Anda di halaman 1dari 19

aaLaporan Akhir Praktikum

Pemprosesan Polimer MT 3236


Uji Viskositas (Metode Bola Jatuh)
oleh:

Nama : Anthonius Valentino Bimo P


NIM : 13715040
Kelompok :6
Anggota (NIM) : Faisal Tahir R. (13714011)
Farhandra Ramdhani (13715009)
Tafryan Agsan M (13715015)
Anthonius Valentino (13715040)
Razief Muhammad I. (13715046)
Elaeis Hafsah J. (13715049)

Tanggal Praktikum : 6 April 2018


Tanggal Penyerahan Laporan : 13 April 2018
Nama Asisten (NIM) : Ikhsan Purnomo (23716304)

Program Studi Teknik Material


Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Viskositas adalah ketahanan suatu fluida untuk mengalir. Lelehan Polymer


memiliki sifat non-newtonian yaitu fluida yang memiliki hubungan antara shear
stress dan rate of shear yang tidak linear. Sifat non Newtonian dari lelehan polymer
menyebabkan perubahan viskositas dari lelehan polymer akibat dari shear rate.
Viskositas dari lelehan polymer selain dipengaruhi oleh shear rate juga akan
dipengaruhi factor eksternal seperti tekanan dan temperature juga factor internal
dari lelehan polymer seperti berat molekul, penambahan aditif, crosslink agent dan
lain-lain. Viskositas merupakan parameter yang akan mempengaruhi pemrosesan
suatu polimer, viskositas akan mempengaruhi metode manufaktur, kualiats produk,
kecepatan dan biaya produksi. Metode pemrosesan polymer seperti injection
molding, compression molding atau ekstrusi memiliki nilai viskositas idela yang
berbeda-beda karena setiap proses memiliki shear rate yang berbeda pula. Salah
satu metode sederhana untuk mengukur viskositas dari suatu fluida adalah dengan
menggunakan metode bola jatuh

1.2 Tujuan Praktikum


1. Menentukan pengaruh konsentrasi pelarut terhadap viskositas dari larutan
polymer PVA yang diukur dengan metode bola jatuh
2. Menentukan pengaruh penambahan boraks terhadap viskositas dari larutan
polymer
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Definisi Viskositas

Viskositas adalah sifat dari suatu fluida yang mengukur ketahanan dari suatu
fluida untuk mengalir. Ketahanan deformasi dari suatu fluida dapat ditunjukkan
sebagai viskositas absolut , µ [Ns/m2], dan viskositas kinematik, υ [m2/s].
Viskositas absolut ditentukan dari perbandingan dari shear stress dan sehar rate dari
fluida. Shear stress dipengaruhi oleh gaya tahanan dari fluida untuk mengalir pada
luas area dari pelat sedangkan shear rate adalah gradien dari fluida.

F
shear stress τ
µ= = = A
shear rate gradient δµ
δy

Hubungan dari persamaan diatas dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Viskositas absolut dari fluida[1]

Viskositas absolut dapat digunakan untuk mengkuantifikasi berbagai jenis


fluida dan gas pada skala yang sama namun tidak memperhitungkan karakteristik
yang penting dari fluida yaitu densitas. Viskositas kinematic sangat bergantung
kepada densitas dan diukur dari waktu yang dibutuhkan volume spesifik dari
fluida untuk mengalir melewati kapiler

µ
υ=
ρ

Viskositas dalam satuan SI adalah Pa.s (Pascal.second). Sebelum mengikuti satuan


SI, satuan yang paling sering digunakan dalam viskositas adalah poise ( 1 Pa.s =10
poise). Melt Index (MI), Melt Flow Index (MFI), atau Melt Flow Rate (MFR) untuk
polypropylene mengacu pada gram per 10 menit yang dikeluarkan melalui cetakan
menurut standar ASTM pada pembebanan tertentu seperti pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Skema alat melt indexer[2]

