Anda di halaman 1dari 14

I.

Tujuan

Tujuan dari praktikum mengenai Spektroskopi Surface Plasmon


Resonance (SPR) adalah sebagai berikut:

1. Memahami penggunaan software WinSpall

2. Memahami peristiwa Attenuation Total Reflection (ATR)

3. Menentukan nilai indeks bias dan ketebalan lapisan tipis

II. Teori Dasar

2.1. Surface Plasmon Resonance (SPR)

Gambar 2.1. Skema Surface Plasmon Resonance (SPR)

Gelombang Surface Plasmon adalah gelombang elektromagnetik


berpolarisasi-p atau transverse magnetic (TM) yang merambat di sepanjang
bidang batas dua medium yang berbeda (logam-dielektrik) yang saling
berhubungan. Gelombang ini secara efektif dapat dihasilkan pada unsur logam
maupun semikonduktor ketika dimensi partikel lebih kecil dari setengah panjang
gelombang cahaya yang mengenai partikel. Resonansi gelombang ini telah
digunakan untuk menghasilkan beragam variasi sensor optik. Suatu Surface
Plasmon dapat dihasilkan melalui interaksi antara elektron pada berbagai macam
permukaan, seperti pada sebuah logam, dengan sebuah muatan partikel atau
dengan sebuah foton. Hal ini merupakan osilasi terkuantisasi kolektif dari elektron
konduksi dekat permukaan logam atau semikonduktor.

Kondisi resonansi terjadi ketika komponen tangensial (ke arah sumbu x)


vektor gelombang datang (evanescent wave) sama dengan bagian Thiol vektor
gelombang surface plasmon sehingga:

dengan np adalah indeks bias prisma, SPR (sudut SPR) merupakan sudut datang
dimana terjadi dip (pelemahan) intensitas reflektansi, 1 dan 2 menunjukkan
konstanta dielektrik lapisan logam dan dielektrik. Saat terjadi resonansi, intensitas
reflektansi cahaya akan menurun tajam pada lapisan logam yang dideposisikan
pada permukaan prisma.

Pada bidang batas dielektrik/logam ketika sebuah berkas datang dari


medium dielektrik dengan sudut datang yang lebih besar dari sudut kritis,
intensitas cahaya pantul mencapai maksimum dan terjadi kondisi Total Internal
Reflection (TIR), yaitu keadaan dimana tidak ada gelombang yang dibiaskan.
Pemantulan total hanya dapat terjadi pada satu nilai sudut kritis saja, diatas nilai
sudut kritis akan terjadi pemelahan atau pengurangan intensitas sinar pantul.
Kondisi ini disebut Attenuated Total Reflection (ATR). Surface plasmon terjadi
pada kondisi ATR karena pembangkitan surface plasmon memerlukan energi yang
cukup besar dari gelombang datang.

Pada tahun 1986 Otto menunjukkan eksistensi Surface Plasmon (SP)


melalui metode Attenuated Total Reflections (ATR), kemudian disusul oleh
Kretschmann dan Raether melalui konfigurasi prisma terkopling pada tahun yang
sama, sehingga ketiganya dikenal sebagai peletak dasar metode
pembangkitan/eksitasi SP. Konfigurasi Otto dan Kretschmann dapat dilihat pada
gambar 2.2. Kedua konfigurasi ini berbeda hanya pada pendeposisian lapisan tipis
logam.

(a) (b)
Gambar 2.2. (a) Konfigurasi Otto (b) Konfigurasi Kretschmann
Pada konfigurasi Otto, lapisan dielektrik berada di antara prisma dan
lapisan logam. Cahaya datang dari prisma dan kemudian masuk ke dalam medium
dielektrik sehingga menghasilkan gelombang evanescent di bidang batas lapisan
dielektrik/logam. Gelombang SPR terbentuk pada bidang batas tersebut jika
kondisi resonansi terpenuhi. Sedangkan pada konfigurasi Kretschmann, lapisan
sampel yang ingin diukur dapat langsung ditaruh di atas lapisan emas. Lapisan
sampel dianggap sebagai lapisan dielektriknya. Dalam konfigurasi Kretschmann,
film logam menguap ke blok kaca. Cahaya itu adalah lagi menerangi dari kaca,
dan gelombang cepat berlalu dan menembus lewat film logam. Intensitas
reflektansi untuk sistem 4 layer dalam konfigurasi Kretschmann berdasarkan
formula Fresnel untuk polarisasi-p ditunjukkan oleh persamaan berikut:

