Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI TAK RUSAK - SUMBER RADIASI SINAR-X


METODE RADIOGRAFI DIGITAL

DISUSUN OLEH

NAMA : Alan Bravo Cakra Dwiono


NIM : 031500416
PRODI : Elektro Mekanika
JURUSAN : Teknofisika Nuklir

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2018
UJI TAK RUSAK - SUMBER RADIASI SINAR-X
METODE RADIOGRAFI DIGITAL

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami Prinsip kerja Radiografi Digital.
2. Mahasiswa melakukan pengukuran, perhitungan sampai diperoleh data kV, mA,
dan penentuan penetrameter sesuai dengan Standar ASME V. .
3. Mahasiswa dapat melakukan setup benda uji dan pesawat Sinar-X sesuai
perhitungan .
4. Mahasiswa dapat menentukan waktu tembak/pengambilan citra digital yang
maksimal untuk memperoleh citra digital yang menunjukkan sensitivitas yang
tinggi (memenuhi Standar ASME V).

II. DASAR TEORI


Radiografi digital merupakan teknologi perekaman citra Uji Tak Rusak
Radiografi tanpa menggunakan media film yang harus diproses dalam ruang gelap.
Radiografi digital merupakan proses perekaman citra radiografi menggunakan Plat
detektor yang terhubung dengan komputer sebagai pengolah data dan Citra yang
ditangkap oleh plat detektor.
Prinsip perhitungan data material uji saat menggunakan metode radiografi
digital tidak berbeda dengan metode radiografi konvensional (menggunakan film). Baik
untuk teknik DWDV, DWSV maupun SWSV. Perbedaan metode radiografi digital
disbandingkan dengan konvensional adalah waktu tembaknya. Waktu tembak dengan
1,4
metode radiografi digital sangat singkat kurang lebih 100 𝑥 𝑡 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙.
Ketentuan mengenai penentuan kV, mA, SFD dan penentuan penetrameter
semua masih sama dengan metode radiografi konvensional. Untuk itu dalam pelaporan
radiografi digital perhitungan dapat mengacu pada petunjuk praktikum Ujitak rusak
radiografi konvensional –STTN.
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Peralatan

1. Proteksi Radiasi
a. Monitor radiasi personil ( Dosimeter saku (pen dose), Film Badge/TLD
badge
b. Surveymeter
c. Tanda radiasi dan tali kuning
d. lembar timbal

2. Radiografi
a. Pesawat Sinar-X Lorad LPX200 dan asesoriesnya ( Panel kontrol dan lampu
tanda Radiasi)
b. Plat detector digital dan asesorisnya (kabel konektor ke komputer pengolah
citra).
c. Komputer pengolah citra.
d. Penetrameter
e. Sigmat

3.2 Bahan

1. Benda uji (lasan pipa, plat).

IV. LANGKAH KERJA


4.1 Persiapan Sebelum Penyinaran:
1. Siapkan peralatan dan Bahan yang meliputi:
- Benda Uji (Lasan Pipa) Carbon Steel;
- Jangka Sorong;
- Masking kertas;
- Lead number dan huruf;
- Penetrameter;
- Kalkulator;
- Tabel Penyinaran

2. Lakukan pengukuran dimensi benda uji meliputi:


- Outside Diameter
- Inside diameter
- Tinggi reinforcement
- Lebar Las
- Tebal 1 lasan ( tebal 1 sisi material + tinggi reinforcement)
- Tebal 2 lasan ( tebal 2 sisi material + 2 x tinggi reinforcement)
-
3. Lakukan perhitungan kV yang digunakan menurut standard IIW dengan Rumus:
kV = A + Bx dan mengacu pada Tabel 1.

Tabel 1. Konstanta untuk perhitungan kV mesin sinar-X menurut standard IIW

Tebal (mm) Aluminium (Al) Carbon Steel

A B A B

0,5 < x < 5 20 5 40 10

5 < x < 50 40 1,5 75 4,5

Nilai x adalah tebal material bahan dan lasan.

