PENGUKURAN RADIASI
Disusun Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
I.2. Tujuan
Tujuan umum dari praktikum ini ialah agar mahasiswa mampu :
a. Menghitung penyimpangan pengukuran cacahan.
b. Menghitung penyimpangan pengukuran dengan mempertimbangkan faktor
error propagasi.
c. Menerapkan Chi-Square Test pada sekumpulan data pengukuran radiasi.
BAB II
DASAR TEORI
(6)
II.3.2. Cacahan Rata-Rata
Cacahan rata-rata merupakan nilai rata-rata dari beberapa kali
pengukuran, misalnya N kali
(7)
II.3.3. Laju Cacah Sumber
Laju cacah radiasi yang hanya berasal dari sumber saja (Rs) dapat
dihitung dengan cara mengurangi laju cacah keseluruhan (Rt) dengan laju
cacah latar belakang (RL).
𝑹𝒔 = 𝑹𝒕 − 𝑹𝑳 (8)
Simpangan laju cacah adalah
(9)
II.3.4. Efisiensi Pengukuran
Simpangan dari efisiensi pengukuran (η) suatu nilai yang
membandingkan antara laju cacah dan aktivitas sumber standar
(10)
(11)
Dengan sebesar 1% atau 0.01A . Rs adalah laju cacah sumber rata-rata,
A adalah aktivitas, dan p adalah probabilitas pancaran radiasi yang nilainya
bergantung dari jenis radionuklida. Nilai p dapat dilihat pada tabel 1.
(12)
Nilai hasil pengukuran radiasi sumber pada contoh di atas (=20) masih kurang dari
limit deteksinya (=30). Sehingga pada contoh di atas tidak ada zat radioaktif dalam
sampel.
Contoh lain, hasil pengukuran intensitas suatu sampelyang berarti pengukuran
radasi yang berasal dari sumbernya dan ditambah dengan radiasi latar belakang- adalah
150 sedangkan pengukuran tanpa sampel -yang berarti hanya pengukuran radiasi letar
belakang- adalah 100. Secara perhitungan dengan mudah dapat ditentukan bahwa
radiasi latar belakang adalah 100 sehingga radiasi sumbernya saja adalah 50.
Berdasarkan pembahasan limit deteksi, sampel pada contoh tersebut di atas
dapat dinyatakan mengandung zat radioaktif karena hasil pengukuran sumber ( = 50 )
sudah lebih besar daripada limit deteksi pengukurannya. Tetapi nilai hasil pengukuran
( = 50 ) belum dapat dinyatakan sebagai kuantitas (atau dalam contoh ini adalah
aktivitas) sumber. Limit kuantisasi adalah suatu batas nilai yang digunakan untuk
menentukan apakah nilai hasil pengukuran dapat dinyatakan secara kuantitatif atau
tidak. Nilai limit kuantisasi harus ditetapkan secara konvensi, dari satu negara atau
laboratorium ke negara atau laboratorium lain mempunyai nilai yang berbeda. Nilai
limit kuantisasi yang banyak digunakan adalah sebesar simpangan pengukuran latar
belakang dengan tingkat kepercayaan 7 sigma.
(13)
Jadi pada contoh pengukuran di atas hanya dapat dinyatakan secara kualitatif
saja bahwa di dalam sampel terdeteksi adanya zat radioaktif tetapi kuantitas atau
aktivitas sumber tidak layak untuk dinyatakan karena masih kurang dari limit
kuantisasinya ( = 70 ).
II.5. Chi-Square Test
Pengukuran besaran fisis yang bersifat acak secara berulang selalu akan
menghasilkan nilai yang berubah-ubah, sebagai contoh 10 kali pengukuran intensitas
radiasi akan menghasilkan 10 nilai yang berbeda-beda. Hal ini menimbulkan
kesulitan untuk mengetahui bahwa perubahan nilai tersebut memang karena sifat
acak dari sumber yang diukur, bukan disebabkan oleh ”anomali” alat pengukur. Chi-
Square test adalah sebuah metode yang lazim digunakan untuk menguji apakah
sekumpulan data mengikuti distribusi Gauss atau tidak. Nilai Chi-Square ditentukan
dengan persamaan berikut.
