Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM FISIKA ATOM

JUDUL PERCOBAAN : SPEKTROMETER PRISMA


NAMA : JUAN ESTEVAN FERNANDO
SIMBOLON
NIM : 200801071
KELOMPOK / GROUP : VI / A
HARI / TANGGAL PERCOBAAN : SELASA / 28 SEPTEMBER 2021
ASISTEN : ANISA AISYAH PUTRI NST
MUHAMMAD FAUZI

DEPARTEMEN FISIKA S1
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Benda-benda yang bercahaya seperti matahari, bola lampu listrik, atau benda lainnya
yang dapat memancarkan spektrum, memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda.
Panjang-panjang gelombang itu yang berhubungan dengan cahaya tampak mampu
untuk mempengaruhi retina mata manusia dan menyebabkan kesan-kesan subyektif dari
penglihatan.
Dalam ruang hampa (vakum), kecepatan cahaya c adalah sama untuk setiap
panjang gelombang atau warna cahaya, artinya kecepatan cahaya biru sama dengan
kecepatan cahaya infra merah. Akan tetapi, jika sebuah berkas cahaya putih jatuh pada
sebuah permukaan prisma kaca dengan membentuk sudut terhadap permukaan tersebut
kemudian melewati prisma tersebut, maka cahaya putih itu akan diuraikan atau di
despersikan menjadi spektrum warna. Fenomena ini membuat newton percaya bahwa
cahaya putih merupakan campuran dari komponen-komponen warna. Dispersi atau
penguraian warna terjadi didalam prisma karena kecepatan gelombang cahaya didalam
prisma berbeda untuk setiap panjang gelombang. Jika seberkas cahaya datang dan
membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut di
belokkan pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini disebut pembiasan.
Spectrometer adalah alat optic yang digunakan untuk mengamati dan mengukur sudut
deviasi cahaya datang karena pembiasan dan dispersi.

1.2. Tujuan

1. Untuk menentukan indeks bias prisma secara praktikum


2. Untuk menentukan kecepatan dari masing-masing spektrum warna yang
dibentuk oleh prisma
3. Untuk menentukan panjang gelombang spektrum warna yang dibentuk oleh
prisma
4. Untuk membuktikan proses dispersi cahaya pada prisma
BAB II

