Anda di halaman 1dari 17

Atap Rumah Komposit Polimer Berpenguat Serat Gelas (GFRP)

Fibrealum
Oleh: Muhammad Harza Arbaha K. (23721015)

I. Pendahuluan
A. Material Komposit
Material komposit adalah material yang terdiri dari minimum dua jenis material
dan terlihat secara makroskopis atau dapat dilihat oleh mata tanpa perlu alat
pembesar. Komposit umumnya terdiri dari material dasar (matriks) yang secara
kontinu melingkupi dan menyatukan material lain (material penguat) yang tersebar
merata. Penggunaan material komposit saat ini banyak diaplikasikan pada berbagai
kebutuhan seperti bak sampah, helm, frame sepeda, hingga body pesawat dan
komponen-komponen pesawat lain. Ada banyak tujuan penggunaan material
komposit, di antaranya adalah untuk mengurangi berat material karena komposit
memiliki densitas yang relatif lebih rendah dibanding material konvensional seperti
logam dan keramik.

B. Komposit Polimer Berpenguat Serat


Material komposit yang paling banyak digunakan saat ini adalah material
komposit polimer berpenguat serat atau fibre-reinforcement polymer composite
(FRPC). Polimer sebagai matriks secara umum memiliki sifat mekanik yang baik,
densitas rendah, viskositas rendah, mudah dimanufaktur dengan temperatur
pemrosesan rendah, ketahanan korosi baik, dan memiliki keuletan tinggi. Serat
sebagai penguat secara umum memiliki sifat kekuatan dan kekakuan tinggi dengan
densitas rendah, mudah dimanufaktur, dan aspek rasio tinggi sehingga luas
permukaannya besar. Karena memiliki sifat mekanik yang hampir setara dengan
aluminium atau bahkan baja, namun densitasnya lebih rendah, komposit polimer
berpenguat serat akan mampu memiliki sifat mekanik spesifik yang tinggi dibanding
material konvensional. Hal ini tentu saja menjadikan komposit polimer berpenguat
serat dianggap mampu digunakan untuk lighter structural applications.

1
C. GFRP Fibrealum
Salah satu aplikasi komposit polimer berpenguat serat adalah pada produk
Fibrealum. Fibrealum diproduksi oleh PT Intec Persada yang bekerja sama dengan
Tholander Ablufttechnik GmbH, Jerman. Fibrealum merupakan komposit polimer
berpenguat serat gelas (glass fibre-reinforced polymers atau GFRP) yang
dimanfaatkan untuk alternatif dari material yang berbasis logam untuk diaplikasikan
sebagai penutup atap dan dinding. Fibrealum memiliki ketahanan korosi dan
ketahanan kimia yang baik sehingga mampu bertahan lama terhadap cuaca dan
kelembaban yang ekstrem.

Gambar 1 Fibrealum [1]

Atap Fibrealum dimanfaatkan khususnya untuk bangunan di daerah tropis,


pantai, lepas pantai, dan di area heavy industry seperti pabrik pupuk, pabrik kertas,
pabrik kimia, bangunan PLTU, serta lingkungan korosif lainnya [1]. Pada lingkungan
seperti ini, dibutuhkan genting/dinding dengan material yang memiliki ketahanan
korosi dan ketahanan kimia yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan
komposit polimer berpenguat serat gelas ini menjadi penting.

