Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

1. Menentukan bilangan Avogadro(N0) secara elektrolisis


2. Menyusun dan mengukur GGL sel elektrokimia
3. Mencoba menguju persamaan Nernst
1.2 Dasar Teori
Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi
kimia. Elemen yang digunakan dalam reaksi elektrokimia dikarakterisasikan
dengan banyaknya elektron yang dimiliki.Reaksi kimia dapat menghasilkan energi
atau menyerap energi. Pertukaran energi yang terjadi biasanya dalam bentuk
panas, tetapi kadang-kadang dengan suatu modifikasi, energi yang dipertukarkan
tersebut bisa diubah dalam bentuk energi listrik. Sel elektrokimia adalah alat yang
di gunakan untuk melangsungkan perubahan bentuk energi kimia jadi energi
listrik.Sel elektrokimia baik yang melepas atau menyerap energi selalu melibatkan
perpindahan elektron-elektron dari satu senyawa ke senyawa yang lain dalam
suatu reaksi oksidasi reduksi.Oksidasi adalah hilangnya elektron sedangkan
reduksi diperolehnya electron. Zat pengoksidasi adalah spesies yang melakukan
oksidasi, mengambil elektron dari zat yang teroksidasi. Zat pereduksi adalah
spesies yang melakukan reduksi memberikan elektron kepada zat yang tereduksi.
Setelah reaksi zat teroksidasi memiliki bilangan oksidasi lebih tinggi sedangkan
zat tereduksi memiliki bilangan oksidasi lebih rendah (Atkins,1983).
1.2.1. Prinsip Dasar Elektroplating
Elektroplating merupakan teknik pelapisan secara elektrodeposisi, yaitu
proses pengendapan pelapis logam secara elektrokimia. Cara pelapisan ini
memerlukan arus listrik searah (DC). Bila listrik mengalir antara anoda dan
katoda, didalam larutan konduktor/larutan elektrolit, maka akan terjadi reaksi
kimia pada permukaan logam tersebut. Pada sistem demikian, bila diberi tegangan
atau beda potensial, ion-ion bergerak menuju elektroda. Kation bergerak menuju
katoda dan anion menuju anoda. Masing-masing mempunyai laju yang khas
(konduktivitas ion spesifik). Konduktivitas total larutan tertentu merupakan
penjumlahan dan konduktivitas ion individu segenap ion yang dikandungnya
(Langsa, 2010).
1.2.2. Elektroda
Elektroda merupakan kutub atau lempeng pada suatu sel elektrolitik ketika
arus listrik memasuki atau meninggalkan sel. Elektroda dimana proses reduksi
berlangsung disebut sebagai katoda yang merupakan kutub negatif(penarik
elektron), sedangkan elektron dimana proses oksidasi berlandsung disebut anoda
yang merupakan kutub positif (pelepas ektron).
Anoda biasanya terkorosi dengan melepaskan elektron-elektron dari atom-
atom logam netral untuk membentuk ion-ion bersangkutan. Berbagai anoda
dipergunakan pada elektroplating. Ada anoda inert, ada anoda aktif (terkorosi).
Anoda dapat merupakan logam murni, dapat pula sebagai alloy. Katoda biasanya
tidak mengalami korosi, walaupun mungkin menderita kerusakan dalam kondisi-
kondisi tertentu. Dalam larutan, ion-ion positif bergerak ke katoda dan ion-ion
negatif bergerak ke anoda. Adapun logam yang biasa digunakan sebagai elektroda
adalah logam yang tidak larut dalam larutan elektrolit yang digunakan sebagai
pelapis(Langsa, 2010).
1.2.3. Jenis Larutan Elektrolit
Jenis larutan elektrolit yang dipakai dalam elektroplating ialah elektrolit
asam, netral dan basa. Dinamakan larutan elektrolit sebab dapat menghantarkan
arus listrik
Bak pelapisan pada umunya mengandung :
Garam yang mengandung ion logam
Garam yang berfungsi menambah daya hantar larutan
Larutan yang bertindak sebagai buffer untuk menjaga pH larutan yang
dikehendaki
Adition Agent untuk mempengaruhi jenis larutan yang dihasilkan
1.2.4. Voltase, Tahanan dan Hataran

