Anda di halaman 1dari 17

POLIMER DAN KOMPOSIT

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER


KOMPOSIT FIBER REINFORCED PLASTIC SEBAGAI MATERIAL
BODI KAPAL BERBASIS FIBERGLASS TAHAN API

DISUSUN OLEH :

ACHMAD SYAUQI IDLAL (NPM : 02.2018.1.90645)

RIZKY HAURA N. P. (NPM : 02.2016.1.90649)

PAMBAYUN MANGGALA BIMA. E. (NPM : 02.2016.1.09225)

SAMSUL MA’ARIF (NPM : 02.2016.1.092

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

2019
KATA PEGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena hanya berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya saja penulis dapat menyelesaikan makalah tugas Polimer
dan Komposit.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikanmakalah tugas
Polimer dan Kompositini. Semoga mata kuliah Polimer dan Komposityang dijalani dan
makalah Polimer dan Komposit ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 21 Desember 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kapal ikan kapasitas 30 GT Type Purse Seine berbahan komposit sering digunakan
nelayan untuk menangkap ikan. Bahan yang digunakan adalah komposit fiberglass. Dalam
operasional kapal bahan komposit-fiberglass ini rawan terjadi kebakaran. Namun bahan
fibers glass kurang tahan terhadap panas yang tinggi sehingga diperlukan penyempurnaan
tahan api pada lapisan terluarnya Sehingga perlu diberikan penyempurnaan tahan api agar
keselamatan kapal ikan terjamin dengan baik

Komposit didefinisikan sebagai kombinasi antara dua material atau lebih yang
berbeda bentuknya, komposisi kimianya, dan tidak saling melarutkan antara materialnya
dimana material yang satu berfungsi sebagai penguat dan material yang lainnya berfungsi
sebagai pengikat untuk menjaga kesatuan unsur-unsurnya. Secara umum terdapat dua
kategori material penyusun komposit yaitu matrik dan reinforcement.

Dalam penelitian ini sebagai matriks digunakan resin epoxy dan sebagai reinforced
digunakan fiber glass dan serat Woven Roving 800. Pengujian yang dilakukan pada
penelitian ini adalah pengujian tahan api dengan mengacu pada standart pengujian UL 94.
Susunan laminasi yang digunakan adalah susunan yang banyak dipakai dalam material
produk komersil yaitu kombinasi serat acak dan serat anyaman yang disusun seeara
bergantian. Susunan laminasi sambungan sarna dengan susunan laminasi komposit induk.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan
menggunakan jenis resin epoxy. Hasil penelitian berupa produk komposit-fiberglass tahan
api akan dimuat pada jurnal nasional terakreditasi.
1.2 Tujuan

Disamping untuk memenuhi nilai tugas Polimer dan Komposit, tugas ini juga
bertujuan untuk :

a. Mengetahui apa itu Komposit.

b. Mengetahui apa itu matrik dan filler.

c. Mengetahui material-materialnya.

1.3 Batasan Masalah

Karena makalah ini hanya menggunakan beberapa material saja, maka dilakukan
pembatasan masalah / permasalahan. Permasalahan yang akan dibahas pada Makalah
Polimer dan Komposit ini antara lain :

a. Jenis material yang dipakai Fiberglass dan Resin Epoxy.

b. Pengujiandilakukan dengan metode uji rate of burning dan time of burning pada
posisi sampel horizontal.
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Penjelasan Material
A. Komposit
Komposit adalah bahan hibrida yang terbuat dari resin polimer diperkuat dengan
serat, menggabungkan sifat-sifat mekanik dan fisik. Bahan komposit pada umumnya
terdiri dari dua unsur, yaitu serat (fiber) sebagai bahan pengisi dan bahan pengikat
serat-serat tersebut yang dikenal dengan matriks. Bahan serat digunakan bahan- bahan
yang kuat, kaku, dan getas, sedangkan bahan matriksnya dipilih bahan-bahan yang liat,
lunak dan tahan terhadap perlakuan kimia. Komposit pada umumnya terdiri dari dua
fasa yaitu : Matriks/ penguat pada pembuatan komposit, dan Reinforcement atau filler /
Fiber.