2.2 Hal-hal yang Mempengaruhi Viskositas

Viskositas dapat dipengaruhi factor eksternal dan factor internal yaitu dari
karakterisitik polimer itu sendiri. Faktor dari luar yang dapat mempengaruhi lelehan
polimer adalah tekanan dan temperature pemrosesan. Efek pemberian tekanan akan
berbeda-beda terhadap polimer alam dan polimer sintesis. Polimer alam akan
mengalami shear thickening sedangkan kebanyakan dari polimer sintesis akan
mengalami shear thinning jika diberi tekanan. Peningkatan temperature
pemrosesan kan menurunkan viskositas dari polimer karena rantai dari polimer
akan semakin terurai menyebabkan lelehan polimer semakin mudah mengalir.
Faktor dari polimer yang dapat mempengaruhi viskositas adalah penambahan aditif
seperti plasticizer yang akan menurunkan viskositas karena jarak antar rantai
polimer akan semakin jauh sehingga ikatan sekunder akan semakin lemah. Filler
akan meningkatkan viskositas dari polimer karena ikatan sekunder menjadi lebih
kuat akibat penambhan plasticizer dan yang terakhir adalah crosslinking agent yang
menghubungkan rantai polimer yang satu dengan yang lain sehingga meningkatkan
viskositas dari polimer.

2.3 Polyvinyl Alcohol (PVA)

Berbeda dengan polymer lainnya PVA tidak dibuat dengan cara polimerisasi
dari monomernya. Untuk membuat PVA dilakukan polimerisasi vinyl acetate
terlebih dahulu yang menghasilkan polyvinyl acetate. PVA dibuat dari p;yvinyl
acetate melalui proses hidrolisis. Polymer ini banyak digunakan dengan cara
blending dengan polymer lain seperti biopolymer dan polymer lain yang memiliki
sifat hifrofilik.

Gambar 2.3 Struktur PVA (a)partially hydrolyzed (b) fully hydrolyzed [3]

2.4 Borax

Borax atau sodium tetraborate decahydrate Na2B4O7.10H2O ketika larut


dalam air akan mengalami hydrolysis membentuk larutan boric acid-borate ion
dengan reaksi sebagao berikut:

B4O72– (aq) + H2O(l) → HB4O7– (aq) + OH– (aq)

B4O72– (aq) + 5H2O(l) + 2H+ (aq) → 4H3BO3 (aq)

B(OH)3 (aq) + H2O(l) → B(OH)4– (aq) + H+ (aq)


Gambar 2.4 Struktur borate ion[4]

Borate ion dapat membentuk ikatam sekunder dengan gugus hidroksil pada rantai
polymer sehingga dapat menghubungkan satu rantai dengan rantai lainnya yang
dikenal dengan istilah crosslinking.

Gambar 2.5 Crosslinking antara rantai PVA[4]

2.5 Pengukuran Viskositas dengan Menggunakan Metode Bola Jatuh

Pengukuran viskositas dengan menggunakan metode bola jatuh


menggunakan prinsip seberapa cepat bola jatuh didalam suatu fluida. Bola
diasumsikan sudah mencapai terminal velocity ketika jatuh didalam fluida. Ketika
kecepatan ini tercapai bola tidak akan mempercepat lajunya lagi dan semua gaya
pada bola berada dalam kesetimbangan.

Gambar 2.6 Skema pengujian bola jatuh[1]

1 𝑑2 •(𝜌𝑆 −𝜌𝐹 )•𝑔


𝑉𝑇 = 𝜇 • { }Untuk menentukan kecepatan bola jatuh diperlukan
18

pengukuran jarak lintasan dan berapa waktu yang diperlukan untuk melewati
lintasan tersebut. Kecepatan dapat dihitung dengan membagi jarak dengan waktu.
Rumus untuk menghitung viskositas absolut adalah:

Dimana: (Persamaan 1)

d = diameter dari bola


S = density dari bola = m/V = (masa bola/volume dari bola)
F = density of fluid
g = kecepatan gravitasi = 9.81 m/s2
VT = Terminal Velocity
BAB III

