PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Pemilihan tipe reaktor dibuat atas dasar profil konsentrasi yang paling tepat ketika reaksi
berlangsung, meminimalkan volume reaktor untuk reaksi tunggal atau memaksimalkan
selektivitas (atau yield) untuk reaksi ganda dengan konversi yang diberikan. Bagaimanapun
masih ada efek penting mengenai kondisi reaksi yang harus dipertimbangkan. Kondisi reaksi ini
meliputi
1. Temperatur reaktor
2. Tekanan reaktor
3. Fasa reaksi
4. Konsentrasi Reaksi
5. Katalis
Pada reaksi reversible, terdapat konversi maksimum reaksi yaitu konversi kesetimbangan.
Konversi kesetimbangan dapat diubah dengan perubahan yang sesuai untuk konsentrasi reaktan,
suhu dan tekanan. Maka dari itu memahami konsep kesetimbangan merupakan aspek penting
untuk dapat memodifikasi kondisi reaksi untuk meningkatkan konversi kesetimbangannya.
1.3 Tujuan
1. Memahami konsep kesetimbangan kimia.
2. Memahami pengaruh temperatur terhadap kesetimbangan, konversi kesetimbangan, dan laju
reaksi.
3. Memahami pengaruh tekanan terhadap kesetimbangan dan konversi kesetimbangan.
4. Memahami pengaruh rasio konsentrasi umpan terhadap konversi kesetimbangan.
5. Memahami pengaruh material inert terhadap konversi kesetimbangan.
6. Memahami pengaruh katalis terhadap selektivitas pada reaksi multipl.
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti entalpi, nilai absolut G untuk suatu zat tidak dapat diukur, dan hanya perubahan nilai G
yang dapat diukur. Untuk proses yang terjadi pada suhu konstan, nilai perubahan energi bebas
dapat dihitung dari persamaan 2.3 menjadi :
∆𝐺 = ∆𝐻 − 𝑇 ∆𝑆 (2.4)
𝑑𝐺 = −𝑆𝑑𝑇 + 𝑇𝑉 𝑑𝑃 (2.5)
Dimana V adalah volume sistem. Pada temperature constant dT = 0 dan persamaan diatas
menjadi
𝑑𝐺 = 𝑉𝑑𝑃 (2.6)
Untuk gas ideal PV = NRT dimana, R = konstanta gas ideal. Sehingga persamaan menjadi :
𝑑𝑃
𝑑𝐺 = 𝑁𝑅𝑇 (2.7)
𝑃
Penentuan energi bebas pada suatu reaksi kimia pada umumnya dinyatakan dalam energi bebas
standar yang dinotasikan sebagai 𝐺 0 . Sebuah gas dianggap jika berada dalam keadaan standar
yaitu 1 atm atau 1 bar pada proses isothermal. Maka persamaan sebelumnya di integralkan dari
tekanan standard 𝑃0 menuju tekanan 𝑃:
𝑃
𝐺 = 𝐺 0 + 𝑁𝑅𝑇 𝑙𝑛 (2.9)
𝑃𝑜
Pada sebuah real sistem yang bukan gas ideal maka persamaan dapat ditulis :
𝑓
𝐺 = 𝐺 0 + 𝑁𝑅𝑇 𝑙𝑛 (2.10)
𝑓𝑜
𝐺 = 𝐺 0 + 𝑁𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝑎
dimana : 𝑓 = fugasitas (N. m2 atau bar)
𝑎 = aktivitas (𝑎 = 𝑓/ 𝑓𝑜)
𝑏𝐵 + 𝑐𝐶 + ⋯ ↔ 𝑠𝑆 + 𝑡𝑇 + ⋯ (2.11)
Peubahan energi bebas untuk reaksi tersebut dapat dituliskan menjadi :
(2.14)
Persamaan 2.10 untuk energi bebas molar parsial untuk komponen i dalam campuran :
𝑜
𝐺𝑖 − 𝐺𝑖 = 𝑅𝑇 ln 𝑎𝑖 (2.15)
dimana, 𝑎𝑖 merujuk kepada aktivitas component i dalam campuran, substitusi persamaan 2.15 ke
dalam persamaan 2.14 :
𝑎𝑆𝑠 𝑎𝑇
𝑡
…..
∆𝐺 − ∆𝐺 𝑜 = 𝑅𝑇 ln ( 𝑏 𝑎 𝑐 ….. ) (2.17)
𝑎𝐵 𝐶
𝑎𝑆𝑠 𝑎𝑇
𝑡
……
∆𝐺 𝑜 = −𝑅𝑇 ln ( 𝑏 𝑎 𝑐 …… ) = −𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝐾𝑎 (2.18)
𝑎𝐵 𝐶
𝑎𝑆𝑠 𝑎𝑇
𝑡
…..
Dimana, 𝐾𝑎 = 𝑏 𝑎 𝑐 …..
𝑎𝐵 𝐶
Untuk reaksi gas homogen, fugasitas pada keadaan standar 𝑓𝑖𝑂 = 1 Jika fugasitas dinyatakan
sebagai tekanan parsial dan koefisiien fugasitas :
𝑓𝑖 = ∅𝑖 𝑝𝑖
(2.20)
dimana, 𝑓𝑖 = fugasitas komponen i
𝑝𝑖 = 𝑦𝑖 𝑃 (2.22)
dimana, 𝑦𝑖 = fraksi mol komponen i
𝑃 = Tekanan sistem
Substitusi persamaan 2.22 ke persamaan 2.21 :
∅𝑠 ∅𝑡 ….. 𝑦 𝑠 𝑦 𝑡 …..
𝐾𝑎 = (∅𝑏𝑆 ∅𝑇𝑐 …..) (𝑦𝑆𝑏 𝑦𝑇𝑐 …..) 𝑃∆𝑁 = 𝐾∅ 𝐾𝑦 𝑃∆𝑁 (2.23)
𝐵 𝐶 𝐵 𝐶
(2.24)
𝑃 𝑠 𝑃 𝑡 …..
𝐾𝑎 = 𝐾𝑝 = (𝑃𝑆𝑏𝑃𝑇𝑐…..)
𝐵 𝐶 (2.25)
𝑦 𝑠 𝑦 𝑡 …..
𝐾𝑎 = 𝐾𝑦 𝑃∆𝑁 = (𝑦𝑆𝑏 𝑦𝑇𝑐 …..) 𝑃 ∆𝑁
𝐵 𝐶