Anda di halaman 1dari 24

Laporan Tugas

Metode Elemen Hingga


MS4011

Analisis Tegangan pada Pelat Berlubang dengan


Finite Element Analysis Software (LISA)

Nama : Ikhsaniyanto
NIM : 13110036

Dosen : Dr. M. A. Kariem

Program Studi Teknik Mesin


Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2013
Abstrak

Analisis Tegangan pada Pelat Berlubang dengan


Finite Element Analysis Software (LISA)

Oleh :
Ikhsaniyanto
13110036

Percobaan dilakukan pada Finite Element Software (LISA) dengan membuat titik-
titik pada bidang koordinat x-y sehingga membentuk sebuah pelat berlubang. Proses
Meshing dilakukan secara otomatis pada bidang dua dimensi dengan bentuk elemen quad
dan ukuran tertentu dari elemen sehingga mendekati jumlah nodal sebanyak 1300.
Tegangan diberikan dengan besar yang sama,dan arah yang berlawanan untuk tiap
permukaan panjang dan lebar. Warna merah menandakan bahwa terjadi tegangan yang
paling besar yang terjadi pada tepi lubang akibat adanya konsentrasi tegangan. Tegangan
yang didapat pada LISA, kemudian dibandingkan dengan perhitungan teoritik.

Kata kunci : LISA, Meshing, pelat, nodal, konsentrasi tegangan

ii
Daftar Isi
Abstrak........................................................................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................................................iii
Latar Belakang.............................................................................................................................................1
Teori Dasar..................................................................................................................................................3
Data.............................................................................................................................................................6
Pengolahan Data.........................................................................................................................................7
Perhitungan Teoritik............................................................................................................................7
Perhitungan Numerik ( FEA Software / LISA).......................................................................................8
Analisis......................................................................................................................................................17
Kesimpulan................................................................................................................................................18
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................19

iii
Latar Belakang

Pelat merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan dalam
perancangan suatu komponen mesin. Sifat mekanik dari pelat dapat tergantung dari
jenis material pelat, panjang, lebar, maupun tebal dari pelat tersebut. Bentuk pelat yang
digunakan tidak selalu berbentuk datar, tetapi terkadang berlubang maupun
melengkung. Dengan kondisi pembebanan yang bervariatif, maka akan menimbulkan
konsentrasi tegangan yang terjadi pada permukaan pelat.
Dalam dunia teknik mesin dikenal beberapa metode untuk menganalisis tegangan
yang terjadi pada suatu komponen mulai dari Statika, Mekanika, Metode Elemen
Hingga, hingga aplikasi berbasis Finite Element Analysis. Statika dan Mekanika
merupakan suatu metode teoritik yang digunakan untuk menganalisis suatu sistem
pembebanan. Statika merupakan salah satu metode yang paling sederhana yang biasa
digunakan dengan mengasumsikan tidak ada deformasi pada material, atau deformasi
dianggap sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Mekanika adalah satu dari beberapa
metode yang dianggap paling ideal sehingga memerlukan beberapa asumsi agar dapat
dipandang sebagai suatu sistem yang ideal.
Metode Element Hingga (Finite Element Analysis) merupakan suatu solusi numerik
yang sering digunakan salam dunia engineering dalam stress analysis, fluid flow, heat
transfer, hingga electrical and magnetic fields. Dalam menganilis tegangan, MEH
mengasumsikan dengan meninjau suatu sistem dengan membagi sistem dengan banyak
elemen sehingga akan terdapat setiap nodal disetiap batas elemen. Semakin banyak
elemen yang ditinjau, maka semakin mendekati nilai sebenarnya dari tegangan ideal
dari pembebanan terhadap sistem tersebut. Nilai yang didapat dengan menggunakan
MEH tidak akan mencapai nilai penghitungan dengan analisis teoritik sehingga perlu
dilakukan optimasi jumlah elemen yang akan ditinjau yang mendekati nilai teoritik.
Dengan menggunakan MEH, akan didefiniskan nilai kekakuan dari sistem yang biasa
dijabarkan dalam suatu matriks tertentu.
Finite Element Analysis (FEA) Software merupakan pengembangan dari perhitungan
manual dengan menggunakan Metode Element Hingga. Aplikasi FEA sebenarnya