(14)
Cara pembacaan tabel Chi-Square n adalah derajat kebebasan pengukuran
yaitu jumlah pengulangan dikurangi 1 ( N – 1 ). Nilai-nilai pada kolom χ2 0,50 adalah
nilai ideal bila semua nilai hasil pengukuran tepat sesuai dengan distribusi Gauss,
tentu saja hal ini sangat sulit dicapai dalam pengukuran sebenarnya. Seberapa besar
toleransi tidak ideal harus ditentukan oleh masing-masing keperluan atau
laboratoriumnya. Tetapi walaupun begitu, nilai yang banyak digunakan adalah nilai
di dalam rentang χ2 0.90 dan χ2 0.10. Data hasil 10 kali pengukuran “layak diterima”
sebagai distribusi Gauss dengan tingkat kepercayaan 95% (degree of
freedom/df=0.05) bila nilai χ2 di dalam rentang 4.17 ~ 14.7 pengukuran, sedangkan
data 15 kali pengukuran harus berada di dalam rentang 7.79 ~ 21.1. Apabila data
hasil pengukuran intensitas radiasi tidak memenuhi kriteria tersebut maka terdapat
kesalahan, mungkin di peralatan ukur atau di sumbernya sendiri
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Tegangan kerja :
825 𝑣𝑜𝑙𝑡 +750 𝑣𝑜𝑙𝑡
= 787.5 ≈ 800 𝑣𝑜𝑙𝑡
2
IV.1.2. Data Percobaan 2 : Menentukan Nilai Cacah Sumber (cacah latar dan
cacah total).
Sumber radiasi = Sr-90
Jarak sumber radiasi ke detektor = 3 cm
𝐴0 Sr-90 = 0.1 μCi
t = 4.6 tahun
T1/2 = 28.8 tahun
(𝐶𝑡 − ̅̅̅
𝐶𝑡 ) 2 49799.2
Standar deviasi cacah total (Ct) : 𝑆𝑐𝑡 = √∑ 𝑛−1 =√ = 41.44
29
(𝐶𝐿 − ̅̅̅̅
𝐶𝐿 ) 2 1453.37
Standar deviasi cacah latar (CL) : 𝑆𝑐𝑡 = √∑ 𝑛−1 =√ = 7.08
29
(𝐶𝑆 − ̅̅̅̅
𝐶𝑆 ) 2 48252.97
Standar deviasi cacah sumber (CS) : 𝑆𝑐𝑆 = √∑ 𝑛−1 =√ = 40.8
29
b. Varian
Varian cacah total 𝑆𝑐𝑡2 = 41.442 = 1717.27
c. Propagasi Error
Simpangan cacah sumber (CS) : 𝑆𝑐𝑆 = √𝑆𝑐𝑡2 + 𝑆𝑐𝐿2 = √1717.27 + 50.13 = 42.04
1 1
Simpangan laju cacah total (Rt) : 𝑆𝑅𝑡 = √(∆𝑇 ) 2 𝑆𝑐𝑡2 = √( ) 2
1717.27 = 0.92
45
1 1
Simpangan laju cacah latar (RL) : 𝑆𝑅𝐿 = √(∆𝑇 ) 2 𝑆𝑐𝐿2 = √( ) 2
50.13 = 0.16
45
1 1
Simpangan laju cacah sumber (RS) : 𝑆𝑅𝑆 = √(∆𝑇 ) 2 𝑆𝑐𝑆2 = √( ) 2
1664.64 = 0.906
45
Simpangan laju cacah sumber (RS) : 𝑆𝑐𝑆 = √𝑆𝑅𝑡2 + 𝑆𝑅𝐿2 = √0.92 + 0.16 = 0.93
1 2 𝑆𝑅2 + 𝑅
Sη = √(𝐴) 𝑆 (𝐴2𝑆 ) 2 𝑆2𝐴
1 2 (0.93)2 +
57.25
Sη = √( ) ( ) 2 (0.01) 2
8.95 × 10−8 (8.95 × 10−8 ) 2
Sη = 7.15 × 1013
Percobaan kedua, yakni menentukan nilai cacah sumber. Untuk memperoleh nilai
cacah sumber ini, terlebih dahulu menentukan nilai cacah latar dan nilai cacah total, melalui
30 kali pengukuran dengan waktu 45 detik di setiap perulangan. Kemudian, hasil distribusi
data dari 30 kali pengukuran dianalisis sehingga mendapatkan nilai rata-rata cacah total, nilai
rata-rata cacah latar, dan nilai rata-rata cacah sumber berturut-turut sebesar 2621.4, 44.7, dan
2576.63. Selanjutnya, dilakukan analisis berupa perhitungan standar deviasi sampel, varian,
propagasi error, efisiensi pengukuran, limit deteksi dan kuantisasi, serta nilai Chi-Square
Test.
