Anda di halaman 1dari 41

J ika terdapat banyak galat yang berhubungan dengan data, khususnya data eksperimental, maka

metode yang paling sesuai adalah dengan pencocokan data (curve fitting) menggunakan regresi
linier. Sesuai trend data. Pencocokan kurva adalah pencarian suatu kurva yang bisa
menunjukkan kecenderungan (trend) dari himpunan data. Kurva ini tidak harus melalui titik-titik
data. Suatu kriteria yang dipakai untuk mengukur kecukupan dari kecocokan yaitu regresi
kuadrat terkecil.



Regresi linier digunakan untuk menentukan fungsi linier yang paling sesuai dengan kumpulan
titik data (x
i
, y
i
) yang diketahui. Pernyataan matematis untuk fungsi linear tersebut yaitu

(9.1)

dengan e dinamakan galat atau sisa. Sisa adalah selisih antara pengamatan dengan garis:

(9.2)

Suatu kriteria untuk pencocokan yang terbaik adalah hampiran kuadrat terkecil yang
meminimalkan jumlahan kuadrat dari sisa:

(9.3)

METODE REGRESI LINIER DATA FISIS

Objektif:
1. Memahami metode regresi linier yang merepresentasikan trend data.
2. Mampu membuat algoritma metode regresi linier berbasis MATLAB.
3. Memecahkan beberapa aplikasi regresi linier pada bidang Fisika.
REGRESI LINIER
Kriteria ini menghasilkan suatu garis tunggal untuk himpunan data yang diberikan. Untuk
menentukan nilai-nilai a
0
dan a
1
, diturunkan S
r
terhadap setiap koefisien dan selanjutnya
disamakan dengan nol:
(9.4)

Persamaan-persamaan di atas dapat dituliskan kembali menjadi

(9.5)
atau ekivalen dengan
(9.6)
Selanjutnya diselesaikan kedua persamaan untuk memperoleh
(9.7)



Regresi linear memberikan teknik yang ampuh untuk mencocokkan garis "terbaik" terhadap data.
Namun, teknik ini tergantung pada kenyataan bahwa kaitan antara variabel tak bebas dan bebas
adalah linear. Dalam analisis regresi, seharusnya langkah pertama adalah penggambaran gra.k
untuk memeriksa apakah pada data berlaku suatu hubungan linear.
LINIERISASI FUNGSI NON LINIER
Beberapa data yang tidak linear dapat dilinearkan dengan suatu transformasi data, seperti yang
disajikan dalam Tabel 9.1.

Tabel 9.1 Linearisasi dari fungsi tak linear dengan transformasi data.




Contoh 1
Sebuah mobil bergerak dipercepat dengan percepatan tetap. Melalui pengamatan diperoleh data
kecepatan tiap waktu dari gerak mobil tersebut. Dengan metode regresi linier tentukan besar
percepatan mobil!
t (s) 0 1 2 3 4 5 6 7 8
v (m/s) 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Solusi:
Script File Utama MATLAB

f unct i on Koef = r egl i n( X, Y)
APLIKASI DALAM FISIKA
%r egl i n Mencar i koef i si en dar i per samaan kur va l i near unt uk sekumpul an
%t i t i k dat a menggunakan kr i t er i a kuadr at t er keci l .
%
%I nput : X = dat a x
%Y = dat a y yang ber kor espondensi dengan x
%
%Out put : koef i si en dar i x^0 dan x^1 secar a ber t ur ut an
%
%- - - PENGHI TUNGAN I NTI :

X=[ 0 1 2 3 4 5 6 7 8] ;
Y=[ 20 40 60 80 100 120 140 160 180] ;
n = l engt h( X) ;
si gmaXY = sum( X. *Y) ;
si gmaX = sum( X) ;
si gmaY = sum( Y) ;
si gmaXX = sum( X. ^2) ;
koef x1 = ( n*si gmaXY- si gmaX*si gmaY) / ( n*si gmaXX- si gmaX^2) ; %koef i si en dar i x^1
koef x0 = ( si gmaY- koef x1*si gmaX) / n; %koef i si en dar i x^0
%- - - OUTPUT:
Koef = [ koef x0, koef x1] ; %or de nai k
%pl ot t i t i k- t i t i k dat a dan kur va l i near
xr eg = X( 1) : 0. 01: X( end) ;
yr eg = Koef ( 1) +Koef ( 2) *xr eg;
pl ot ( X, Y, ' bo' , xr eg, yr eg, ' r - ' ) ;
xl abel ( ' Wakt u( s) ' )
yl abel ( ' Kecepat an ( m/ s) ' )
t i t l e( ' GRAFI K KECEPATAN VS WAKTU' )

