Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

PERCOBAAN O2

PANJANG GELOMBANG

Hari : Senin Tanggal : 17 Mei 2021 Jam Ke : 3-4

Oleh :

Umar Hamzah Ramadhan (162012233027)

Anggota Kelompok :

Ma’muur Muhammad (162012233025)

Dosen Pembimbing : Erwin Sutanto S.T., M.Sc.


Asisten Dosen : Desy Eka Wahyuni

FAKULTAS TEKNOLOGI MAJU DAN MULTIDISPLIN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
A. TUJUAN
Menentukan Panjang gelombang sinar tampak
B. ALAT DAN BAHAN
1. Spektrometer Kisi
2. Lampu Natrium
3. Transformator
4. Statif dan Klem
5. Kisi Difraksi
6. Penjepit Kisi
7. Loupe
8. Saklar
C. LANDASAN TEORI
Difraksi, merupakan penyebaran gelombang melalui celah sempit
atau penghalang. Difraksi dapat terjadi dengan suara; radiasi elektro-
magnetik, seperti cahaya, sinar-X, dan sinar gamma; dan dengan partikel
bergerak yang sangat kecil seperti atom, neutron, dan elektron, yang
menunjukkan sifat seperti gelombang. Salah satu konsekuensi dari difraksi
adalah bahwa bayangan tajam tidak diproduksi. Fenomena ini adalah hasil
dari gangguan (yaitu, ketika gelombang bertumbukan, mereka dapat
memperkuat atau membatalkan satu sama lain) dan paling jelas ketika
panjang gelombang radiasi sebanding dengan dimensi linier rintangan.
Ketika suara berbagai panjang gelombang atau frekuensi dipancarkan dari
pengeras suara, pengeras suara itu sendiri bertindak sebagai hambatan dan
melemparkan bayangan ke belakangnya sehingga hanya catatan bass yang
lebih panjang yang disebarkan di sana. Ketika balok cahaya jatuh di tepi
objek, itu tidak akan berlanjut dalam garis lurus tetapi akan sedikit ditekuk
oleh kontak, menyebabkan kabur di tepi bayangan objek; jumlah
pembengkokan akan sebanding dengan panjang gelombang. Ketika aliran
partikel cepat menghambat atom kristal, jalan mereka ditekuk menjadi pola
biasa, yang dapat direkam dengan mengarahkan balok yang diffracted ke
film fotografi.
Difraksi merupakan fenomena penyebaran gelombang elektro-
magnetik yang muncul ketika gelombang tersebut melewati sebuah celah
sempit. Penyebaran ini dapat dijelaskan oleh prinsip Huygens, yang
mengatakan bahwa setiap bagian dari celah dapat dianggap sebagai sumber
cahaya yang dapat berinterferensi dengan cahaya dari bagian celah yang
lain.
Menurut Huygens-Fresnel, difraksi cahaya terjadi dari setiap titik
dari muka-muka gelombang yang tidak terganggu, pada saat tertentu
bertindak sebagai sumber muka gelombang speris kedua (dengan frekuensi
yang sama dengan sumber primer). Amplitudo medan optic (listrik/magnet)
di suatu titik merupakan superposisi dari muka gelombang speris tersebut.
Pada peristiwa difraksi sinar oleh kisi difraksi, agar terjadi bayangan
celah yang terang dilayar (P), beda lintasan (𝑑𝑑 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝜃𝜃) kedua sinar yang
datang di P dari kedua celah yang jaraknya d harus merupakan kelipatan
bulat (n) panjang gelombangnya ( 𝜆𝜆).
𝑑𝑑 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 = 𝑛𝑛𝑛𝑛

dengan d jarak celah, n orde, dan 𝜃𝜃 sudut difraksi. Berikut adalah gambar
difraksi cahaya

Gambar di atas merupakan proses difraksi cahaya ketika melewati


celah tunggal. Ketika cahaya difraksi bergabung, maka ia akan
menghasilkan pola terang atau gelap yang dihasilkan dari interferensi
gelombang.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mengatur posisi kolimator dan teleskop sama tinggi dan lurus ! Mengatur
pula lebar celah sehingga bayangan yang tampak dari Ujung belakang
Teleskop sebagai garis lurus vertikal berwarna kuning (bukan pita kuning,
tetapi garis kuning). Caranya ialah dengan memutar sekrup di ujung-ujung
kolimator dan teleskop.
2. Mengamati lebar celah kisi difraksi yang tertera pada salah satu sisinya.
3. Meletakkan kisi difraksi pada bangku optik di tengah spektrometer dengan
penjepitnya dalam posisi tegak lurus arah sinar datang dari kolimator.
4. Jika kaki teleskop digeser/digerakkan ke kanan secara perlahan, garis
kuning akan hilang dari pandangan, dan akan muncul kembali dengan
intensitas yang lebih lemah. Inilah posisi difraksi orde (n) = 1. Membaca
posisi sudut difraksinya setelah garis kuning tersebut berimpit dengan
benang silang.
5. Menggerakkan terus teleskop ke kanan seperti tadi sampai muncul garis
kuning lagi yang lebih lemah lagi, dan menepatkan pada benang silang,
kemudian membaca posisi sudut difraksinya pada orde (n) = 2. Selanjutnya
terus menggeser teleskop untuk mencari posisi orde (n) =3.
6. Menggerakkan teleskop kembali ke kiri lurus dengan kolimator.
7. Mengulangi percobaan untuk mencari posisi orde 1, 2, dan 3, sebelah kiri.
8. Selisih pembacaan kedua orde kanan dan kiri merupakan sudut difraksi.

Anda mungkin juga menyukai