DASAR TEORI

Jika cahaya putih jatuh pada bidang batas dua medium dengan sudut tertentu, maka
gelombang yang masuk ke medium kedua mengalami pembiasan. Besarnya sudut bias
bergantung pada kecepatan rambat gelombang dalam medium-medium tersebut berdasarkan
persamaan sin θd /v 1=sin θ b /v 2. Karena gelombang dengan frekuensi berbeda memiliki
kecepatan rambat berbeda, maka gelombang dengan gfrekuensi berbeda memiliki sudut bias
yang berbeda. Akibatnya, dalam medium kedua, berkas dengan frekuensi berbeda, bergerak
dalam arah yang sedikit berbeda. Peristiwa ini kita amati sebagai penguraian cahaya putih atas
spektrum-spektrum yang memiliki frekuensi yang berbeda-beda. Peristiwa ini dinamakan
dispersi. Peristiwa dispersi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pelangi adalah
dispersi cahaya matahari oleh bintik-bintik air di udara. Prisma dapat menguraikan cahaya
putih atas sejumlah spektrum karena fenomena dispersi.
Misalkan cahaya datang dari medium dengan indeks bias tinggi ke medium dengan
indeks bias rendah. Sudut bias lebih besar daripada sudut dating. Jika sudut dating diperbesar
terus maka sudut bias makin besar. Denga menggunakan hukum Snell maka:
n2
sin θd = ……………………………………………………….…………………(2.1)
n1
Persamaan di atas menyatakan bahwa jika cahaya datang dari material dengan indeks bias
besar ke material dengan indeks bias kecil dengan sudut d yang memenuhi sin θd =n 2 /n 1
maka cahaya dibiaskan dengan sudut 90 °. Sudut θd yang memenuhi kondisi ini disebut sudut
kritis dan kita simbolkan dengan θc . Pertanyaan selanjutnya, apa yang terjadi jika sudut dating
cahaya lebih besar daripada sudut kritis? Jawabnya, cahaya tidak dibiaskan, tetapi
dipantulkan. Cahaya tidak sanggup masuk ke medium kedua. Fenomena ini disebut
pemantulan total internal. Sinar laser datang dari air dengan sudut lebih besar daripada sudut
kritis. Sampai di bidang batas dengan udara maka berkas tersebut dipantulkan secara total.
Kalian dapat melakukan percobaan sendiri dengan menggunakan laser pointer yang harganya
cukup muran. Kemudian kalian ambil wadah transparan dan diidi dengan air. Agar berkas
sinar dapat diamati lebih jelas, kalian bisa menambahkan sedikit bubuk terigu atau bubuk
beras ke dalam air sehingga tampak sedikit keruh. Lalu kalian tembakkan sinar laser dari
samping dan miring ke atas sehingga mengenai bidang batas air dan udara di dalam wadah.
Kalian atus sudut pengarahan berkas laser. Kalian akan amati ada sudut di mana berkas
cahaya dapat keluar dari air dan merambat di udara. Namun, jika sudut datang melebihi sudut
kritis maka kalian amati pemantulan internal total dalam air. Contoh aplikasi pemantulan
internal tolat adalah pembuatan teropong binocular. Selanjutnya kita tinjau kondisi yang
sedikit lebih rumit, yaitu pembiasan oleh prisma. Walaupun rumit, namun fenomena ini
sangat penting dalam teknologi spektroskopi untuk menguraikan cahaya putiah atas spektrum
warna yang berbeda. Sudut deviasi didefinisikan sebagai sudut antara sinar bias di sisi kedua
dengan sinar dating di sisi pertama. Agar lebih eksplisit menentukan sudut deviasi, mari kita
gunakan hukum Snell pada pembiasan di permukaan pertama dan permukaan kedua.
Pemiasan pada permukaan pertama memenuhi
n0 =sin θd 1 =n sinθ b 1……………….…………………………………………(2.2)
Menarik untuk menentukan sudut deviasi minimum. Tampak bahwa D hanya merupakan
fungsi θd 1. Utuk mencari minimum D kita lakukan diferensian terhadap θd 1 dan menentukan
solusi yang menolkan diferensial tersebut. Karena bentuk fungsi D cukup kompleks maka
diferensial pun cukup komples. Untuk mebuktikan bahwa ada θd 1 yang membuat D minimum
kita dapat membuat grafif D sebagai fungsi θd 1. Grafik dapat dibuat secara sederhana
menggunakan excel. Sebagai ilustrasi kita gunakan n0 = 1 (udara), n = 1,333, dan  = 30 °.
Tampak jelas adanya sudut deviasi minimum yang terjadi saat θd 1. sekitar 20 ° dengan sudut
deviasi minimum sekitar 10,5 °. Menarik untuk mengkaji bagaimana arah rambat sinar dalam
prisma ketika deviasi minimum terjadi. Tampak bahwa deviasi minimum terjadi ketika sudut
bias pada bidang pertama sama dengan sudut dating pada bisang kedua. Ini artinya segitiga
abd merupakan segitiga sama kaki. Dengan menggunakan hukum Snell pada sisi kiri saat
terjadi deviasi minimum maka n0 =sin θd 1 =n sin( β /2) atau sin θd 1=( n/n0 )sin ( β /2). Jadi,
sudut deviasi minimum dapat ditulis dalam persamaan berikut ini
n β
D=2sin
−1
( n0 )
sin −β …………………...…………………………………….(2.3)
2
Laju perambatan gelombang elektromagnetik terbesar tercapai ketika merambat dalam ruang hampa.
Jika gelombang EM masuk ke dalam material, maka laju dan panjang gelombangnya berkurang, tetapi
frekuensinya tidak berubah. Laju cahaya dalam es adalah 2,3 108 m/s sedangkan dalam intan adalah