dengan rij menunjukkan koefisien reflektansi pada interface medium ke-i dan
medium ke-j, Kzi menunjukkan komponen vektor gelombang datang yang tegak
lurus permukaan, di dan i (i = 1,2,3,4) berturut-turut adalah ketebalan dan
konstanta dielektrik medium ke-i. Hubungan antara konstanta dielektrik () dan
konduktivitas () adalah:
Fenomena SPR menghasilkan pengurangan intensitas cahaya yang
melewati prisma tersebut, tergantung dari jenis dan ketebalan logam yang
digunakan. Ketika cahaya masuk kedalam prisma, sebagian cahaya dipantulkan
dan sebagian di teruskan. Prisma yang dilapisi bahan dengan indeks bias tertentu
memungkinkan cahaya diteruskan, dan kemungkinan tidak ada gelombang.
Elektron bebas dalam logam memiliki gelombang elektromagetik di dalamnya.
Gerakan gelombang elektromagnetik ini di dalam permukaan logam disebut
surface plasmon. Ketika surface plasmon memiliki sifat yang sama dengan
gelombang cahaya yang diteruskan maka muncul surface plasmon resonance
(SPR). Intensitas cahaya yang dipantulkan kembali dari permukaan besarnya
berbeda dari permukaan. Intensitas ini dapat diukur untuk menentukan kapan SPR
terjadi. Surface Plasmon dapat dihasilkan dalam lapisan tipis (30-50 nm) secara
terus menerus dengan menggunakan konfigurasi saat cahaya masuk pada lapisan
suatu medium dengan indek bias lebih besar dari 1. Konfigurasi yang biasa
digunakan adalah konfigurasi Kretschmann. Pada konfigurasi ini, cahaya masuk
pada lapisan tipis melewati prisma dengan sudut datang yang lebih besar daripada
sudut kritis. Gelombang evanescent berinteraksi dengan lapisan dan menghasilkan
Surface Plasmon. Lapisan tipis pada kondisi resonansi menghasilkan Surface
Plasmon yang sangat sensitif terhadap sifat-sifat optis medium dielektrik yang
berhubungan dengan lapisan tipis. Fenomena ini telah dimanfaatkan untuk
mengembangkan beragam sensor, mendeteksi immunoassay, gas, dan zat cair.
Resonansi Surface Plasmon juga berguna dalam biosensing yang mampu
mengamati proses dinamis permukaan dalam waktu yang sesungguhnya dan in-
situ tanpa biomarker.

2.2. Software Winspall

Program simulasi yang digunakan adalah WinSpall yang dikembangkan


oleh kelompok material science Max-Planck Institute For Research Jerman.
WinSpall merupakan software simulasi data SPR yang didasarkan pada
perumusan Fresnel dengan konfigurasi Kretschmann. Input data menggunakan
format struktur multilapis dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Lapisan ke-1 adalah parameter data input untuk prisma


2. Lapisan ke-n adalah parameter data input lapisan ke-n
3. Untuk lapisan ke-1 dan lapisan ke-n (ketebalan tak hingga), data input
ketebalan diisi nol
4. Parameter lain berupa nilai konstanta dielektrik real untuk lapisan isolator
dan konstanta dielektrik kompleks untuk bahan logam.
5. Jumlah lapisan tidak dibatasi.

Selain digunakan untuk simulasi SPR, program WinSpall digunakan untuk


kurva fitting dalam menentukan nilai indeks bias dan ketebalan suatu lapisan.

III. Metodologi

3.1. Peralatan dan Bahan

1. Perangkat komputer dengan software Winspall sebagai program perangkat


lunak yang digunakan untuk menghitung reflektifitas sistem multilayer
optik dengan mendeteksi fenomena SPR sehingga dapat menganalisis
permukaan plasmon dan dapat mengetahui ketebalan dan indeks bias suatu
logam/dielektrik.
2. Data mentah hasil pengukuran SPR digunakan sebagai objek yang akan
dicari ketebalan, dan indeks bahannya.