OUTPUT

Gambar 9.1: Output data dan kurva hasil regresi linier

Dari output diketahui bahwa koefisien a
0
=20, dan a
1
=20, sehingga dengan menggunakan
formulasi GLBB, v =v
0
+at, maka besar percepatan gerak mobil sama dengan koefisien a
1
=20
m/s
2
.

Contoh 2
Misalkan seberkas cahaya terkolimasi melintas dalam arah +x dan misalkan melewati selembar
medium tipis dengan ketebalan x (Gambar 10.2). Berkas cahaya yang datang pada medium
dengan daya P
0
dan yang menembus medium dengan daya P

.









Gambar 9.2 Prinsip penyerapan cahaya

Pada saat melintas medium, fraksi cahaya tertentu P hilang,

P P P A = '
0
(9.8)

Besarnya daya cahaya yang hilang sebanding dengan P
0
, ketebalan medium dan sebuah
konstanta kesebandingan yang disebut absorpsivitas (o).

x P P P P A = A = . . '
0 0
(9.9)

Absorpsivitas atau koefisien absorpsi (o) merupakan karakteristik material, dan juga
fungsi panjang gelombang.
Selanjutnya asumsikan medium dibuat menjadi sangat tipis (infinitisimal), masing-
masing dengan ketebalan dx. Dengan demikian, di dalam masing-masing irisan (slice) fraksi
cahaya yang hilang adalah dP, dan persamaan (9.9) menjadi

dx
P
dP
.
0
= (9.10)

P
0
P
Ax
Untuk memperoleh kehilangan daya cahaya total di dalam medium dengan ketebalan x,
integrasikan persamaan (9.10) antara batas-batas P dan x.

} }
=
x P
P
dx
P
dP
0
'
0
0
(9.11)

Sehingga diperoleh persamaan

x
P
P
=
|
|
.
|

\
|
0
'
ln (9.12)
dan

x
e
P
P
.
0
'

= (9.13)

J ika medium penyerap berupa larutan, konsentrasi larutan c (dalam gram atau mol per
liter) harus dilibatkan juga, sehingga persamaan (9.13) menjadi

c x
e P P
. .
0
'

= (9.14)

Persamaan (9.14) merupakan hukum eksponensial penyerapan, biasa juga disebut hukum Beer-
Lambert. Untuk penggunaan praktis, lebih mudah menggunakan logaritma berbasis 10 daripada
berbasis eksponensial.
Transmitansi (A) didefinisikan sebagai rasio daya radian yang ditransmisikan melewati
sampel terhadap daya cahaya datang, yang diukur pada panjang gelombang yang sama.

0
'
P
P
T = (9.15)
Absorbansi (A) didefinisikan sebagai logaritma berbasis 10 dari kebalikan transmitansi.

|
.
|

\
|
=
T
A
1
log
10
(9.16)

Absorbansi merupakan kuantitas penting. Pada dasarnya kita dapat mengukur
transmitansi larutan pada konsentrasi berbeda dan membuat kurva dari data yang diperoleh.
Namun jika kita menggunakan absorbansi, plotting akan lebih mudah karena hubungannya linear
dan hanya sedikit titik yang diperlukan untuk mendapatkan garis lurus.
Absorpsivitas (o) seperti pada persamaan (9.14), muncul dalam hukum eksponensial
sebagai logaritma alami,

c x
P
P
. .
'
ln
0
=
|
|
.
|

\
|
(9.17)

Sedangkan absorbansi (A) berbasis pada logaritma umum,

|
.
|

\
|
=
'
log
0
10
P
P
A (9.18)

Untuk mengkonversi dari salah satu menjadi yang lainnya, gunakan identitas: ln(x) =
2.3026..log10(x) =0.4343 ln (x). Set persamaan yang sering digunakan adalah:
|
.
|