1
mengadopsi cara perhitungan dengan Metode Elemen Hingga secara manual. Semakin
banyak elemen yang ditinjau maka semakin rumit matriks kekakuan dari sistem
tersebut. Dengan adanya apliaksi FEA, maka semakin memudahkan untuk melakukan
simulasi pembebanan pada suatu sistem sehingga tidak diperlukan perhitungan secara
manual terhadap matriks dan cukup memasukkan beberapa pilihan maupun sifat dari
material. Dengan melakukan langkah yang benar menurut FEA software, maka akan
didapat nilai-nilai yang diinginkan pada setiap nodal yang ditinjau.

2
Teori Dasar

Metode dasar dari Analisi Elemen Hingga adalah mengsumsikan komponen menjadi
sebuah pegas yang memiliki nilai kekakuan tertentu.

Gambar 2.1

Dengan nodal 1 dianggap diam (fix), gaya yang terjadi pada pegas dapat dijabarkan
dengan persamaan berikut :
F=k . d
dengan F : gaya, d : besar pemanjangan pegas (displacement) , k : nilai kekakuan pegas.
Dalam analisis metode elemen hingga, gaya pada nodal dan perpindahan nodal dapat
dikembangkan dalam bentuk matriks kekakuan (stiffness matrix) menjadi :

Karena k merupakan sifat yang independen dari suatu pegas, maka persamaan diatas
dapat ditulis kembali menjadi :

sehingga dapat dibentuk menjadi sebuah bentuk matriks :

Untuk sebuah batang pejal prismatik dengan pembebanan aksial, maka persamaan
gaya dapat dituliskan menjadi :

3
Gambar 2.2
F
σ= …(1)
A
dengan : tegangan yang terjadi pada batang, F : gaya, A : luas penampang batang.
Berdasarkan Hukum Hooke, tegangan yang terjadi pada batang didefinisikan sebagai :
σ =E . ε … ( 2 )
dengan : tegangan, E : modulus elastisitas batang, ε : perbandingan ∆ L/ L ,
maka dengan mensubstitusi persamaan (2) ke (1) akan didapat persamaan baru yaitu :
F ∆L AE AE
=E . → F= ∆ L→ F= .d
A L L L
Dari bentuk diatas, hubungan antara gaya dan perpindahan dari batang pejal menjadi
mirip dengan persamaan pada pegas sehingga dengan kondisi pembebanan seperti
gambar diatas, batang pejal dapat diasumsikan menjadi sebuah pegas dengan nilai
kekakuan tertentu yaitu
AE
k=
L

Sehingga dengan mengikuti bentuk persamaan pada pegas, untuk batang pejal juga
dapat disederhanakan menjadi sebuah bentuk persamaan matriks kekakuan yaitu:

Dengan bentuk persamaan F=k . d ,maka matriks kekakuan untuk sebuah batang pejal
yaitu:

Untuk pelat berlubang, nilai faktor konsentrasi tegangan dapat (K) merupakan rasio
antara tegangan maksimum dengan tegangan rata-rata yang terjadi.
σ max
K=
σ avg
Tegangan rata-rata yang terjadi dapat dihitung menjadi
F
σ avg=
A

4
dengan A adalah luas daerah perpotongan terkecil dari penampang pelat.

Nilai faktor K dari sebuah pelat berlubang dengan pembebanan aksial dapat dicari dari
table berikut dengan mengetahui dimensi dari pelat dan radius lubang.