2
Gambar 2 Fibrealum dan keunggulannya [1]

Penutup atap rumah atau genting adalah salah satu komponen yang penting dari
atap yang menutupi bagian atas suatu bangunan. Genting dapat dibuat dari berbagai
jenis material seperti tanah liat, kayu, aspal, polimer, beton, logam, dan komposit.
Fungsi genting yang utama adalah melindungi bangunan di bawahnya terhadap
cuaca. Selain itu, genting juga harus tahan terhadap pengaruh tekanan dan tiupan
angin. Pemilihan jenis genting saat ini tidak hanya berdasarkan fungsinya tetapi juga
pada karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh genting, kemudahan instalasi dan
estetika yang mampu membuat suatu bangunan menjadi lebih menarik. Suatu genting
juga harus sesuai dengan standar yang ditetapkan, di mana pada konteks ini adalah
sandar nasional Indonesia atau SNI.
Material logam tidak memiliki ketahanan korosi dan kimia yang tinggi, memiliki
massa jenis yang lebih tinggi, kurang mampu meredam kebisingan, dan merupakan
penghantar panas. Selain logam, terdapat atap lain yaitu atap asbes. Asbes memiliki
massa jenis yang tinggi, kurang mampu meredam kebisingan, tidak tahan cuaca
(UV), tidak ramah lingkungan dan menyerap panas sehingga orang yang ada di dalam
bangunan akan merasa sangat panas di siang hari. Kemudian atap bitumen atau atap
aspal, atap jenis ini memiliki ketahanan terhadap zat kimia yang kurang baik, tidak
tahan cuaca (UV), mudah nyala api, dan memiliki koefisien muai termal yang cukup
tinggi.
Sifat fisik dan mekanik dari Fibrealum dan perbandingan atap lembaran
Fibrealum dibanding dengan material lain ditunjukkan pada Tabel 1, Tabel 2, dan
Tabel 3berikut:

3
Tabel 1 Sifat fisik Fibrealum [1]

Tabel 2 Sifat mekanik Fibrealum [1]

4
Tabel 3 Perbandingan sifat Fibrealum dan material lain [1]

II. Material Penyusun Fibrealum


Sifat dan performa dari suatu komposit ditentukan oleh sifat dari material penyusun,
fraksi volume penyusun, teknik manufaktur, sifat antarmuka, defects, dan preforms.
Faktor terpenting yang mempengaruhi performa komposit adalah bentuk dan orientasi
serat, sifat matriks, dan karakteristik antarmuka serat-matriks [2].
A. Matriks
Komposit polimer berpenguat serat gelas Fibrealum menggunakan polimer
poliester termoset. Polimer termoset merupakan jenis polimer yang mudah berikatan
silang (cross-link) selama proses curing. Curing melibatkan penerapan panas,
tekanan, dan/atau katalis sebagai curing agent atau pengeras [3]. Resin yang
digunakan adalah unsaturated polyester resin dengan merek CRAY VALLEY –
FRANCE [4]. Resin poliester yang digunakan mengandung crosslinker yang
membuat polimer menjadi lebih kuat, lebih stabil dan meningkatkan kekakuan

5
polimer tersebut sehingga memberikan backbone tahan terhadap lingkungan korosif
dan zat kimia. Crosslinker terdiri dari Styren Monomer dan Methyl Methacrylate
(MMA). MMA berfungsi memberikan ketahanan terhadap cuaca (sinar UV) [5].
Susunan rantai cross-linked memiliki efek menarik rantai yang dihubungkan
sehingga ikatan yang dimiliki polimer menjadi lebih kuat. Pergerakan rantai polimer
akan menjadi lebih terbatas sehingga akan meningkatkan temperatur transisi gelas ke
atas temperatur kamar. Cross-link juga menyebabkan termoset tidak dapat dibentuk
kembali dengan pemanasan ulang. Termoset akan terdegradasi pada pemanasan
ulang. Dalam beberapa kasus, pemanasan ulang akan menyebabkan termoset dapat
terbakar, tetapi tidak cukup lunak untuk dibentuk kembali [3].
Ilustrasi cross-link ditunjukkan pada Gambar 3 berikut:

Gambar 3 Susunan rantai polimer; a. Cross-linked, b. Linear, c. Branched [3]

Namun terdapat keuntungan dari adanya ikatan silang, yaitu seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 4 berikut:

6
Tabel 4 Perbandingan sifat termoset dan termoplastik

Kekakuan dari termoset menjadi tinggi karena ikatan van der Waals yang lemah
antar rantai polimer digantikan oleh ikatan silang yang lebih kuat. Kemudian,
termoset mampu digunakan pada temperatur yang lebih tinggi dibanding
termoplastik. Termoset juga memiliki creep properties yang lebih baik daripada
termoplastik. Inilah yang membuat termoset memiliki chemical resistance yang lebih
baik daripada kebanyakan termoplastik [3].
Unsaturated polyester resin (UPR) adalah larutan poliester tak jenuh dalam
monomer viskositas rendah yang juga mengandung ikatan rangkap karbon-karbon.
Monomer yang paling umum digunakan adalah stirena. Ikatan rangkap karbon-
karbon pada UPR dapat bereaksi dengan ikatan rangkap karbon-karbon dalam
monomer melalui reaksi polimerisasi. Proses ini disebut curing atau cross-linking
[6]. UPR dapat menghasilkan berbagai sifat kimia dan mekanik tergantung pada
pilihan diacids, diols, cross-linking agent, inisiator, dan aditifnya [7]. Viskositas
rendah, fleksibilitas dalam sifat akhir produk termoset dengan biaya yang relatif
murah inilah yang menjadikan UPR sebagai matriks pilihan dalam banyak material
komposit.