Aliran antara kutub positif dan negatif dari sumber arus lansung dilengkapi
dengan suatu alat elektrolit, maka sejumlah arus listrik yang akan lewat sangat
bergantung pada dua faktor, yaitu :
Gaya gerak listrik (ggl) atau dinamakan electro motif force (e. m. f. ) atau
voltase yang digunakan pada baterai atau sumber arus ion sebagai sumber
arus yang melalui elektrolit.
Tahanan listrik dari elektrolit yang berbanding terbalik dengan arus yang
lewat. Jika tahanan diperbesar maka kuat arus yang ditimbulkan makin
kecil, begitulah sebaliknya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi Esel adalah konsentrasi. Persamaan
yang menghubungkan konsentrasi dengan Esel dinamakan persamaan Nernst.
Bentuk persamaan Nernst untuk reaksi aA + bB cC + dD, adalah sebagai
berikut:
c d
RT aC . a D
Esel=E0 sel ln
nF aaA . abB ...........................(1.1)

F = konstanta Faraday
N = jumlah elektron yang dipertukarkan dalam reaksi redoks
Untuk perhitungan yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi, aktivitas dapat
diganti dengan konsentrasi.
Berdasarkan penemuan dari Michael Faraday pada tahun 1883 yang
dikenal sebagai hukum Faraday, menetapkan hubungan listik dan kimia dari
elektrolit atau reaksi elektrokimia. Kedua hukum tersebut adalah:

a. Berat logam yang diendapkan pada katoda selama elektrolisis adalah


sebanding dengan jumlah arus listrik yang melalui larutan.
b. Untuk sejumlah arus yang lewat selama elektrolisis, berat logam yang
diendapkan sebanding dengan berat ekivalennya.
Berdasarkan kedua hukum tersebut diatas diperoleh:
Z . I .t
w= ......................................... (1.2)
96500

Dimana, W = Berat endapan (gram)


I = Kuat Arus (ampere)
t = Waktu pelapisan (detik)
A= Berat atom (garam/mol)
Z = Valensi
F = Konstanta Faraday (96500 Coloumb)
Misalnya, kuantitas listrik yang diperlukan untuk mengendapkan 1 mol
logam monovalen adalah 96485C (Coulomb), tidak bergantung pada jenis
logamnya. Coulomb adalah satuan muatan listrik dan 1C adalah muatan yang
dihasilkan bila arus 1A(Ampere) mengalir selama 1 detik. Tetapan fundamental
listrik adalah konstanta Faraday, F = 9,65 x 10 4 C, yang didefenisikan sebagai
kuantitas listrik yang dibawa oleh 1 mol elektron. Dimungkinkan untuk
menghitung kuantitas mol perubahan kimia yang di sebabkan oleh aliran arus
listrik yang tetap mengalir untuk rentang waktu tertentu (Saito, 2009).

Keadaan standar didefinisikan sebagai keadaan pada


25o C (298.15 K), pada keaktifan satu untuk semua zat
dalam sel elektrokimia pada sel dengan arus nol pada
tekanan 1 bar (105 Pa). Untuk reaksi yang melibatkan ion
H+, keadaan standar adalah pH = 0 (sekitar konsentrasi
asam 1 molar).

Dalam kasus elektrode hidrogen digunakan sebagai


potensial elektrode standar, gas hidrogen 1 atm (aH2 = 1)
dikontakkan perlahan dengan elektroda platinum-hitam
yang dibenamkan dalam larutan asam kuat dengan
keaktifan, aH+= 1. Potentialnya diungkapkan sebagai:
.................................... (1.3)

dan menurut definisi E0 = 0 dalam keadaan standar.


