Anda di halaman 1dari 19

Laporan Resmi Praktikum Uji Bahan

ULTRASONIC TEST

Disusun Oleh :

Prayogi Putro A (6513040069)


Angga Tritama (6513040076)
Aghnia Putri A (6513040090)

K3-IIIC

Jurusan Teknik Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2014
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Tujuan
Pada percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat menggunakan
pesawat ultrasonic dalam memeriksa ketebalan suatu bahan ataupun cacat
pada suatu bahan atau material yang tidak dapat dilihat secara visual atau
langsung.

I.2 Dasar Teori


Gelombang Ultrasonic adalah gelombang mekanik seperti gelombang
suara yang frekuensinya lebih besar dari 20kHz. Gelombang ini dapat
dihasilkan dari probe yang berdasarkan perubahan energi listrik menjadi
energi mekanik. Sebaliknya probe juga dapat mengubah energi mekanik
menjdi energi listrik. Selama perambatannya di dalam material, gelombang
ini dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan yang dilaluinya missal masa jenis,
homogenitas, besar butiran, kekerasan dan sebagainya. Sehingga gelombang
ini dapat dipakai untuk mengetahui jenis bahan, tebal dan ada tidaknya cacat
di dalam bahan tersebut. Gelombang Ultrasonic dapat dipantulkan dan
dibiaskan oleh permukaan batas antara dua bahan yang berbeda.
Berdasarkan sifat pantulan tersebut dapat ditentukan tebal bahan, lokasi
cacat serta ukuran cacat.
Tebal bahan maupun letak cacat diukur berdasarkan pengukuran
waktu, sedangkan besarnya cacat diukur berdasarkan kekuatan dan
intensitas getaran yang diterima oleh probe. Adapun cacat-cacat yang
mudah diperiksa dengan getaran ultrasonic adalah cacat-cacat yang
permukaannya tegak lurus terhadap arah rambatan getaran, sedang bila
permukaannya tidak tegak lurus terhadap arah rambatan lebih sukar
diketahui. Dan cacat-cacat yang permukaannya sejajar, arah getaran
mungkin sama sekali tidak terlihat karena dibuat probe-probe yang dapat
mengeluarkan getaran yang arah rambatannya membuat sudut terhadap
permukaan bahan yang diuji.
Prinsip Dasar Ultrasonic
Prinsip kerja dari uji Ultrasonic adalah merambatkan gelombang
Ultrasonic yang dikeluarkan oleh pemancar pada benda kerja yang
diperiksa dan menerima kembali gelombang ultrasonik ini dengan alat
penerima. Gelombang yang diterima ini dapat diukur intensitasnya,
waktu perambatannya ataupun resonansi yang ditimbulkan.
Pemeriksaan tebal bahan atau adanya cacat dalam bahan dengan
gelombang ultrasonic dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : Teknik
Resonansi, Teknik Tranmisi dan Teknik Gema. Dari ketiga teknik
tersebut, teknik Gema kontak langsung paling sering digunakan
terutama pada pemeriksaan di lapangan.

1. Metode Transmisi
Dalam metode ini dipakai dua probe yang saling berhadapan
dan bahan yang diukur diletakkan kedua probe tersebut. Salah
satu probe bekerja sebagai pemancar dan lainnya sebagai
penerima.
Dengan metode ini dapat diukur :
- Tebal material : Dengan mengukur selisih waktu antara
saat pemancaran dan saat penerimaan
- Cacat dalam Material
Kesulitan dari metode ini adalah cara penempatan kedua probe

Gambar 1.1. Teknik Transmisi


2. Metode Gema
Kesulitan pada metode transmisi dapat diatasi pada metode
gema ini karena hanya dipakai satu probe saja, yang secara
bergantian bekerja sebagai pemancar dan kemudian penerima.
Dengan metode ini dapat diukur :
- Tebal material
- Cacat material, baik letak maupun besarnya
- Pada teknik ini, probe secara bergantian mengeluarkan dan
menerima getaran. Tebal bahan dan letak cacat ditentukan
dari letak getaran/gema pada layar osiloskop, sedangkan
besarnya ditentukan dari simpangan tinggi getaran yang
diterima kembali.