7
Berikut adalah tabel sifat dari polimer-polimer termoset, aluminium, dan baja,
Tabel 5 Sifat fisik dan mekanik beberapa jenis termoset [8]

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa Epoxy memiliki kekuatan, persen
regangan hingga gagal, dan koefisien termal yang lebih baik dari poliester. Epoxy
juga mempertahankan sifatnya pada suhu yang lebih tinggi daripada poliester.
Prepreg epoxy dapat disimpan (umumnya pada temperatur di bawah nol) untuk
jangka waktu yang wajar sebelum dicetak menjadi bentuk akhir. Penyusutan pada
proses curing pada epoxy yaitu antara 1-5%, lebih rendah dibanding poliester dengan
penyusutan antara 4-8% [3]. Meski begitu, poliester lebih dipilih daripada resin
epoxy karena epoxy lebih mahal dan memiliki viskositas yang lebih tinggi dari
poliester sehingga proses impregnasi lebih sulit.

B. Serat Penguat
Serat penguat yang digunakan pada Fibrealum adalah serat gelas dengan arah
serat acak chop strand mat (CSM) merek Asahi Johnson-Japan yang dilengkapi
dengan Silane Coupling Agent sehingga terjadi bonding yang kuat antara serat
dengan resin [5]. Alasan mengapa serat gelas digunakan karena serat gelas memiliki
densitas dan kekakuan yang hampir sama seperti aluminium, namun memiliki
kekuatan yang jauh lebih tinggi sehingga memberikan kekuatan spesifik yang lebih

8
tinggi. Selain itu, serat gelas merupakan serat yang bersifat isotropik. Isotropik
berarti sifat material tidak tergantung pada arah sumbu koordinat, sehingga sifat
material pada arah sumbu-x, sumbu-y, dan sumbu-z adalah sama. Hal tersebut
menjadikan ketika diberi pembebanan pada segala arah, serat gelas akan
mendapatkan nilai kekuatan dan kekakuan yang sama (nilai Elongitudinal dan Etransversal
yang sama). Sifat isotropik ini tidak dimiliki oleh serat karbon ataupun kevlar atau
aramid.
Chopped strand mat (CSM) memberikan sifat isotropik pada bidang lembaran.
Pada CSM, unit penguat akan menjadi sebuah bundel serat. Setiap bundel serat
biasanya berisi 400 serat [3]; bundel didistribusikan secara acak dan merata di suatu
lembaran yang menjadikan serat memiliki sifat isotropik. Selain memberikan sifat
isotropik, penggunaan CSM serat pendek acak adalah agar dapat dibentuk menjadi
sheet molding compound (SMC) kemudian diproses dengan teknik compression
molding.
Berikut adalah tabel sifat mekanik dari serat-serat penguat:
Tabel 6 Sifat-sifat serat sintetis (asbestos dimasukkan sebagai perbandingan) [3]

C. Zat Aditif
Produk Fibrealum menggunakan aditif khusus alumina yang meningkatkan
ketahanan terhadap sinar UV dan beban dinamik/kelelahan (fatigue), serta
menghambat nyala api (flame retardant), aditif Substituted Benzotriazoles “Tinuvin
327” yang berfungsi sebagai UV inhibitor, inisiator NOROX MEKP-9H agar
polimerisasi terjadi sempurna, dan lapisan film plastik thermoplastic polyester merek
TORAY-Japan sebagai lapisan anti UV dan anti kelembaban.