Elektroda hidrogen dalam keadaan standar disebut sebagai
elektrode hidrogen standar atau NHE. Walaupun potensial
reduksi biasanya diungkapkan dengan rujukan NHE
standar, elektrode hidrogen sukar ditangani. Oleh karena
itu elektrode kalomel jenuh atau Ag/AgCl digunakan
sebagai elektroda rujukan untuk pengukuran elektrokimia
sehari-hari dan potensial percobaan diukur terhadap
elektroda ini atau dikonversi pada nilai NHE. Bila nilai
NHE diset menjadi 0, nilai SCE 0.242 V, dan Ag/AgCl
adalah 0.199 V.

Reaksi redoks terjadi hanya bila pasangan redoks


ada dan reaktannya dapat berupa oksidator atau reduktor
bergantung pasangan reaksinya. Kemampuan relatif
redoksnya dapat diungkapkan secara numerik dengan
memberikan potensial reduksi setengah reaksinya, E0
(Tabel 3.1). Perubahan energi bebas reaksi berhubungan
dengan E0,

..................................... (1.4)

N adalah jumlah elektron yang diserahterimakan dan F

adalah konstanta Faraday, 96500 C.mol-1.


Misalnya, untuk dua reaksi

tidak berlangsung bebas, tetapi bila H+ (aq) dan Zn(s) ada,


reaksi redoks akan berlangsung. Persamaan yang
menyatakan reaksi yang berlangsung didapat bila reaksi ke-
2 dikurangi dengan persamaan reaksi pertama

Perubahan energi bebas reaksi redoks keseluruhan


adalah selisih perubahan energi masing-masing setengah
reaksi.
..................................... (1.5)

Karena setengah sel pada dasarnya hanya imajiner dan


umumnya digunakan sebagai pasangan, perubahan energi
bebas G01 untuk H+ diset 0. Dalam hal ini karena
didapat hasil percobaan G0 sebesar -147 kJ, maka G02
bernilai 147 kJ. Potensial E0 yang berkaitan dengan G0
setengah reaksi disebut potensial reduksi standar.

......................................... (1.6)

Maka

Potensial standar berbagai setengah reaksi


ditentukan dengan menggunakan prosedur yang mirip
dengan yang disebutkan tadi (Tabel 3.1). E0 reaksi redoks
dapat dihitung dengan mengkombinasikan E0 setengah
reaksi ini.

Bila E0 reaksi redoks positif, G0 bernilai negatif


dan reaksi berlangsung spontan. Akibatnya selain
menggunakan perubahan energi bebas potensial reduksi
juga dapat digunakan untuk menentukan kespontanan
reaksi. Semakin besar potensial reduksi semakin kuat
kemampuan oksidasinya. Nilai positif atau negatif
berdasarkan nilai potensial reduksi proton adalah 0, dan
harus dipahami bahwa nilai positif tidak harus berarti
mengoksidasi, dan nilai negatif bukan berarti mereduksi.
Deretan yang disusun berdasarkan kekuatan redoks disebut
deret elektrokimia (Yelmida. 2011).