\
|
=
'
log
0
10
P
P
A
c x A . . . 434 . 0 =

A
A
T
10
1
10 = =

(9.19)

c x
A
.
3026 . 2 =


PROSEDUR EKSPERIMEN

Variasi Konsentrasi
Pada percobaan pertama ini ukur dimensi dari gelas ukur setelahnya diisi dengan air
sebanyak 100ml kemudian gelas ukur diletakkan antara sumber cahaya dan powermeter. Sumber
cahaya yang diletakkan di belakang gelas ukur akan menembus gelas ukur dan diteruskan ke
powermeter, maka cahaya yang sampai ke powermeter akan dicatat sebagai daya awal (P
0
).
Berikutnya konsentrasi larutan divariasikan sebanyak 10 kali. Pada percobaan ini digunakan
larutan gula.

Variasikan Ketebalan
Untuk percobaan variasi ketebalan, diantara sumber cahaya dan powermeter diletakkan
potongan plastik dengan ukuran 2x3cm. Cahaya yang tembus ke potongan plastik tersebut
akan diteruskan ke powermeter dan cahaya yang sampai ke powermeter akan diketahui sebagai
daya dari cahaya tersebut. Tambahkan jumlah potongan plastik sebagai variasi ketebalan pada
tiap pengukuran daya hingga daya laser yang tercatat makin mengecil. Dan ketebalan dari tiap
potongan potongan plastik juga diukur. Pada percobaan ini digunakan plastik dengan 3 variasi
warna yaitu hijau, kuning, dan bening.

DATA HASIL EKSPERIMEN

Percobaan ke-1

Mr C
12
E
22
0
11
=342 , P
0
=6,5 w/m
2
, volume air =100 ml, ketebalan tabung (x) =6,48 cm

Tabel 9.2 Data hasil eksperimen penyerapan cahaya terhadap variasi konsentrasi


Percobaan ke-2

P
0
=3,5 w/m
2


Tabel 9.3 Data hasil eksperimen penyerapan cahaya terhadap variasi ketebalan mika bening
PERC.
KE
Massa gula
(gram)
Mol
(gram/Mr)
Molaritas
(mol/ vol)
Daya
(w/m
2
)
Transmitansi
(T)
Absorbansi
(A)
1 10 0,029 0.29 3,8 0,59 1,69
2 20 0,058 0.58 2,2 0,34 2,94
3 30 0,088 0.88 1,6 0,25 4,00
4 40 0,117 1.17 1,2 0,18 5,56
5 50 0,146 1.46 0,8 0,12 8,33
6 60 0,175 1.75 0,6 0,09 11,1
7 70 0,205 2.05 0,5 0,07 14,3
8 80 0,234 2.34 0,4 0,06 16,7
9 90 0,263 2.63 0,3 0,05 20,0
10 100 0,293 2.93 0,2 0,03 33,3
PERC.
KE
Tebal plastik
(x 10
-3
m)
Daya
(w/m
2
)
Transmitansi
(T)
Absorbansi
(A)
1 0,14
3,0
0,857 1,167
2 0,33
2,6
0,742 1,347
3 0,52
2,3
0,657 1,522
4 0,69
2,0
0,571 1,751
5 0,88
1,6
0,457 2,188
6 1,05
1,4
0,400 2,500




Tabel 9.4 Data hasil eksperimen penyerapan cahaya terhadap variasi ketebalan mika hijau










Tabel 9.5 Data hasil eksperimen penyerapan cahaya terhadap variasi ketebalan mika kuning