Gambar 2.3

Untuk sebuah pelat berlubang (dengan diameter lubang = d) yang memiliki panjang,
lebar, serta tebal yang mendapat pembebanan uniaksial pada arah sumbu-x ( σ x ¿ dan
arah sumbu-y (σ ¿ ¿ y)¿, secara teoritik dengan mengasumsikan bahwa bahwa elemen
merupakan sebuah pelat tipis (plane stress) dimana t/p atau t/l < 0,1 dan untuk infinite
plate dimana d/p atau d/l < 0,1 dengan beban uniaksial, maka harga factor konsentrasi
tegangan pada tepi lubang yaitu 3 ( σ a=3 σ y dan σ b=3 σ x ) .

Gambar 2.4

5
Data

σx σy p l t d

MPa MPa mm mm mm mm

80 100 150 30 1 12 Gambar


3.1

Tabel 3.1

6
Pengolahan Data
Perhitungan Teoritik

Gambar 4.1 Gambar 4.2


Berdasarkan hasil perhitungan dari http://www.efunda.com/formulae/
solid_mechanics/stress_concentration/calc_pwsh_p.cfm#Output, didapat nilai factor
konsentrasi tegangan untuk geometri yang diberikan yaitu :

K a =2,78

K b =2,28

7
Tegangan pada titik a :

σ a=2,78 σ y

¿ ( 2,78 ) ( 100 MPa )

¿ 278 MPa

Tegangan pada titik b :

σ b=2,28 σ y

¿ ( 2,28 ) (80 MPa)

¿ 182,4 MPa
Gambar 4.3

Perhitungan Numerik ( FEA Software / LISA)


 Automesh 2D dengan Max. Element Size 0,01

Gambar 4.4
o Tegangan di titik a

Gambar 4.5

8
o Tegangan di titik b

9
Gambar 4.6
 Automesh 2D dengan Max. Element Size 0,0075

Gambar 4.7
o Tegangan di titik a

Gambar 4.8
o Tegangan di titik b

Gambar 4.9
 Automesh 2D dengan Max. Element Size 0,005

Gambar 4.10
o Tegangan di titik a

10
Gambar 4.11

o Tegangan di titik b

Gambar 4.12
 Automesh 2D dengan Max. Element Size 0,004

Gambar 4.13
o Tegangan di titik a

Gambar 4.13
o Tegangan di titik b

11
Gambar 4.14
 Automesh 2D dengan Max. Element Size 0,003

Gambar 4.15
o Tegangan di titik a

Gambar 4.16
o Tegangan di titik b

Gambar 4.17
 Automesh 2D dengan Max. Element Size 0,0025

Gambar 4.18
o Tegangan di titik a

12
Gambar 4.19
o Tegangan di titik b

Gambar 4.20
 Automesh 2D dengan Max. Element Size 0,0024

Gambar 4.21
o Tegangan di titik a

Gambar 4.22
o Tegangan di titik b

Gambar 4.23
 Automesh 2D dengan Max. Element Size 0,0023

13
Gambar 4.24
o Tegangan di titik a

Gambar 4.25

o Tegangan di titik b

Gambar 4.26
 Automesh 2D dengan Max. Element Size 0,0022

Gambar 4.27
o Tegangan di titik a

Gambar 4.28
o Tegangan di titik b

14
Gambar 4.29
 Automesh 2D dengan Max. Element Size 0,0021

Gambar 4.30

o Tegangan di titik a

Gambar 4.31
o Tegangan di titik b

Gambar 4.32

 Bentuk elemen yang terdeformasi

15
 Tabel ukuran elemen, jumlah nodal, dan tegangan

Max. Element Size Jumlah Nodal ߪ ௔ ሺ ܽ ܲ ‫ܯ‬ሻ ߪ௕ ሺ ܽ ܲ ‫ܯ‬ሻ


0.01 183 269,22 146,83
0.0075 228 270,92 150,29
0.005 333 274,23 151,73
0.004 422 276,51 143,02
0.003 628 277,79 142,17
0.0025 940 276,93 140,63
0.0024 1016 277,62 140,41
0.0023 1060 277,59 142,26
0.0022 1128 277,25 141,41
Tabel 4.1 0.0021 1233 277,64 143,18

