Anda di halaman 1dari 21

MODUL PRAKTIKUM

FISIKA RADIASI

Disusun oleh :
Sri Mulyat
Ardi Soesilo Wibowo
Sit Daryat

PRODI D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK & RADIOTERAPI SEMARANG

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK & RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2015/2016


MODUL PRAKTIKUM 1

ATENUASI (PELEMAHAN SINAR-X)

I. TUJUAN PRAKTIKUM :

Untuk membuktikan adanya perlemahan intensitas sinar-X setelah menembus bahan

II. TEORI :

Intensitas sinar-X setelah menembus bahan akan mengalami 3 proses, yaitu : diserap,
dihamburkan dan diteruskan. Intensitas yang diteruskan (It) lebih kecil dari intensitas awal (Io).
Peristiwa ini dikenal dengan nama atenuasi (perlemahan) berkas sinar-X. Atenuasi terdiri dari
atenuasi linier dan atenuasi massa. Atenuasi linear adalah perlemahan akibat ketebalan/volume
bahan. Sedangkan atenuasi massa perlemahan akibat kerapatan /nomor atom bahan. Rumusnya
adalah sebagai berikut:
It = Io . e-µx
Keterangan :
It = Intensitas setelah menembus bahan
Io = intensitas awal sebelum menembus bahan
µ = angka serap bahan (koofisien atenuasi)
x = tebal bahan
e = bilangan natural logaritma

III. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN:


1. Pesawat sinar-X
2. Dosimeter Radcal model 9015
3. Phantom
4. Penyangga untuk menempatkan phantom
5. Alat tulis

IV. PROSEDUR PERCOBAAN :


1. Catat data pesawat dan tabung sinar-X yang akan dilakukan uji coba
2. Susun alat percobaan seperti gambar dibawah ini:
Tabung sinar-X

Detektor
3. Atur Fokus Film Distance (FFD) 100 cm, dengan luas lapangan seluas obyek yang akan
diperiksa dan pusat berkas sinar diatur tepat pada chamber dosimeter
4. Tentukan faktor eksposi sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan (contoh thoraks : 55
kV, 12 mAs)
5. Untuk mendapatkan Intensitas awal (Io) lakukan eksposi tanpa ada phantom , kemudian
catat hasil pengukurannya
6. Untuk mendapatkan Intensitas setelah mengenai pasien (It) lakukan eksposi dengan
menempatkan phantom (sesuai gambar dibawah ), kemudian catat hasil pengukurannya
Tabung sinar X

Phantom
Detektor
7. Setelah mendapatkan nilai Io dan It , ukur ketebalan obyek dengan menggunakan meteran
dan hitung nilai koofisien serap linear dengan persamaan di atas.
8. Selanjutnya ulangi 1 -6 dengan menggunakan obyek yang berbeda
9. Data yang diperoleh kemudian masukkan tabel berikut :
Intensitas
Intensitas Sbl Koofisien
Jenis Setelah Tebal (x)
No mengenai serap liniear
pemeriksaan mengenai cm
bahan (Io) (µ)cm-1
bahan (It)
1 Thoraks
2. Antebrachi
3. Kepala , dll

10. Analisa hasil yang ada

MODUL PRAKTIKUM 2
KUANTITAS (INTENSITAS) SINAR-X

I. TUJUAN PRAKTIKUM :

Praktikum ini untuk mengetahui Kuantitas (intensitas) Sinar-X

II. TEORI :

Kuantitas atau yang biasa disebut dengan intensitas sinar-X adalah jumlah /banyaknya
sinar-X yang dikeluarkan oleh tabung sinar-X .
Kuantitas atau intensitas sinar-X dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu :
a. Kuat arus dan waktu (mAs)
b. Tegangan Tabung (kV)
c. Jarak
d. Filtrasi
a. Pengaruh mAs terhadap kuanttas sinar-X
Jika mA dinaikkan maka jumlah elektron yang terbentuk pada filamen (katoda) akan bertambah
sehingga elektron yang bergerak menuju target juga meningkat.
Hubungan matematiknya :
I 1 mAs1

