FISIKA RADIASI
Disusun oleh :
Sri Mulyat
Ardi Soesilo Wibowo
Sit Daryat
I. TUJUAN PRAKTIKUM :
II. TEORI :
Intensitas sinar-X setelah menembus bahan akan mengalami 3 proses, yaitu : diserap,
dihamburkan dan diteruskan. Intensitas yang diteruskan (It) lebih kecil dari intensitas awal (Io).
Peristiwa ini dikenal dengan nama atenuasi (perlemahan) berkas sinar-X. Atenuasi terdiri dari
atenuasi linier dan atenuasi massa. Atenuasi linear adalah perlemahan akibat ketebalan/volume
bahan. Sedangkan atenuasi massa perlemahan akibat kerapatan /nomor atom bahan. Rumusnya
adalah sebagai berikut:
It = Io . e-µx
Keterangan :
It = Intensitas setelah menembus bahan
Io = intensitas awal sebelum menembus bahan
µ = angka serap bahan (koofisien atenuasi)
x = tebal bahan
e = bilangan natural logaritma
Detektor
3. Atur Fokus Film Distance (FFD) 100 cm, dengan luas lapangan seluas obyek yang akan
diperiksa dan pusat berkas sinar diatur tepat pada chamber dosimeter
4. Tentukan faktor eksposi sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan (contoh thoraks : 55
kV, 12 mAs)
5. Untuk mendapatkan Intensitas awal (Io) lakukan eksposi tanpa ada phantom , kemudian
catat hasil pengukurannya
6. Untuk mendapatkan Intensitas setelah mengenai pasien (It) lakukan eksposi dengan
menempatkan phantom (sesuai gambar dibawah ), kemudian catat hasil pengukurannya
Tabung sinar X
Phantom
Detektor
7. Setelah mendapatkan nilai Io dan It , ukur ketebalan obyek dengan menggunakan meteran
dan hitung nilai koofisien serap linear dengan persamaan di atas.
8. Selanjutnya ulangi 1 -6 dengan menggunakan obyek yang berbeda
9. Data yang diperoleh kemudian masukkan tabel berikut :
Intensitas
Intensitas Sbl Koofisien
Jenis Setelah Tebal (x)
No mengenai serap liniear
pemeriksaan mengenai cm
bahan (Io) (µ)cm-1
bahan (It)
1 Thoraks
2. Antebrachi
3. Kepala , dll
MODUL PRAKTIKUM 2
KUANTITAS (INTENSITAS) SINAR-X
I. TUJUAN PRAKTIKUM :
II. TEORI :
Kuantitas atau yang biasa disebut dengan intensitas sinar-X adalah jumlah /banyaknya
sinar-X yang dikeluarkan oleh tabung sinar-X .
Kuantitas atau intensitas sinar-X dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu :
a. Kuat arus dan waktu (mAs)
b. Tegangan Tabung (kV)
c. Jarak
d. Filtrasi
a. Pengaruh mAs terhadap kuanttas sinar-X
Jika mA dinaikkan maka jumlah elektron yang terbentuk pada filamen (katoda) akan bertambah
sehingga elektron yang bergerak menuju target juga meningkat.