Penyimpangan dinyatakan secara matematis sebagai standar deviasi sampel dari
pencacahan total, latar, dan sumber. Berdasarkan perhitungan teoritis, standar deviasi cacah
total, cacah latar, dan cacah sumber berturut-turut adalah 41.44, 7.08, dan 40.8. Nilai-nilai
ini dikatakan relatif besar, karena menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan terhadap
nilai rata-rata cacahan. Sementara itu, pada 30 kali pengukuran yang dilakukan secara
berulang, tentunya akan memperoleh hasil pengukuran yang berbeda-beda, sehingga perlu
dilakukan perhitungan varian di setiap cacahannya. Varian diperoleh dari nilai standar
deviasi cacahan dikuadratkan. Selanjutnya, dengan mempertimbangkan nilai ketidakpastian,
maka dapat dinyatakan dalam bentuk propagasi error atau metode menghitung simpangan
suatu nilai dari faktor beberapa hasil pengukuran. Pada perhitungan data percobaan ini,
simpangan terjauh berada pada simpangan cacah sumber yakni sebesar 42.04, sedangkan
untuk simpangan laju cacah baik laju cacah total, laju cacah sumber, maupun laju cacah latar
nilai simpangannya berkisar antara 0.16 s.d. 0.93. Dari perolehan nilai simpangan di setiap
hasil cacahan dan laju cacah, diperoleh simpangan rata-rata cacah total sebesar 9.35.
Berikutnya, untuk mengetahui apakah zat radioaktif terdeteksi dan dapat dinyatakan secara
kuantitatif atau tidak, maka perlu ditentukan nilai limit deteksi dan kuantisasi. Nilai pada
limit deteksi ditentukan sebesar simpangan pengukuran cacah latar dengan tingkat
kepercayaam 3 sigma. Limit deteksi pada percobaan ini, menunjukkan bahwa sumber radiasi
Sr-90 telah terdeteksi, karena nilai limit deteksi yang dihasilkan tidak melebihi dari nilai laju
cacah sumber ( 2.98 < 57.25). Sedangkan, nilai pada limit kuantisasi ialah batas nilai yang
digunakan untuk menentukan apakah nilai hasil pengukuran dapat dinyatakan secara
kuantitatif atau tidak. Nilai ini ditentukan sebesar penyimpangan pengukuran cacah latar
dengan tingkat kepercayaan 7 sigma. Adapun, limit kuantisasi pada percobaan ini sebesar
6.96, tidak melebihi dari nilai laju cacah sumber, sehingga dapat dikatakan bahwa data hasil
pengukuran percobaan ini dapat dinyatakan secara kuantitatif.
Untuk selanjjutnya, perhitungan efisiensi dan simpangan efisiensi pengukuran perlu
ditentukan, karena tidak seluruh radiasi yang dilepaskan sumber dapat tercacah oleh
detektor. Selain menunjukkan kemampuan detektor dalam menangkap dan mencacah radiasi
yang dipancarkan oleh sumber radiasi standar, efisiensi pengukuran juga menunjukkan
adanya suatu korelasi antara nilai cacah yang ditunjukkan oleh detektor GM dan aktivitas
sumber. Perlu diketahui bahwa Ao (aktivitas awal) Sr-90 sebesar 0.1 μCi, sehingga melalui
perhitungan aktivitas sumber saat ini dengan menggunakan persamaan
1/2
𝐴0 . 𝑒 −0.693.𝑡/𝑇 diperoleh 8.95 × 10−8 𝐶𝑖. Dengan demikian, nilai efisiensi detektor dapat
𝑅𝑠
ditentukan menggunakan persamaan η = 𝐴 . dan dihasilkan nilai efisiensi sebesar
𝑝
6.4 × 10−8 𝑐𝑝𝑠/𝐶𝑖 dengan simpangan efisiensi pengukuran 7.15 × 1013 . Nilai efisiensi
dari setiap detektor pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh faktor geometri antara sumber
dan detektor, sehingga apabila jarak antara sumber dan detektor berubah, maka nilai
efisiensinya juga berubah. Sementara itu, nilai simpangan efisiensi pengukuran ini dikatakan
cukup besar, kemungkinan disebabkan pada peralatan ukur atau sumber radiasi yang telah
beberapa kali digunakan. Akibatnya, nilai simpangan ini juga akan memengaruhi besar
kecilnya nilai Chi-Square Test. Perlu diketahui bahwa Chi-Square Test berfungsi untuk
menguji apakah sekumpulan data mengikuti distribusi Gauss atau tidak, dan nilai yang
banyak digunakan adalah nilai di dalam rentang χ2 0.90 dan χ2 0.10. Dimana, data hasil 10
kali pengukuran “layak diterima” sebagai distribusi Gauss dengan tingkat kepercayaan 95%
(degree of freedom/df=0.05) jika nilai χ2 di dalam rentang 4.17 ~ 14.7 pengukuran,
sedangkan pada percobaan kali ini yakni dengan data hasil 30 kali pengukuran, akan layak
diterima jika nilai χ2 di dalam rentang 19.8 ~ 39.1. Dapat dilihat pada sub bab perhitungan,
bahwa nilai Chi-Square Test yang diperoleh dari percobaan ini sebesar 18.727, tidak
termasuk ke dalam rentang χ2 data hasil 30 kali pengukuran. Dapat diartikan, bahwa
sekumpulan data hasil percobaan belum memenuhi distribusi Gauss, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor terutama nilai simpangan cacahan dan simpangan efisiensi pengukuran.