I 2 mAs2
Dimana :
I adalah intensitas sinar-X (watt/m 2)
mAs adalah arus x waktu (mAs)

b. Pengaruh kV terhadap kuanttas sinar-X


Jika kV dinaikkan maka beda potensial yang dihasilkan akan meningkat, sehingga kuantitas
sinar-X yang dihasilkan juga meningkat

Hubungan matemats :

I 1 (kV1 ) 2

I 2 ( kV2 ) 2
Keterangan :
I adalah intensitas sinar-X (Watt/m 2)
V adalah beda potensial (kV)
Makin tinggi tegangan tabung akan dihasilkan panjang gelombang yang lebih pendek sehingga
daya tembusnya besar
Pengaruh kV terhadap kuanttas sinar-X :
1. Atur faktor eksposi pada kV 55 dan mAs 10, kemudian lakukan eksposi dan ukur hasilnya
dengan menggunakan detektor chamber
2. Selanjutkan atur faktor eksposi dengan kV dinaikkan menjadi 70 kV, mAs tetap , lalu lakukan
eksposi dam ukur hasilnya
3. Lakukan analisis hasilukur
Peningkatan tegangan tabung akan menghasilkan spektrum dengan intensitas dan energi yang
semakin tinggi
1. Peningkatan intensitas dan energi akan meningkatkan efektifitas energi foton, jadi akan
meningkatkan kemampuan foton menembus bahan
2. Pada pengaturan kV semakin tinggi kualitas ; kemampuan menembus semakin besar

c. Pengaruh jarak terhadap kuanttas sinar-X


Perubahan jarak akan mengakibatkan perubahan pada intensitas :
- Jika jarak meningkat maka kuantitas akan menurun atau dengan kata lain
- Peningkatan jarak akan mengurangi kuantitas sinar-X
Pengaruh jarak terhadap kuantitas sinar-X
- Jarak yang dimaksud adalah jarak antara fokus dengan film (FFD)
- Perubahan FFD akan merubah intensitas radiasi
- Hubungan matematis :
2
I1 d 2

I 2 d 12
Keterangan :
d adalah Jarak fokus film (meter)
I adalah Intensitas

d. Pengaruh Filtrasi terhadap kuanttas sinar-X


Filtrasi mengurangi kuantitas sinar-X
Penambahan filtrasi yang digunakan berfungsi untuk mengurangi radiasi yang memiliki panjang
gelombnag yang panjang sehingga dapat mengurangi dosis radiasi yang diterima pasien

III. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN:


1. Pesawat sinar-X
2. Dosimeter Radcal model 9015
3. Meteran
4. Alat tulis

IV. PROSEDUR PERCOBAAN :


A. Pengaruh mAs terhadap kuanttas sinar-X
1. Atur faktor eksposi pada kV 70 dan mAs 10, kemudian lakukan eksposi dan ukur hasilnya
dengan menggunakan detektor chamber
2. Selanjutkan atur faktor eksposi dengan kV yang sama, mAs dinaikkan menjadi 10 mAs , lalu
lakukan eksposi dam ukur hasilnya
3. Lakukan analisis hasil ukur

B. Pengaruh kV terhadap kuanttas sinar-X


3. Atur faktor eksposi pada kV 55 dan mAs 10, kemudian lakukan eksposi dan ukur hasilnya
dengan menggunakan detektor chamber
4. Selanjutkan atur faktor eksposi dengan kV dinaikkan menjadi 70 kV, mAs tetap , lalu lakukan
eksposi dam ukur hasilnya
5. Lakukan analisis hasil ukur