1.2.5 Faktor-Faktori Yang Mempengaruhi Lapisan

1. Logam Dasar

Digunakan untuk pembuatan elektroda (katoda) atau benda kerja harus


berbentuk batang yang mempunyai penampang melintang bulat atau persegi
(berbentuk pelat). Logam dasar harus bebas dari lemak dan kotoran-kotoran
oksida yang dapat mempengaruhi pelekatan lapisan dan dapat menimbulkan
korosi.
2. Rapat Arus
Pada proses ini jumlah logam yang terdeposisi pada katoda atau yang
lenyap dari anoda. Rapat arus yang timbul dapat mempercepat terjadinya
pengendapan namun hasilnya kasar.di samping itu rapat arus yang tinggi dapat
menyebabkan pelarutan kembali pada lapisan yang terbentuk. Rapat arus yang
rendah menyebabkan pelepaan ion lambat sehingga membutuhkan waktu yang
relatif lama.
3. Konsentrasi Larutan Elektrolit
Pada larutan yang konsentrasinya rendah, proses pelapisan berlangsung
lama dan kemungkinan tidak terjadilapisan. Sebaliknya pada larutan yang
konsentrasinya tinggi, akan menghasilkan lapisan yang melekat kuat tatapi
kemungkinan lapisan yang terjadi kasar.
4. pH Larutan
Larutan yang bersifat netral atau mendekati netral mudah menjadi larutan
yang bersifat basa dipermukaan katoda, sehingga lapisan yang terbentuk akan
tercampur dengan lapisan garam basa atau hidroksida.pH yang terlalu rendah
memudahkan terjadinya reaksi pembentukan gas hidrogen dan melarutnya
kembali lapisan yang terjadi. Nilai potensial (E) untuk elektroda hidrogen
bergantung pada konsentrasi ion hidrogennya. Misalnya di buat konsentrasi sel
hidrogen yang satu dalam keadaan baku dan sel hidrogen yang lain tidak dalam
keadaan baku (Sukardjo,1997).

1.2.6 Bilangan Avogadro


Bilangan Avogadro (lambang: L atau N0) dinamakan sebagai tetapan
Avogadro atau konstanta Avogadro. Bilangan Avogadro adalah banyaknya
"entitas" (biasanya atom ataumolekul) dalam satu mol, yang merupakan
jumlah atom karbon-12 dalam 12 gram (0,012kilogram) karbon-12 dalam keadaan
dasarnya. Perkiraan terbaik terakhir untuk angka ini adalah:
Nilai angka ini pertama kali diperkirakan oleh Johann Josef Loschmidt,
yang pada 1865 menghitung jumlah partikel dalam satu sentimeter kubik gas
dalam keadaan standar. Tetapan Loschmidt karena itu lebih tepat sebagai nama
untuk nilai terakhir ini, yang dapat dikatakan berbanding lurus dengan bilangan
Avogadro. Namun dalam kepustakaan berbahasa Jerman "tetapan Loschmidt"
digunakan baik untuk nilai ini maupun jumlah entitas dalam satu mol.

Suatu tetepan yang sangat penting dalam bidang kimia adalah bilangan
Avogadro (N0). Ada macam macam metode untuk menentukan bilangan itu.
Metode yang paling tepat adalah kristalografi sinar X. Analisis kristalografi
sinar-X hanya dilakukan para spesialis yakni kristalografer. Pengukuran dan
pemrosesan data yang diperlukan membutuhkan pengetahuan dan pengalaman
yang banyak. Sehingga kristalografi sulit dilakukan jika untuk percobaan
mahasiswa. Dalam percobaan ini, kita akan menentukan bilangan Avogadro secara
elektrolisis. Elektrolisis garam dapur dengan elektroda yang terbuat tembaga
menghasilkan ion tembaga (I) pada anoda.Ion tembaga itu, membentu tembaga (I)
oksida yang mengendap. Jumlah listrik yang diperlukan untuk mengoksidasi satu
mol atom tembaga menjadi satu ion tembaga (I) dapat diukur. Dari jumlah muatan
pada satu ion tembaga (I) kita dapat menghitung bilangan Avogadro. Jumlah
muatan pada satu ion Cu+= 1,6.10-19 Coulomb (Atkins,1983).
1.2.7 Hukum Nernst
Dalam sel volta pada pengukuran standar, pasti digunakan konsentrasi
yang sama pada kedua gelas kimia yaitu pada anode dan katode. Namun, jika
salah satu atau kedua gelas kimia tersebut konsentrasinya diubah, maka
perhitungan potensial selnya tidak akan sama dengan perhitungan potensial sel
volta biasa (Esel = Ekatode Eanode)

Jadi, persamaan nernst adalah persamaan ketika konsentrasi dan tekanan pada
kedua elektrode (anode dan katode) berbeda jenis pada kedua elektrode. Konsep
ini dikemukakan oleh Walther Nernst (Langsa,2010).