Dimana semakin besar nilai simpangannya, maka nilai Chi-Square Test nya akan lebih kecil
atau tidak masuk ke dalam rentang χ2.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan-percobaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan:
a. Daerah tegangan kerja detektor Geiger Muller diperoleh dari 1/3 sampai ½
lebar plato. Dimana, tegangan kerja ini dapat memengaruhi hasil cacah dan
laju cacah yang dihasilkan, serta akan berfungsi sebagai tegangan kerja (HV)
dalam menentukan nilai cacah sumber.
b. Penyimpangan dinyatakan secara matematis sebagai standar deviasi sampel
dari pencacahan total, latar, dan sumber.
c. Pada 30 kali pengukuran dengan hasil pengukuran yang berbeda-beda, perlu
dilakukan perhitungan varian di setiap cacahannya. Varian diperoleh dari nilai
standar deviasi cacahan dikuadratkan.
d. Limit deteksi pada percobaan ini, menunjukkan bahwa sumber radiasi Sr-90
telah terdeteksi, karena nilai limit deteksi yang dihasilkan tidak melebihi dari
nilai laju cacah sumber ( 2.98 < 57.25).
e. Limit kuantisasi pada percobaan ini sebesar 6.96, tidak melebihi dari nilai laju
cacah sumber, sehingga dapat dikatakan bahwa data hasil pengukuran
percobaan ini dapat dinyatakan secara kuantitatif.
f. Nilai efisiensi dari setiap detektor pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh
faktor geometri antara sumber dan detektor, sehingga apabila jarak antara
sumber dan detektor berubah, maka nilai efisiensinya juga berubah.
g. Nilai simpangan efisiensi pengukuran yang cukup besar, kemungkinan
disebabkan pada peralatan ukur atau sumber radiasi yang telah beberapa kali
digunakan. Akibatnya, nilai simpangan ini juga akan memengaruhi besar
kecilnya nilai Chi-Square Test.
h. Nilai Chi-Square Test yang diperoleh dari percobaan ini sebesar 18.727, tidak
termasuk ke dalam rentang χ2 data hasil 30 kali pengukuran. Dapat diartikan,
bahwa sekumpulan data hasil percobaan belum memenuhi distribusi Gauss.
i. Semakin besar nilai simpangannya (baik simpangan cacahan maupun
efisiensi), maka nilai Chi-Square Test nya akan lebih kecil atau tidak masuk ke
dalam rentang χ2.
V.2. Saran
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
a. Dalam melakukan percobaan dengan sumber radioaktif, sebaiknya hindari
kontak langsung untuk mencegah adanya kontaminasi. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara, meletakkan sumber radioaktif dengan menggunakan pinset.
b. Dalam proses analisis dan perhitungan data hasil percobaan, sebaiknya
dilakukan secara teliti berdasarkan referensi atau petunjuk praktikum yang
telah diajarkan dosen sebagai kajian teori. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghindari kesalahan data.
DAFTAR PUSTAKA
Trikasjono, Toto. Dkk. 2022. Petunjuk Praktikum Alat Deteksi dan Pengukuran Radiasi.
Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia. Yogyakarta
G.F. Knoll. 1989. Radiation Detection and Measurement. Toronto : John Wiley
Sujadmoko. 2010. Rancang Bangun Detektor Geiger Muller. Skripsi. Universitas Sanata
Dharma. Yogyakarta
Bangun, Jorena. Dkk. 1999. Pengukuran Efisiensi Tabung Geiger Muller Counter Cacahan
ß dan ß/γ. Jurnal. Jurusan Fisika FMIPA : Universitas Sriwijaya
Lampiran 1