DATA DAN PENGOLAHAN

3.1 Diagram Alir Percobaan

3.1.1 Diagram Alir Percobaan Larutan PVA-air


3.1.2 Diagram Alir Percobaan Larutan PVA-boraks

3.2 Data Percobaan

Massa kelereng : 0,0045 Kg

Volume kelereng : 1,85 x 10-6 m3

Densitas kelereng : 2474 kg/m3

Rumus untuk menghitung viskositas absolut adalah:

1  d 2   S   F   g 
VT    
  18 
Dimana:

d = diameter dari bola


S = density dari bola = m/V = (masa bola/volume dari bola)
F = density of fluid
g = kecepatan gravitasi = 9.81 m/s2
VT = Terminal Velocity

Tabel 3.1 Data percobaan bola jatuh larutan PVA

Larutan PVA

Konsentrasi Densitas Terminal


No Jarak Waktu Viskositas
Larutan PVA Larutan Velocity
(m) (s) (Pa.s)
(%) (Kg/m3) (m/s)
0,09 0,08156329
1 7,5 1002,9 1,177 2,283
6 7
0,09 0,02780191
2 10 1004,8 3,453 6,69
6 1
0,09 49,47 0,00194029
3 15 1007,1 95,72
6 7 5

Tabel 3.2 Data percobaan bola jatuh larutan PVA- Boraks

Larutan PVA- Boraks


Densitas Terminal
No Konsentrasi Jarak Waktu Viskositas
Larutan Velocity
Boraks (%) (m) (s) (Pa.s)
(Kg/m3) (m/s)
0,09 0,13278008
1 0,2 991 0,723 1,41
6 3
0,09 0,01621621
2 0,5 978,6 5,92 11,67
6 6
0,01 30,43 0,00049288
3 1 1025 372,23
5 3 6

3.2 Pengolahan Data

Data yang diperoleh pada tabel 3.1 dan tabel 3.2 kemudian dibuat menjadi
kurva viskositas terhadap konsentrasi seperti berikut ini:

Kurva Viskositas Terhadap Konsentrasi PVA


120

100
Viskositas (Pa.s)

80

60

40

20

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Konsentrasi PVA (%)

Gambar 3.1 Kurva viskositas terhadap konsentrasi PVA

Kurva Viskositas Terhadap Konsentrasi Boraks


400
350
Viskositas (Pa.s)

300
250
200
150
100
50
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi Boraks (%)

Gambar 3.2 Kurva viskositas terhadap konsentrasi Boraks


BAB IV

ANALISIS DATA

Percobaan pengukuran viskositas dengan metode bola jatuh menggunakan


kelereng yang sudah ditentukan diameter dan densitasnya. Percobaan ini dilakukan
untuk mengukur viskositas dari larutan PVA dan PVA-boraks yang masing-masing
memiliki tiga konsentrasi yang berbeda-beda. Tiga jenis konsentrasi dari larutan
PVA memiliki konsentrasi PVA 7,5%; 10% dan 15 %. Untuk mengukur
viskositasnya diperlukan data berupa terminal velocity dengan membagi waktu
tempuh kelereng dengan jarak yang ditentukan. Jarak yang digunakan untuk
mengukur viskositas dari larutan PVA adalah 0,096 m. Dari hasil percobaan
diperoleh terminal velocity untuk larutan PVA 7,5% adalah 0,081 m/s ; untuk
larutan PVA 10 % adalah 0,027 m/s dan untuk larutan PVA 15% adalah 0,0019
m/s.

Larutan PVA-boraks memiliki konsentrasi PVA 7,5% yang dicampur


dengan variasi konsentrasi boraks yang berbeda-beda yaitu 0,2%; 0,5% dan 1 %.
Boraks dilarutkan dengan menggunakan air terlebih dahulu sebelum dicampur ke
larutan PVA, namun pada konsentrasi boraks 0,2 % prosedur ini tidak dilakukan.
Pengukuran terminal velocity menggunakan jarak 0,096 m untuk kandungan boraks
0,2% dan 0,5% sedangkan untuk kandungan boraks 1% jarak yang digunakan
adalah 0,015 m. Dari hasil percobaan diperoleh terminal velocity untuk
penambahan boraks 0,2% adalah 0,132 m/s ; untuk penambahan boraks 0,5 %
adalah 0,016 m/s dan untuk penambahan boraks 1% adalah 0,00049 m/s. Percobaan
ini dilakukan tiga kali setiap larutannya agar data lebih akurat. Setiap kali larutan
dipindahkan ke gelas dari beaker glass akan terbentuk gelembung gelembung udara
yang memperlambat waktu jatuhnya bola.