Gambar 1.2. Teknik Gema

3. Metode Resonansi
Tebal bahan dapat di ukur dengan cara mengukur frekuensi atau
panjang gelombang ultrasonic yang dapat menimbulkan Resonansi
Maximum pada bahan tersebut. Adanya cacat dapat dideteksi
dengan terjadinya perubahan resonansi, karena jarak bahan yang
beresonansi berubah.
Gambar 1.3. Teknik Resonansi

Sensitivitas Dan Resolusi


Sensitivitas adalah kemampuan kristal untuk mengubah energi
listrik menjadi energi mekanik (getaran ultrasonic) dan sebaliknya.
Kristal disebut lebih sensitif bila dengan tegangan yang sama diperoleh
getaran yang lebih kuat.
Resolusi adalah kemampuan kristal untuk mendeteksi dua
ketebalan denagn perbedaan ruang kecil.

Probe
Menurut penerapannya, Probe dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu :
1. Probe Normal
Getaran yang keluar dari probe normal adalah getaran
longitudinal yang masuk kedalam benda uji dengan arah tegak
lurus dengan permukaan. Digunakan untuk mengukur tebal
material dan mencari letak serta besarnya cacat-cacat yang sejajar
permukaan material. Kode daro probe antara lain :
B 4 SN, MB 4 SN
2. Probe Sudut
Probe sudut memancarkan getaran transversal. Dengan
menggunakan prinsip Snellius, bila getaran ultrasonic merambat
dalam medium, menunjukkan permukaan medium 2 dengan sudut
L terhadap garis normal, sebagian getaran dipantulkan dan
sebagian di transmisian ke medium 2.

3. Probe T.R
Probe T.R terdiri dari dua kristal yang satu berfungsi sebagai
pemancar dan satu lagi berfungsi sebagai penerima. Prinsip kerja
Probe T.R sama dengan Probe Normal, dan mempunyai fungsi
paling baik untuk mengukur ketebalan dibawah 10 mm.

Getaran Ultrasonic
Gelombang ultrasonic adalah gelombang mekanik seperti suara,
yang frekuensinya lebih besar dari pada 20 kHz. Gelombang ini
mempunyai besaran fisis seperti pada suara yakni panjang gelombang
( ), kecepatan rambat (v), waktu getar (T), amplitudo (A), frekuensi
(f), fasa ( ) dan sebagainya. Formula yang berlaku bagi gelombang
suara berlaku pula pada gelombang ultrasonic, misal :
v
s v.t
f

sin v1
(snellius)
sin v2

I1 r22
(least aquare law)
I 2 r12

If
= I 0 e t (attenuation)
Seperti pada getaran suara, maka getaran ultrasonic yang
mempunyai besaran-besaran seperti panjang gelombang, kecepatan,
frekwensi, waktu getar, amplitudo, fasa dan sebagainya menurut hukum
pemantulan, pembiasan dan penyerapan. Bila suara mempunyai
frekwensi antara 20 Hz sampai 20 KHz maka getaran ultrasonic
mempunyai getaran frekwensi lebih besar dari 20 KHz.
Dalam perambatannya pada bahan yang sama, kecepatan dan
frekuensi dianggap tetap. Dalam perambatannya dalam berbagai bahan,
frekuensi gelombang selalu dianggap tetap, sedangkan kecepatan
rambat bergantung pada jenis bahan dan mode gelombang. Frekuensi
yang sering digunakan untuk uji tanpa rusak umumnya antara 250 KHz-
15 MHz, sedangkan pada pemeriksaan las digunakan frekuensi 2 MHz-
6MHz.
Karena penyerapan, maka kekuatan getaran ultrasonic berkurang
selama perambatan dalam bahan, sedangkan besarnya sudut pantulan
sama dengan sudut datang dan bila melalui dua bahan yang berbeda
maka akan terjadi pembiasan mendekati atau menjauhi bidang normal.