1.2.8 Macam-macam Elektrolisis Dan Ciri-cirinya

1. Elektrolisis leburan elektrolit


Dapat digunakan untuk menghantar ion-ion pada sel elektrolisis. Leburan
elektrolit tanpa menggunakan air. Contoh : NaCl.
2. Elektrolisis air
Jika arus listrik dilewatkan melalui 2 elektroda dalam air murni,tidak
terjadi elektrolisis. Tetapi,jika larutan H2SO4 / KNO3ditambahkan air murni
dengan konsentrasi rendah, akan terjadi elektrolisis dan dapat menghantarkan arus
listrik.
3. Elektrolisis larutan elektrolit
Reaksi yang terjadi tidak hanya melibatkan ion ion dalam larutan
saja,tetapi juga air. Contoh : KI
4. Elektrolisis larutan non elektrolit

Elektrolisis mempunyai banyak kegunaan, diantaranya yaitu memperoleh


unsur-unsur logam,halogen,gas hidrogen dan gas oksigen, kemudian dapat
menghitung konsentrasi ion logam dalam larutan, dan mempunyai ciri ciri sebagai
berikut:
1. Ada larutan elektrolit yang mengandung ion bebas. Ion ion ini dapat
memberikan atau menerima elektron sehingga elektron dapat mengalir
melalui larutan.
2. Ada 2 elektroda dalam sel elektrolisis.
3. Ada sumber arus listrik dari luar,seperti baterai yang mengalirkan arus
listrik searah (DC) (Langsa,2010).
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

1 Alat-alat yang digunakan


1 PH meter atau potensiometer 8. Gelas Piala
2 Kertas Saring 9. Labu Ukur
3 Kabel Penjepit 10. Termometer
4 Kertas amplas 11. Sumber arus DC
5 Amper meter 12. Batang Pengaduk
6 Spatula 13. Pipet tetes

7 Lembaran seng dan tembaga 14. Kabel Penjepit

2 Bahan-bahan yang digunakan


1 NaCl padat 4. CuSO4.5H2O padat
2 NaOH padat 5. ZnSO4.7H2O padat

3 Aquadest 6. NH4NO3 padat

3 Prosedur Percobaan

2.3.1 Elektrolisis untuk Menentukan Bilangan Avogadro

1 Larutan A disiapkan (larutan A terdiri dari 10 gram NaCldan 0,1 gram


NaOH dalam 100 ml air)
2 Dua buah lempeng tembaga yang akan digunakan sebagai elektroda
disiapkan dan dibersihkan dengan amplas.
3 Salah satu elektroda digunakan sebagai anoda. Elektroda tersebut
ditimbang pada neraca analitik.
4 Dipanaskan 80 ml larutan A di dalam gelas piala pada suhu 80oC. Suhu
dijaga konstan dan disusun rangkaian alatnya.
5 Saat suhu sudah konstan 80oC, aliran listrik dihubungkan dan dialirkan
melalui larutan A. Pada waktu yang samadimulai mencatat waktu
dengan stopwatch. Arus listrik harus dijaga konstan selama percobaan
yaitu 1,2 A.
6 Setelah 10 menit, aliran listrik dimatikan, anoda dibersihkan dengan air
kemudian dikeringkan dengan tissue.
7 Anodaditimbang sekali lagi