1. Buat kurva antara daya Laser yang ditransmisikan (T) terhadap konsentrasi larutan (c),
untuk setiap larutan.
2. Buat kurva absorbansi (A) terhadap konsentrasi masing-masing larutan (c). Tentukan
koefisien absorpsi ( ) larutan.
3. Buat kurva antara daya Laser yang ditransmisikan (T) terhadap ketebalan penyerap
(plastik berwarna).
4. Buat kurva ln(P/P
0
) terhadap ketebalan penyerap (plastik berwarna), dan tentukan
koefisien absorpsi plastic ( ).
5. Buat kurva Absorbansi terhadap ketebalan penyerap (x).
7 1,24
1,3
0,371 2,695
8 1,43
1,2
0,342 2.923
9 1,62
1,0
0,285 3,508
10 1,81
0,9
0,257 3,891
PERC.
KE
Tebal plastik
(x 10
-3
m)
Daya
(w/m
2
)
Transmitansi
(T)
Absorbansi
(A)
1 0,02 2,5 0,71 1,40
2 0,04 2,0 0,57 1,75
3 0,06 1,6 0,46 2,19
4 0,08 1,4 0,40 2,50
5 0,10 1,1 0,31 3,18
6 0,12 0,9 0,26 3,89
7 0,14 0,8 0,23 4,38
8 0,17 0,7 0,20 5,00
9 0,19 0,6 0,17 5,83
10 0,21 0,5 0,14 7,00
PERC.
KE
Tebal plastik
(x 10
-3
m)
Daya
(w/m
2
)
Transmitansi
(T)
Absorbansi
(A)
1 0,03 2,7 0,75 1,33
2 0,07 2,3 0,64 1,57
3 0,10 2,0 0,56 1,80
4 0,12 1,8 0,50 2,00
5 0,15 1,6 0,44 2,25
6 0,16 1,4 0,39 2,57
7 0,18 1,2 0,33 3,00
8 0,19 1,1 0,31 3,27
9 0,20 1,0 0,28 3,60
10 0,21 0,8 0,22 4,50
Solusi:

Kurva antara daya Laser yang ditransmisikan (T) terhadap konsentrasi larutan (c),



Output


kurva absorbansi (A) terhadap konsentrasi masing-masing larutan (c). Tentukan koefisien
absorpsi ( ) larutan.




Output



Dari kurva diatas diperoleh nilai regresi linear sebesar 10.27. Hasil regresi tersebut menunjukan
hubungan antara absorbansi dan konsentrasi larutan sesuai persamaan:

c x A . . . 434 . 0 =

Sehingga nilai regresi yang diperoleh dari kurva menunjukan nilai . . . 434 . 0 x


Karena nilai x (ketebalan larutan penghalang) diketahui maka dapat dihitung nilai konstanta
absorsivitas sebesar 365.48.


kurva antara daya Laser yang ditransmisikan (T) terhadap ketebalan penyerap (plastik berwarna).

Plastik Bening








Output


Plastik Kuning



Output



Plastik Hijau




Output



kurva ln(P/P
0
) terhadap ketebalan penyerap (plastik berwarna), dan tentukan koefisien absorpsi
plastic ( ).
Plastik Bening



Output




Dari kurva diatas diperoleh nilai regresi linear sebesar -729.92. Hasil regresi tersebut
menunjukan hubungan antara transmitansi dan ketebalan plastik sesuai persamaan:

x T . ln =

Sehingga nilai regresi yang diperoleh dari kurva menunjukan nilai konstanta absorsivitas
sebesar 729.92.














Plastik Hijau



Output


Dari kurva diatas diperoleh nilai regresi linear sebesar -8246.4. Hasil regresi tersebut
menunjukan hubungan antara transmitansi dan ketebalan plastik sesuai persamaan:

x T . ln =

Sehingga nilai regresi yang diperoleh dari kurva menunjukan nilai konstanta absorsivitas
sebesar 8246.4.

Plastik Kuning












Output



Dari kurva diatas diperoleh nilai regresi linear sebesar -6342.7. Hasil regresi tersebut
menunjukan hubungan antara transmitansi dan ketebalan plastik sesuai persamaan:

x T . ln =

Sehingga nilai regresi yang diperoleh dari kurva menunjukan nilai konstanta absorsivitas
sebesar 6342.7.
















Buat kurva Absorbansi terhadap ketebalan penyerap (x).

Plastik Bening



Output




Plastik Kuning




Output



Plastik Hijau



Output



Contoh 3

Suatu fluida yang bergerak akan mengalami gesekan internal yang disebut sebagai viskositas.
Hal ini terjadi baik dalam gas maupun cairan yang terjadi karena perbedaan lapisan fluida saat
bergerak relatif satu sama lain. Pada cairan disebabkan karena gaya kohesi antarmolekul
sedangkan pada gas terjadi karena tumbukan antar molekul.