9
Gambar 4 Zat aditif dan lapisan Fibrealum [1]

III. Proses Manufaktur Fibrealum


Fibrealum diproduksi menggunakan continuous lamination machine merek Lampro-
Finland. Mesin tersebut memiliki kapasitas produksi 1,5 meter/menit/mesin [5]. Pada
brosur produk dan halaman web dari produsen tidak dijelaskan secara detail proses yang
digunakan, namun dari karakteristik fisik dan mekanik yang diberikan, disimpulkan
bahwa pembuatan Fibrealum adalah dengan menggunakan proses compression molding
dengan premix compound berbentuk sheet molding compound (SMC) atau bentuk
lembaran. Compression molding digunakan karena memiliki proses kecepatan produksi
yang relatif cepat, lebih cepat dibanding hand lay-up dan prepreg. Compression molding
ini memiliki manufacturing cost yang lebih tinggi namun kualitasnya masih lebih baik
dibanding hand lay-up. Untuk mendapatkan produk dengan kualitas terbaik adalah
menggunakan prepreg dengan tabung autoclave. Namun, untuk skala industri, diperlukan
teknik manufaktur yang mampu membuat produk secara masal dan cepat dan ditambah
dengan kualifikasi suatu atap tidak diperlukan material dengan performa yang sangat
tinggi sehingga teknik prepreg dengan autoclave.
Cara kerja dari teknik compression molding adalah dengan meletakkan campuran
resin (+ katalis) dan SMC ke dalam cetakan solid. Cetakan pada teknik ini dapat berupa
solid-solid atau solid-flexible. Kemudian cetakan ditutup. Ketika panas dan tekanan
diberikan oleh cetakan, compound mengalir sesuai bentuk komponen yang diinginkan
(sesuai cetakan). Komponen dilepaskan setelah proses curing dianggap telah selesai atau
proses pengerasan telah selesai.

10
IV. Performa dan Aspek Nilai Komersial Fibrealum
A. Performa Fibrealum
Telah ada jurnal yang meneliti performa Fibrealum dibandingkan dengan
aluminium sebagai bahan penutup atap untuk kawasan pabrik pupuk dan pantai oleh
Samdi Yarsono tahun 2017. Jurnal tersebut berisi studi banding aplikasi GFRP
Fibrealum dengan aluminium industrial Al 3003 sebagai bahan penutup atap.
Ringkasan dari jurnal tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 7 Matriks evaluasi bahan penutup atap [9]

11
12
Keterangan:
- Kondisi Iklim/Cuaca Lokal Kawasan Industri Pupuk:
a. Rata rata bulan basah adalah 110 sedangkan rata rata bulan kering 4 dalam
periode curah hujan 10 tahun (2002 – 2011), sehingga diperoleh nilai Q
adalah 3,63%. termasuk tipe iklim A atau daerah beriklim sangat basah.
b. Temperatur udara maksimum di daerah studi berkisar antara 32,2 – 33,9
℃ dan temperatur minimum berkisar antara 21,2 ℃ – 22,2 ℃, dengan
perbedaan temperatur maksimum = 33,9 ℃ - 21,2 ℃ = 12,7 ℃.

13
c. Curah hujan minimum terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 47,5 mm
dan curah hujan maksimum terjadi pada bulan November yang mencapai
548,1 mm
d. Tekanan udara menunjukkan kisaran antara 1022 – 1024 mb
e. Kecepatan angin rata – rata 4,12 m/s, arah angin dominan terjadi dari
tenggara mencapai 40 % dan dari barat mencapai 10 %

- Kondisi Lingkungan Penggunaan Bahan:


a. Lingkungan daerah pantai (coastal area) : uap air laut, air laut dan unsur
garam yang korosif
b. Industri bahan kimia pabrik pupuk: emisi UREA, NPK dan bahan kimia
yang korosif.

Dari jurnal tersebut, ditarik kesimpulan bahwa Fibrealum dengan ketebalan 1,25
mm dan 1,50 mm mempunyai kesetaraan dengan bahan material logam paduan
Aluminium 3003. Bahan komposit Fibrealum mempunyai densitas yang lebih rendah
dari aluminium, sehingga diperoleh struktur penutup atap yang ringan tapi kuat.
Ditinjau dari kekuatan mekanik, Aluminium 3003 masih lebih kuat dibanding
Fibrealum, namun dari segi corrosion resistance Fibrealum lebih unggul dari
Aluminium 3003 dalam aplikasi penutup atap. Karakteristik unggulan dari bahan
penutup atap/dinding komposit GFRP Fibrealum [9]:
- Tahan korosi, tahan bahan kimia dan - Kebisingan relatif rendah.
tahan cuaca (UV matahari dan - Pemasangan dan perawatan
kelembaban). mudah.
- Ringan, kuat, dan kaku - Aman dan ramah lingkungan.
- Tidak mudah terbakar (menggunakan
bahan fire retardant
- Isolator panas dan listrik.