Penentuan viskositas fluida menggunakan persamaan 1 yang membutuhkan


data berupa terminal velocity, densitas kelereng, densitas fluida, dan kecepatan
gravitasi. Setelah data percobaan diperoleh viskositas dari larutan PVA 7,5% adalah
2,28 Pa.s; untuk larutan PVA 10 % adalah 6,69 Pa.s dan untuk larutan PVA 15%
adalah 95,72 Pa.s. Viskositas larutan PVA-Boraks untuk penambahan boraks 0,2%
adalah 1,41 Pa.s ; untuk penambahan boraks 0,5 % adalah 11,67 Pa.s dan untuk
penambahan boraks 1% adalah 372,23 Pa.s.

Penambahan konsentrasi PVA akan meningkatkan viskositas dari larutan


Pada gambar 3.1 dapat dilihat grafik pengaruh penambahan konsentrasi PVA
terhadap viskositas. Ketika konsentrasi larutan PVA 15% terjadi peningkatan
viskositas yang signifikan dibandingkan larutan PVA 10% dimana viskositas yang
awalnya 6,69 Pa.s menjadi 95,72 Pa.s. Ketika larutan boraks dicampur dengan
PVA maka akan terbentuk crosslink antar rantai PVA di dalam larutan. Namun pada
saat boraks dengan konsentrasi 0,2 dicampur dengan PVA viskositas dari larutan
adalah 1,41 Pa.s lebih rendah dibandingkan larutan yang hanya memiliki
konsentrasi PVA 7,5% saja yaitu sebesar 2,28 Pa.s Penurunan viskositas ini dapat
disebabkan karena setelah dicampur boraks, PVA yang mengalami crosslink terjadi
pada bagian tepi gelas ukur sehingga dispersi dari PVA pada larutan tidak homogen
lagi sehingga fluida yang dilewati kelereng hanya air saja yang viskositasnya lebih
rendah.

Ketika boraks dengan konsentrasi 0,5% dan 1% dicampur dengan larutan


PVA, tampak pengentalan terjadi pada daerah disekitar pengaduk. Pencampuran
boraks dengan konsentrasi 0,5% juga belum membuat crosslink PVA homogen
pada larutannya sehingga ada beberapa titik yang lebih kental dibandingkan bagian
lainnya. Berbeda dengan penambahan boraks 0,2% pada penambahan boraks 0,5
dan 1% persen terjadi peningkatan viskositas. Peningkatan viskositas pada boraks
1% terjadi sangat signifikan yaitu menjadi 372,23 Pa.s, hal ini disebabkan karena
pengentalan akibat crosslink lebih homogen dibandingkan penambahan boraks
sebelumnya sehingga larutan menjadi sangat kental. Kesalahan pengambilan data
pada percobaan pengukuran viskositas dengan metode bola jatuh ini dapat
disebabkan karena asumsi kelereng sudah mencapai terminal velocity nya padahal
ada beberapa pertimbangan seperti posisi penempatan kelereng yang dekat dengan
gelas ukur sehingga masih ada gaya gesekan atau jarak ukur yang kurang panjang
sehingga kelereng masih mengalami percepatan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Viskositas larutan PVA 7,5% adalah 2,28 Pa.s; untuk larutan PVA 10 %
adalah 6,69 Pa.s dan untuk larutan PVA 15% adalah 95,72 Pa.s.
2. Viskositas larutan PVA-Boraks untuk penambahan boraks 0,2% adalah 1,41
Pa.s ; untuk penambahan boraks 0,5 % adalah 11,67 Pa.s dan untuk
penambahan boraks 1% adalah 372,23 Pa.s.

