ULTRASONIC TEST
Disusun Oleh :
K3-IIIC
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Tujuan
Pada percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat menggunakan
pesawat ultrasonic dalam memeriksa ketebalan suatu bahan ataupun cacat
pada suatu bahan atau material yang tidak dapat dilihat secara visual atau
langsung.
1. Metode Transmisi
Dalam metode ini dipakai dua probe yang saling berhadapan
dan bahan yang diukur diletakkan kedua probe tersebut. Salah
satu probe bekerja sebagai pemancar dan lainnya sebagai
penerima.
Dengan metode ini dapat diukur :
- Tebal material : Dengan mengukur selisih waktu antara
saat pemancaran dan saat penerimaan
- Cacat dalam Material
Kesulitan dari metode ini adalah cara penempatan kedua probe
3. Metode Resonansi
Tebal bahan dapat di ukur dengan cara mengukur frekuensi atau
panjang gelombang ultrasonic yang dapat menimbulkan Resonansi
Maximum pada bahan tersebut. Adanya cacat dapat dideteksi
dengan terjadinya perubahan resonansi, karena jarak bahan yang
beresonansi berubah.
Gambar 1.3. Teknik Resonansi
Probe
Menurut penerapannya, Probe dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu :
1. Probe Normal
Getaran yang keluar dari probe normal adalah getaran
longitudinal yang masuk kedalam benda uji dengan arah tegak
lurus dengan permukaan. Digunakan untuk mengukur tebal
material dan mencari letak serta besarnya cacat-cacat yang sejajar
permukaan material. Kode daro probe antara lain :
B 4 SN, MB 4 SN
2. Probe Sudut
Probe sudut memancarkan getaran transversal. Dengan
menggunakan prinsip Snellius, bila getaran ultrasonic merambat
dalam medium, menunjukkan permukaan medium 2 dengan sudut
L terhadap garis normal, sebagian getaran dipantulkan dan
sebagian di transmisian ke medium 2.
3. Probe T.R
Probe T.R terdiri dari dua kristal yang satu berfungsi sebagai
pemancar dan satu lagi berfungsi sebagai penerima. Prinsip kerja
Probe T.R sama dengan Probe Normal, dan mempunyai fungsi
paling baik untuk mengukur ketebalan dibawah 10 mm.
Getaran Ultrasonic
Gelombang ultrasonic adalah gelombang mekanik seperti suara,
yang frekuensinya lebih besar dari pada 20 kHz. Gelombang ini
mempunyai besaran fisis seperti pada suara yakni panjang gelombang
( ), kecepatan rambat (v), waktu getar (T), amplitudo (A), frekuensi
(f), fasa ( ) dan sebagainya. Formula yang berlaku bagi gelombang
suara berlaku pula pada gelombang ultrasonic, misal :
v
s v.t
f
sin v1
(snellius)
sin v2
I1 r22
(least aquare law)
I 2 r12
If
= I 0 e t (attenuation)
Seperti pada getaran suara, maka getaran ultrasonic yang
mempunyai besaran-besaran seperti panjang gelombang, kecepatan,
frekwensi, waktu getar, amplitudo, fasa dan sebagainya menurut hukum
pemantulan, pembiasan dan penyerapan. Bila suara mempunyai
frekwensi antara 20 Hz sampai 20 KHz maka getaran ultrasonic
mempunyai getaran frekwensi lebih besar dari 20 KHz.
Dalam perambatannya pada bahan yang sama, kecepatan dan
frekuensi dianggap tetap. Dalam perambatannya dalam berbagai bahan,
frekuensi gelombang selalu dianggap tetap, sedangkan kecepatan
rambat bergantung pada jenis bahan dan mode gelombang. Frekuensi
yang sering digunakan untuk uji tanpa rusak umumnya antara 250 KHz-
15 MHz, sedangkan pada pemeriksaan las digunakan frekuensi 2 MHz-
6MHz.
Karena penyerapan, maka kekuatan getaran ultrasonic berkurang
selama perambatan dalam bahan, sedangkan besarnya sudut pantulan
sama dengan sudut datang dan bila melalui dua bahan yang berbeda
maka akan terjadi pembiasan mendekati atau menjauhi bidang normal.