14
B. Aspek Nilai Komersial Fibrealum
Berikut merupakan estimasi aspek nilai komersial Fibrealum dan aluminium 3003
selama 10 tahun dengan mempertimbangkan prediksi periode umur pakai kedua material, di
mana aluminium 3003 memerlukan adanya pergantian atap setelah 6 tahun.

Tabel 8 Aspek nilai komersial untuk masa pemakaian 10 tahun [9]

V. Kesimpulan
Dari ulasan yang dilakukan terhadap material Fibrealum sebagai penutup atap, dapat
ditarik beberapa kesimpulan ulasan sebagai berikut:
a. Material komposit berpenguat serat gelas Fibrealum memiliki banyak
kelebihan sebagai penutup atap bangunan di lingkungan yang korosif.
Fibrealum adalah komposit dengan polimer poliester termoset berpenguat serat
gelas yang memiliki sifat isotropik, sifat mekanik hampir setara dengan
aluminium namun lebih ringan. Selain memiliki sifat mekanik spesifik yang
cukup tinggi untuk ukuran penutup atap dan sifat isotropik, poliester dan serat
gelas digunakan karena harganya yang relatif murah dibanding jenis resin dan
serat yang lain.
b. Pemrosesan Fibrealum menggunakan compression molding (SMC dengan
orientasi serat pendek acak CSM) menjadikan Fibrealum dapat diproduksi

15
dengan cepat dan masal namun memiliki sifat yang cukup sebagai penutup atap
dibandingkan dengan hand lay-up atau prepreg.
c. Performa dari Fibrealum sebagai material penutup atap memiliki kesetaraan
dengan Aluminium 3003 namun lebih mampu menahan korosi dan biaya lebih
murah dibandingkan Aluminium 3003.

VI. Referensi

[1] INTEC Persada, “Solusi Atap Terbaik,” INTEC Persada, [Online]. Available:
http://intecpersada.com/fibrealum. [Diakses 16 September 2021].
[2] M. Findik, M. Misirlioglu dan U. Soy, “The Structural Features of Glass Fibre
Reinforced Polyester Matrix Composites,” Science and Engineering of Composite
Materials, vol. 10, no. 4, pp. 287-295, 2002.
[3] F. Matthews dan R. D. Rawlings, Composite Materials: Engineering and Science,
London: Woodhead Publishing Limited, 2008.
[4] P. I. Persada, “Struktur Atap Lembaran Komposit”. Indonesia Paten P00201200262,
03 April 2012.
[5] PT INTEC Persada, “Fibrealum Djoko-Lock 630,” PT INTEC Persada, 03 March
2019. [Online]. Available: https://dokumen.tech/document/fibrealum-djoko-lock-
630-pt-intec-persada-solusi-metode-pemasangan-pemasanagan.html. [Diakses 16
September 2021].
[6] J. H. Aurer dan A. Kasper, Unsaturated Polyester Resins, Augsburg: verlag moderne
industrie, 2003.
[7] B. Dholakiya, Unsaturated Polyester Resin for Specialty Applications, IntechOpen,
2012.
[8] L. Ascione, J.-F. Caron, P. Godonou, K. van IJselmuijden, J. Knippers, T. Mottram,
M. Oppe, M. G. Sorensen, J. Taby dan L. Tromp, “Prospect For New Guidance in
the Design of FRP,” Joint Research Centre, Varese, 2016.

16
[9] S. Yarsono, “Struktur Material Fibrealum sebagai Pengganti Material Aluminium
3003 Untuk Bahan Penutup Atap dan Dinding Untuk Kawasan Pabrik Pupuk dan
Pantai,” Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jakarta, 2017.

17

Anda mungkin juga menyukai