Tujuan
dengan np adalah indeks bias prisma, SPR (sudut SPR) merupakan sudut datang
dimana terjadi dip (pelemahan) intensitas reflektansi, 1 dan 2 menunjukkan
konstanta dielektrik lapisan logam dan dielektrik. Saat terjadi resonansi, intensitas
reflektansi cahaya akan menurun tajam pada lapisan logam yang dideposisikan
pada permukaan prisma.
(a) (b)
Gambar 2.2. (a) Konfigurasi Otto (b) Konfigurasi Kretschmann
Pada konfigurasi Otto, lapisan dielektrik berada di antara prisma dan
lapisan logam. Cahaya datang dari prisma dan kemudian masuk ke dalam medium
dielektrik sehingga menghasilkan gelombang evanescent di bidang batas lapisan
dielektrik/logam. Gelombang SPR terbentuk pada bidang batas tersebut jika
kondisi resonansi terpenuhi. Sedangkan pada konfigurasi Kretschmann, lapisan
sampel yang ingin diukur dapat langsung ditaruh di atas lapisan emas. Lapisan
sampel dianggap sebagai lapisan dielektriknya. Dalam konfigurasi Kretschmann,
film logam menguap ke blok kaca. Cahaya itu adalah lagi menerangi dari kaca,
dan gelombang cepat berlalu dan menembus lewat film logam. Intensitas
reflektansi untuk sistem 4 layer dalam konfigurasi Kretschmann berdasarkan
formula Fresnel untuk polarisasi-p ditunjukkan oleh persamaan berikut:
dengan rij menunjukkan koefisien reflektansi pada interface medium ke-i dan
medium ke-j, Kzi menunjukkan komponen vektor gelombang datang yang tegak
lurus permukaan, di dan i (i = 1,2,3,4) berturut-turut adalah ketebalan dan
konstanta dielektrik medium ke-i. Hubungan antara konstanta dielektrik () dan
konduktivitas () adalah:
Fenomena SPR menghasilkan pengurangan intensitas cahaya yang
melewati prisma tersebut, tergantung dari jenis dan ketebalan logam yang
digunakan. Ketika cahaya masuk kedalam prisma, sebagian cahaya dipantulkan
dan sebagian di teruskan. Prisma yang dilapisi bahan dengan indeks bias tertentu
memungkinkan cahaya diteruskan, dan kemungkinan tidak ada gelombang.
Elektron bebas dalam logam memiliki gelombang elektromagetik di dalamnya.
Gerakan gelombang elektromagnetik ini di dalam permukaan logam disebut
surface plasmon. Ketika surface plasmon memiliki sifat yang sama dengan
gelombang cahaya yang diteruskan maka muncul surface plasmon resonance
(SPR). Intensitas cahaya yang dipantulkan kembali dari permukaan besarnya
berbeda dari permukaan. Intensitas ini dapat diukur untuk menentukan kapan SPR
terjadi. Surface Plasmon dapat dihasilkan dalam lapisan tipis (30-50 nm) secara
terus menerus dengan menggunakan konfigurasi saat cahaya masuk pada lapisan
suatu medium dengan indek bias lebih besar dari 1. Konfigurasi yang biasa
digunakan adalah konfigurasi Kretschmann. Pada konfigurasi ini, cahaya masuk
pada lapisan tipis melewati prisma dengan sudut datang yang lebih besar daripada
sudut kritis. Gelombang evanescent berinteraksi dengan lapisan dan menghasilkan
Surface Plasmon. Lapisan tipis pada kondisi resonansi menghasilkan Surface
Plasmon yang sangat sensitif terhadap sifat-sifat optis medium dielektrik yang
berhubungan dengan lapisan tipis. Fenomena ini telah dimanfaatkan untuk
mengembangkan beragam sensor, mendeteksi immunoassay, gas, dan zat cair.
Resonansi Surface Plasmon juga berguna dalam biosensing yang mampu
mengamati proses dinamis permukaan dalam waktu yang sesungguhnya dan in-
situ tanpa biomarker.
III. Metodologi
1. Menyalakan komputer
2. Membuka aplikasi WinSpall
3. Memilih scan kemudian pilih load
4. Memilih data pengukuran atau data yang akan difitting kurva (Data 1
Gold) yang ada di folder data Gold kemudian pilih close
5. Memilih simulation pada menubar kemudian memilih parameter
6. Menginputkan nilai parameter yang tertera pada modul praktikum material
II pada bab modul Spektroskopi SPR, dengan parameter Prisma (d = 0, r
= 3,405, i = 0) lapisan Cr (d = 5 nm, r = -7.1; i = 11) lapisan Au (d = 48
nm, r = -12,9, i = 1,3) dan tidak lupa mencantumkan untuk udara (d = 0,
r = 1, i = 0) pada tiap akhir lapisan, kemudian pilih OK.
7. Melakukan fitting kurva.
8. Pemfittingan kurva dapat dilakukan dengan cara iterative dan cara manual
Cara Manual
Klik simulation dan klik manual
Ubah nilai parameter dengan cara double klik pada nilai parameter
atau dengan mengedit value.