4. Hitunglah Pergeseran sumber (P) untuk mendapatkan citra elip, dengan rumus:
1
𝑃 = 5 SFD ⊥ + 2 LL …. (LL= Lebar Lasan)

5. Hitung SFD elip berdasarkan SFD tegak yang telah ditentukan dalam Praktikum
dan pergeseran sumber.
𝑆𝐹𝐷 𝑒𝑙𝑖𝑝 = √𝑆𝐹𝐷 ⊥2 + 𝑃2

6. Tentukan Waktu penyinaran menurut grafik penyinaran berdasarkan material


yang ditembus sinar-X (Untuk Elip 2 tebal lasan) dilihat dalam tabel penyinaran.

Tabel Penyinaran pesawat sinar-X Rigaku Radioflex 250EG-S3


Contoh Jika kV yang digunakan 140 maka bisa langsung dibaca pada grafik berdasar
kan tebal material yang ditembus (2 lasan), atau dengan rumus:
Log Y=0,400434+ 0,063608 . X
Waktu penyinaran (t) sesuai SFD grafik :
𝐸 (𝑚𝐴.𝑀𝑒𝑛𝑖𝑡)
t = Anti Log Y/ Arus Pesawat Sinar-X yang digunakan = … menit
𝐼 (𝑚𝐴)

7. Hitung waktu penyinaran SFD Posisi Elip:


2
𝑆𝐹𝐷𝑒𝑙𝑖𝑝 𝐸
𝑡 = (𝑆𝐹𝐷 ) ….. menit
𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘 𝑖
8. Tentukan Penetrameter yang digunakan berdasarkan tebal 1 lasan dan mengacu
pada Standar ASTM V Artikel 2, Tabel T.276, dan T.233.2 (untuk jenis kawat)
9. Pasang Identifkasi lokasi ( sisi 0 atau sisi 90) dan identifikasi penyinaran (X-
N0Absen)
10. Pasang Penetrameter yang telah ditentukan pada langkah kerja no.8 pada sisi
sumber (source-side) lihat gambar 4
SUMBER
RADIASI
P

SFD SFDelip

LEBAR
Sisi atas LAS

Penetrameter
LAS
DID
O

FILM
PANEL DETEKTOR DIGITAL

Gambar 4 – Penempatan Penetrameter (Penny) untuk teknik DWSV

4.2 Penyinaran
1. Siapkan peralatan Proteksi radiasi sebelum melakukan set-up dan penyinaran
2. Periksa surveymeter yang akan digunakan: baterai, sertifikat dan kalibrasi,
hidupkan dan pelajari cara pemakaian dan pembacaan skalanya.
3. Gunakan Film Badge//Pocket dosimeter dan pastikan Peralatan berfungsi
dengan baik dan terkalibrasi, Baca dan catat dosis awal untuk pocket dosimeter.
4. Pasang Tali kuning, Tanda radiasi dan Lampu alarm.
5. Lakukan pencatatan kegiatan pengoperasian sinar-X pada log book operasi.
6. Lakukan perakitan pesawat sinar-X dengan control panelnya.
7. Lakukan Aging (pemanasan pesawat sinar-X) sesuai prosedur, sampai kV yang
telah ditentukan dalam perhitungan.
8. Lakukan proteksi radiasi saat AGING berlangsung dengan melakukan
pengukuran laju paparan di daerah pekerja (control panel) dan di sisi gedung lab
pesawat sinar-X (catat dalam log book operasi)
9. Lakukan set up Radiografi digital (Panel digital, kabel konektor ke Labtop,
Laptop program digital radiografi)
10. Letakkan specimen pada posisi penyinaran (SFDelip) yang telah ditentukan
(untuk DWDV jangan lupa lakukan pergesaran benda uji sesuai perhitungan)
Lihat Gambar 4.
11. Buatlah data baru pada program radiografi digital, masukan data identifikasi
yang diperlukan sesuai kolom yang tersedia pada program.