3.2. Prosedur Percobaan

1. Menyalakan komputer
2. Membuka aplikasi WinSpall
3. Memilih scan kemudian pilih load
4. Memilih data pengukuran atau data yang akan difitting kurva (Data 1
Gold) yang ada di folder data Gold kemudian pilih close
5. Memilih simulation pada menubar kemudian memilih parameter
6. Menginputkan nilai parameter yang tertera pada modul praktikum material
II pada bab modul Spektroskopi SPR, dengan parameter Prisma (d = 0, r
= 3,405, i = 0) lapisan Cr (d = 5 nm, r = -7.1; i = 11) lapisan Au (d = 48
nm, r = -12,9, i = 1,3) dan tidak lupa mencantumkan untuk udara (d = 0,
r = 1, i = 0) pada tiap akhir lapisan, kemudian pilih OK.
7. Melakukan fitting kurva.
8. Pemfittingan kurva dapat dilakukan dengan cara iterative dan cara manual
Cara Manual
Klik simulation dan klik manual
Ubah nilai parameter dengan cara double klik pada nilai parameter
atau dengan mengedit value.
Cara Iterative
Klik simulation, klik iterative
Klik options untuk mengatur ketelitian dan jumlah iterasi
Klik parameter yang ingin iiterasi
Klik start
9. Menentukan sudut kritis dan sudut resonansi terlebih dahulu sebelum di
close dan mencatat nilai yang didapat.
10. Setelah pemfittingan kurva selesai, save file dan simpan gambar
11. Selesai dengan kurva gold 1, dilanjutkan dengan file yang ada di folder
Data Gold + Thiol kemudian load ke dalam program Winspall.
12. Setelah di load kemudian memasukkan parameter lapisan Thiol (d = 5 nm,
r = 2.5 , i = 0)
13. Melakukan prosedur 7 sampai dengan 10.
14. Setelah selesai proses fitting kurva Gold 1 + Thiol maka remove data dan
klik load data yang ada di folder Data Gold + Thiol + Polimer ke
winspall.
15. Memasukkan parameter tambahan yaitu Polimer (d=0 , r = 2,8 ; i = 1)
16. Melakukan prosedur 7 sampai dengan 10.
17. Setelah selesai percobaan Gold 1, kemudian dilanjutkan dengan Gold 2,
Gold 3, Gold 4 dan Gold 5.
18. Melakukan prosedur 6 sampai 16.

IV. Pengolahan Data

4.1. Data Pengamatan

4.1.1. Gold

Gold 1 ; r : 22,02 ; spr : 25,52


Gold 1 + T ; r : 22,05 ; spr :25,62

Gold 1 + T + P ; r : 22,54 ; spr : 26,32

Gold 2 ; c : 22,11 ; spr : 25,62

Gold 2 + T ; c : 22,11 ; spr : 25,62

Gold 2 + T + P ; c : 22,11 ; spr : 25,85


Gold 3 ; c : 22,08 ; spr : 25,5

Gold 3 + T ; c : 22,05 ; spr : 25,61

Gold 4; c : 22,02 ; spr :25,65

Gold 4 + T ; c : 22,02 ; spr : 25,62


Gold 4 + T + P ; c : 2,54 ; spr : 32,1

Gold 5 ; c : 22,12 ; spr : 22,48

Gold 5 + T ; c : 22,15 ; spr : 25,61

Gold 5 + T + P ; c : 22,14 ; spr : 28,58

4.2. Pengolahan Data

4.2.1. Data Ketebalan Lapisan dan Indeks Bias

Thick
L-Nr r i n
(nm)
Cr 7,306 -13,2555 11,16016 1,426963
Au 37,152 -10,7331 1,07466 0,163808
Thiol 4,064 3,84736 -0,32 1,963161
Polimer 0 6,344425 -0,7371 2,523046

4.2.2. Menghitung Nilai Indeks Bias

A. Gold ( Lapisan Cr)

Digunakan rumus: ~
n=n+ik 2
Setiap ruas dikali 4n , maka :
dengan : n = indeks bias rill ; ik = indeks bias 2 124,5492 2
n 2
=13.25 546x 4 n
imajiner 4n
(~
n ) =~
2
4
4 n 124,5492=53,0218 n
2

(n+ik)2=~ 4 n2 ( n2+ 13.25546 )=124,5492


2 2
n +2 iknk = 2
4 n =124,5492
( n+ik )2+ 2ink=
Untuk lapisan Cr, diperoleh :
n=