Pengertian bahan komposit berarti terdiri dari dua atau lebih bahan yang berbeda
yang digabung atau dicampur secara makroskopis menjadi suatu bahan yang berguna
(Jones, 1975), karena bahan komposit merupakan bahan gabungan secara makro, maka
bahan komposit dapat didefinisikan sebagai suatu sistem material yang tersusun dari
campuran/kombinasi dua atau lebih unsur-unsur utama yang secara makro berbeda di
dalam bentuk dan atau komposisi material yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan
(Schwartz, 1984). Bahan komposit secara umum terdiri dari penguat dan matrik.

Salah satu bagian utama dari komposit adalah reinforcement (penguat) yang
berfungsi sebagai penanggung beban utama pada komposit. Adanya dua penyusun
komposit atau lebih menimbulkan beberapa daerah dan istilah penyebutannya. Matriks
(penyusun dengan fraksi volume terbesar), penguat (penahan beban utama), Interphase
adalah pelekat antar duapenyusun,interface adalah permukaan fasa yang berbatasan dengan
fasa lain.

Penguat komposit pada umumnya mempunyai sifat kurang ulet tetapi lebih kaku
serta lebih kuat. Fungsi utama dari penguat adalah sebagai penopang kekuatan dari
komposit, sehingga tinggi rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung dari penguat
yang digunakan, karena tegangan yang dikenakan pada komposit mulanya diterima oleh
matrik akan diteruskan kepada penguat, sehingga penguat akan menahan beban sampai
beban maksimum. Oleh karena itu penguat harus mempunyai tegangan tarik dan
modulus elastisitas yang lebih tinggi daripada matrik penyusun komposit
Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi
volume terbesar (dominan). Matrik, umumnya lebih ulet tetapi mempunyai kekuatan
dan kekakuan yang lebih rendah.

 Matriks mempunyai fungsi sebagai berikut :

 Mentransfer tegangan ke serat.


 Membentuk ikatan koheren, permukaan matrik/serat.
 Melindungi serat.
 Memisahkan serat.
 Melepas ikatan.
 Tetap stabil setelah proses manufaktur.

Tujuan dibuatnya komposit yaitu memperbaiki sifat mekanik atau sifat spesifik tertentu,
mempermudah desain yang sulit pada manufaktur, keleluasaan dalam bentuk atau desain
yang dapat menghemat biaya produksi, dan menjadikan bahan lebih ringan.

Adapun besarnya kekuatan tarik yang dihasilkan oleh komposit polimer/serat dapat
prediksi dengan menggunakan persamaan 2.1. Berdasarkan persamaan ini dapat digunakan
oleh peneliti sejauh untuk mengetahui sejauh mana besarnya kekuatan tarik yang dihasilkan
oleh komposit berdasarkan matrik dan penguat penyusunnya. Berikut ini persamaan tensile
prediction.

σc = σm Vm + σf Vf .......................................... (2.1)

Dengan: - σc = kekuatan tarik komposit (MPa)

- σm = kekuatan tarik matrik (MPa)

- σf = kekuatan tarik penguat (MPa)

- Vm = fraksi volume matrik

- Vf = fraksi volume penguat

Jumlah kandungan serat dalam komposit, merupakan hal yang menjadi perhatian khusus
pada komposit berpenguat serat. Untuk memperoleh komposit berkekuatan tinggi, distribusi
serat dengan matrik harus merata pada proses pencampuran agar mengurangi timbulnya
void. Untuk menghitung fraksi volume parameter yang harus diketahui adalah densitas resin,
densitas penguat, massa matrik dan massa penguat.
b. Resin Epoxy

Epoxy adalah resin polimer termoseting dimana molekul resin mengandung satu atau
lebih gugus epoksida. Kimia ini dapat disesuaikan untuk menyempurnakan berat molekul
atau viskositas seperti yang dipersyaratkan oleh penggunaan akhir. Ada dua jenis utama
epoxy, glikidil epoxy dan non-glikidil. Glycidyl epoxy resin dapat didefinisikan lebih lanjut
sebagai glikidil-amina, glikidil ester, atau glikidil eter. Epoxy resin non-glikidil adalah resin
alifatik atau siklo-alifatik.