12. Periksa sekali lagi dan pastikan tidak terdapat seorangpun di daerah penyinaran.
Atur tegangan, arus tabung dan timer sesuai dengan perhitungan.
13. Nyalakan pesawat dengan memutar kunci operasi dan menekan tombol “ON”
pada control panel dengan input waktu (40 – 60 detik) dengan asumsi dapat
mengambi 3 citra pada computer digital.
14. Ambil pencitraan pada radiografi digital dengan waktu 1,4/100 dikalikan waktu
peritungan konvensional. (kurang lebih anttara 0,5 s/d 4 detik) setiap citra.
15. Lakukan proteksi radiasi saat penyinaran berlangsung dengan melakukan
pengukuran laju paparan di daerah pekerja (control panel) dan di sisi gedung lab
pesawat sinar-X (catat dalam log book operasi)
16. Lakukan Interpretasi film (poin 4.3), jika grey value atau sensitifitas blm
memenuhi lakukan penyinaran ulang dengan perubahan waktu pengambilan
citra disesuaikan dengan kebutuhan.
17. Putar kunci operasi pada posisi stanby /”lock” saat penyinaran telah selesai.
18. Lakukan pendinginan pesawat sinar-X minimal sama dengan waktu penyinaran
terakhir dilakukan, jika akan digunakan untuk penyinaran selanjutnya.
19. Jika sudah selasai matikan pesawat sinar-X, lepas rakitan power dari control
panel dan rapikan seperti semula.
20. Baca pocket dosimeter dan catat, matikan survey-meter dan rapikan/kembalikan
peralatan proteksi radiasi pada tempatnya.

4.3 Interpretasi Film


1. Setelah pengambilan citra selesai, buka citra pada program review yang tersedia
di computer raiografi digital.
2. Amati kawat penetrameter yang terlihat, memenuhi persyaratan atau belum.
3. Ukur nilai grey value pada lasan (maksimum dan minimum), sekitar kawat
penetrameter, dan pada material.
4. lakukan analisa nilai grey value sudah memenuhi persyaratan atau belum, juga
variasi densitasnya.
VD Max:
𝐷𝑚𝑎𝑥 − 𝐷𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦
𝑉𝐷𝑚𝑎𝑥 = 𝑥 100%
𝐷𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦
𝑉𝐷𝑚𝑎𝑥 = . . … % ≥ 30 %, VD max tidak memenuhi persyaratan
𝑉𝐷𝑚𝑎𝑥 = ⋯ … . ≤ 30 %, Sehingga VD max memenuhi persyaratan

VD Min:

𝐷𝑚𝑖𝑛 − 𝐷𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦
𝑉𝐷𝑚𝑖𝑛 = 𝑥 100%
𝐷𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦
𝑉𝐷𝑚𝑖𝑛 = ⋯ % < −15 %, VDmin Tidak Memenuhi persyaratan

𝑉𝐷𝑚𝑖𝑛 = … … % > −15 %, VDmin memenuhi persyaratan

5. Hitung sensitivitasnya dari jumlah kawat yang muncul pada penetrameter:


𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦
Sensitifitas = 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 1 𝑙𝑎𝑠𝑎𝑛 (𝑇)
x 100%

6. Hiung ug dan bandingkan dengan ug maksimum.

Rumus ug = Unsharpness geometry (Ug):


fs ∙ d
Ug =
SFD┴ − d

7. Amati discontinitas yang tergambar dalam citra lasan, tentukan jenisnya.


8. Simpan data pengamatan dan ekspor sebagai file jpeg lengkap dengan data grey
value.

V. DATA PENGAMATAN

Specimen:
Jenis : Pipa
Diameter Loar (OD) : 89,1 mm = 3,5 in (Metode Ellips)
Diameter Dalam (ID) : 77,7 mm
Tebal : 5,7 mm
Lebar Las : 13,4 mm
Reinforcement : 3 mm