 Kurva tegangan pada titik a

16
Kurva Tegangan pada Titik a terhadap
Jumlah Nodal
280000000

278000000 278000000

276000000
Tegangan (Pa)

Tegangan Numerik
Tegangan Teoritik
274000000

272000000

270000000

268000000
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
Jumlah Nodal

Kurva 4.1

 Kurva tegangan pada titik b

Kurva Tegangan pada Titik b terhadap


Jumlah Nodal
200000000

180000000 182400000
Tegangan (Pa)

160000000
Tegangan Numerik
Tegangan Teotirik
140000000

120000000

100000000
0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Jumlah Nodal

Kurva 4.2

17
Tegangan pada titik a :
 Teoritik : 278 MPa
 Numerik (max) : 277,79 MPa
278−277,79
Galat :ε = =7,5 x 10−4
278

Tegangan pada titik b :


 Teoritik : 182,4 MPa
 Numerik (max) : 151,73 Mpa
182,4−151,73
Galat : ε = =0.1681
182,4

18
Analisis

Terjadinya galat yang cukup signifikan pada tegangan di titik b yang dibandingkan
dengan perhitungan tegangan secara teoritik disebabkan oleh jumlah nodal yang terbatas
yaitu 1233 buah dengan jumlah maksimum 1300 buah sehingga jumlah elemen masih
besar dan tidak mendekati hasil perhitungan secara teoritik. Semakin kecil bentuk elemen
dengan kata lain semakin banyak jumlah nodal, maka akan semakin memperkecil galat
Antara nilai yang didapat dengan menggunkan sistem numerik dengan perhitungan secara
teoritik.

Pada kedua titik yang ditinjau baik titik a maupun b, tegangan yang terjadi semakin
menjauhi nilai tegangan teoritik seiring mengecilnya ukuran elemen maksimum yang
diberikan. Untuk tegangan pada titik a, nilai tegangan yang mendekati nilai tegangan
teoritik terjadi pada ukuran elemen maksimum sebesar 0.003. pada titik b, tegangan yang
mendekati nilai tegangan teoritik terjadi pada ukuran elemen maksimum sebesar 0.005.
Dengan semakin kecil ukuran elemen yang dibentuk, seharusnya nilai tegangan yang
didapat akan semakin mendekati nilai tegangan melalui perhitungan teoritik.

Bentuk elemen yang terdeformasi menunjukkan terjadi pergeseran elemen kearah kiri
sumbu normal. Hal ini disebabkan bentuk elemen ataupun letak nodal yang tidak teratur
Antara bagian kiri dan kanan dari sumbu normal. Jika bentuk elemen dibentuk menjadi
serapi mungkin, tidak akan terjadi pergeseran elemen karena tegangan yang diterima pada
nodal bagian kiri dengan bagian kanan sumbu normal akan sama besar. Seharusnya dengan
menerapkan kondisi batas yang membatasi pergerakan nodal pada arah tertentu, tidak
akan terjadi pergeseran elemen yang tidak seragam.

19
Kesimpulan

1. Galat terkecil antara nilai tegangan menggunakan LISA dengan perhitungan secara
teoritik didapat pada ukuran elemen sebesar 0,005-0,003.
2. Bentuk elemen harus dibuat rapi agar tegangan yang diterima dari tiap bagian yang
bercerminan akan bernilai sama besar, sehingga tidak terjadi pergeseran elemen.
3. Bentuk elemen terkecil yang dapat dibentuk adalah sebesar 0,0021 dengan jumlah
nodal sebanyak 1233.

20
Daftar Pustaka

http://www.efunda.com/formulae/solid_mechanics/stress_concentration/
calc_pwsh_p.cfm#Output
Logan, Daryl L.,2007, A First Course in the Finite Element Method 4th Edition,
Singapore : Thomson
Hibbeler R.C.,2011, Mechanics of Materials 8th Edition, United States : Pearson
Prentice Hall

21

Anda mungkin juga menyukai