2.3.2 Mengukur GGL dan Menguji Persamaan Nernst


1 Potongan lembaran tembaga dan seng disiapkan dan dibersihkan
permukaan logam dengan kertas amplas.
2 Larutan jenuh NH4NO3 disiapkan. Sebagai jembatan garam, diambil
selembar kertas saring, digulung dan direkatan dengan menggunakan
selotip pada bagian tengahnya untuk mencegah gulungan membuka.
3 Dua buah gelas piala 100 ml disiapkan, yang satu di isi dengan CuSO 4 1
M (60 ml) dan yang lain dengan ZnSO4 1 M.
4 Lempengan tembaga dan seng dijepit serta dirangkai dengan alatnya
5 Kertas saring yang telah dibentuk jadi gulungan tadi dicelupkan ke
dalam larutan jenuh NH4NO3, dihilangkan kelebihan ammonium nitrat
dengan menggunakan kertas saring lain, kemudian ditempatkan
sedemikian rupa sehingga kedua ujung gulungan tercelup kedalam
larutan yang berada pada kedua gelas piala.
6 Nilai GGL diamati dengan menggunakan PH meter yang distel pada
posisi mV. Dicatat polaritas kedua elektroda.
7 Diulangi percobaan dengan larutan CuSO4 1 M yang telah diencerkan
menjadi larutan CuSO4 0,1 ; 0,01 ; 0,001 M tanpa mengubah larutan
ZnSO4 1 M.
8 Kedua elektroda di cuci dan dibersihkan kembali dengan kertas amplas
tiap menggunakan larutan yang berbeda, begitupun jembatan garamnya.
Dicatat nilai GGL yang terbaca.
9 Diulangi percobaan dengan konsentrasi CuSO4 yang lainnya.

4 Pengamatan
2.4.1 Pengamatan Elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro
Tabel 2.1 Elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro
No Pengamatan Hasil

1. Massa anoda awal 3,21 gram

Massa anoda akhir 2,83 gram


Dari bening keruh menjadi
Perubahan warna larutan
merah bata
Warna anoda akhir Merah bata cerah
2.4.2
Warna katoda akhir Merah bata menghitam
Pengamatan Pengukuran GGL Sel dan Menguji Persamaan Nernst
Tabel 2.2 Pengukuran GGL Sel dan Menguji Persamaan Nernst

Larutan pada bagian Larutan pada bagian


E sel (Volt)
anoda Zn/Zn+2 (M) katoda Cu
1,0 1,0 0,977
1,0 0,1 0,976
1,0 0,01 0,974
1,0 0,001 0,964

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Elektrolisis untuk menentukan Bilangan Avogadro


Pada percobaan ini digunakan prinsip elektrolisis untuk menentukan bilangan
Avogadro. Elektrolisis memanfaatkan energy listrik untuk menjalankan reaksi
redoks yang tidak spontan. Elektrolisis yang dilakukan menggunakan logam Cu
dan larutan elektrolit yang berasal dari NaCl dalam suasana basa dengan
penambahan NaOH. Larutan elektrolit ini dibuat dengan melarutkan 10,02 gram
NaCl dan 0,13 gram NaOH dalam 100ml air. Larutan elektrolit kemudian
dipanaskan hingga mencapai suhu 80oC. Selama elektrolisis suhu dijaga konstan
80oC untuk mempercepat reaksi. Apabila suhu melebihi 80oC maka air akan
menguap dan terbentuk Cu2O. Selanjutnya kedua elektroda tembaga dicelupkan
kedalam larutan dengan arus 1,2 A selama 10 menit.

Dalam percobaan ini terjadi reaksi redoks pada elektroda-elektrodanya.


Reaksi oksidasi terjadi di anoda sedangkan reaksi reduksi di katoda dengan
persamaan reaksi sebagai berikut :