1,24 108 m/s . Umumnya, laju cahaya berbeda jika memasuki material yang berbeda . Oleh
karena itu, perlu didefinisikan suatu besaran yang menentukan laju cahaya dalam material.
Besaran tersebut disebut indeks bias. Sesungguhnya indeks bias material bergantung pada
panjang gelombang cahaya. Makin kecil panjang gelombang cahaya maka makin besar indeks
bias material untuk cahaya tersebut. (Abdullah, 2007)
Kisi Difraksi adalah komponen spektrometer yang penting, suatu alat untuk pengukuran
panjang gelombang gelombang yang tepat. Sprektometer adalah alat yang mengukur panjang
gelombang dengan akurat dengan menggunakan kisi difraksi atau prisma, untuk memisahkan
panjang gelombang cahaya yang berbeda. Cahaya dari sumber melewati celah sempit S pada
kalimator Celah berada pada titik focus lensa L, sehingga cahaya parallel jatuh pada kisi.
Teleskop yang dapat digerakkan dapat memfokuskan berkas-berkas cahaya. Tidak ada yang
akan terlihat pada teleskop kecuali diposisikan pada sudut θ yang sesuai dengan puncak
difraksi (biasanya digunakan orde pertama) dari panjang gelombang yang dipancarkan oleh
sumber. Sudut θ dapat diukur sampai ketepatan tinggi sehingga panjang gelombang sebuah
garis dapat ditentukan sampai ketepatan tinggi dengan menggunakan persamaan :
d
λ= sinθ ………………………………………..……………………..………….(2.4)
m
Dimana m merupakan bilangan bulat yang mempresentasikan orde, dan d adalah jarak
antara garis- garis kisi. Makin sempit celah, makin sempit tetapi makin redup garis tersebut,
dan makin tepat jika kita dapat mengukur posisi angulernya. Jika cahaya terdiri dari kisaran
(interval) panjang gelombang yang berkesinambungan juga akan terlihat pada spektroskop.
Pada beberapa spektrometer, digunakan kisi pantulan, dan kadang- kadang prisma. Prisma
bisa bekerja karena disperse pembelokan cahaya dengan panjang gelombang berbeda ke sudut
yang berbeda pula.
Kegunaan penting dari spektrometer adalah untuk identifikasi atom atau molekul.
Ketika gas dipanaskan atau arus listrik yang besar melewatinya gas tersebut memancarkan
spektrum garis karakteristik. Artinya, hanya cahaya dengan panjang gelombang diskrit
tertentu yang dipancarkan dan ini berbeda untuk unsur dan senyawa yang berbeda. Spektrum
garis hanya terjadi untuk gas pada temperatur tinggi dan tekanan rendah. Cahaya dari benda
padat yang dipanaskan, seperti filament bola lampu, dan bahkan dari benda gas yang padat
seperti Matahari, menghasilkan spektrum yang berkesinambungan yang meliputi kisaran
panjang gelombang yang lebar. Atom dan molekul dapat menyerap cahaya dengan panjang
gelombang yang sama dengan yang mereka pakai untuk memancarkan cahaya. Garis
penyerapan matahari disebabkan oleh penyerapan atom dan molekul pada atmosfir luar yang
lebih sejuk dari pada matahari, sebagaimana penyerapan oleh atom dan molekul pada atmosfir
bumi. Analisa yang teliti dari ribuan garis ini menunjukkan bahwa paling tidak dua per tiga
dari semua unsure ada pada atmosfir matahari. Adanya unsur-unsur ini pada atmosfer planet
lain, pada ruang antar bintang dan pada bintang juga ditentukan dengan spektroskopi.
Spektroskopi sangat berguna untuk memantulkan ada tidaknya jenis-jenis molekul tertentu
pada spesimen laboratorium dimana analisa kimia akan sulit. Sebagai contoh, DNA biologis
dan jenis-jenis protein yang berbeda menyerap cahaya pada daerah-daerah tertentu pada
spektrum. Materi yang akan diteliti, yang sering kali dalam larutan, diletakkan ppada berkas
cahaya monokromatik yang panjang gelombangnya dipilih dengan penempatan prisma atau
kisi difraksi. Jumlah penyerapan dibandingkan dengan suatu larutan standar tanpa spesimen,
tidak hanya bisa menunjukkan adanya jenis molekul tertentu, tetapi juga konsentrasinya.
Pemancaran dan penyerapan cahaya juga terjadi diluar bagian yang tampak dari spektrum,