Gambar 2.1. Resin Epoxy

c. Fiberglass

Kaca serat (fiberglass) atau sering diterjemahkan menjadi serat gelas adalah kaca cair
yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005 mm - 0,01 mm. Serat ini
dapat dipintal menjadi benang atau ditenun menjadi kain, yang kemudian diresapi
dengan resin sehingga menjadi bahan yang kuat dan tahan korosi untuk digunakan sebagai
badan mobil dan bangunan kapal. Dia juga digunakan sebagai agen penguat untuk banyak
produk plastic ; material komposit yang dihasilkan dikenal sebagai plastik diperkuat-
gelas (glass-reinforced plastic, GRP) atau epoxy diperkuat glass-fiber (GRE), disebut
"fiberglass" dalam penggunaan umumnya.

Serat gelas mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain. Pada
penggunaannya, serat gelas disesuaikan dengan sifat atau karakteristik yang dimilikinya.
Serat gelas terbuat dari silica,alumina,lime,magnesia dan lainlain. Keunggulan serat glass
terletak pada ratio (perbandingan) harga dan performance yaitu biaya produksi rendah, proses
produksi sangat sederhana , Serat gelas banyak digunakan di industri-industri otomotif seperti
pada panelpanel body kendaraan. Bahkan sepeda motor sekarang seluruh body terbuat dari
komposit yang berpenguat serat gelas. Komposit glass-epoxy dan glass-polyester
diaplikasikan juga pada lambung kapal dan bagian-bagian pesawat terbang.

Gambar 2.2. Serat Fiberglass Gambar 2.3. Serat WR 800

d. Katalis

Katalis merupakan suatu zat atau substansi yang dapat mempercepat reaksi (dan
mengarahkan atau mengendalikannya), tanpa terkonsumsi oleh reaksi, namun bukannya
tanpa bereaksi. Katalis sebagai suatu substansi yang mengubah laju suatu reaksi kimia tanpa
terdapat sebagai produk akhir reaksi. Katalis bersifat mempengaruhi kecepatan reaksi, tanpa
mengalami perubahan secara kimiawi pada akhir reaksi.Bahan katalis dalam pembuatan
fiberglass merupakan bahan pembuat fiberglass yang berwarna bening dan fungsi sebagai
pengencer. Perbandingan yang baik antara resin dan katalis adalah 1 liter resin dan katalisnya
1/40 liter (Laksono W,2005).

Metyl Etyl Keton Peroksida (MEKPO) yaitu bahan kimia yang dikenal dengan
sebutan katalis. Katalis ini termasuk senyawa polimer dengan bentuk cair, berwarna bening.
Fungsi dari katalis adalah mempercepat proses pengeringan (curring) pada bahan matriks
suatu komposit. Semakin banyak katalis yang dicampurkan pada cairan matriks akan
mempercepat proses laju pengeringan, tetapi akibat mencampurkan katalis terlalu banyak
adalah membuat komposit menjadi getas. Penggunaan katalis sebaiknya diatur berdasarkan
kebutuhannya.
Gambar 2.5. Katalis

e. Void

Void atau gelembung udara merupakan akibat yang tidak bisa dihindari pada saat
proses pembuatan. Untuk itu sebisa mungkin meminimalkan void yang dihasilkan pada
bahan komposit. Voids (kekosongan) yang terjadi pada matrik sangatlah berbahaya, karena
pada bagian tersebut penguat tidak didukung oleh matriks, sedangkan penguat selalu akan
mentransfer tegangan ke matriks. Hal seperti ini menjadi penyebab munculnya crack,
sehingga komposit akan gagal lebih awal. Kekuatan komposit terkait dengan void adalah
berbanding terbalik yaitu semakin banyak void maka komposit semakin rapuh dan apabila
sedikit void komposit semakin kuat. Void juga dapat mempengaruhi ikatan antara serat dan
matrik , yaitu adanya celah pada serat atau bentuk serat yang kurang sempurna yang dapat
menyebabkan matrik tidak akan mampu mengisi ruang kosong pada cetakan. Bila
komposit tersebut menerima beban, maka daerah tegangan akan berpindah ke daerah void
sehingga akan mengurangi kekuatan komposit tersebut. Pada pengujian tarik komposit
akan berakibat lolosnya serat dari matrik. Hal ini disebabkan karena kekuatan atau ikatan
interfacial antara matrik dan serat yang kurang besar (Schwartz, 1984).
2.2. Peralatan Pengujian

1. Timbangan Digital

Timbangan digital ini digunakan untuk menimbang resin, katalis, serat


fiberglass, dan serat WR (Woven Roving).

