2.2 Fungsi
Fungsi FTIR dalam analisa adalah :
a. Dapat mengidentifikasi material yang belum diketahui
b. Dapat menentukan kualitas dari sampel
c. Dapat menentukan jumlah komponen di dalam campuran
d. Menganalisa komposisi kimia dari senyawa-senyawa
organik, polimer, coating atau pelapisan, material
semikonduktor
2.3 Prosedur Analisa
3. Brunauer-Emmet-Teller (BET)
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam analisa adalah Surface Area
Analyzer. Surface Area Analyzer (SAA) merupakan salah satu alat
utama dalam karakterisasi material.
5.2 Fungsi
SEM digunakan untuk menyelidiki permukaan dari objek
solid secara langsung. fungsi utama dari SEM antara lain dapat
digunakan untuk mengetahui informasi-informasi mengenai :
a. Topografi, yaitu ciri-ciri permukaan dan teksturnya
(kekerasan, sifat memantulkan cahaya, dan sebagainya).
b. Morfologi, yaitu bentuk dan ukuran dari partikel penyusun
objek (kekuatan, cacat pada Integrated Circuit (IC) dan
chip, dan sebagainya).
c. Komposisi, yaitu data kuantitatif unsur dan senyawa yang
terkandung di dalam objek (titik lebur, kereaktifan,
kekerasan, dan sebagainya).
d. Informasi kristalografi, yaitu informasi mengenai
bagaimana susunan dari butir-butir di dalam objek yang
diamati (konduktifitas, sifat elektrik, kekuatan, dan
sebagainya).
6.2 Fungsi
Aplikasi TEM adalah untuk analisis mikrostruktur, identifikasi
defek, analisis interfasa, struktur kristal, tatanan atom pada
kristal, serta analisa elemental skala nanometer.
6.3 Prosedur Analisa
Pada TEM, sampel yang disiapkan sangat tipis sehingga
elektron dapat menembusnya kemudian hasil dari tembusan
elektron tersebut yang diolah menjadi gambar. Agar preparat
dapat diamati dengan baik, diperlukan persiapan sediaan dengan
tahap sebagai berikut :
a. Melakukan fiksasi, yang bertujuan untuk mematikan sel
tanpa mengubah struktur sel yang akan diamati. fiksasi
dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa
glutaraldehida atau osmium tetroksida.
b. Preparation of thin sections : Pengambilan sampel dengan
ferri osmium (stabilizes lipid bilayers and proteins) dan
glutaldehyde (biasanya dilakukan di awal; ikat silang protein
dengan ikatan kovalen) sehingga
memungkinkan spesimen untuk mengalami dehidrasi dan
diresap oleh resin monomer. Spesimen dalam bentuk ini
dapat diiris dengan baik dengan pisau berlian atau ultra-
mikrotom untuk membuat bagian tipis yang bebas dari air
dan zat volatil. Prosedur ini, kurang umum digunakan, oleh
karena itu digantikan oleh rapid freezing.
c. Rapid freezing : Pembuatan lapisan tipis suatu specimen
yang diuji dengan TEM tidak menjamin bahwa specimen
tersebut dapat dilihat di bawah mikroskop menyerupai
struktur dalam bentuk (ikatan kovalen protein yang
bermasalah) yang sebenarnya. Untuk memastikan
sepenuhnya, specimen harus diawetkan tanpa merusak
struktur aslinya yang dimungkinkan untuk pembekukan
cepat spesimen dengan sedemikian rupa sehingga
mencegah molekul-molekul air menata ulang kembali
strukturnya sendiri. Dengan memasukkan spesimen ke
dalam sebuah polesan blok tembaga dingin dengan helium,
air sangat dingin dimasukkan ke dalam es
vitreous. Spesimen ini kemudian dapat diiris dengan sebuah
ultramicrotome.
d. Pelapisan atau pewarnaan, bertujuan untuk memperbesar
kontras antara preparat yang akan diamati dengan
lingkungan sekitarnya. Pelapisan atau pewarnaan dapat
menggunakan logam berat seperti uranium dan timbal.
b. Meknisme