seperti pada daerah UV dan IR. Kaca menyerap cahaya pada daerah ini, sehingga digunakan
kisi difraksi dan cermin (menggantikan lensa). Jenis film khusus atau detector digunakan
untuk deteksi (Giancoli,1998)
Saat seberkas cahaya melewati prisma, itu dibengkokkan melalui sudut tertentu dari arah
perjalanan aslinya. Pembengkokan ini muncul dari fakta bahwa kecepatan cahaya di udara
tidak sama seperti pada bahan dari mana prisma dibuat. Jika cahaya putih, yang terdiri dari
sejumlah warna, lewat melalui prisma, setiap warna akan dibengkokkan oleh prisma.
Sekarang kebetulan lampu dengan warna berbeda tidak bergerak dengan yang sama kecepatan
di kaca. Karenanya, warna yang berbeda ini akan bengkok jumlah yang berbeda saat masuk
dan keluar prisma; dan, meskipun semua warna masuk ke prisma ke arah yang sama, mereka
akan meninggalkannya ke arah yang berbeda karena ketidaksetaraan membungkuk yang
mereka derita. Cahaya putih yang melewati prisma dengan demikian menyebar menjadi pita
warna yang dikenal sebagai spektrum. Cahaya violet yang memiliki panjang gelombang
terpendek bengkok paling banyak dan merah yang memiliki panjang gelombang terpanjang
bengkok paling sedikit. Cahaya dengan panjang gelombang antara merah dan ungu
menempati posisi menengah dalam spektrum Untuk studi spektrum spectroscope atau
spektrometer digunakan. Salah satu bagian penting dari spektrometer adalah kolimator yang
terdiri dari sebuah tabung dengan lensa cembung B di satu ujung dan celah di ujung lainnya.
Ini celah tersebut terletak pada fokus utama lensa sehingga menjadi cahaya yang muncul dari
lensa saat celah diterangi sejajar cahaya. Ada juga teleskop dengan lensa mata L dan benda
Tive A. Teleskop ini dipasang sedemikian rupa sehingga dapat berputar sumbu vertikal
instrumen. Sudut yang dilalui Teleskop diputar dibaca pada lingkaran terbagi.
Di tengah Dari lingkaran yang terbagi ini ditempatkan sebuah prisma P yang
menyebarkan cahaya yang datang ke dalam spektrum yang diamati melalui teleskop. Saat
cahaya lebih dari satu warna jatuh di atas prisma, balok yang muncul tidak hanya
menyimpang tetapi menyebar menjadi berbagai warna yang disebut spektrum. Jika sedetik
prisma ditempatkan di depan yang pertama dengan puncaknya ke dasar yang pertama, prisma
kedua cenderung mengumpulkan perbedaan masukkan warna bersama lagi dan gabungkan
menjadi cahaya putih. Dispersi bersih yang dihasilkan oleh dua prisma adalah perbedaannya
antara dispersi yang dihasilkan oleh prisma individu. Itu deviasi yang dihasilkan oleh prisma
kedua berada di arah yang berlawanan ke yang dihasilkan oleh prisma pertama, dan deviasi
bersih adalah perbedaan antara simpangan yang dihasilkan oleh prisma pertama dan
simpangan yang dihasilkan oleh prisma kedua. Di dalam cara, adalah mungkin untuk
membangun prisma yang menyimpang cahaya tanpa menyebarkannya ke spektrum. Prisma
seperti itu disebut sebuah prisma akromatik. Prisma semacam itu dibuat dengan
menggabungkan prisma kaca gagak dengan prisma kaca batu. Sudut keduanya prisma sangat
dipilih sehingga dispersi yang dihasilkan oleh mahkota kaca sama dan berlawanan dengan
yang diproduksi oleh kaca batu. Ini dimungkinkan karena dalam prisma dari sudut yang sama
mengurangi dispersi lebih besar dari kaca mahkota tidak. Ketika dua prisma ditempatkan.
Dispersi bersih adalah nol. Di sisi lain, file deviasi yang dihasilkan oleh kaca mahkota lebih
besar dari pada prodireduksi oleh kaca batu, sehingga ada deviasi bersih tanpa dispersi
apapun. Semua sinar muncul sejajar satu sama lain dan gabungkan untuk membentuk cahaya
putih.Jika sudut prisma kaca-batu dibuat lebih besar, deviasi yang dihasilkannya meningkat
dan dispersinya juga meningkat. Saat sudutnya dibuat cukup besar agar deviasinya sama
dengan yang dihasilkan oleh prisma kaca mahkota, penyebaran prisma kaca-batu melebihi
