat sinar-X ialah dengan cara penyinaran pada tegangan maksimal sebesar
150 kV dan arus sebesar 5 mA selama tiga menit dalam keadaan jendela
pesawat sinar-X atau focal spot tertutup rapat dengan penahan berbahan
Timbal (Pb).
c. Nilai Batas Dosis (NBD) untuk kelompok non-medis seperti radiografi industri
pada uji kebocoran radiasi pesawat sinar-X tidak boleh melebihi 1 R/jam atau
10 mSv/jam, sedangkan untuk kelompok medis (diagnosis) tidak boleh lebih
melebihi 0.1 R/jam atau 1 mSv/jam pada jarak 1 meter dari focal spot.
d. Data hasil uji kebocoran yang memenuhi persyaratan batasan ketentuan
kebocoran tabung pesawat sinar-X yaitu lebih kecil dari 1 R/jam atau 10
mSv/jam untuk persyaratan kelompok non-medis (Radiografi industri).
b. Untuk pekerja magang pelatihan, pelajar, dan/atau mahasiswa berusia 16
sampai dengan 18 tahun tidak diperbolehkan berada pada posisi titik B saat
focal spot menghadap ke atas/bawah, karena data percobaan melebihi 0.003
mSv/jam.
c. Untuk pekerja radiasi dan mahasiswa usia 18 tahun ke atas diperbolehkan
untuk berada di sekitar ruangan instalasi pesawat sinar-X pada saat
berlangsung penyinaran maupun saat tidak berlangsung penyinaran, karena
data percobaan tidak melebihi Nilai Batas Dosis yang ditentukan yaitu tidak
melebihi 10 µSv/jam atau 0,01 mSv/jam
d. Pada metode pengujian kebocoran kamera gamma secara tidak langsung
dengan uji usap, sumber tertutup dianggap mengalami kebocoran apabila
aktivitas yang terdeteksi dari hasil uji usap adalah 185 Bq atau lebih.
e. Prosedur pelaksanaan metode uji usap pada kamera gamma terbagi menjadi 2
(dua) tahap yaitu persiapan alat proteksi dan pengambilan sampel uji
kebocoran
V.2. Saran
Berdasarkan percobaan yang telah dilaksanakan, saran yang dapat diberikan
adalah :
a. Dalam melakukan percobaan dengan sumber radioaktif, sebaiknya hindari
kontak langsung untuk mencegah adanya kontaminasi. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara, menggunakan Aalat Pelindung Diri (APD).
b. Selalu pasang tanda radiasi atau tali kuning, sebagai bentuk pengendalian
daerah radiasi.
c. Dalam proses analisis dan perhitungan data hasil percobaan, sebaiknya
dilakukan secara teliti berdasarkan referensi atau petunjuk praktikum yang
telah diajarkan dosen sebagai kajian teori.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, Tasih. 2017. “Petunjuk Praktikum Proteksi dan Keselamatan Radiasi : Uji
Kebocoran Radiasi Sinar-X”. Modul. Yogyakarta: STTN-BATAN.

Tulisna. Dkk. 2006. “Pengujian Kebocoran Radiasi pada Kamera Gamma dan Pesawat
Sinar-X”. Widyanuklida, No. 1 Vol. 7 Juli 2006

Jumpeno, Eko Budi. 2013. “Evaluasi HasilPengujian Keselamatan Kamera Radiografi


Gamma Industri Jenis Portabel di Laboratorium PTKMR – Batan Tahun 2012-
2013”. ISSN 1410-5357. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi –
BATAN
Yogyakarta, 1 Juni 2022

Asisten I, Asisten II,

Tasih Mulyono, S. S. T Slamet Wiyuniarti, S. S. T

Praktikan,
Kelompok 3

Hammam Ahmad H Ibnu Fathan Rastri Ibnu Idqan


NIM. 022000017 NIM. 022000019 NIM. 022000020

Ira Palupi Izatul Fadhila M Arfin Hussein


NIM. 022000021 NIM. 022000022 NIM. 022000024

M Faqih Ammari
NIM. 022000025
Lampiran 1

Anda mungkin juga menyukai