Sumber Getaran
Getaran Ultrasonic yang dipakai dalam NDT bersumber pada
getaran mekanik yang misalnya berasal dari kristal Piezoelectric, yang
mempunyai fungsi merubah getaran listrik menjadi getaran mekanik
dan sebaliknya, bila kristal tersebut diberikan tegangan listrik maka
kristal akan bergetar dengan frekwensi yang tergantung pada dimensi
kristal. Sedang amplitudo tergantung pada besarnya tegangan yang
diberikan pada kristal tersebut.

Gambar 1.4. Geometri getaran Ultrasonic yang keluar dari Probe


Getaran yang keluar dari probe akan menyebar kesemua arah
tetapi amplitudo terbesar terletak pada arah sumbu kristal. Batas pada
gambar diatas menunjukkan kekuatan/amplitudo 10% dari amplitudo
pada arah kristal. Jadi jarak N dari permukaan kristal seolah-olah
getaran tidak menyebar dan selebihnya menyebar dengan sudut
terhadap sumbu.

Medan Dekat (N) : Sudut Penyebaran ( ) :


D2 f C
N Sin
4.C D. f
Dimana :
D = diameter kristal
f = frekwensi
C = konstan
N = near field
F = far field

Blok Standart (Kalibrasi)

Gambar 1.5. Blok Kalibrasi

Blok Standart dipergunakan untuk kalibrasi jarak dan cacat.


Untuk kalibrasi jarak diperlukan minimum dua pulsa gema. Kalibrasi
sendiri adalah Penyesuaian hasil pembacaan terhadap ukuran yang
diketahui.
Pada pengujian secara ultrasonic tidak mungkin dibenarkan tanpa
menggunakan standart. Baru diperkenankan melakukan pengujian
apabila kalibrasi range (jarak jangkau) yang kita kehendaki telah
diyakinkan kebenarannya dengan cara kalibrasi terlebih dahulu untuk
range tersebut ada standart.

Perambatan
Metode perambatan getaran ultrasonic dapat dijelaskan sebagai
berikut :
- Materi digambarkan sebagai atom-atom yang saling terikat melalui
pegas. Bila ujung kiri dipukul maka atomnya akan mendorong
atom disebelahnya dan seterusnya, kemudian akan kembali
kedudukan semula setelah bergetar beberapa kali.

Gambar 1.6. Perambatan gelombang ultrasonic pada bahan

Dari cara perambatannya, dikenal 2 macam getaran, yaitu :


1) Getaran Longitudinal (Pressure Wave)
Yaitu Getaran yang mempunyai arah rambatan sejajar dengan
arah getarannya. Kecepatan dan panjang gelombang tergantung
pada macam bahan yang dilaluinya.
Gambar 1.7. Gelombang Longitudinal

2) Getaran Transversal (Shear Wave)


Yaitu Getaran yang arah rambatannya tegak lurus terhadap
arah getaran juga pada gataran transversal. Kecepatan dan panjang
gelombangnya tergantung pada bahan yang dilaluinya.

Gambar 1.8. Gelombang Transversal

Dengan perumusan :
v

f
dimana :
= Panjang gelombang
= Frekwensi
v = Cepat rambat gelombang

Mode
Dari cara bergetar dan perambatannya maka gelombang ultrasonic
dapat menjalar di dalam bahan dalam berbagai mode :
a) Mode Longitudinal
Mode longitudinal terjadi bila gelombang ultrasonic merambat
pada suatu arah sejajar dengan arah gerakan atom yang
digetarkan, misal atom digerakkan kekanan dan kekiri
sedangkan gelombang bergerak merambat kearah kekiri atau
kekanan. Gelombang longitudinal dapat merambat pada semua
bahan, baik gas, cair maupun padat.

b) Mode Transversal
Mode transversal terjadi bila gelombang ultrasonic merambat
pada suatu arah tegak lurus pada arah gerakan atom yang di
getarkan, missal atom digetarkan keatas dan ke bawah,
sedangkan gelombang merambat kea rah kanan dan kiri.
Gelombang transversal hanya bisa merambat pada benda padat.