5.2 Saran

Dilakukan pengukuran viskositas air sebagai pembanding


DAFTAR PUSTAKA

[1] Viscosity of Fluid Lab: Ball Drop Method.


https://itll.colorado.edu/modular_experiments_dir/itll_modules/Viscosity%
20of%20Fluids/Viscosity%20of%20Fluids%20Lab%20(Ball%20Drop%2
0Method).docx. Diunduh 9 April 2018

[2] Vlachopoulos, J. (n.d.). The role of rheology in polymer extrusion.

[3] Gaaz, T. S. (2015). Properties and Applications of Polyvinyl Alcohol,.

[4] PVA polymer slime. (n.d.). Retrieved from LearnChemistry:


http://www.rsc.org/learn-chemistry/resource/res00000756/pva-polymer-
slime?cmpid=CMP00006699 diakses pada 10 April 2018
LAMPIRAN

Tugas setelah praktikum

1. Selain konsentrasi serta aditif, jelaskan parameter proses lain yang dapat
mempengaruhi viskositas dari polimer.

2. Apabila di dalam larutan PVA ditambahkan aditif berupa bahan pengisi (filler),
apakah terjadi perubahan viskositas pada larutan PVA? Jelaskan fungsi filler
beserta mekanisme perubahan viskositas pada larutan PVA.

3. Apa yang dimaksud dengan extensional viscosity? Apa perbedaannya dengan


shear viscosity dan aplikasinya dalam pemrosesan polimer?

Jawaban:

1. Viskositas dapat dipengaruhi factor eksternal dan factor internal yaitu dari
karakterisitik polimer itu sendiri. Faktor dari luar yang dapat mempengaruhi
lelehan polimer adalah tekanan dan temperature pemrosesan. Efek pemberian
tekanan akan berbeda-beda terhadap polimer alam dan polimer sintesis. Polimer
alam akan mengalami shear thickening sedangkan kebanyakan dari polimer
sintesis akan mengalami shear thinning jika diberi tekanan. Peningkatan
temperature pemrosesan kan menurunkan viskositas dari polimer karena rantai
dari polimer akan semakin terurai menyebabkan lelehan polimer semakin mudah
mengalir

2. Filler akan mendekatkan jarak antar rantai PVA sehingga ikatan sekunder antar
rantainya akan semakin kuat. Akibatnya viskositas dari polimer akan meingkat

3. Extensional viscosity adalah koefisien viskositas yang muncul akibat pemberian


tegangan extensional. Sedeangkan shear viscosity adalah viskositas yang
dipengaruhi shear stress. Extemsional viscosity digunakan untuk
mengkarakteriasi larutan polymer.

Langkah-langlah penentuan densitas PVA 7,5% + 0,2% boraks

Untuk menentukan densitas dari larutan ini langkah pertama yang harus
dilakukan adalah membuat larutan PVA 7.5% terlebih dahulu. Dengan asumsi
densitas air adalah 1gram/cm3 maka air 100ml dituangkan ke beaker glass.
Kemudian massa PVA yang digunakan adalah 7,5 gram. Untuk melarutkan PVA di
dalam air, air harus dipanaskan terlebih dahulu sampai temperature 85CoC baru
kemudian PVA dimasukkan kedalam beaker glass berisi air sambil diaduk. Karena
massa boraks yang digunakan adalah 0,2% dari 7,5 gram PVA maka massa boraks
adalah sebesar 0,015 gram.

Boraks harus dilarutkan ke sedikit air terlebih dahulu sebelum dicampur ke


larutan PVA. Setelah larutan homogen volume yang tersisa dari larutan ini adalah
92 ml dengan massa larutan 92,3 gram. Untuk mengukur densitas massa larutan
dibagi dengan volume larutan sehingga densitas PVA 7,5% + 0,2% boraks adalah
1,00326 gram/cm3
Dokumentasi Praktikum

Anda mungkin juga menyukai