C. Pengaruh Jarak terhadap kuanttas sinar-X


1. Atur faktor eksposi pada kV 70 dan mAs 10, dengan FFD 100 cm, kemudian lakukan eksposi
dan catat hasil ukur dengan menggunakan detektor chamber
2. Selanjutkan dengan faktor eksposi yang sama FFD diturunkan menjadi 90 cm , kemudian
catat hasil ukur
3. Lakukan analisis hasil ukur

MODUL PRAKTIKUM 3

Kualitas Sinar X
1. TUJUAN PRAKTIKUM :

Menentukan Half Value Layer (HVL) dengan bahan Alumunium (Al) dan Tembaga (Cu)

2. TEORI :

Berkas sinar-X dapat menembus tubuh pasien, sebagian besar photon yang berenergi
rendah diserap oleh tubuh pasien pada beberapa cm di permukaan kulit, dan hanya photon
yang berenergi tinggi yang mampu menembus tubuh pasien untuk membentuk gambaran
radiografi. Karena dosis pasien dipengaruhi oleh jumlah photon yang diserap, maka beberapa
cm jaringan tubuh menerima radiasi lebih banyak. Jaringan / tissue dapat dilindungi dari
penyerapan energi rendah dari berkas sebelum berkas mengenai pasien dengan
menggunakan /meletakkan bahan material diantara pasien dan tabung sinar-X . Filter biasanya
berasal dari lempengan logam dan fungsi pokoknya di dalam radiologi diagnostik adalah
menekan dosis pasien
Kualitas sinar- X diidentifikasikan dengan sejumlah Half Value Layer (HVL). HVL adalah
ketebalan material yang mampu mereduksi intensitas sinar-X menjadi ½ intensitas mula-mula.
Reduksi sinar-X oleh bahan terutama diharapkan terjadi pada foton dengan energi rendah. Tiap-
tiap jenis bahan memiliki nilai HVL masing-masing. Dalam penggunaan sinar-X diagnostik HVL
bahan Alumunium adalah 3-5 mmAl setara dengan 4-8 cm soft tissue. Intensitas radiasi setelah
menembus bahan akan berkurang berdasarkan persamaan eksponensional :
It = Io . e-µx
Keterangan :
It = Intensitas setelah menembus bahan
Io = intensitas awal sebelum menembus bahan
µ = angka serap bahan (koofisien atenuasi)
x = tebal bahan
e = bilangan logaritma
Agar It = ½ Io maka diperlukan ketebalan material (x) = 1 HVL sehingga bila disubstitusikan
dalam rumus adalah sbb :
It = Io . e-µx
½ Io = Io . e-µx x = HVL
½ = e-µ.HVL
ln1 - ln 2 = e-µ.HVL
0 – 0,693 = µ. HVL
-0,693 = µ. HVL
HVL = 0,693/ µ
Semakin besar nilai HVL maka akan semakin tinggi berkas sinar-X yang diserap. Filter
tambahan dihasilkan dari bahan penyerap yang diletakkan pada jalur berkas sinar. Idealnya bahan
filter, menyerap semua foton energi rendah dan meneruskan semua energi tinggi. Pada
kenyataannya tidak ada bahan yang mampu melakukan fungsi tersebut. Pemilihan bahan filter pada
prinsipnya pada bahan yang mampu menyerap foton dengan energi rendah.
Alumunium dan tembaga biasannya merupakan bahan filter yang sering digunakan pada
bidang radiologi dignostik

Tabel 1. Jenis bahan filter untuk variasi tegangan seperti tabel berikut :
______________________________________________________________+
Tegangan Jenis Bahan Filter
______________________________________________________________
30 – 120 kV Alumunium
100 – 250 kV Tembaga
200 – 600 kV Timah
600 – 2 MV Pb
 2 MV -
______________________________________________________________