yang dihasilkan oleh prisma kaca mahkota. Saat dua prisma semacam itu disatukan sehingga
kombinasi menghasilkan dispersi tanpa penyimpangan.Saat cahaya putih menembus prisma
seperti itu, ia akan terpecah menjadi spektrum tetapi umumnya arah tidak akan berubah.
Prinsip ini digunakan dalam pembangunan directspektroskop penglihatan. Spektroskopi
seperti itu dibuat dari sejumlah prisma dari mahkota dan kaca batu api, disusun akhir-akhir
ini. Sudut-sudut prisma dipilih sedemikian rupa sehingga terjadi penyimpangan kombinasi ini
nol, memungkinkan cahaya muncul di arah masuknya. Sejak penyebaran batu api tersebut
kaca melebihi dispersi kaca mahkota, cahaya menyebar menjadi spektrum. Spektroskop jenis
ini sangat baik dalam analisis spektrum pada prisma.
(Alonso, 1992)
Spektrometer adalah perangkat yang memberikan gambar setidaknya dalam dua spektrum
yang berbeda. Dalam pengertian ini, beberapa pencitra inframerah yang beroperasi pada pukul
3-5 sore dan Pita 8-12 µm adalah pencitra spektral, dan mereka dapat menggunakan sinyal
relative di dua pita untuk membuat kesimpulan kasar tentang suhu dan emisivitas. Tapi kita
juga tidak akan menganggap ini sebagai spektrometer pencitraan. Sejumlah pemindai
multispektral yang disebut telah diterbangkan untuk tujuan tersebut menilai komposisi
permukaan bumi, serta untuk lainnya. Pencitraan multispektral telah digunakan dengan sukses
besar dalam kasat mata dan bagian spektrum inframerah-dekat (NIR). Ini yang disebut
multispectral pita memiliki panjang gelombang (ij berkisar sekitar 450-520 nm, 520-600 nm,
630-690 nm, 770-900 nm, 1550-1750 nm, dan 2090-2350 nm. Pada bilangan gelombang (a)
adalah 4255-4785, 5714-6452, 11111-12987, 14492-15783, 16667-19230, 19230-22222 cm
''). Kesenjangan dalam cakupan karena penyerapan atmosfer. Band-band tersebut telah dipilih
dengan cover yang berbeda pantulan karakteristik vegetasi, permukaan jalan, air, dan benda
budaya. Ini secara tradisional disebut pemindai multispektral, tetapi bukan spektral pencitra
atau spektrometer pencitraan. Di masa lalu, peneliti telah mempertimbangkan kemungkinan
untuk mendapatkan yang lebih baik resolusi spektral untuk diskriminasi berbagai objek. Oleh
karena itu istilahnya hiperspektral dan ultraspektral telah muncul. Sistem hiperspektral dan
ultraspektral memiliki lebih banyak pita spektral daripada sistem multispektral! Ada yang
bilang ultraspektral itu sistem memiliki resolusi relatif sekitar 0,1, sedangkan sistem
hiperspektral memilikinya salah satu dari 0,01.
Spektrometer prisma adalah spektrometer tertua yang diketahui manusia. Seneca,
selama abad pertama Masehi, dan orang Cina bahkan lebih awal, membuat pengamatan pada
generasi warna dengan prisma. 2 Newton membuat spektrum yang sangat kasar pengukuran
tetapi tidak menggunakan prisma sebagai spektrometer. Dia sedang menyelidiki refraksi
(refangibilitas, seperti yang dia katakan). Pada 1752 Melvill menggunakan "celah melingkar"
dan prisma untuk memeriksa spektrum roh yang terbakar dalam nyala api. Prisma
memanfaatkan fakta bahwa indeks bias semua bahan berubah dengan panjang gelombang dan
itu cahaya dibiaskan secara berbeda oleh indeks bias yang berbeda. Prisma, dalam arti Kata
yang digunakan di sini berbentuk segitiga. Tidak diperlukan bahwa prisma berbentuk segitiga,
tetapi ini adalah bentuk paling sederhana dengan permukaan paling sedikit itu menghasilkan
dispersi. Mungkin spektrometer prisma paling awal adalah pelangi. Itu tidak memiliki celah,
tetapi tetesan hujan melakukan dispersi bias, dan mata pengamat melakukan fungsi lensa
kamera dan detektor. Sebuah prisma menyimpang dari sinar jika mengenai hal itu. Karena
setiap normal tegak lurus dengan sisi sudut prisma a, bagian luarnya sudut prisma juga sama
dengan a, dan jumlah sudut interior lainnya adalah sama dengan a. Karena itu