Sumber Getaran
Getaran Ultrasonic yang dipakai dalam NDT bersumber pada
getaran mekanik yang misalnya berasal dari kristal Piezoelectric, yang
mempunyai fungsi merubah getaran listrik menjadi getaran mekanik
dan sebaliknya, bila kristal tersebut diberikan tegangan listrik maka
kristal akan bergetar dengan frekwensi yang tergantung pada dimensi
kristal. Sedang amplitudo tergantung pada besarnya tegangan yang
diberikan pada kristal tersebut.
Perambatan
Metode perambatan getaran ultrasonic dapat dijelaskan sebagai
berikut :
- Materi digambarkan sebagai atom-atom yang saling terikat melalui
pegas. Bila ujung kiri dipukul maka atomnya akan mendorong
atom disebelahnya dan seterusnya, kemudian akan kembali
kedudukan semula setelah bergetar beberapa kali.
Dengan perumusan :
v
f
dimana :
= Panjang gelombang
= Frekwensi
v = Cepat rambat gelombang
Mode
Dari cara bergetar dan perambatannya maka gelombang ultrasonic
dapat menjalar di dalam bahan dalam berbagai mode :
a) Mode Longitudinal
Mode longitudinal terjadi bila gelombang ultrasonic merambat
pada suatu arah sejajar dengan arah gerakan atom yang
digetarkan, misal atom digerakkan kekanan dan kekiri
sedangkan gelombang bergerak merambat kearah kekiri atau
kekanan. Gelombang longitudinal dapat merambat pada semua
bahan, baik gas, cair maupun padat.
b) Mode Transversal
Mode transversal terjadi bila gelombang ultrasonic merambat
pada suatu arah tegak lurus pada arah gerakan atom yang di
getarkan, missal atom digetarkan keatas dan ke bawah,
sedangkan gelombang merambat kea rah kanan dan kiri.
Gelombang transversal hanya bisa merambat pada benda padat.
d) Mode Plat
Mode pelat terjadi pada bila gelombang transversal merambat
pada bahan pelat tipis yang tebalnya kurang dari setengah
panjang gelombang. Gelombang pelat merambat pada seluruh
benda uji tipis tersebut, baik dalam bentuk gelombang simetris
atau gelombang asimetris. Perubahan Mode.
Gelombang ultrasonic yang merambat dalam suatu bahan
dapat merubah mode dari satu mode ke mode lainnya.
Perubahan mode ini terjadi misalnya karena pantulan atau
pembiasan. Bila mode berubah maka kecepatan rambatnya
berubah, sedangkan frekuensinya tetap, akibatnya panjang
gelombangnya juga akan berubah.
II.1 Alat
1. Pesawat Ultrasonic dan perlengkapannya
2. Blok Kalibrasi
3. Couplant
4. Osiloskop
5. Probe
6. Oli
7. Penggaris
8. Kabel
9. Jangka sorong
II.2 Bahan
1. Spesimen Uji berbentuk Balok Baja
Pengkalibrasian
Dilakukan Kalibrasi dengan menggunakan :
- Range = 75
- dB = 45,5 dB
- Probe tipe MB4S ; 57749 ; 18730 ; 4 MHz ; 10
- Dengan tebal blok kalibrasi = 25
Range 75
Maka : I 3
Increment 25
Sehingga pada layar Osiloskop akan muncul 3 Indikasi,
yaitu pada :
Inc x 10 1 x 25 x 10 250
1. Indikasi I 3,34
Range 75 75
Inc x10 2 x 25 x 10 500
2. Indikasi II 6,67
Range 75 75
Inc x10 3 x 25 x10 750
3. Indikasi III 10
Range 75 75
IV.1 Kesimpulan
Dari pengujian Ultrasonic yang dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan. Adapun kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut :
Besar kecilnya Range berpengaruh terhadap banyaknya sinyal yang
akan muncul pada layar Osiloskop. Semakin besar Range yang
digunakan, maka sinyal yang akan muncul semakin banyak.
Indikasi sedalam apapun dapat terdeteksi, baik tebal indikasi maupun
panjangnya. Dan dilakukan dengan ketelitian tinggi.
Proses kalibrasi sangat penting untuk mendapatkan keakuratan dari
hasil pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
Moh. M Munir & Moh. Thoriq W (2000), Modul Praktek Uji Bahan,
Jurusan Teknik Bangunan Kapal, PPNS
Metode Ultrasonic, 1997, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
www.scribd.com/doc/91919570/Metoda-Ultrasonik
diakses pada tanggal 20 Oktober 2012 pukul 10.46