Tabel 2. Persentase Penyerapan Radiasi oleh Filter


______________________________________________________________
Energy Photons Penyerapan Photons (%)
1mm 2mm 3 mm 4mm
_____________________________________________________________________
10 100 100 100 100
20 58 82 92 100
30 24 42 56 93
40 12 23 32 73
50 8 16 22 57
60 6 12 18 48
80 5 10 14 48
100 4 8 12 35
_____________________________________________________________________
Dewan Nasional Proteksi Radiasi dan pengukuran (National Council on Radiation Protection and
Measurenment) memberikan rekomendasi sebagai pedoman menggunakan total filtrasi pada
radiologi diagnostik (Inherent dan additional filter), sbb :

Tabel 3. Penggunaan totak Filtrasi pada kVp


kVp Total Filtrasi

< 50 kVp 0,5 mm Al


50 – 70 kVp 1,5 mm Al
>70 kVp 2,5 mm Al
______________________________________________________________________________

Tabel 4. Ketentuan penambahan filter dan besarnya nilai HVL (Meredith, 1977)

Tegangan Tabung Additional Filter HVL


80 kV 0 3,2 mm Al
2,0 mm Al 4,4 mm Al
200 kV 0 0,7 mm Cu
15 mm Al 1,4 mm Cu
1,5 mm Cu 1,6 mm Cu
Gabungan Sn-Cu-Al 2,0 mm Cu
0,2 mm Pb 1,2 mm Cu
1000 kV 0 4,4 mm Pb
5 mm Pb 5,0 mm Pb

Menurut Biro Kesehatan untuk Radiologi nilai HVL untuk unit radiologi pada berbagai tingkat
tegangan tabung seperti berikut ini :
Tabel 5. Nilai HVL dari berbagai tingkat tegangan tabung

Tegangan Tabung (kVp) HVL HVL


Untuk unit Radiografi Untuk dental unit
30 0,3 1,5
40 0,4 1,5
49 0,5 1,5
50 1,2 1,5
60 1,3 1,5
70 1,5 1,5
71 2,1 2,1
80 2,3 2,3
90 2,5 2,5
100 2,7 2,7
110 3,0 3,0
120 3,2 3,2
130 3,5 3,5
140 3,8 3,8
150 3,1 3,1

3. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN:


1. Pesawat sinar-X
2. Dosimeter Radcal model 9015
3. Lembaran Alumunium
4. Lembaran Tembaga (Cu)
5. Meteran
6. Penyangga filter
7. Alat tulis

4. PROSEDUR PERCOBAAN :
1. Catat data pesawat dan tabung sinar-X yang akan dilakukan uji coba
2. Susun alat percobaan seperti gambar dibawah ini:
Tabung sinar-X

Filter
Detektor
3. Atur Fokus Film Distance (FFD) 100 cm, dengan luas lapangan seluas lapangan detektor, dan
pusat berkas sinar diatur tepat pada chamber dosimeter
4. Tentukan faktor eksposi pada kV 50 dengan mAs 10
5. Lakukan eksposi dan catat hasil pengukurannya
6. Tempatkan AL dengan ketebalan 0,22 mm, lalu lakukan eksposi dan catat hasil
pengukurannya.
7. Ulangi langkah no 4 sampai dengan intensitas menjadi setengah dari intensitas mula-mula
8. Ulangi dengan setting kV yang berbeda yaitu kV 70, 80 seperti langkah di atas
9. Buatlah grafik hubungan antara intensitas dengan ketebalan filter Al dengan dosis radiasi
untuk mendapatkan nilai HVL

Tebal Pengukuran Paparan sinar-X (mR)


Transmisi Intensitas Sinar-
No Alumunium
X (%)
(mm) I II III Mean
1 Non Filter
2. 0,22
3. 0,44
4. 0,66
5. 0,88
6. 1,10
7. 1.32
8. 1,54
9. 1,76
10. 1,98
11. 2,20
12. 2,42
13. 2,64
14. 2,86
15. 3,08

10. Data yang diperoleh kemudian masukkan tabel berikut :


No Tebal filter (mm ) Intensitas paparan Log Intensitas
radiasi (mR)
1
2
3
4
5
6
7
8