δ =(θ ' ¿ ¿ 1−θ ' 1)+ ( θ' 2−θ '2 ) =(θ ¿ ¿ 2+ θ1)−(θ ' ¿¿ 1+θ' 2 )=θ2 +θ1−α ¿ ¿ ¿. Ini adalah ungkapan
umum untuk deviasi. Ini membutuhkan pengukuran segitiga. Ada beberapa teknik untuk
mendapatkan nilai indeks bias untuk bahan prisma dengan menemukan deviasi minimum,
menyala normal insiden atau lainnya. Ketertarikan kami di sini adalah menggunakan prisma
sebagai alat untuk menghasilkan deviasi cahaya sebagai fungsi indeks bias dan panjang
gelombangnya.
Saat prisma diputar (sekitar sumbu yang kira-kira melalui pusatnya), garis spektrum tertentu
(warna) bergerak secara menyudut sampai mencapai titik tetap, dan lalu bergerak mundur
sementara prisma terus berputar ke arah yang sama. Titik itu adalah posisi deviasi minimum.
Itu ditunjukkan di lampiran ini.

n=
( α +2 δ ) ……………………………………………………………….......… (2.5)
sin ⁡

α
sin
2
Ini adalah cara yang berguna untuk mengukur indeks bias bahan yang berbeda, tetapi itu
adalah cara yang berguna juga merupakan cara kebanyakan spektrometer prisma digunakan.
Spektrometer prisma tipikal menggunakan sumber dan sumber optik untuk memfokuskan
cahaya ke celah. Cahaya dari celah dikolimasi oleh lensa dan lewati prisma.(Bronnikov, 2013)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Peralatan dan Fungsi

