Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

PERCOBAAN L3

HARI: KAMIS TANGGAL: 26 MARET 2021 JAM KE: 9-10

OLEH :

Annisa Zulfa Cintya Cahyani (082011533096)

ANGGOTA KELOMPOK :

Riski Amelia (082011533095)

Dosen Pembimbing : Drs. Siswanto, M.Si

Asisten Dosen : Shella Novianjani (081811333041)

LABORATORIUM FISIKA DASAR


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
I. DASAR TEORI

Bagian utama osiloskop adalah tabung sinar katode, yang memiliki bentuk seperti
gambar tersebut di bawah ini :

Gambar 1. Tabung Sinar Katoda Osiloskop

Cara kerja sederhana dari tabung sinar katode dibagi menjadi tiga tahap operasional, yaitu :

1. Semua penembak elektron menghasilkan berkas sinar elektron yang bergerak sepanjang
sumbu tabung.

2. Bila pada plat-plat pengatur defleksi horisontal diberikan tegangan, berkas sinar elektron
akan dibelokkan dari plat negatif ke plat positif. Sedang plat pengatur defleksi vertikal
dapat membelokkan berkas sinar elektron dalam arah vertikal ke atas atau ke bawah,
bergantung pada arah-polaritas tegangan, dan besar simpangannya ditentukan oleh besar
tegangan yang diberikan.

3. Pada saat berkas sinar elektron -mengenai layar fluorescent, timbul berkas cahaya pada
layar tersebut. Cahaya yang menunjukkan posisi elektron ini bergantung pada besar dan
arah tegangan yang diberikan pada plat defleksi vertikal dan plat defleksi horisontal.

4. Pada kabel/probe oskiloskop terdapat dua macam penyambung yaitu pengait (panjang)
digunakan sebagai masukan positif/warna merah dan penjepit (pendek) digunakan sebagai
masukan negatif/ground.(warna hitam).

Tombol-tombol dasar yang umum terdapat pada osiloskop adalah :

Inten : pengatur terang gelapnya garis (trace) yang tampak pada layar.

Focus : pengatur ketajaman trace.


Volt / Div : pengatur sensitivitas penguat vertikal dalam langkah tertentu (sudah dikalibrasi
oleh pabrik pembuatnya).

Time / Div : pengatur periode signal gigi gergaji untuk keperluan penyapuan horizontal
(horizontal sweep) agar signal yang dimasukkan ke masukan vertikal dapat ditampilkan
sebagai fungsi tinier dari waktu.

AC - DC – GND : menentukan jenis pengkopelan SIGNAL INPUT dengan masukan


penguat vertical dan horisontal. AC berarti SIGNAL dikopel lewat kapasitor, DC berarti
SIGNAL dikopel langsung, GND berarti masukan penguat dihubungkan dengan ground,

GND : terminal ground.

CH 1 atau X : terminal masukan untuk penguat horisontal

CH 2 atau Y : terminal masukan untuk penguat vertikal.

Power (warna hijau) : tombol ON— OFF.

Ext.Trig : terminal masukan untuk penyulutan (trigering) osilator horisontal dari luar. Bila
saklar triger mode di set ke variabel mode maka osilator horizontal ditriger oleh signal yang
diberikan ke masukan vertikal.

CH1-CH2-ADD-DUAL : terminal atau mode yang digunakan pada masukan osiloskop.


(terminal yang sedang aktif digunakan).

Pengkalibrasian Alat :

1. Bila yang dikalibrasi adalah CHI, maka meletakkan tombol CH1-CH2-Add-Dual pada
posisi CH1.

2. Meletakkan ujung dari probe (pengait) dari CHI ke CAL'D (berada di bawah layar
osiloskop).

3. Memutar tombol volt/div pada posisi 1 volt. Mengattur agar kedua trace (atas & bawah)
berada pada jarak yang sama dari posisi normal/ 1 kotak, memutar tombol berwarna abu2
untuk melebar-sempitkan trace.
4. Untuk kalibrasi ini jika probe yang dipasang di CAL'D adalah CH1. maka tombol abu-
abu dari Volt/Div yang diputar adalah yang berada pada CH1, begitu pula sebaliknya.

5. Bila yang dikalibrasi adalah CH2, maka meletakkan tombol CH1-CH2-Add-Dual pada
posisi CH2, melakukan langkah selanjutnya.

6. Setelah pengkaiibrasian tersebut, maka tombol yang berwarna abu2 dari Volt/Div yang
sudah dikalibrasi tidak boleh diputar, karena akan mengubah kalibrasi tersebut. Yang boleh
diputar adalah tombol yang berwarna putih dari Volt/Div tersebut.

7. Setelah dikalibrasi tidak boleh merubah tombol berwarna abu-abu.

Contoh Pengukuran Tegangan Puncak - AC :

1. Menghubungkan tegangan yang akan diukur (dalam hal ini AFG) ke probe osiloskop
(CH1 / CH2).

2. Mengatur tombol AC – GND – DC pada AC .

3. Bila pengukuran dengan probe CH1, dan sensitivitas 5 Volt/Div, maka :

Tegangan puncak (Vpp) = harga yang ditunjukkan oleh Volt/Div x simpangan dari puncak
ke puncak.

V pp=5 Volt /¿ × 4÷¿ 20Volt

Jika bentuk gelombang tegangan berupa sinus, maka :

V pp
Tegangan Efektif ( V rms )= (1)
2 √2
Contoh Pengukuran Tegangan Puncak — DC :

1. Mengatur tombol AC-GND-DC pada posisi GND. Trace menunjukkan tegangan nol.

2. Menghubungkan tegangan yang akan diukur ke probe osiloskop (CH1 / CH2).

3. Mengarahkan tombol AC-GND-DC pada posisi DC. Trace akan bergeser ke atas (positif)
dan jika ke bawah berarti negatif.

4. Bila pengukuran dengan probe CH1, dan sensitivitas 2 Volt/Div, maka :

Tegangan DC = harga yang ditunjukkan oleh Volt/Div x pergeseran.

Tegangan DC =2Volt /¿ ×3÷¿ 6 Volt

Contoh Pengukuran Frekuensi :

Pengukuran frekuensi diperoleh Hari pengukuran periode (T). Periode ( ⁄ ) = harga


yang ditunjuk oleh Time/Div x jarak satu siklus pada layar (Div). Bila pengukuran dengan
probe CHI dan sensitivitas 0,5 ms/Div, maka :
T =0,5 ×10−3 s /¿ × 4÷¿ 2 ×10−3 ÷¿

1 1
f= = =500 Hz
T 2× 10−3

Contoh Pengukuran Frekuensi dengan Pola Lissajous :

Metode ini dipakai untuk mengukur frekuensi dengan menggunakan signal yang
telah diketahui frekuensinya sebagai referensi. Dengan menggunakan perbandingan
frekuensi dapat dihitung melalui persamaan :

jml .ttk . potong skala horizontal


f= × [ f sinyal dari f generator ( input horizontal ) ]
jml . ttk . potong skala vertikal

Jumlah titik horizontal = 3

Jumlah titik vertikal = 2

Contoh Pengukuran Beda Fase

Beda Fase Rangkaian RC

Pada analisis rangkaian AC,R dan XC dinyatakan sebagai kuantitas fasor seperti
pada Gambar 3(a) di bawah ini. Sedangkaan impedansi Z dinyatakan sebagai penjumlahan
fasor dari R dan XC seperti pada Gambar 3(b). Sehingga beda fase dari rangkaian RC
dinyatakan dengan persamaan berikut :

XC
θ=tan −1 ( )
R
(3 )

1
XC = (4)
2 πfC

Gambar 2. (a) Diagram Fasor Rangkaian RC, (b) Impedansi Rangkaian RC

Beda Fase Rangkaian RL

R dan XL dinyatakan sebagai kuantitas fasor seperti pada Gambar 5(a) dan
impedansi Z dinyatakan sebagai penjumlahan fasor dari R dan XL seperti pada Gambar
5(b) di bawah ini. Sehingga beda fase dari rangkaian RC dinyatakan dengan persamaan
berikut :

XL
θ=tan −1 ( )
R
(5 )

X L =2 πfL ( 6 )

Gambar 3. Rangkaian RL

Gambar 4. (a) Diagram Fasor Rangkaian RL, (b) Impedansi Rangkaian RL


Pengukuran beda fase dengan menggunakan pola Lisajous digunakan persamaan :

θ=sin−1 ( yy ) ( 7)
m

II. TUJUAN

1. Mengukur besar tegangan AC dan DC

2. Mengukur besar frekuensi sinyal AC

3. Mengukur besar frekuensi sinyal AC dengan pola Lissajous

4. Mengukur beda fase rangkaian RL dan RC dengan pola Lissajous

III. ALAT DAN BAHAN

1. Osiloskop

2. Audio Frequency Generator (AFG)

3. Adaptor 220 – 6V

4. Rangkaian R LC
5. Kabel-kabel penghubung

IV. PROSEDUR EKSPERIMEN

Pengukuran Tegangan AC

1. Mengatur AFG pada frekuensi 50 Hz, kemudian hubungkan dengan osiloskop ke


ChX (CH1).

2. Mengatur tombol AC-GND- DC ke posisi AC.

3. Mengatur tombol CH1-CH2-dual-Add ke posisi CHI.

4. Mengatur tombol Volt/DIV sehingga diperoleh amplitudo yang besar, dan catat
Volt/Div.

5. Menghitung jumlah skala (Div) vertikal dari puncak ke puncak.

Pengukuran Frekuensi

6. Mengatur Time/Div sehingga diperoleh panjang gelombang yang besar, dan catat
ms/Div.

7. Menghitung jumlah skala (Div) horisontal untuk satu siklus (satu gelombang).

Pengukuran Tegangan DC

8. Melepaskan hubungan dengan AFG & kemudian hubungkan dengan adaptor.

9. Mengatur tombol AC — DC pada adaptor pada posisi DC.

10. Mengarahkan tombol AC-GND-DC pada posisi GND. Trace akan menunjuk
tegangan nol.

11.Mengarahkan tombol pada posisi DC. Trace akan bergeser ke atas (positif) atau
ke bawah (negatif).

Pengukuran Frekuensi dengan Pola Lissajous


1. Melakukan langkah kerja awal percobaan.

2. Mengatur Time/Div pada posisi H – in .

3. Menghubungkan AFG ke X – input (CH1) dan adaptor pada posisi AC ke Y –


input (CH2).

4. Mengatur f – AFG = 25, 50, 75, dan 100 Hz. Mengetahui bagaimana bentuk pola
lisajous masing-masing, dan berapa f – adaptor dari masing-masing pola.

Catatan : Mengatur AFG sehingga gambar yang terbentuk bergerak lambat.

Pengukuran Beda Fase

Gambar 5. (a) Rangkaian saw, (b) Rangkaian dua

1. Melepaskan semua hubungan dengan AFG maupun Adaptor, atur osiloskop


seperti langkah awal.

2. Membuat rangkaian seperti gambar 5(a), atur f – AFG = 10 kHz.

3. Semua tombol AC-GND-DC pada kedua channel pada posisi AC.

4. Mengamati pola Lisajous yang terbentuk, catat y dan ym

5. Mengubah f – AFG 50 kHz.

6. Mengulang percobaan untuk gambar 5(b).

Anda mungkin juga menyukai