Bila fluida tidak memiliki viskositas, maka fluida akan mengalir melalui pipa tanpa diberi gaya.
Karena viskositas, perbedaan tekanan di ujung pipa diperlukan untuk menjaga aliran fluida
konstan, contohnya aliran air atau minyak dalam pipa atau aliran darah dalam system sirkulasi
manusia.

Gambar 9.3: Aliran Fluida dalam pipa memiliki kecepatan yang bervariasi

Laju aliran fluida dalam tabung seperti terlihat pada gambar 9.3 bergantung pada
viskositas fluida, perbedaan tekanan, dan dimensi dari tabung. Untuk aliran zat cair dalam pipa
kapiler berlaku rumus Poiseuille:

l
P r
Q
. . 8
. .
4

A
= (9.20)

dengan Q volume cairan yang mengalir per detik, P A beda tekanan antara ujung-ujung pipa,
koefisien viskositas zat cair, r jari-jari penampang pipa kapiler, l panjang pipa kapiler.
Agar rumus Poiseuille berlaku, letak pipa kapiler harus horizontal, persamaan (9.20)
dapat disederhanakan menjadi:

.
. . 8
. . .
4
Q l
r g h
= (9.21)

dengan h tinggi permukaan air dalam bejana terhadap pipa kapiler, g percepatan gravitasi bumi,
kerapatan zat cair.




Gambar 9.4: Set up peralatan Hukum Poiseuille


PROSEDUR EKSPERIMEN

Alat dan bahan yang telah dipersiapkan disusun sesuai dengan prosedur, Kemudian air dialirkan
melalui pipa kapiler dan dicatat volume air yang tertampung selama dua menit dengan menjaga
tinggi air tetap. Setelah itu pengulangan percobaan dilakukan dengan memvariasikan tinggi pipa
kapiler. Dilakukan juga pengukuran suhu air pada awal dan akhir percobaan.

DATA HASIL EKSPERIMEN

Tabel 9.6 Data hasil eksperimen jumlah debit air dengan variasi tinggi pipa kapiler
Diameter (m) panjang (m) V(m
3
) h(m) Q (m
3
/s) m(kg)
0,0057 0,36 0,00016 0,482 0,000032 0,16
0,0052 0,359 0,000155 0,47 0,000031 0,155
0,0055 0,36 0,00015 0,458 0,00003 0,150
0,0059 0,36 0,00013 0,44 0,000026 0,130
0,0066 0,36 0,00012 0,42 0,000024 0,120

Buatlah grafik hubungan Q terhadap h sesuai persamaan (9.21) kemudian tentukan koefisien
viskositas dengan regresi linier.


Solusi:


Output


Berdasarkan output grafik di atas diperoleh nilai regresi linear sebesar 0.0001379. Nilai regresi
tersebut menunjukan hubungan antara debit air dan ketinggian air yang sesuai dengan
persamaan:

h
l
r g
Q .
. . 8
. . .
4


=


Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai regresi tersebut sebanding dengan:


. . 8
. . .
4
l
r g


Maka besarnya koefisien viskositas besarnya adalah 0.026075336.


Contoh 4

Kisi difraksi dapat digunakan untuk menentukan panjang gelombang sebuah sumber cahaya. Kisi
difraksi merupakan lapisan tipis yang terdiri dari banyak sekali celah yang dibuat dengan alat
yang sangat teliti, sehingga jika kita lihat dengan mata biasa, celah-celah yang sangat bayak itu
tidak akan terlihat. Celah-celah pada kisi tersebut memiliki jarak yang sama satu sama lain dan
jumlah dari celah (grating) biasanya sangat banyak mencapai 1000 sampai 10.000 setiap
milimeternya. Artinya dalam 1 milimeter terdapat celah sejumlah 1000 sampai 10.000 buah.
Dengan demikian jika jarak antar celah disimbolkan dengan d dan konstanta kisi sama dengan N,
maka

N
d
1
= (9.25)


Gambar 9.6: Pola interferensi pada kisi

Sumber-sumber difraksi tersebut akan saling berinterferensi satu sama lain sehingga
menimbulkan pola interferensi pada layar seperti pada gambar berikut :


Gambar 9.7: Pola interferensi pada kisi

Pola interferensi akan mengikuti persamaan berikut :

m d = sin (9.26)
Dalam percobaan kita ambil m =1.
Dari persamaan tersebut kita dapat menghitung panjang gelombang sumber cahaya jika
sudut dan d diketahui.