1. Spektrometer
Fungsi: Alat untuk mengamati spektrum cahaya
Terdiri dari:
a. Teleskop
Fungsi: untuk mengamati spektrum warna yang terjadi
b. Kolimator
Fungsi: Untuk memfokuskan atau mensejajarkan cahaya dari lampu pijar
c. Meja Prisma
Fungsi: sebagai tempat untuk meletakkan prisma
d. Meja skala
Fungsi: untuk membaca besar sudut yang dibentuk oleh spektrum warna
2. Tabung Lampu
Fungsi : Sebagai tempat lampu pijar
3. Lampu Pijar
Fungsi: Sebagai sumber cahaya
4. Prisma
Fungsi: Untuk menguraikan cahaya menjadi spektrum warna yang berasal dari
lampu pijar
5. Statif
Fungsi: Sebagai penyangga lampu pijar dan tabung lampu
6. Kabel Penghubung
Fungsi: Sebagai penghubung lampu pijar ke sumber PLN
7. Lup (kaca pembesar)
Fungsi: Sebagai alat untuk memperjelas skala yang akan dibaca pada spektrometer

3.2. Prosedur Percobaan

1. Dipersiapkan semua peralatan yang akan digunakan


2. Disusun peralatan
3. Disejajarkan kolimator dengan celah lampu tabung
4. Dipasang lampu pijar pada tabung lampu
5. Dihubungkan lampu pijar ke sumber PLN
6. Dicari sinar yang terbentuk secara vertikal yang disejajarkan dengan kolimator
7. Dibaca skala sebagai θ standart
8. Diletakkan prisma pada meja prisma
9. Diteropong dan digeser ke kiri atau ke kanan untuk mencari spektrum warna yang
didispersikan oleh prisma
10. Dibaca skala pada spektrometer
11. Ditentukan harga deviasi standart
12. Dihitung sudut yang ditunjukkan pada skala spektrometer dan dicatat data
percobaan pada data kertas percobaan
13. Ditentukan harga deviasi standar
Harga Deviasi ¿|θ1 −θ2|
dimana :θ1 adalah sudut deviasi standart
θ2adalah sudut deviasi dari spektrum warna
14. Dikembalikan semua peralatan ketempat semula

3.3 Gambar Percobaan

( Terlampir )
BAB IV

HASIL DAN ANALISA

4.1 Data Percobaan

Lampu pijar (λ = 4.916 x 10-7)


Sudut Deviasi standart (θ standar) = 213.135°

Warna Sudut deviasi warna (θ ¿ δm= θstandar- θ

Merah 186.110° 27.025°

Kuning 185.725° 27.410°

Biru 185.375° 27.760°


Medan, 28 September
2021
Asisten Praktikan

(Anisa Aisyah Putri Nst) (Juan Estevan Fernando Simbolon)


4.2 Analisa Data

1. Mencari f dari lampu Hg (¿ 4.916 x 10−7 m )


c 3 x 108 14
f= = =6.102 x 10 Hz
λ 4.916 x 10−7

2. Mencari indeks bias :


1
sin (β+ δm)
2
n=
1
; β = 60o
sin β
2
Lampu Pijar:
1
sin (60+ 27.025)
2 sin 43.512 0.688
- n merah= = = =1.376
1 sin 30 0.500
sin (60)
2
1
sin (60+27.41)
2 sin 43.705 0.690
- n kuning= = = =1.380
1 sin 30 0.500
sin ( 60)
2
1
sin (60+27.76)
2 sin 43.88 0.693
- n biru= = = =1.386
1 sin 30 0.500
sin ( 60)
2

3. Menghitung kecepatan lampu :


c
v=
n

Lampu Pijar:
3 x 10 8 8 −1
- v merah= =2.180 x 10 ms
1.376
3 x 108 8 −1
- v kuning= =2.173 x 10 ms
1.380
3 x 108 8 −1
- v biru= =2.164 x 10 ms
1.386