Sumber Radiasi:
Sinar-X : kV = 160 kV ; mA = 5 mA ; Focal Spot (f) = 2√2 mm
Tipe : LORAD (LPX Series)
Penetrameter :
Tipe : Kawat
Nomor/Kelompok : 6 / Set A
Lokasi Penny : Source Side
Penny yang harus muncul : 1 Kawat
Penny yang tampak pada film : 3 kawat

Penyinaran:
Waktu Penyinaran : 0,9 detik

Pengukuran:
Jarak Sumber - Film (SFD) : 650 mm

VI. PERHITUNGAN DAN HASIL PENGAMATAN

 Tegangan Kerja

Tebal (mm) Aluminium (Al) Carbon Steel

A B A B

0,5 < x < 5 20 5 40 10

5 < x < 50 40 1,5 75 4,5

Tebal = 5, 7 mm
Bahan = Carbon Steel
Maka, A = 75; B = 4,5
X (tebal 2 las) = 17,4 mm

kV = A + Bx
= 75 + 4,5(17,4)
= 153,3 kV
≈ 160 kV

 Pergeseran dan SFD Ellips

P = 1/5 SFD + 2 Lebar las


P = 1/5 (650) + 2 (13,4)
P = 156,8 mm

SFD Ellips = √SFD2 + P 2


SFD Ellips = √6502 + 156,82
SFD Ellips = 668,4 mm

 Waktu Penyinaran

Berdasarkan kurva penyinaran 160 kV :


Log Y = 0,07758 X + 0,00099
X = 17,4 mm

Log Y = 0,007758 (17,4) + 0,00099


Y = 22,43 menit.mA

SFD Ellips 2 Y
t= ( ) .
SFD Kurva i
2
668,4 22,43
t= ( ) .
700 5

t = 4,04 menit

1,5
Waktu Penyinaran Sebenarnya = . 242,92 detik = 3,64 detik
100

 Hasil Pengamatan
D min = 6515
D max = 8490
D penny = 6954
D material = 12379

 Variasi Densitas dan Sensitivitas

 VD Max
Dmax − Dpenny
VDmax = x 100%
Dpenny
8490 − 6954
VDmax = x 100%
6954

VDmax = 22,09 %

𝑉𝐷𝑚𝑎𝑥 = 22,09% ≤ 30 %, Sehingga VD max memenuhi persyaratan

 VD Min
D𝑚𝑖𝑛 − Dpenny
VD𝑚𝑖𝑛 = x 100%
Dpenny
6515 − 6954
VD𝑚𝑖𝑛 = x 100%
6954
VD𝑚𝑖𝑛 = −6,31 %
𝑉𝐷𝑚𝑖𝑛 = −6,31 % > −15 %, VDmin memenuhi persyaratan
 Sensitifitas
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙𝑝𝑒𝑛𝑛𝑦
Sensitifitas = x 100%
𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 1 𝑙𝑎𝑠𝑎𝑛 (𝑇)
0,25
Sensitifitas = x 100%
8,7
Sensitifitas = 2,87 %
Sensitifitas = 2,87 % < 20 % Sensitifitas memenuhi

 Unsharpness Geometry

fs ∙ d
Ug =
SFD┴ − d
2√2 ∙ 89,1
Ug =
650 − 89,1
252,01
Ug =
560,9
Ug = 0,449 𝑚𝑚
U𝑔 max = 0,76 mm
Ug < Ug max, maka Ug memenuhi

 SFD Min

fs
SFD Min = ( + 1) . d
Ug max

2√2
SFD Min = ( + 1) . 89,1
0,76
SFD Min = 420,69 𝑚𝑚
SFD = 650 mm
SFD > SFD Min, maka SFD memenuhi