NaCl Na+ + Cl-

Katoda (-) 2H2O + 2 2OH- + H2

Anoda (+) Cu Cu2+ + 2

NaCl + 2H2O + Cu Na+ + Cl- + 2OH- + H2 + Cu2+

Setelah sepuluh menit proses dihentikan dan perubahan massa anoda dihitung.
Hasilnya adalah massa anoda berkurang sebanyak 0,3 gram. Warna larutan yang
awalnya bening keruh menjadi merah bata akibat oksidasi Cu menjadi Cu +2.
Warna anoda setelah reaksi adalah merah bata cerah sedangkan katoda merah bata
kehitaman. Perbedaan ini warna elektroda ini disebabkan oleh perbedaan reaksi
yang terjadi pada tiap elektroda. Selama percobaan terlihat gelembung-gelembung
udara disekitar katoda. Gelembung udara ini merupakan gas H 2 hasil dari reduksi
air pada katoda. Berdasarkan perhitungan, nilai bilangan Avogadro dari percobaan
adalah 3,7571023. Perbedaan nilai bilangan Avogadro percobaan dengan
ketentuannya ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kuat arus yang
seharusnya 1,5 A dan suhu selama proses yang tidak tepat konstan 80oC.

3.2 Mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nernst

Percobaan ini menggunakan larutan ZnSO4 1M dan larutan CuSO4 dengan


konsentrasi 1M; 0,1M; 0,01M; dan 0,001M. Konsentrasi CuSO4 dibuat semakin
kecil untuk mengetahui pengaruh konsentrasi Cu terhadap nilai Esel. Anoda yang
digunakan dalam percobaan adalah lempengan seng dengan larutan ZnSO 4 dan
katoda yang digunakan adalah lempengan tembaga dengan larutan CuSO4.
Elektroda dihubungkan ke multimeter dan dicelupkan ke masing-masing
larutannya. Berdasarkan hasil percobaan nilai Esel untuk larutan CuSO 4 dengan
konsentrasi 1M; 0,1M; 0,01M; dan 0,001M berturut-turut adalah 0,977V; 0,976V;
0,974V; 0,964V. dapat dilihat bahwa nilai Esel menurun seiring dengan
menurunnya konsentrasi CuSO4 yang digunakan. Logam Zn akan melepaskan
electron yang kemudian mengalir dari elektroda Zn ke elektroda Cu. Aliran yang
terbentuk antara elektroda Zn (anoda) dengan elektroda Cu (katoda) ini pada
akhirnya menyebabkan terjadinya beda potensial antara kedua elektroda dan
menimbulkan listrik dengan arah aliran listrik kebalikan dari arah electron. Dalam
percobaan ini digunakan jembatan garam dari kertas saring yang dicelup kedalam
NH4NO3 jenuh. Jembatan garam ini berfungsi sebagai penyetara anion dan kation
dalam system karena pada saat electron teralir maka kation Zn2+ bertambah dalam
larutan ZnSO4 sedangkan disebelahnya terjadi penurunan jumlah ion Cu2+.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Elektrolisis larutan elektrolit dari NaCl dan NaOH dengan logam Cu didapati

bilangan Avogadro sebesar 3,757 1023 .


2. Dalam menguur GGL, semakin kecil konsentrasi CuSO 4 maka GGL yang
diperoleh semakin kecil juga, begitupun sebaliknya.
3. Dalam pengujian persamaan Nernst dengan variasi CuSO 4 1; 0,1; 0,01; 0,001 M
dan ZnSO4 1 M didapat E sel 0,977; 0,974; 0,974; 0,964 Volt.
4.2 Saran
1. Selalu dalam keadaan safety dalam melakukan praktikum.
2. Usahakan logam yang digunakan harus bersih.
3. Suhu ketika pemanasan diusahakan agar dijaga tetap konstan 80oC.
4. Gunakan sumber arus DC dengan 1,5 A agar hasil lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1983. Kimia Fisika Jilid II. Erlangga : Jakarta.

Langsa, Markus. 2010. Penuntun Praktikum Elektrokimia. Jurusan Kimia


Monokwari.

Mulyono, HAM. Kamus Kimia. Cetakan Ketiga. Jakarta : Bumi Aksara.

Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Cetakan Kedua. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Yelmida. 1997. Kimia Fisika dan Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Pekanbaru :
Laboratorium Dasar Teknik Kimia. Universitas Riau.

Anda mungkin juga menyukai