4. Menghitung panjang gelombang spektrum warna praktik :


v
λ= ; fPijar = 6.100 x 1014 Hz
f
Lampu Pijar:
2.180 x 108 −7
- λ merah = 14
=3.573 x 10 m
6.100 x 10
2.173 x 108 −7
- λ kuning= 14
=3.562 x 10 m
6.100 x 10
2.164 x 10 8 −7
- λ biru= 14
=3.547 x 10 m
6.100 x 10

5. Mencari % deviasi dari masing-masing spektrum warna :


λt −λ p
% Deviasi = | |λt
x 100 %

Merah (λ t=6.850 x 10−7 m):

6.850 x 10−7 −3.573 x 10−7


- % Deviasi = | 6.850 x 10
−7 | x 100 % = 47.839 %

Kuning (λ t=5.800 x 10−7 m)

5.800 x 10−7 −3.562 x 10−7


- % Deviasi = | 5.800 x 10
−7 | x 100 % = 38.586

Biru (λ t=4.725 x 10−7 m):

4.725 x 10−7−3.547 x 10−7


- % Deviasi = |4.725 x 10
−7 |
x 100 % = 24.931 %
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Indeks bias prisma pada lampu Pijar secara praktikum


- n merah=1.376
- n kuning=1.380
- n biru=1.386
2. Kecepatan dari masing-masing spektrum warna yang dibentuk oleh prisma
- v merah=2.180 x 108 ms−1
- v kuning=2.173 x 10 8 ms−1
- v biru=2.164 x 108 ms−1

3. Panjang gelombang spektrum warna yang dibentuk oleh prisma


-❑merah =3.573 x 10−7 m
-❑kuning =3.562 x 10−7 m
-❑biru=3.547 x 10−7 m

4. Prisma adalah benda bening (transparan) terbuat dari gelas yang dibatasi oleh dua
bidang permukaan yang membentuk sudut tertentu yang berfungsi menguraikan
(sebagai pembias) sinar yang mengenainya. Permukaan ini disebut bidang pembias,
dan sudut yang dibentuk oleh kedua bidang pembias disebut sudut pembias (β).
Cahaya yang melalui prisma akan mengalami dua kali pembiasan, yaitu saat
memasuki prisma dan meninggalkan prisma. Jika sinar datang mulamula dan sinar
bias akhir diperpanjang, maka keduanya akan berpotongan di suatu titik dan
membentuk sudut yang disebut sudut deviasi. Jadi, sudut deviasi (δ) adalah sudut
yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang mula-mula dengan sinar yang
meniggalkan bidang pembias atau pemantul. Yang mana, seberkas cahaya
polikromatik diarahkan ke prisma. Cahaya tersebut kemudian terurai menjadi cahaya
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Tiap-tiap cahaya mempunyai sudut
deviasi yang berbeda. Selisih antara sudut deviasi untuk cahaya ungu dan merah
disebut sudut dispersi.
5.2 Saran

1. Sebaiknya praktikan lebih memahami materi praktikum sebelum memulai praktikum.


2. Sebaiknya alat-alat laboratorium lebih dirawat keadaannya.
3. Sebaiknya asisten laboratorium lebih meningkatkan pengajaran dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajjudin. 2017. Fisika Dasar II. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Halaman : 645-646, 709-711, 724-731
Giancoli, Douglass. 2001.Fisika. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Halaman : 305-307
Alonso, Marcelo dan Finn. Edward J.1992.Physics. Wokingham: Addison-Weasley.
Pages : 897-902
Bronnikov, K.A.2013. Black Holes, Cosmology and Extra Dimensions. Singapore : World
Scientific Publishing Co.Pte.Ltd
Pages : 358-382

Medan, 28 September 2021


Asisten, Praktikan,

( Aisa Aisyah Putri Nst) (Juan Estevan Fernando Simbolon)

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai