Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Material komposit adalah gabungan secara makroskopik dari dua jenis
material atau lebih. Ide material komposit dimulai dari keinginan untuk
memperoleh sifat material yang lebih baik dari material konvensional pada
beberapa segi. Sebagai perbandingan, material komposit memiliki kombinasi
kekuatan dan keuletan yang baik, relatif ringan, proses manufaktur yang lebih
efisien, serta ketahanan korosi yang baik dibanding logam. Kendati demikian
terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sifat komposit.
Oleh karena penggunaannya yang semakin luas dan beragam, pengetahuan
mengenai material komposit dan proses manufakturnya menjadi penting untuk
diketahui.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mempelajari proses pembuatan komposit, khususnya dengan teknik wet
hand lay up dan compression molding.
2. Menentukan pengaruh metode manufaktur dan fraksi volume material
penyusun terhadap sifat mekanik komposit.

BAB II
TEORI DASAR
Material komposit adalah gabungan secara makroskopik dari dua jenis
material atau lebih. Sifat komposit dipengaruhi oleh beberapa faktor, beberapa
diantaranya yaitu jenis serat dan matriks yang digunakan, fraksi serat, orientasi
serat, kualitas interface, defect, serta proses manufaktur. Dalam komposit,
komponen penyusun ada yang bertindak sebagai penguat, ada pula yang bertindak
sebagai matrix. Berdasarkan jenis penguat, material komposit terbagi ke dalam
tiga jenis, yaitu :

Particle Reinforced Composites


o Large particle composites
o Dispersed strengthened composites
Fiber Reinforced Composites
o Discontinuous fibre composites
o Continuous fibre composites
Structural Reinforced Composites
o Laminar composites
o Sandwich composites

Sementara itu, berdasarkan jenis matriksnya, material komposit terbagi


menjadi tiga, polymer matrix composites (PMC), metal matrix composites
(MMC), dan ceramic matrix composites (CMC). Polymer matrix composites
(PMC) adalah komposit yang paling sering digunakan.
Matriks untuk PMC terbagi dalam dua jenis matriks, yaitu matriks termoset
dan termoplas. Perbedaan antara termoset dan termoplas daris segi sifat material
maupun segi proses manufaktur dapat diamati melalui tabel berikut:

Material Properties
Thermosets Thermoplastics
Stiffness + -
Strength + -
Toughness - +
Fatigue life + -
Creep resistance + -
Thermal expansion + -
Volumetric shrinkage + -
Chemical resistance - +
Temperature tolerance + -

Manufacturing/Processability
Thermosets Thermoplastics
Simplicity of chemistry - +
Fiber-matrix compatibility + -
Low viscosity + -
Mold requirements + -
Processing temperature + -
Processing pressure + -
Processing time - +
Processing environment - +
Reformability - +
Recycling - +

Ada beberapa teknik manufaktur komposit, di antaranya Wet Hand Lay Up,
Compression Molding, dan Vacuum Assisted Resin Infusion.

1. Wet Hand Lay Up


- Dry reinforcement dan resin (+ katalis) ditaruh pada permukaan cetakan
- Resin ditekan untuk meng-impregnasi serat dengan menggunakan rol
- Beberapa lapisan dapat ditambahkan secara bertahap
- Reaksi dimulai, komponen dilepaskan setelah komponen mengeras (fully
cured)

Manufaktur komponen dapat dikerjakan dengan menggunakan beberapa lapis


komposit dengan memperhatikan kompatibilitas material dan tahapan curing.
Teknik manufaktur ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:
1. Kontrol yang baik dapat dilakukan pada arsitektur serat yang digunakan.
2. Cycle time dapat dipersingkat dengan perancangan yang teliti terhadap
siklus curing yang terjadi.
3. Biaya produksi yang relatif murah dibanding teknik manufaktur lain

Kendati demikian, metode manufaktur ini juga memiliki beberapa


kekurangan, diantaranya:
1. Proses wet hand lay-up memerlukan banyak tenaga tangan. Tipikal
untuk pembuatan produk dengan jumlah yang sedikit.
2. Diperlukan operator yang berpengalaman untuk mendapatkan komponen
yang berkualitas tinggi.
3. Tidak mampu melakukan produksi komposit dengan desain yang
kompleks

2. Compression Molding
- Campuran resin (+katalis) dan chopped glass strands diperoleh dalam
bentuk premixed compound: Bulk molding Compound (BMC) dalam
bentuk adonan, atau Sheet molding Compound (SMC) dalam bentuk
lembaran.
- Ketika panas dan tekanan diberikan oleh cetakan, compound mengalir
sesuai bentuk komponen yang diinginkan.
- Curing dimulai, komponen dilepaskan setelah terjadi pengerasan yang
cukup.

Teknik manufaktur ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:


1. Impregnasi yang dihasilkan lebih baik dibanding produksi komposit
dengan menggunakan metode Wet Hand Lay Up
2. Adaptasi dari metal stamping, proses relatif cepat, dapat diotomatisasi

Kendati demikian, metode manufaktur ini juga memiliki beberapa


kekurangan, diantaranya:
- Harga peralatan sangat mahal, memerlukan 2 cetakan dan mesin penekan.
- Tidak mampu melakukan produksi komposit ukuran besar
- Tidak mampu melakukan produksi komposit dengan desain yang
kompleks

3. Vacuum Assisted Resin Infusion


- Preform atau dry reinforcement dimasukkan kedalam cetakan, sesuai
dengan bentuk komponen yang diinginkan
- Resin mengalir dengan penekanan atau pem-vakuman dan meng-
impregnasi preform dan mendorong/mengeluarkan udara yang ada dalam
preform
- Curing terjadi, cetakan dibuka setelah terjadi pengerasan yang mencukupi

Teknik manufaktur ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:


- Bentuk hasil manufaktur sangat mendekati bentuk komponen yang
dispesifikasikan, arsitektur serat dapat dikontrol, kualitas permukaan baik.
- Fleksibilitas untuk memilih konstruksi cetakan. Dapat dipakai untuk
membuat, mulai dari prototipe sampai pada jumlah produksi yang cukup
besar.
- Potensi untuk otomatisasi proses
- Lingkungan kerja yang relatif bersih dan sehat.

Kendati demikian, metode manufaktur ini juga memiliki beberapa


kekurangan, diantaranya:
- Siklus waktu produksi dibatasi oleh manufaktur preform dan tahapan
curing resin.
- Biaya produksi yang relatif mahal dibanding dengan Wet Hand Lay Up

Cacat yang mungkin terjadi pada proses manufaktur komposit adalah sebagai
berikut:
1. Cacat struktur
- Deviasi orientasi serat
- Variasi kandungan serat/matriks
- Impregnasi / pengisian cetakan yang tidak sempurna

2. Cacat geometri
- Warpage
- Variasi ketebalan

3. Cacat kosmetik
- Discoloration
- Poor surface finish
- Sinking

BAB III
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
Matriks pada komposit baik merupakan hasil manufaktur teknik Wet Hand Lay
Up maupun Compression Molding tidak mengalami pengerasan. Dengan
demikian disimpulkan bahwa komposit dengan kedua teknik tidak berhasil
diproduksi.

BAB IV
ANALISISIS DATA

Pada percobaan kali ini dilakukan manufaktur komposit dengan


menggunakan teknik Wet Hand Lay Up dan Compression Molding. Mula-mula
serat gelas dipotong sesuai dengan ukuran yang ditentukan, lalu ditimbang dengan
maksud menjadi pembanding untuk takaran resin yang akan digunakan.
Kemudian resin disiapkan, yaitu dengan menimbang resin dengan berat
menyesuaikan berat serat yang digunakan, lalu ditambahkan hardener agar terjadi
reaksi curing, yang mana menyebabkan resin akan mengeras pada akhirnya.
Setelah serat dan resin siap, dilakukan proses produksi dengan menggunakan dua
teknik, yaitu Wet Hand Lay Up dan Compression Molding.
Berdasarkan literatur, matriks pada laminat yang terdiri dari resin yang
ditambahkan hardener sebagai curing agent akan mengalami reaksi curing,
sehingga akan mengeras paling tidak setelah diekspos pada temperatur ruang
selama kurang lebih 1-2 hari. Pada percobaan kali ini diperoleh data bahwa
matriks pada komposit baik hasil produksi teknik Wet Hand Lay Up maupun
Compression Molding, keduanya tidak mengalami pengerasan.
Pada teknik Wet Hand Lay Up, kesalahan mungkin terjadi akibat takaran
hardener yang tidak sebanding dengan resin yang digunakan, sehingga reaksi
curing yang seharusnya menyebabkan resin mengeras tidak terjadi secara
optimum. Kesalahan juga mungkin terjadi akibat resin dan hardener yang tidak
mampu bereaksi dengan baik akibat pencampuran dan pengadukan yang kurang
baik sehingga hardener tidak tercampur secara merata. Kesalahan juga dapat
terjadi akibat temperatur curing yang kurang optimum sehingga menyebabkan
resin tidak mengeras, atau membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengeras
akibat temperatur yang tidak optimum tersebut.
Pada teknik Compression Molding, selain kesalahan-kesalahan yang telah
dijabarkan sebelumnya, kesalahan sangat mungkin terjadi akibat hardener yang
baru saja ditambahkan ke dalam laminat ketika proses impregnasi resin ke dalam
serat melalui proses Wet Hand Lay Up telah selesai dilakukan. Akibatnya
hardener tidak bereaksi dengan baik sehingga resin tidak mengeras.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

kesimpulan
1. Pada proses wet hand lay-up, dry reinforcement dan resin (+ katalis)
diletakkan pada permukaan cetakan. Kemudian resin diratakan dan ditekan
dengan menggunakan rol (pengerjaan dilakukan manual dengan tangan)
untuk diimpregnasi. Beberapa lapisan dapat ditambahkan secara bertahap.
Setelah diimpregnasi komposit akan mengalami curing hingga mengeras
dan produk dapat diambil.
Pada compression molding, preform serat diletakkan pada cetakan. Ketika
tekanan diberikan oleh cetakan, preform mengalir sesuai bentuk komponen
yang diinginkan. Kemudian terjadi curing dan setelah terjadi pengerasan
yang cukup, didapat komposit yang diinginkan.

2. Pada percobaan kali ini tidak dilakukan pengujian tarik.

Saran
Alangkah baiknya jika proses manufaktur dilakukan dengan teliti dan hati-hati
sehingga kesalahan sepele seperti lupa memberi hardener dapat dihindari.
Kemudian sebaiknya proses curing dilakukan pada temperatur yang cukup panas
sehingga resin lebih cepat mengeras.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Anstrom, B.T, 1997. Manufacturing of Polymer Composites, 1st edition. London:


Chapman and Hall.

ASTM D 0792 00

ASTM D 3039 00
LAMPIRAN

Tugas Setelah Praktikum


1. Berdasarkan literatur, jelaskan perbedaan sifat fisik dan mekanik komposit
matriks termoset yang diperoleh dari metode berikut : Wet Hand Lay Up,
Compression Molding, dan VARI!

Berdasarkan literatur, teknik manufaktur VARI akan menghasilkan


komposit dengan sifat mekanik paling baik dianding Compression
Molding dan Wet Hand Lay Up. Teknik manufaktur VARI dilakukan pada
kondisi vakum serta tekanan yang relatif konstan dan tidak terlalu besar
sehingga udara yang terjebak dalam komposit dapat diminimalisir, yang
juga berarti meminimalisir fraksi void dalam komposit. Semakin kecil
fraksi void dalam komposit maka impregnasi semakin baik, begitu pula
dengan kualitas interface. Hal ini berdampak kepada sifat mekanik
komposit, yaitu kekuatan dan kekakuan yang dihasilkan menjadi optimum,
atau dengan kata lain sangat mendekati profil produk sesuai hasil
perhitungan pada pemodelan.
Komposit hasil teknik manufaktur Compression Molding
menghasilkan komposit dengan sifat mekanik yang lebih baik dibanding
produk teknik Wet Hand Lay Up. Teknik Compression Molding dilakukan
dengan menggunakan tekanan yang relatif konstan dan tidak terlalu besar
dibanding dengan Wet Hand Lay Up, sehingga matrix dapat berimpregnasi
dengan baik lalu menghasilkan kualitas konsolidasi yang baik pula.

2. Jelaskan faktor-faktor yang menentukan sifat mekanik komposit!

Sifat mekanik komposit dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:


a. Jenis serat dan matrix yang digunakan
Sifat komposit dipengaruhi oleh komponen penyusunnya, oleh karena
itu pemilihan jenis serat dan matrix yang digunakan berpengaruh
terhadap sifat mekanik material komposit tersebut. Melalui pemodelan
dapat dilakukan estimasi sifat mekanik dari komposit dengan
berdasarkan rule of mixture. Pada Longitudinal Uni Directional
Continuous Fiber Composite, nilai kekakuan komposit dapat diestimasi
dengan menggunakan rumus berikut:

E1 = Ef Vf + Em ( 1-Vf )
E1 = Kekakuan komposit arah longitudinal
Ef = Kekakuan serat
Em = Kekakuan matrix
Vf = Fraksi serat

Dapat diamati berdasarkan rule of mixture di atas kekakuan komposit


dipengaruhi oleh kekakuan serat dan matriks, yang mana masing-
masing nilainya berbeda dan unik untuk masing-masing material
komponen penyusunnya. Hal ini juga berlaku pada rule of mixture
untuk menghitung sifat mekanik komposit yang lain, bahwa sifat
material komposit akan dipengaruhi oleh jenis serat dan matrix yang
digunakan.

b. Fraksi serat
Sejalan dengan rule of mixture yang telah diuraikan pada poin a, sifat
material komposit dipengaruhi pula oleh fraksi serat.

c. Orientasi serat
Berbeda dengan logam, material komposit memiliki sifat anisotropi
yang artinya bergantung pada arah. Berdasarkan hukum Hooke, secara
umum komposit yang memiliki sifat anisotropi memilliki 21 konstanta
elastis yang independen, yang mana masing-masing memiliki arah
yang spesifik.
11 C1111 C1122 C1133 C1123 C1131 C1112 11

22 C1122 C2222 C3322 C2322 C3122 C1222 22
C C2233 C3333 C2333 C3133 C1233
33 1133 33
23 C1123 C2223 C3332 C2323 C3123 C1223 2 23
C C2231 C3331 C2331 C3131 C1231 2
31 1131 31
C C2212 C3312 C2312 C3112 C1212 2
12 1112 12

d. Kekuatan interface
Sifat material dipengaruhi pula oleh kekuatan interface antara serat dan
matrix. Interface yang kurang baik menyebabkan porositas sehingga
mengakibatkan terjadinya pemusatan tegangan yang dapat mengurangi
kekuatan komposit, bahkan memicu crack.

e. Defect
Salah satu cacat yang dapat mempengaruhi sifat material yaitu void.
Fraksi serat dirumuskan sebagai berikut:

Vf = 1 Vm Vv

Vf = Fraksi serat
Vm = Fraksi matrix
Vv = Fraksi void

Berdasarkan hubungan di atas, dapat dilihat bahwa fraksi void


mempengaruhi fraksi serat. Semakin besar nilai fraksi void semakin
kecil fraksi serat, begitu pula sebaliknya. Fraksi serat sendiri
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sifat material
komposit. Dengan kata lain, secara tidak langsung fraksi void turut
mempengaruhi fraksi serat.
f. Proses manufaktur
Proses produksi yang baik dapat menghasilkan komposit yang sesuai
dengan desain pemodelan. Dengan demikian teknik manufaktur pun
turut berperan dalam menentukan sifat material komposit. Teknik
manufaktur yang mampu meminimalisir udara serta memicu
impregnasi yang baik merupakan teknik manufaktur yang baik, yang
mana dapat menghasilkan komposit yang sesuai dengan desain
pemodelan.

Anda mungkin juga menyukai