11. Plot data diatas pada kertas grafik / dengan soft ware excell
12. Buat persamaan regresinya
13. Analisa hasil pengukuran filter

MODUL PRAKTIKUM 4

RANGKAIAN SERI-PARALEL

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami susunan dasar rangkaian listrik dan distribusi arus dan energy dalam rangkaian
2. Menunjukkan hubungan antara tegangan, arus dan hambatan listrik
3. Menentukan hambatan listrik dalam susunan seri dan parallel

B. LANDASAN TEORI
Hubungan antara kuat arus I, hambatan R, dan beda potensial V untuk konduktor sederhana
dinyatakan oleh Hukum Ohm, ditulis : R = V/I. Dalam praktikum ini akan ditunjukkan hubungan
ketiganya dalam rangkaian susunan seri dan parallel.
Beberapa resistor yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan satu jalur saja
untuk mengalirkan muatan disebut susunan seri. Sedangkan resistor yang susuanannya
menghasilkan lebih dari satu jalur sehingga aliran muatannya terbagi disebut susunan paralel.

Untuk mengukur nilai muatan yang mengalir (kuat arus, digunakan amperemeter yang tersusun
secara seri dengan rangkaian, sedangkan untuk mengukur beda potensial digunakan voltmeter
yang tersusun secara parallel dengan rangkaian.

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Papan rangkaian 6. Resistor 47  dan 100 
2. Jembatan penghubung 7. Kabel penghubung
3. Amperemeter 8. Saklar
4. Voltmeter 9. Catu daya listrik arus searah (DC)
5. Potensiometer (Resistor variabel)

D. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Rangkaian seri
a. Susunlah rangkaian seperti gambar dibawah ini :
b. Hidupkan catu daya lalu tutup saklar S. Baca alat ukur kuat arus dan tegangan untuk
hambatan R1, masing-masing i1 dan V1 kemudian catat hasilnya pada tabel.
c. Buka saklar S kemudian pindahkan voltmeter ke titik B dan C
d. Letakkan amperemeter pada jembatan (2) kemudian tutuplah saklar
e. Baca alat ukur amperemeter dan voltmeter untuk hambatan R 2 masing-masing sebagai i2
dan V2 kemudian catat hasilnya pada tabel.
f. Buka saklar S kemudian pindahkan voltmeter ke titik A dan C
g. Letakkan amperemeter pada jembatan (3) kemudian tutuplah saklar
h. Baca alat ukur amperemeter dan voltmeter masing-masing sebagai i tot dan Vtot kemudian
catat hasilnya pada tabel.
i. Ulangi langkah-langkah diatas dengan sumber tegangan yang berbeda.
2. Rangkaian parallel
a. Susun rangkaian seperti gambar di bawah ini :
b. Hidupkan catu daya lalu tutup saklar S.
c. Baca pada alat ukur kuat arus dan tegangan pada R 1 masing-masing sebagai i1 dan V1
kemudian catat hasilnya pada tabel.
d. Buka saklar S kemudian pindahkan voltmeter ke titik C dan D
e. Tukarkan tempat jembatan penghubung (2) di sekitar C dengan amperemeter kemudian
tutuplah saklar S
f. Baca pada alat ukur kuat arus dan tegangan pada R 2 masing-masing sebagai i2 dan V2
kemudian catat hasilnya pada tabel.
g. Buka saklar S kemudian pindahkan voltmeter ke titik P dan Q
h. Tukarkan tempat jembatan penghubung (3) di sekitar P amperemeter
i. Baca alat ukur kuat arus dan tegangan seluruh rangkaian masing-masing sebagai i tot dan
Vtot kemudian catat hasilnya pada tabel.
j. Ulangi langkah-langkah diatas dengan sumber tegangan yang berbeda.

E. HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM


1. Jelaskan mengapa untuk mengukur kuat arus dengan amperemeter harus disusun seri dalam
rangkaian dan untuk mengukur beda potensial dengan voltmeter harus disusun parallel?
2. Apa yang akan saudara lakukan jika kuat arus yang diukur melebihi range amperemeter?
3. Jika tiga buah hambatan masing-masing 1  , 4 , dan 6  dirangkai dengan baterai 6 volt
yang hambatan dalam nya 1 . Tentukan kuat arus dan beda potensial pada masing-masing
hambatan jika ketiga hambatan disusun (a) seri dan (b) parallel.
4. Lembar Data Hasil Praktikum sbb :
a. Rangkaian seri
NO V1 V2 Vtot V1+ V2 i1 i2 itot R1+R2 Rtot

Hubungan antara V1, V2 dan Vtot adalah ……………………………………

Hubungan antara i1, i2, dan itot adalah ……………………………………..

Hubungan antara R1, R2 dan Rtot adalah …………………………………

b. Rangkaian parallel
NO V1 V2 Vtot i1 i2 itot i1+i2 1/R1+1/R2 Rtot

Hubungan antara V1, V2 dan Vtot adalah ……………………………………

Hubungan antara i1, i2, dan itot adalah ……………………………………..

Hubungan antara R1, R2 dan Rtot adalah ………………………………….


MODUL PRAKTIKUM 5

OPTIK

( PEMANTULAN CERMIN LEKUNG DAN PEMBIASAN LENSA TIPIS)

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Pemantulan cermin cekung :

a. Memahami sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung dan cekung
b. Menentukan jarak focus lensa cembung dan cekung

Pembiasan Lensa tipis :

a. Memahami sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung dan cekung
b. Menentukan jarak focus lensa cembung dan cekung

B. LANDASAN TEORI
Lensa adalah system optic yang dibatasi oleh dua permukaan bias yang mempunyai sumbu
bersama. Pada hakekatnya cara untuk menentukan bayangan pada pembiasan lensa sama
dengan cara untuk menentukan bayangan pada pemantulan oleh cermin. Perbedaannya adalah
bahwa cermin berlaku Hukum-hukum pemantulan sementara pada lensa berlaku hukum-hukum
pembiasan.

Bayangan yang dibentuk oleh permukaan pertama lensa menjadi benda bagi permukaan kedua.
Seperti terlihat pada gambar dibawah ini, sinar-sinar yang memancar dari titik Q (benda PQ).
Permukaan pertama lensa L membentuk bayangan semu di titik Q’. Bayangan ini seolah-olah
menjadi benda bagi permukaan ke dua, yang membentuk bayangan di Q”.

Jarak S1 adalah jarak benda ke permukaan pertama, S 1’ adalah jarak bayangannya. Jarak benda
untuk permukaan kedua adalah S 2 sama dengan S1’ ditambah tebal lensa t, dan S 2’ adalah jarak
bayangan dari permukaan kedua.

Jika lensa tipis, maka tebal t lebih kecil dibandingkan dengan S 1, S1’, S2, dan S2’ sehingga tebal t
dapat diabaikan. Dengan demikian S1’ dianggap sama dengan S2, serta pengukuran jarak benda
dan bayangan dapat dilakukan dari vertex lensa. Misalkan kedua sisi lensa dilingkupi udara
(indeks bias = 1). Untuk pembiasan oleh permukaan pertama, persamaan umum lensa :

menjadi

Sedangkan untuk permukaan kedua berlaku :

Jika kedua persamaan diatas dijumlahkan dan S2 = -S1’ (lensa sangat tipis), maka :

Misalkan jarak S atau S’ bernilai tak hingga, maka panjang focus ditentukan oleh :
Persamaan ini dikenal dengan persamaan pembuat lensa. Dengan subsitusi kedua persamaan
terakhir diatas, akan diperoleh persamaan umum lensa tipis.

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Cermin cekung 8. Rel presisi
2. Cermin cembung 9. Diafragma celah anak panah
3. Lensa cekung 10. Tumpakan berpenjepit
4. Lensa cembung 11. Power supply (catu daya)
5. Layar (penangkap bayangan) 12. Kabel penghubung
6. Sumber cahaya (lampu 12 V, 18 W) 13. Pemegang slide diafragma
7. Meja optic 14. Penyambung rel

D. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Menentukan jarak focus cermin cekung dan sifat-sifat bayangannya
a. Susun alat-alat seperti gambar dibawah ini :

b. Diafragma anak panah berlaku sebagai benda


c. Ukurlah jarak antara sumber cahaya dan lensa sebagai jarak benda, serta jarak antara
lensa dan layar sebagai jarak bayangan. Tuliskan hasilnya pada tabel dan catat sifat
bayangannya.
d. Ubahlah jarak antara sumber cahaya dan lensa dengan cara menjauhkan sumber cahaya
dari lensa.
e. Tangkap bayangan dengan layar dan catat hasilnya. Lakukan kegiatan ini beberapa kali
untuk jarak sumber cahaya yang berbeda.

2. Menentukan jarak focus cermin cembung dan sifat-sifat bayangannya.


a. Susun alat-alat seperti gambar dibawah ini :
b. Diafragma anak panah berlaku sebagai benda
c. Ukurlah jarak antara sumber cahaya dan lensa sebagai jarak benda, serta jarak antara
lensa dan layar sebagai jarak bayangan. Tuliskan hasilnya pada tabel dan catat sifat
bayangannya.
d. Ubahlah jarak antara sumber cahaya dan lensa dengan cara menjauhkan sumber cahaya
dari lensa.
e. Tangkap bayangan dengan layar dan catat hasilnya. Lakukan kegiatan ini beberapa kali
untuk jarak sumber cahaya yang berbeda.

3. Menentukan jarak focus lensa cembung dan sifat-sifat bayangannya.


a. Pasanglah lensa cembung pada bangku optic. Hadapkan lensa tersebut pada jarak
tertentu dari sumber cahaya
b. Pasangkan layar penangkap bayangan di belakang lensa cembung kemudian carilah
bayangan yang paling jelas dan tajam
c. Ukurlah jarak antara sumber cahaya dan lensa serta jarak antara lensa dan bayangan.
Tuliskan hasilnya pada tabel dan catat sifat bayangannya
d. Ubahlah jarak antara sumber cahaya dan lensa dengan cara menjauhkan sumber cahaya
dari lensa
e. Tangkap bayangan dengan layar dan catat hasilnya. Lakukan kegiatan ini beberapa kali
untuk jarak sumber cahaya yang berbeda
f. Ubahlah jarak antara sumber cahaya dan lensa dengan cara mendekatkan sumber
cahaya menuju lensa. Tangkap bayangan dengan layar dan catat hasilnya. Lakukan
kegiatan ini beberapa kali.

4. Menentukan jarak focus lensa cekung dan sifat-sifat bayangannya.


a. Hadapkan lensa cembung didepan sumber cahaya dengan jarak tertentu. Tangkap
bayangan dengan layar kemudian tandai posisi bayangan paling jelas dan tajam
b. Pasanglah lensa cekung pada bangku optic. Kemudian tempatkan lensa tersebut di
belakang lensa cembung. Letakkan lensa cekung kira-kira 5 cm sebelum bayangan yang
diperoleh pada langkah (a)
c. Geser layar ke depan atau ke belakang hingga diperoleh bayangan paling jelas dengan
susunan dua lensa sekaligus. Catat jarak antara benda maya (bayangan lensa cembung)
dengan lensa cekung dan jarak antara bayangan dengan lensa cekung.
d. Lakukan kegiatan diatas beberapa kali untuk jarak benda maya terhadap lensa cekung
yang berbeda-beda.

E. HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM


1. Lukiskan sinar-sinar istimewa yang dapat digunakan untuk menggambarkan bayangan yang
dibentuk oleh cermin cekung dan cembung serta lensa cekung dan cembung.
2. Dua buah lensa tipis masing-masing memiliki jarak focus 10 cm. lensa pertama berupa lensa
cembung dan kedua lensa cekung. Keduannya terpisah sejauh 5 cm dan sebuah benda
diletakkan 20 cm di depan lensa cembung
a. Lukiskan pembentukan bayangannya
b. Tentukan letak bayangan dan perbesarannya
c. Tentukan sifat-sifat bayangan akhir yang terbentuk
3. Suatu benda diletakkan 20 cm di sebelah kiri suatu lensa divergen (f = -8 cm). sebuah cermin
cekung (f = 12 cm) diletakkan 30 cm di kanan lensa.
a. Tentukan jarak bayangan akhir diukur dari cermin
b. Bagaimana sifat bayangan akhir?
4. Lembar Data Hasil Praktikum :
a. Menentukan jarak focus cermin cekung dan sifat-sifat bayangan yang terbentuk

Jarak Benda Jarak Bayangan Sifat-sifat bayangan


No (S) (S’)
Nyata/Maya Posisi Perbesaran

1 R1 R4 MAYA TEGAK DIPERBESAR


2 F TAK TERHINGGA MAYA TEGAK DIPERBESAR

3 R2 R3 NYATA TERBALIK DIPERBESAR

4 R3 R2 NYATA TERBALIK DIPERBESAR

5 TITIK PUSAT 2F NYATA TERBALIK SAMA BESAR

b. Menentukan jarak focus cermin cembung dan sifat-sifat bayangan yang terbentuk
Jarak Benda Jarak Bayangan Sifat-sifat bayangan
No (S) (S’)
Nyata/Maya Posisi Perbesaran

1 MAYA TEGAK DIPERKECIL

c. Menentukan jarak focus lensa cembung dan sifat-sifat bayangan yang terbentuk
Jarak Benda Jarak Bayangan Sifat-sifat bayangan
No (S) (S’)
Nyata/Maya Posisi Perbesaran

1 R1 R4 MAYA TEGAK DIPERBESAR

2 F R4 DAN TAK MAYA TEGAK DIPERBESAR


TERHINGGA

3 R2 R3 NYATA TERBALIK DIPERBESAR

4 2F R3 NYATA TERBALIK SAMA BESAR

5 R3 R2 NYATA TERBALIK DIPERKECIL


d. Menentukan jarak focus lensa cekung dan sifat-sifat bayangan yang terbentuk
Jarak Benda Jarak Bayangan Sifat-sifat bayangan
No (S) (S’)
Nyata/Maya Posisi Perbesaran

1 R4 MAYA TEGAK DIPERKECIL

KESIMPULAN
1.Sifat bayangan cermin datar
a. bayangan bersifat maya
b.memiliki tinggi sama dengan objek
c.memiliki ukuran sama dengan objek
d.bayangan bersifat tegak
e.bayangan bersifat terbalik
f.memiliki jarak benda yang sama dengan jarak bayangan
2.Sifat bayangan cermin cekung
a.sifat bayangan akan tampak nyata,terbalik,tegak,serta diperkecil apabila objek diletakkan
lebih besar daripada titik fokus cermin.
b.sifat bayangan akan tampak nyata,terbalik,tegak,serta diperkecil apabila objek diletakkan
diantara titik fokus cermin
3.Sifat bayangan cermin cembung
a.sifat bayangan akan tampak maya dimana bayangan akan tampak berada didalam cermin
b.sifat bayangan akan tampak tegak bayangan dari objek akan tetap tampak sama dengan
aslinya
c.sifat bayangan akan diperkecil dimana ukuran objek pada cermin akan tampak lebih kecil
dari objek aslinya

Anda mungkin juga menyukai