Sehingga :
124,5492
4
= 5,58008

Rata-rata r = -13.25546 = ( n+ik )2


Rata-rata i = 11.16016 = 2nk 11.16016
k= ; untuk n=5,58008
2n
Maka :
2 11.16016
=( n+ik ) + 2ink k= =1
2 ( 5,58008 )
=13.25 546+11.16016 i
Maka dapat ditulis :
2 2
dengan : n k =13.25546 4 2
4 n +53,0218 n 124,5492=0
dan 2 nk=11.16016 Gunakan rumus ABC :
11.16016 124,5492
b b 24 ac
2
k= maka k=
2n 4 n2 n2=
2a
Sehingga :
2 53,0218 (53,0218)24 {4 (124,5492 ) }
2 2
n k =13.25546 n=
2(4)
124,5492
n2 =13.25 546 2
n =2,036224 atau15.2917
4 n2
n=1,426962
2 124,5492
n =13.25 546+
4 n2
Dengan rumus yang sama, menggunakan rumus ABC, maka didapat indeks bias
masing masing lapisan.

Rumus ABC
Thick
L-Nr a b c n
(nm)
53,0218 1,42696
Cr 7,306 4 -124,549
4 3
42,9325 0,16380
Au 37,152 4 -1,15489
6 8
15,3894 1,96316
Thiol 4,064 4 -0,1024
4 1
2,52304
Polimer 0 4 25,3777 -0,54332
6

V. Pembahasan Hasil

Pada percobaan modul ini, yaitu Spektroskopi Surface Plasmon Resonance


(SPR) yang dilakukan untuk menentukan indeks bias dan ketebalan dari suatu
lapisan. Spektroskopi SPR adalah salah satu cara karakterisasi sifat optik bahan.
Data-data yang diperoleh berasal dari fitting kurva menggunakan winspall.
Kurvanya menggunakan parameter-parameter yang ada di modul praktikum.
Lapisan yang digunakan pada kurva adalah prisma, Cr, Au, Thiol, Polimer dan
terahir adalah udara. Dari program Winspall tersebut kita memperoleh data
ketebalan, r, i, c dan spr yang sudah fit dengan urva data mentah. c atau
sudut kritis menunjukkan intensitas cahaya pantul yang mencapai maksimum,
sehingga pada keadaan tersebut proses refleksi total secara internal atau TIR,
kondisi ini merupakan kondisi ideal dimana tidak ada gelombang yang dibiaskan.
r atau spr merupakan sudut resonansi dimana intensitas sinar pantul (refleksi)
mengalami pelemahan paling minimum, sehingga pada kondisi ini terjadi ATR
(Attenuated Total Reflection).

Data perolehan dari proses fitting kurva untuk lapisan Cr dari semua Gold
adalah d = 7,306 nm; r = -13,2555; i = 11,16016; n = 1,426963. Lapisan Au
adalah d = 37,152 nm; r = -10,7331; i = 1,07466; n = 0,163808. Lapisan Thiol
adalah d = 4,064 nm; r = 3,84736; i = -0,32; n = 1,963161. Lapisan Polimer
adalah d = 0, r = 6,344425; i = -0,7371; n = 2,523046. Nilai indeks bias terkecil
adalah indeks bias Au yang nilainya mendekati indeks biar udara, dan nilai indeks
bias terbesar adalah Polimer. Dan ketebalan lapisan terbesar adalah Au, untuk
ketebalan lapisan yang memiliki nilai terkecil adalah Polimer. Nilai indeks bias
dan ketebalan lapisan memiliki nilai yang berbanding terbalik.

Peristiwa surface plasmon resonance dapat diamati melalui konfigurasi


kretchman dengan penyusunan lapisannya adalah prisma, Cr, Au, Thiol dan
Polimer. Penyusuanan tersebut sesuai dengan konfigurasi kretchman dengan
maksud agar sinar terpolarisasi pada bidang batas prisma dengan lapisan tipis
logam sehingga nantinya akan terjadi resonansi pada lapsan penysunan tersebut.
Untuk perolehan c atau sudut kritis dari penyusunan lapisan diperoleh nilai pada
rentang 22,02o sampai 22,54o semakin banyak lapisan ynag digunakan maka sudut
kritisnya semakin besar. Untuk data spr yang diperoleh adalah pada rentang
22,48o sampai 32,1o. Secara teori sudut resonansi (spr) terjadi ketika frekuensi
plasmon sama dengan frekuensi cahaya yang melewati interface bahan logam /
dielektrik sehingga keduanya beresonansi. Sudut SPR dartikan sebagai sudut
ketika terjadi resonansi antara frekuensi gelombang sinar laser yang ditembakkan
kearah lapisan bahan dengan plasmon-plasmon lapisan bahan yang membuat
energi pantul tersebut mengalami pengurangan hingga nol. Sedangkan nilai sudut
TIR besarnya bergantung pada ketebalan dari lapisan Cr dan Au serta permitivitas
real dan imajiner dari prisma. Besar sudut resonansi sebanding dengan konstanta
dielektrik bahan atau lapisan.