Cara Iterative
Klik simulation, klik iterative
Klik options untuk mengatur ketelitian dan jumlah iterasi
Klik parameter yang ingin iiterasi
Klik start
9. Menentukan sudut kritis dan sudut resonansi terlebih dahulu sebelum di
close dan mencatat nilai yang didapat.
10. Setelah pemfittingan kurva selesai, save file dan simpan gambar
11. Selesai dengan kurva gold 1, dilanjutkan dengan file yang ada di folder
Data Gold + Thiol kemudian load ke dalam program Winspall.
12. Setelah di load kemudian memasukkan parameter lapisan Thiol (d = 5 nm,
r = 2.5 , i = 0)
13. Melakukan prosedur 7 sampai dengan 10.
14. Setelah selesai proses fitting kurva Gold 1 + Thiol maka remove data dan
klik load data yang ada di folder Data Gold + Thiol + Polimer ke
winspall.
15. Memasukkan parameter tambahan yaitu Polimer (d=0 , r = 2,8 ; i = 1)
16. Melakukan prosedur 7 sampai dengan 10.
17. Setelah selesai percobaan Gold 1, kemudian dilanjutkan dengan Gold 2,
Gold 3, Gold 4 dan Gold 5.
18. Melakukan prosedur 6 sampai 16.
4.1.1. Gold
Thick
L-Nr r i n
(nm)
Cr 7,306 -13,2555 11,16016 1,426963
Au 37,152 -10,7331 1,07466 0,163808
Thiol 4,064 3,84736 -0,32 1,963161
Polimer 0 6,344425 -0,7371 2,523046
Digunakan rumus: ~
n=n+ik 2
Setiap ruas dikali 4n , maka :
dengan : n = indeks bias rill ; ik = indeks bias 2 124,5492 2
n 2
=13.25 546x 4 n
imajiner 4n
(~
n ) =~
2
4
4 n 124,5492=53,0218 n
2
Rumus ABC
Thick
L-Nr a b c n
(nm)
53,0218 1,42696
Cr 7,306 4 -124,549
4 3
42,9325 0,16380
Au 37,152 4 -1,15489
6 8
15,3894 1,96316
Thiol 4,064 4 -0,1024
4 1
2,52304
Polimer 0 4 25,3777 -0,54332
6
V. Pembahasan Hasil
Data perolehan dari proses fitting kurva untuk lapisan Cr dari semua Gold
adalah d = 7,306 nm; r = -13,2555; i = 11,16016; n = 1,426963. Lapisan Au
adalah d = 37,152 nm; r = -10,7331; i = 1,07466; n = 0,163808. Lapisan Thiol
adalah d = 4,064 nm; r = 3,84736; i = -0,32; n = 1,963161. Lapisan Polimer
adalah d = 0, r = 6,344425; i = -0,7371; n = 2,523046. Nilai indeks bias terkecil
adalah indeks bias Au yang nilainya mendekati indeks biar udara, dan nilai indeks
bias terbesar adalah Polimer. Dan ketebalan lapisan terbesar adalah Au, untuk
ketebalan lapisan yang memiliki nilai terkecil adalah Polimer. Nilai indeks bias
dan ketebalan lapisan memiliki nilai yang berbanding terbalik.
Thick
L-Nr r i n
(nm)
Cr 7,306 -13,2555 11,16016 1,426963
Au 37,152 -10,7331 1,07466 0,163808
3. Tentukan ketebalan dan indeks bias lapisan Thiol
Thick
L-Nr r i n
(nm)
Thiol 4,064 3,84736 -0,32 1,963161
4. Tentukan ketebalan dan indeks bias polimer
Thick
L-Nr r i n
(nm)
Polimer 0 6,344425 -0,7371 2,523046
VII. Kesimpulan
Thick
L-Nr r i n
(nm)
Cr 7,306 -13,2555 11,16016 1,426963
Au 37,152 -10,7331 1,07466 0,163808
Thiol 4,064 3,84736 -0,32 1,963161
Polimer 0 6,344425 -0,7371 2,523046
Daftar Pustaka
1. Ngurah Ayu Ketut Umiati, dkk. 2012. Fenomena SPR pada Lapisan Tipis
Polyaniline Terkonduksi Penuh. Jurusan Fisika. FMIPA. Universitas
Gadjah Mada.
2. Almaratus Sholihah Rifqi Rufaida, dkk. 2011. Pengamatan Fenomena
Surface Plasmon Resonance (SPR) pada Permukaan Lapisan Tipis Perak
Menggunakan Laser dengan Panjang Gelombang Berbeda dalam
Konfigurasi Kretschmann. Jurusan Fisika. FMIPA. Universitas Gadjah
Mada.
3. Fitrilawati, Norman Syakir. 2014. Modul Praktikum Fisika Material II.
Jatinangor : Jurusan Fisika. Fakultas MIPA. Universitas Padjadjaran