Gambar 1.9. Mode Transversal dan Longitudinal


c) Mode Permukaan
Mode transversal terjadi bila gelombang transversal merambat
pada permukaan. Gerakan atom yang bergetar berbentuk elips.
Sesuai dengan namanya gelombang permukaan hanya
merambat pada permukaan padat dengan kedalaman
maksimum satu panjang gelombang.

Gambar 1.10. Mode Permukaan

d) Mode Plat
Mode pelat terjadi pada bila gelombang transversal merambat
pada bahan pelat tipis yang tebalnya kurang dari setengah
panjang gelombang. Gelombang pelat merambat pada seluruh
benda uji tipis tersebut, baik dalam bentuk gelombang simetris
atau gelombang asimetris. Perubahan Mode.
Gelombang ultrasonic yang merambat dalam suatu bahan
dapat merubah mode dari satu mode ke mode lainnya.
Perubahan mode ini terjadi misalnya karena pantulan atau
pembiasan. Bila mode berubah maka kecepatan rambatnya
berubah, sedangkan frekuensinya tetap, akibatnya panjang
gelombangnya juga akan berubah.

Gambar 1.11. Mode Plat


Kriteria Kelulusan
Semua cacat yang menggunakan amplitudo lebih besar 20% dari
level referensi dibuktikan sehingga operator dapat menentukan Bentuk,
Identitas dan lokasi dari cacat tersebut dan evaluasinya dalam bentuk
kriteria penerimaan standart sebagai berikut :
a) Cacat yang berupa retak, fusi tak lengkap (incomplete fusion),
penetrasi tak sempurna (incomplete penetration), berapapun
panjangnya harus ditolak.
b) Semua tipe cacat linear lain tidak diterima jika amplitudonya lebih
dari level referensi dan panjang cacatnya lebih dari yang ditentukan
berikut :
(1) in untuk tebal material (t) sampai dengan in
(2) t untuk tebal (t) dari sampai 2 in
(3) in untuk tebal (t) lebih dari 2 in
Dimana t adalah tebal dari las, tidak termasuk reinforcement.
Untuk sambungna tumpul (butt joint) yang memiliki ketebalan
berbeda pada lasannya, maka t adalah diambil yang memiliki
ketebalan yang lebih tinggi. Jika lasan tersebut tembusan penuh
(full penetration) termasuk sambungan fillet, tebal dari kaki lasan
fillet harus dimasukkan dalam t.
BAB II
METODOLOGI

II.1 Alat
1. Pesawat Ultrasonic dan perlengkapannya
2. Blok Kalibrasi
3. Couplant
4. Osiloskop
5. Probe
6. Oli
7. Penggaris
8. Kabel
9. Jangka sorong

II.2 Bahan
1. Spesimen Uji berbentuk Balok Baja

II.3 Langkah Kerja


1. Persiapan alat (memasang, menyalakan alat)
2. Menentukan besar range yang akan digunakan, range > dari pada benda
yang diukur.
3. Melakukan kalibrasi menggunakan block kalibrasi pada ketebalan 25
sehingga didapat indikasi
4. Mengoleskan oli pada block, kemudian menempelkan Probe yaitu probe
Normal pada bidang tersebut sehingga muncul indikasi pada layar
pesawat ultrasonic.
5. Jika indikasi sudah tarbentuk dan tebal material kalibrasi telah
ditemukan, tekan tombol call agar kalibrasi tidak berubah
6. Letakan probe di atas material yang akan diuji. Cari angka yang paling
stabil
7. Catat pada titik berapa indikasi yang muncul pada layar pesawat
ultrasonic setelah probe diletakkan pada spesimen.
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada pengujian ultrasonic ini, dilakukan untuk mencari ketebalan suatu


speciment serta mencari cacat yang berada pada bagian dalam dari specimen.
Cacat tersebut dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
Increment Range