PROSEDUR EKSPERIMEN



Gambar 9.8: Skema pengukuran difraksi kisi

Pertama-tama susun rangkaian seperti gambar 9.8, nyalakan sumber sinar laser dan arahkan pada
bagian tengah kisi dan aturlah jarak L sehingga terbentuk pola interferensi pada layar seperti
gambar 9.7. Ukur dan catat x yakni jarak pusat pola terang kesalah satu terang pertama, yang
berada disebelah kanan atau sebelah kiri pusat terang. Lakukan hal tersebut dengan 5 variasi L
untuk masing-masing kisi 100 garis/mm, 300 garis/mm, dan 600 garis/mm.



DATA HASIL EKSPERIMEN

Tabel 9.9. Data pengamatan jarak pola interferensi cahaya oleh kisi 10
5
garis/m


No

L (m)
N (10
5
garis/m)
X
1
(m) r (m) d (m) (nm)
1 0,1 0,003 0,10004 0,00001 299,8
2 0,2 0,01 0.20024 0,00001 499,3
3 0,3 0,018 0.30053 0,00001 598,9
4 0,4 0,025 0.40078 0,00001 623,7
5 0,5 0,032 0.50102 0,00001 638,6
Rata rata 532,13

Tabel 9.10. Data pengamatan jarak pola interferensi cahaya oleh kisi 3 X 10
5
garis/m


No

L (m)
N (3 X 10
5
garis/m)
X
1
(m) r(m) d(m) (nm)
1 0,1 0,016 0,101272 0,000003 473,97
2 0,2 0,039 0,203767 0,000003 574,18
3 0,3 0,058 0,305555 0,000003 569,46
4 0,4 0,08 0,407922 0,000003 588,35
5 0,5 0,098 0,509513 0,000003 577,02
Rata rata 556,6

Tabel 9.11. Data pengamatan jarak pola interferensi cahaya oleh kisi 6 X 10
5
garis/m


No

L(m)
N (6 X 10
5
garis/m)
X
1
(m) r(m) d(m) (nm)
1 0,1 0,053 0,113177 0,0000016 749,27
2 0,2 0,09 0,219317 0,0000016 656,58
3 0,3 0,122 0,323858 0,0000016 602,73
4 0,4 0,183 0,439874 0,0000016 665,64
5 0,5 0,203 0,539638 0,0000016 601,88
Rata rata 655,22
Hitunglah panjang gelombang sinar laser yang digunakan menggunakan regresi linier!

Solusi:
kisi 10
5
garis/m



Output


kisi 3 X 10
5
garis/m



Output



kisi 6 X 10
5
garis/m



Output


Dengan menganalisis kurva di atas kita dapat mengetahui besarnya panjang gelombang dari
cahaya yang dilewatkan melalui masing masing kisi. Nilai kemiringan kurva menunjukan nilai
panjang gelombang cahayanya, sesuai persamaan:

d
r
m x =


Maka panjang gelombang untuk masing masing kisi adalah:

Kisi 1: 734.17 nm
Kisi 2: 602.59 nm
Kisi 3: 587.11 nm

Contoh 5

Rangkaian RC adalah rangkaian yang terdiri atas hambatan,R dan kapasitor, C yang
dihubungkan dengan sumber tegangan DC. Ada dua proses dalam rangkaian RC yaitu:

Pengisian Muatan (Charge)

Gambar 9.9: Rangkaian pengisian kapasitor

Pada proses pengisian diasumsikan bahwa kapasitor mula-mula tidak bermuatan. Saat
saklar ditutup pada t = 0 dan muatan mengalir melalui resistor dan mengisi kapasitor.
Berdasarkan hukukm Kirchhoff , maka diperoleh muatan sebagai fungsi waktu sebagai

(9.27)

Dengan RC = yang merupakan konstanta waktu, maka diperoleh juga arus dan
potensial pada kapasitor sebagai potensial fungsi waktu

(9.28)

(9.29)

Plot grafik arus dan tegangan pada kapasitor sebagai fungsi waktu ketika proses pengisian
muatan adalah sebagai berikut

Gambar 9.10: Grafik Pengisian kapasitor

Pelepasan Muatan (Discharge)

Pada proses pelepasan muatan, potensial mula-mula kapasitor adalah C Q V
c
/ = ,
sedangkan potensial pada resistor sama dengan nol. Setelah t =0, mulai tejadi pelepasan muatan
dari kapasitor.