Gambar 2.6. Timbangan Digital

2. Kuas

Kuas digunakan untuk meratakan campuran dari resin dan katalis dicetakan dan
pada serat fiberglass dan serat WR (Woven Roving).

Gambar 2.7. Kuas

3. Cetakan Kaca
Kaca digunakan sebagai cetakan komposit karena komposit akan mudah dilepas
meskipun tanpa “Wax”.

Gambar 2.8. Cetakan Kaca


4. Lem Bakar / Lem Tembak (Glue Stick)
Lem ini digunakan untuk pembatas pada cetaka. Lem ini digunakan karena tidak
lengket pada hasil komposit.

Gambar 2.9. Glue Stick

5. Penggaris
Penggaris digunakan untuk mengukur serat fiberglass, serat WR dan cetakan.

Gambar 2.9. Glue Stick

6. Gunting
Gunting digunakan untuk menggunting serat fiberglass dan serat WR.

Gambar 2.10. Gunting


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pembuatan Spesimen

Spesimen komposit dibuat dengan metode hand lay up. Dimana dibuat 3 lapis
Dengan perbandingan volume fraksi antara matriks dengan serat dibuat konstan.
Pembuatan spesimen adalah sebagai berikut :

1. Siapkan serat fiberglass dan serat WR lalu potong serat tersebut sesuai dengan
ukuran pengujian.

2. Penimbangan massa resin, katalis, serat Fiberglass, dan serat WR dengan


menggunakan timbangan digital.

3. Setelah itu campur resin dan katalis hingga merata, komposisi perbandingan
volume antara resin epoxy : katalis = 3 : 1.

4. Oleskan sedikit demi sedikit campuran resin dan katalis kedalam cetakan,
ratakan campuran tersebut menggukan kuas.

5. Lalu letakan serat fiberglass untuk layer pertama dan tambahkan kembali
campuran resin dan katalis pada atas serat fiberglass.

6. Setelah itu letakan serat WR dan tambahkan campuran resin serta katalis
kembali hingga merata. Lakukan penambahan layer sesuai dengan kebutuhan.

7. Spesimen dapat diambil dari cetakan setelah mengeras selama sekitar 3 – 4


jam.

3.2 Metode Hand Lay-up

Metode hand lay-up yang disebut juga way lay-up merupakan sebuah metode
pembuatan komposit yakni dengan mengisiskan resin kedalam cetakan dengan tangan ke
serat didalam suatu wadah. Dalam metode ini, serat bisa disusun, dianyam, atau diikat.
Biasanya untuk meratakan permukaan dari resin digunakan roller atau kuas. Perataan atau
penekanan ini dilakukan agar antara resin dan serat benar-benar menyatu.
Gambar 3.1. metode Hand Lay-Up

3.3 Pengujian Bakar


Pengujian bakar dilakukan dengan menggunakan test UL 94.Pengujian dilakukan
dengan metode uji rate of burning dan time of burning pada posisi sampel horisontal.
Posisi tabung pembakaran horisontal mengarah pada ujung spesimen uji. Bahan bakar
yang digunakan adalah gas metana dan tinggi api yang disyaratkan 20 mm dan jarak
terdekat ujung burner dengan spesimen adalah 2 mm. Pengamatan yang dilakukan
meliputi pengamatan waktu penyalaan (time of burning) dan laju pembakaran (rate of
burning) sepanjang 75 mm. Spesimen uji adalah komposit dengan ukuran panjang sebesar
30 ± 5 mm dan lebar sebesar 13.0 ± 0.5 mm. Minimum ketebalan 2.0 (- 0.0 + 0.2) mm.
Kemudian dilihat setelah dibakar yaitu spesimen terbakar setelah sumber api dihilangkan,
Waktu bakar yaitu panjang bahan terbakar dibawah kondisi khusus setelah sumber api
dijauhkan. Setelah bara yaitu saat bahan membara, setelah bara atau jika tidak ada bara
setelah sumber api dihilangkan.