Hubungan matematiknya :
I 1 mAs1
I 2 mAs2
Dimana :
I adalah intensitas sinar-X (watt/m 2)
mAs adalah arus x waktu (mAs)
Hubungan matemats :
I 1 (kV1 ) 2
I 2 ( kV2 ) 2
Keterangan :
I adalah intensitas sinar-X (Watt/m 2)
V adalah beda potensial (kV)
Makin tinggi tegangan tabung akan dihasilkan panjang gelombang yang lebih pendek sehingga
daya tembusnya besar
Pengaruh kV terhadap kuanttas sinar-X :
1. Atur faktor eksposi pada kV 55 dan mAs 10, kemudian lakukan eksposi dan ukur hasilnya
dengan menggunakan detektor chamber
2. Selanjutkan atur faktor eksposi dengan kV dinaikkan menjadi 70 kV, mAs tetap , lalu lakukan
eksposi dam ukur hasilnya
3. Lakukan analisis hasilukur
Peningkatan tegangan tabung akan menghasilkan spektrum dengan intensitas dan energi yang
semakin tinggi
1. Peningkatan intensitas dan energi akan meningkatkan efektifitas energi foton, jadi akan
meningkatkan kemampuan foton menembus bahan
2. Pada pengaturan kV semakin tinggi kualitas ; kemampuan menembus semakin besar
MODUL PRAKTIKUM 3
Kualitas Sinar X
1. TUJUAN PRAKTIKUM :
Menentukan Half Value Layer (HVL) dengan bahan Alumunium (Al) dan Tembaga (Cu)
2. TEORI :
Berkas sinar-X dapat menembus tubuh pasien, sebagian besar photon yang berenergi
rendah diserap oleh tubuh pasien pada beberapa cm di permukaan kulit, dan hanya photon
yang berenergi tinggi yang mampu menembus tubuh pasien untuk membentuk gambaran
radiografi. Karena dosis pasien dipengaruhi oleh jumlah photon yang diserap, maka beberapa
cm jaringan tubuh menerima radiasi lebih banyak. Jaringan / tissue dapat dilindungi dari
penyerapan energi rendah dari berkas sebelum berkas mengenai pasien dengan
menggunakan /meletakkan bahan material diantara pasien dan tabung sinar-X . Filter biasanya
berasal dari lempengan logam dan fungsi pokoknya di dalam radiologi diagnostik adalah
menekan dosis pasien
Kualitas sinar- X diidentifikasikan dengan sejumlah Half Value Layer (HVL). HVL adalah
ketebalan material yang mampu mereduksi intensitas sinar-X menjadi ½ intensitas mula-mula.
Reduksi sinar-X oleh bahan terutama diharapkan terjadi pada foton dengan energi rendah. Tiap-
tiap jenis bahan memiliki nilai HVL masing-masing. Dalam penggunaan sinar-X diagnostik HVL
bahan Alumunium adalah 3-5 mmAl setara dengan 4-8 cm soft tissue. Intensitas radiasi setelah
menembus bahan akan berkurang berdasarkan persamaan eksponensional :
It = Io . e-µx
Keterangan :
It = Intensitas setelah menembus bahan
Io = intensitas awal sebelum menembus bahan
µ = angka serap bahan (koofisien atenuasi)
x = tebal bahan
e = bilangan logaritma
Agar It = ½ Io maka diperlukan ketebalan material (x) = 1 HVL sehingga bila disubstitusikan
dalam rumus adalah sbb :
It = Io . e-µx
½ Io = Io . e-µx x = HVL
½ = e-µ.HVL
ln1 - ln 2 = e-µ.HVL
0 – 0,693 = µ. HVL
-0,693 = µ. HVL
HVL = 0,693/ µ
Semakin besar nilai HVL maka akan semakin tinggi berkas sinar-X yang diserap. Filter
tambahan dihasilkan dari bahan penyerap yang diletakkan pada jalur berkas sinar. Idealnya bahan
filter, menyerap semua foton energi rendah dan meneruskan semua energi tinggi. Pada
kenyataannya tidak ada bahan yang mampu melakukan fungsi tersebut. Pemilihan bahan filter pada
prinsipnya pada bahan yang mampu menyerap foton dengan energi rendah.
Alumunium dan tembaga biasannya merupakan bahan filter yang sering digunakan pada
bidang radiologi dignostik
Tabel 1. Jenis bahan filter untuk variasi tegangan seperti tabel berikut :
______________________________________________________________+
Tegangan Jenis Bahan Filter
______________________________________________________________
30 – 120 kV Alumunium
100 – 250 kV Tembaga
200 – 600 kV Timah
600 – 2 MV Pb
2 MV -
______________________________________________________________
Tabel 4. Ketentuan penambahan filter dan besarnya nilai HVL (Meredith, 1977)
Menurut Biro Kesehatan untuk Radiologi nilai HVL untuk unit radiologi pada berbagai tingkat
tegangan tabung seperti berikut ini :
Tabel 5. Nilai HVL dari berbagai tingkat tegangan tabung
4. PROSEDUR PERCOBAAN :
1. Catat data pesawat dan tabung sinar-X yang akan dilakukan uji coba
2. Susun alat percobaan seperti gambar dibawah ini:
Tabung sinar-X
Filter
Detektor
3. Atur Fokus Film Distance (FFD) 100 cm, dengan luas lapangan seluas lapangan detektor, dan
pusat berkas sinar diatur tepat pada chamber dosimeter
4. Tentukan faktor eksposi pada kV 50 dengan mAs 10
5. Lakukan eksposi dan catat hasil pengukurannya
6. Tempatkan AL dengan ketebalan 0,22 mm, lalu lakukan eksposi dan catat hasil
pengukurannya.