Gambar 9.11: Rangkaian pengosongan kapasitor

Berdasarkan hukukm Kirchhoff berlaku muatan sebagai fungsi waktu ditulis sebagai

(9.30)

Potensial dan arus pada kapasitor sebagai fungsi waktu dapat ditulis menjadi

(9.31)

(9.32)

Terlihat dari plot grafik terjadinya proses pelepasan muatan sebagai berikut


Gambar 9.12: Grafik Pengosongan kapasitor

PROSEDUR EKSPERIMEN

- Pengisian Muatan Listrik pada Kapasitor
Rangkaian listrik disusun seperti pada gambar 9.13. Besar kapasitor dan resistor diukur.
Setelah R dan C diukur, voltmeter dipasang pada C1, kemudian saklar pada C1 ditutup dan
besar tegangan pada Voltmeter dicatat setiap 5 detik sekali sampai tegangan yang terukur
konstan. Kemudian terakhir nilai waktu yang diperlukan untuk mencapai tegangan pada
kapasitor maksimum dihitung.

Gambar 9.13: Rangkaian pengisian kapasitor

- Pengosongan Muatan Listrik pada Kapasitor
Rangkai listrik disusun seperti pada gambar 9.13 (rangkaian pengisian muatan). Voltmeter
dipasang pada C1. Saklar S1 ditutup dan tunggu hingga tegangan pada kapasitor yang
terukur pada voltmeter. Setelah tegangan maksimal sklar diputus kemudian besar Vc dicatat
yang terukur pada voltmeter setiap 5 detik sekali hingga Vc sama dengan nol.

DATA HASIL EKSPERIMEN

Pengisian kapasitor
= 9 volt, resistor (R) =10.000 , kapsitor (C) =2200 F

Tabel 9.12. Data pengisian kapasitor








Pengosongan Kapasitor

Tabel 9.13. Data pengosongan kapasitor







1. Lakukan linierisasi pada persamaan (9.29) dan (9.31)!
2. Tentukan konstanta waktu

menggunakan regresi linier!




Solusi:











Pengisian Kapasitor

PERC.
KE
ggl
(volt)
waktu
(sekon)
Tegangan
(volt)
v/ Ln v/
1 9 10 4,4 0,49 -0,71
2 9 20 6,0 0,60 -0,51
3 9 30 7,2 0,80 -0,22
4 9 40 7,8 0,86 -0,15
5 9 50 8,4 0,93 -0,07
PERC.
KE
ggl
(volt)
waktu
(sekon)
Tegangan
(volt)
Ln v
1 9 10 5,8 1,75
2 9 20 4,4 1,48
3 9 30 3,2 1,16
4 9 40 2,4 0,87
5 9 50 1,8 0,59
:
c
=e(1c
-
t
:
)
:
c
e
=(1c
-
t
:
)
ln
:
c
e
=(ln1lnc
-
t
:
)
ln
:
c
e
=lnc
-
t
:

ln
:
c
e
=
t


Pengisian kapasitor


:
c
=

c
c
-
t
:

ln:
c
=ln

c
lnc
-
t
:

ln:
c
=
t


Pengosongan kapasitor



Output

Pengosongan Kapasitor



Output



Dari kurva regresi di atas diperoleh kemiringan garis yang besarnya sebanding dengan
sehingga dapat ditentukan nilai konstanta waktu untuk masing masing proses pengisian dan
pengosongan sebesar: 60.98 dan 34.13.



Berikut adalah beberapa studi kasus pemanfaatan materi metode regresi linier untuk mengolah
dan menganalisis data hasil eksperimen fisika.