Division 5
Dengan menggunakan teknik Gema, dan digunakan Kalibrasi untuk
penyesuaian ukuran standart yang diketahui terhadap hasil pembacaan. Dengan
tebal yang digunakan untuk Kalibrasi adalah 25 mm. Dan Range yang digunakan
adalah 75 mm. Namun tetap perhitungan dengan rumus tersebut harus
berdasarkan data yang ditampilkan dalam layar osiloskop.

III.1 Analisa Data


Gambar 3.1. Sketsa hasil pengamatan dari Ultrasonic test pada Balok Baja
Tabel 3.1. Hasil Pengukuran Spesimen

Bentuk Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran


No
Indikasi Panjang Lebar Diameter Ketebalan
1 Balok 41 mm 26,5 mm 32,5 mm

Pengkalibrasian
Dilakukan Kalibrasi dengan menggunakan :
- Range = 75
- dB = 45,5 dB
- Probe tipe MB4S ; 57749 ; 18730 ; 4 MHz ; 10
- Dengan tebal blok kalibrasi = 25
Range 75
Maka : I 3
Increment 25
Sehingga pada layar Osiloskop akan muncul 3 Indikasi,
yaitu pada :
Inc x 10 1 x 25 x 10 250
1. Indikasi I 3,34
Range 75 75
Inc x10 2 x 25 x 10 500
2. Indikasi II 6,67
Range 75 75
Inc x10 3 x 25 x10 750
3. Indikasi III 10
Range 75 75

Menghitung Kedalaman Cacat Pada Spesimen Uji


Setelah melakukan pengkalibrasian, dilakukan proses pencarian cacat
secara menyeluruh pada permukaan spesimen, sebagai berikut :
Menghitung Ketebalan Spesimen
Range = 75
Division = 3,6
Division x Range 3,6 x 75
Maka : Increment 27
10 10
Menghitung Ketebalan Cacat
Dilakukan pencarian ketebalan cacat dengan :
- Menggunakan material uji berupa balok baja kode A2
- Dan masih menggunakan Range 75
- dB = 45,5 dB
- Probe tipe MB4S ; 57749 ; 18730 ; 4 MHz ; 10
Maka didapatkan perhitungan :
1. Cacat 1 = Persegi Panjang (Balok)
Div . Range 2,3 x 75 172,5
Inc 17,25 mm
10 10 10
Sehingga diperoleh hasil :
Panjang = 55 mm
Lebar = 25 mm
Kedalaman = 17, 25 mm

III.2 Analisa Kesalahan


Ketidaktepatan data hasil percobaan dengan hasil perhitungan dapat
disebabkan oleh :
a) Terjadinya kesalahan pada pembacaan skala yang nampak pada display
b) Terjadinya kesalahan pada kalibrasi awal
c) Terjadinya kesalahan penulisan data
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Dari pengujian Ultrasonic yang dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan. Adapun kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut :
Besar kecilnya Range berpengaruh terhadap banyaknya sinyal yang
akan muncul pada layar Osiloskop. Semakin besar Range yang
digunakan, maka sinyal yang akan muncul semakin banyak.
Indikasi sedalam apapun dapat terdeteksi, baik tebal indikasi maupun
panjangnya. Dan dilakukan dengan ketelitian tinggi.
Proses kalibrasi sangat penting untuk mendapatkan keakuratan dari
hasil pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA

Moh. M Munir & Moh. Thoriq W (2000), Modul Praktek Uji Bahan,
Jurusan Teknik Bangunan Kapal, PPNS
Metode Ultrasonic, 1997, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
www.scribd.com/doc/91919570/Metoda-Ultrasonik
diakses pada tanggal 20 Oktober 2012 pukul 10.46

Anda mungkin juga menyukai