7. Ulangi langkah no 4 sampai dengan intensitas menjadi setengah dari intensitas mula-mula
8. Ulangi dengan setting kV yang berbeda yaitu kV 70, 80 seperti langkah di atas
9. Buatlah grafik hubungan antara intensitas dengan ketebalan filter Al dengan dosis radiasi
untuk mendapatkan nilai HVL
11. Plot data diatas pada kertas grafik / dengan soft ware excell
12. Buat persamaan regresinya
13. Analisa hasil pengukuran filter
MODUL PRAKTIKUM 4
RANGKAIAN SERI-PARALEL
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami susunan dasar rangkaian listrik dan distribusi arus dan energy dalam rangkaian
2. Menunjukkan hubungan antara tegangan, arus dan hambatan listrik
3. Menentukan hambatan listrik dalam susunan seri dan parallel
B. LANDASAN TEORI
Hubungan antara kuat arus I, hambatan R, dan beda potensial V untuk konduktor sederhana
dinyatakan oleh Hukum Ohm, ditulis : R = V/I. Dalam praktikum ini akan ditunjukkan hubungan
ketiganya dalam rangkaian susunan seri dan parallel.
Beberapa resistor yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan satu jalur saja
untuk mengalirkan muatan disebut susunan seri. Sedangkan resistor yang susuanannya
menghasilkan lebih dari satu jalur sehingga aliran muatannya terbagi disebut susunan paralel.
Untuk mengukur nilai muatan yang mengalir (kuat arus, digunakan amperemeter yang tersusun
secara seri dengan rangkaian, sedangkan untuk mengukur beda potensial digunakan voltmeter
yang tersusun secara parallel dengan rangkaian.
D. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Rangkaian seri
a. Susunlah rangkaian seperti gambar dibawah ini :
b. Hidupkan catu daya lalu tutup saklar S. Baca alat ukur kuat arus dan tegangan untuk
hambatan R1, masing-masing i1 dan V1 kemudian catat hasilnya pada tabel.
c. Buka saklar S kemudian pindahkan voltmeter ke titik B dan C
d. Letakkan amperemeter pada jembatan (2) kemudian tutuplah saklar
e. Baca alat ukur amperemeter dan voltmeter untuk hambatan R 2 masing-masing sebagai i2
dan V2 kemudian catat hasilnya pada tabel.
f. Buka saklar S kemudian pindahkan voltmeter ke titik A dan C
g. Letakkan amperemeter pada jembatan (3) kemudian tutuplah saklar
h. Baca alat ukur amperemeter dan voltmeter masing-masing sebagai i tot dan Vtot kemudian
catat hasilnya pada tabel.
i. Ulangi langkah-langkah diatas dengan sumber tegangan yang berbeda.
2. Rangkaian parallel
a. Susun rangkaian seperti gambar di bawah ini :
b. Hidupkan catu daya lalu tutup saklar S.
c. Baca pada alat ukur kuat arus dan tegangan pada R 1 masing-masing sebagai i1 dan V1
kemudian catat hasilnya pada tabel.
d. Buka saklar S kemudian pindahkan voltmeter ke titik C dan D
e. Tukarkan tempat jembatan penghubung (2) di sekitar C dengan amperemeter kemudian
tutuplah saklar S
f. Baca pada alat ukur kuat arus dan tegangan pada R 2 masing-masing sebagai i2 dan V2
kemudian catat hasilnya pada tabel.
g. Buka saklar S kemudian pindahkan voltmeter ke titik P dan Q
h. Tukarkan tempat jembatan penghubung (3) di sekitar P amperemeter
i. Baca alat ukur kuat arus dan tegangan seluruh rangkaian masing-masing sebagai i tot dan
Vtot kemudian catat hasilnya pada tabel.