Bila kumparan pemanas kalorimeter dialiri arus listrik, maka panas yang ditimbulkan oleh
kumparan akan diterima oleh air, thermometer, dan tabung calorimeter. Energi listrik (W) yang
digunakan oleh alat dengan beda potensial V dan arus listrik I selama selang waktu t adalah:

t I V W . . = (9.22)

Sedangkan panas (H) yang ditimbulkan yaitu sebesar:

T C m Na H A + = ] . [ (9.23)

dengan Na merupakan nilai air calorimeter, m adalah massa air, C merupakan kalor jenis air, dan
T A merupakan perubahan suhu calorimeter.
Tara kalor listrik didefinisikan sebagai perbandingan antara energy yang digunakan
dengan kalor yang ditimbulkan:

] / [
] . [
. .
kalori joule
T c m Na
t I V
H
W
J
A +
= = (9.24)



Gambar 9.5: Set-up peralatan kalorimeter listrik
STUDI KASUS BEBERAPA APLIKASI MATLAB UNTUK SISTEM FISIKA
PROBLEM 1. KONSTANTA JOULE KALORIMETER

PROSEDUR EKSPERIMEN

Percobaan mencari nilai air kalorimeter
1. Timbang kalorimeter kosong dan pengaduknya , masukan air kira kira bagian isi
tabung dan timbang kembali, kemudian catat suhunya.
2. Masukan kalorimeter kedalam selubung luar kemudian tambahkan air mendidih sampai
kira kira bagian. Catatlah suhu air mendidih.
3. Perhatikan suhu pada thermometer. Catat suhu thermometer setimbang yaitu saat nilai
thermometer stabil dan tidak berubah lagi.
4. Timbang kalorimeter setelah suhu kesetimbangan tercapai
5. Masing masing penimbangan dilakukan lima kali
Percobaan mencari konstanta Joule
1. Timbang kalorimeter kemudian masukan air kira kira 2/3 bagian isi tabung dan timbang
kembali, catat suhu airnya dengan thermometer.
2. Hubungkan kalorimeter ke terminal AC 220 V kemudian ukur besarnya tegangan dengan
menggunakan voltmeter dan arusnya dengan menggunakan ampermeter.
3. Catat kenaikan suhu setiap 1 menit selama 10 menit.
DATA HASIL EKSPERIMEN
Tabel 9.7 Data percobaan penentuan nilai air calorimeter

No
Mkal
Kosong
(gram)
Mkal +Mair dingin
(gram)
Mair dingin
(gram)
Mkal +Mair
dingin +Mair
Panas (gram)
M air panas
(gram)
1 900 1140 240 1850 710
2 898 1130 232 1820 690
3 900 1150 250 1810 660
4 901 1140 239 1830 690
5 898 1140 242 1830 690
899.4 1140 240.6 1828 688

No
T kal +air dingin
(C)
T air
panas(TH)
(C)
T setimbang
(Ts)
(C)
C kal
(J/gramC)
Na
(J/gramC)
1
26.1 94.4 72.8 0.098 88.394
2 26.1 94.7 72.9 0.099 89.410
3 26 96.5 72.8 0.093 84.231
4 26.2 97 72.9 0.129 117.081
5 26.1 97.1 72.9 0.127 114.795
26.1 95.94 72.86 0.109 98.782

Tabel 9.8 Data percobaan penentuan nilai konstanta Joule

No
T dingin
(C)
T panas (C) t (sekon) I (ampere) v (volt)
1 26.8 29.4 60 1.48 227
2 26.6 29.7 120 1.481 226
3 26.6 31.2 180 1.43 225
4 26.5 33 240 1.83 225
5 26.5 35 300 1.483 224
6 26.6 37.6 360 1.484 224
7 26.8 42 420 1.487 223
8 26.6 61.3 480 1.49 226
9 26.5 92.3 540 1.491 226
10 26.6 96 600 1.491 225
26.61 48.75 330 1.5147 225.1


1. Hitung nilai air kalorimeter.
2. Buatlah grafik hubungan waktu terhadap perubahan suhu sesuai persamaan (9.24)
kemudian tentukan konstanta joule dengan regresi linier.




JANGAN IKUTI KEMANA JALAN MENUJU,
TETAPI BUATLAH JALAN SENDIRI DAN
TINGGALKAN JEJAK

Anda mungkin juga menyukai