Menentukan indeks bias menggunakan r dan i. Dilihat dari parameter


masing-masing lapisan ada beberapa bahan yang tidak memiliki i yaitu Thiol dan
prisma dan itu menyimpulkan bahwa bahan tersebut tidak konduktif. Karena
bahan yang konduktif memiliki nilai r dan i. Pada percobaan ini bahan yang
konduktif adalah Cr, Au dan Polimer. Percobaan ini teramatinya proses atenuasi
pada saat suatu sinar mengenai lapisan logam.

VI. Tugas Akhir

1. Berdasarkan hasil studi anda, jelaskan prosedur penggunaan winspall!


Prosedur penggunaan program Winspall adalah: load data mentah SPR
yang akan diolah, kemudian inputkan parameter lapisan dari modul
Material II yang digunakan dalam simulasi, kemudian lakukan simulasi
secara manual untuk mengetahui parameter mana saja yang dapat
mempengaruhi sudut kritis dan sudut SPR serta koefisien reflektansi yang
ada pada kurva, setelah simulasi secara manual selanjutnya melakukan
simulasi dengan cara iterasi, tandai atau centang parameter yang akan
diiterasi nilainya sehingga kurva hasil simulasi bentuknya mendekati
kurva yang sebenarmya.
2. Tentukan ketebalan dan indeks bias lapisan Cr dan lapisan Au

Thick
L-Nr r i n
(nm)
Cr 7,306 -13,2555 11,16016 1,426963
Au 37,152 -10,7331 1,07466 0,163808
3. Tentukan ketebalan dan indeks bias lapisan Thiol

Thick
L-Nr r i n
(nm)
Thiol 4,064 3,84736 -0,32 1,963161
4. Tentukan ketebalan dan indeks bias polimer

Thick
L-Nr r i n
(nm)
Polimer 0 6,344425 -0,7371 2,523046

VII. Kesimpulan

1. Praktikan memahami cara penggunaan software WinSpall yaitu software


yang digunakan untuk simulasi SPR dan fitting kurva hasil pengukuran,
dengan menggunakan software ini dapat diketahui dari hasil fitting kurva
dapat menentukan indeks bias dari lapisan Au, Cr, Thiol, dan Polimer.
2. Praktikan dapat memahami peristiwa attenuation total reflection (ATR)
yaitu peristiwa ketika Total Internal Reflection atau TIR mengalami
pengurangan intensitas.
3. Praktikan dapat menentukan nilai indeks bias dan ketebalan lapisan tipis
yang didapat dari fitting kurva dengan menggunakan aplikasi WinSpall.

Thick
L-Nr r i n
(nm)
Cr 7,306 -13,2555 11,16016 1,426963
Au 37,152 -10,7331 1,07466 0,163808
Thiol 4,064 3,84736 -0,32 1,963161
Polimer 0 6,344425 -0,7371 2,523046

Daftar Pustaka

1. Ngurah Ayu Ketut Umiati, dkk. 2012. Fenomena SPR pada Lapisan Tipis
Polyaniline Terkonduksi Penuh. Jurusan Fisika. FMIPA. Universitas
Gadjah Mada.
2. Almaratus Sholihah Rifqi Rufaida, dkk. 2011. Pengamatan Fenomena
Surface Plasmon Resonance (SPR) pada Permukaan Lapisan Tipis Perak
Menggunakan Laser dengan Panjang Gelombang Berbeda dalam
Konfigurasi Kretschmann. Jurusan Fisika. FMIPA. Universitas Gadjah
Mada.
3. Fitrilawati, Norman Syakir. 2014. Modul Praktikum Fisika Material II.
Jatinangor : Jurusan Fisika. Fakultas MIPA. Universitas Padjadjaran

Anda mungkin juga menyukai