j. Ulangi langkah-langkah diatas dengan sumber tegangan yang berbeda.
b. Rangkaian parallel
NO V1 V2 Vtot i1 i2 itot i1+i2 1/R1+1/R2 Rtot
OPTIK
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Pemantulan cermin cekung :
a. Memahami sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung dan cekung
b. Menentukan jarak focus lensa cembung dan cekung
a. Memahami sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung dan cekung
b. Menentukan jarak focus lensa cembung dan cekung
B. LANDASAN TEORI
Lensa adalah system optic yang dibatasi oleh dua permukaan bias yang mempunyai sumbu
bersama. Pada hakekatnya cara untuk menentukan bayangan pada pembiasan lensa sama
dengan cara untuk menentukan bayangan pada pemantulan oleh cermin. Perbedaannya adalah
bahwa cermin berlaku Hukum-hukum pemantulan sementara pada lensa berlaku hukum-hukum
pembiasan.
Bayangan yang dibentuk oleh permukaan pertama lensa menjadi benda bagi permukaan kedua.
Seperti terlihat pada gambar dibawah ini, sinar-sinar yang memancar dari titik Q (benda PQ).
Permukaan pertama lensa L membentuk bayangan semu di titik Q’. Bayangan ini seolah-olah
menjadi benda bagi permukaan ke dua, yang membentuk bayangan di Q”.
Jarak S1 adalah jarak benda ke permukaan pertama, S 1’ adalah jarak bayangannya. Jarak benda
untuk permukaan kedua adalah S 2 sama dengan S1’ ditambah tebal lensa t, dan S 2’ adalah jarak
bayangan dari permukaan kedua.
Jika lensa tipis, maka tebal t lebih kecil dibandingkan dengan S 1, S1’, S2, dan S2’ sehingga tebal t
dapat diabaikan. Dengan demikian S1’ dianggap sama dengan S2, serta pengukuran jarak benda
dan bayangan dapat dilakukan dari vertex lensa. Misalkan kedua sisi lensa dilingkupi udara
(indeks bias = 1). Untuk pembiasan oleh permukaan pertama, persamaan umum lensa :
menjadi
Jika kedua persamaan diatas dijumlahkan dan S2 = -S1’ (lensa sangat tipis), maka :
Misalkan jarak S atau S’ bernilai tak hingga, maka panjang focus ditentukan oleh :
Persamaan ini dikenal dengan persamaan pembuat lensa. Dengan subsitusi kedua persamaan
terakhir diatas, akan diperoleh persamaan umum lensa tipis.
D. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Menentukan jarak focus cermin cekung dan sifat-sifat bayangannya
a. Susun alat-alat seperti gambar dibawah ini :
b. Menentukan jarak focus cermin cembung dan sifat-sifat bayangan yang terbentuk
Jarak Benda Jarak Bayangan Sifat-sifat bayangan
No (S) (S’)
Nyata/Maya Posisi Perbesaran
c. Menentukan jarak focus lensa cembung dan sifat-sifat bayangan yang terbentuk
Jarak Benda Jarak Bayangan Sifat-sifat bayangan
No (S) (S’)
Nyata/Maya Posisi Perbesaran
KESIMPULAN
1.Sifat bayangan cermin datar
a. bayangan bersifat maya
b.memiliki tinggi sama dengan objek
c.memiliki ukuran sama dengan objek
d.bayangan bersifat tegak
e.bayangan bersifat terbalik
f.memiliki jarak benda yang sama dengan jarak bayangan
2.Sifat bayangan cermin cekung
a.sifat bayangan akan tampak nyata,terbalik,tegak,serta diperkecil apabila objek diletakkan
lebih besar daripada titik fokus cermin.
b.sifat bayangan akan tampak nyata,terbalik,tegak,serta diperkecil apabila objek diletakkan
diantara titik fokus cermin
3.Sifat bayangan cermin cembung
a.sifat bayangan akan tampak maya dimana bayangan akan tampak berada didalam cermin
b.sifat bayangan akan tampak tegak bayangan dari objek akan tetap tampak sama dengan
aslinya
c.sifat bayangan akan diperkecil dimana ukuran objek pada cermin akan tampak lebih kecil
dari objek aslinya