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan praktikum Digital Radiografi. Spesimen yang
diuji adalah berupa pipa besi dengan diameter 3,5 inch, maka digunakan teknik DWDV Ellips.
Sebelum penyinaran dilakukan, terlebih dahulu ditentukan parameter - parameter yang
dibutuhkan seperti, SFD, Ug, jenis penetrameter, tegangan kerja dan waktu penyinaran.
berdasarkan tabel, untuk specimen ini nilai Ug maksimumnya 0,76 mm, sedangkan dari
perhitungan didapatkan nilai Ugnya 0,449 mm, oleh karena nilai Ug kurang dari nilai Ug
mksimumnya, maka dapat diterima. SFD┴ yang digunakan adalah 650 mm, setelah dilakukan
perhitungan jarak pergeserannya 156,8 mm dan SFD ellipsnya 668,4 mm. Berdasarkan
perhitungan, nilai SFD minimlnya adalah 420,9 mm, oleh karena nilai SFD yang digunakan
lebih besar dari SFD minimalnya, maka dapat diterima. Berdasarkan tabel, untuk spesimen ini
digunakan penetrameter jenis kawat ASTM set A kawat no 6, maka yang harus muncul pada
gambar adalah 1 kawat, dengan diameter kawat terkecil adalah 0,25 mm, dan lokasi penny
source side pada praktikum kali ini. Dari perhitungan didapatkan nilai tegangan kerja sebesar
153,3 kV, maka digunakan yang paling mendekati pada alat pesawat sinar-x yaitu 160 kV. Dari
perhitungan waktu penyinarannya selama 3,47 detik, tetapi pada praktikum kali ini waktu yang
digunakan selama 0,9 detik, dikarenakan kurva waktu penyinaran untuk digital radiografi ini
belum ada, dan masih menggunakan kurva waktu penyinaran radiografi secara konvensional.
Digunakan waktu yang lebih sedikit supaya gambar yang didapat tidak terlalu hitam.
Kemudian dilakukan proses penyinaran dan pengambilan gambar. Pada gambar di
tentukan nilai Grey Value-nya, Grey Value ini mewakili nilai densitas (jika pada penyinaran
radiografi secara konvensional). Berdasarkan ASME V artikel 2, nilai densitas material yang
di terima adalah 1,8 – 4 yang setara dengan nilai Grey Value 6300 – 14000. Dari gambar dapat
diketahui bahwa nilai Grey Value materialnya sebesar 12379, maka gambar ini dapat diterima.
Setelah dilakukan perhitungan, nilai VD maxnya 22,09 %, nilai ini kurang dari nilai VD max
yang ditentukan pada ASME V artikel 2 yaitu 30 %, maka VD max pada gambar ini diterima.
Dari perhitungan, didapatkan nilai VD minnya -6,31 %, nilai ini lebih dari nilai VD min yang
ditentukan pada ASME V artikel 2 yaitu -15 %, maka VD min pada gambar ini diterima. Dari
perhitungan, didapatkan nilai sensitifitas sebesar 2,87 %, nilai ini kurang dari nilai sensitifits
yang ditentukan pada ASME V artikel 2 yaitu 20 %, maka sensitifitas pada gambar ini diterima.
Dari gambar dapat diketahui bahwa kawat yang muncul ada 3 buah, dengan sedangkan yang
harus muncul adalah 1 buah, maka dapat diterima.
Dari gambar film radiografi dapat diketahui bahwa pada spesimen tersebut terdapat
diskontinuitas pada lasan yakni berupa IP (Incompelete Penetration), tungsten inclusion,
porosity, dan spatter.

VIII. KESIMPULAN

Parameter ASME V, Article 2 Hasil Keterangan


No
Memenuhi/tidak
1 Ug Max 0.03” (0.76 mm) 0,449 𝑚𝑚
memenuhi
Memenuhi/tidak
2 Sensitivitas < 20% 2,87 %
memenuhi
Densitas/ 1,8 – 4 setara
Memenuhi/tidak
3 Grey value dengan 12379
memenuhi
citra (6300 – 14000)
4 Variasi -6,31 % s/d Memenuhi/tidak
-15% s/d +30%
densitas 22,09% memenuhi
IP Memenuhi/tidak
(Incompelete memenuhi
5 Artifact Tidak ada Penetration),
tungsten
inclusion,
porosity, dan
spatter
Muncul 3 Memenuhi/tidak
6 Penetrameter set A,kawat no 6
buah memenuhi

Anda mungkin juga menyukai