3.4 Prosedur Pengujian


1) Sampel yang sudah dipreparasi sesuai ukuran dan dikondisikan pada
temperature 23 0C dan RH 50 % selama 48 jam , diberi tanda dengan jarak 25 ±
1 mm dan 100 ± 1 mm dari ujungsampel.
2) Ujung sampel yang dekat dengan tanda 25 mm di- clamp secara horisontal dan
dan membentuk sudut 45 ± 2 derajat terhadap sumbu horizontal sampel.
3) Letakkan pembakar jauh dan sampel . Nyalakan pembakar, atur suplai gas dan
udara yang masuk ke pembakar sehingga menghasilkan nyala api biru setinggi
20 ± 1 mm tanpa ujung berwarna kuning
4) Letakkan pembakar pada ujung sampel yang bebas dengan kedalaman 1 mm dan
membentuk
5) Jika nyala api sudah mencapai tanda 25 mm penghitungan waktu untuk
menghitung laju bakar dimulai.
6) Rekam waktu yang dibutuhkan untuk membakar sampel dan tanda 25 mm hingga
100 mm. Jika nyala api padam sebelum mencapai tanda 100 mm catat waktu
ketika api padam dan jarak sampel yang terbakar.
7) Lakukan uji minimal sebanyak tiga kali.

Gambar 3.2. Alat Horizontal Burning Test untuk Klasifikasi HB

Posisi tabung pembakaran horizontal mengarah pada ujung spesimen uji.


Bahan bakar yang digunakan adalah gas metana dan tinggi api yang disyaratkan 20 mm dan
jarak terdekat ujung burner dengan spesimen adalah 2 mm. Pengamatan yang dilakukan
meliputi pengamatan waktu penyalaan (time of burning) dan laju pembakaran (rate of
burning) sepanjang 75 mm.
BAB IV

ANALISA DATA

Menentukan Fraksi Volume Berat

komposit (Wc) : 66 g/cm³

Berat serat (Wf) : 10g/cm3

Volume : 26,5 x 12,8 g/cm3

Tebal : 0,2 mm
Berat matriks : 4 g/cm3

Ρ fiber : 1,4
g/cm³

Vc = 26,5 x 12,8 x 0,2


= 67,84 g/cm3
𝑤𝑐 66
Pc = = 67,84 = 0,97 g/cm³
𝑣𝑐

(10÷1,4)+(66−10)÷4
Vv = 1 –( )
(66 ÷0,97)

= 1 − 0,31
= 0,69 x 100%
= 69%
 Vv + Vm + Vf = 1
0,69 + Vm + Vf = 1
Vm = (1-0,69) – Vf

 ec = ef x Vf = em x Vm
1,18 = 1,4 x Vf + 1,2 x (0,31 – Vf)
1,18 = 1,4 Vf – 1,2 + 0,37
1,18 – 0,37 = 0,2 Vf
0,8
Vf = 0,2 = 4 x 100% = 4%

 Vv + Vm + Vf = 100%
69% + Vm + 4% = 100%
Vm = 100-73 = 27%

 Vv = 69% (Volume Void)


Vm = 27% (Volume Matrik)
Vf = 4% (Volume Penguat)

BAB V

PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Material fiberglass memiliki sifat yang cukup unik, kekuatan dan


ketangguhannya bergantung pada pola serat penyusunnya. Penambahan aditif flame
retardant memberi dampak pada perbaikan sifat bakar dimana sampel dengan flame
retardant memiliki laju bakar yang lebih kecil. Hal ini disebabkan karena resin akan
bereaksi membentuk ikatan silang dan laju bakar akan terhambat. Namun dari hasil
pengujuan material tersebut belum diklasifikasikan sebagai material yang tahan api dan
perlu penelitian lebih lanjut dengan penambahan aditif. Untuk bodi kapal tahan api perlu
penelitian lanjut dengan penambahan aditif Flame retardant. agar mendapat klasifikasi V0
berdasarkan UL 94.

4.2. Saran
Untuk mendapatkan hasil pengujian yang lebih akurat sebaiknya dilakukan:

1. Penimbangan yang lebih hati-hati.

2. Pembuatan komposit yang cermat sesuai dengan standar yang disyaratkan.

3. Kalibrasi alat uji yang digunakan.

4. Untuk mendapatkan komposit yang baik sesuai karakter yang diinginkan maka
harus memperhatikan dari proses awal sampai tahap pengujian karena bahan
komposit memerlukan perlakuan khusus (sensitif).

Anda mungkin juga menyukai