Modul A
Uji Viskositas (Metode Bola Jatuh)
Oleh:
Yoanita
13716025
Anggota:
Kelompok 2
Daffa Firmansyah Sadono 13716009
Hanif Herdiyan C U 13716019
Yoanita 13716025
Fadlun Candra A 13716055
Faisal Tahir R 13715011
LABORATORIUM POLIMER
PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Viskositas merupakan ukuran ketahanan suatu fluida terhadap gaya aliran [1].
Dalam pemrosesan polimer, sangat penting untuk mengetahui viskositas dari polimer
yang akan diproses. Hal ini dikarenakan viskositas akan mempengaruhi perilaku
lelehan polimer ketika diproses, response lelehan terhadap gaya yang diberikan, serta
menjadi acuan suatu lelehan polimer mudah atau tidak untuk diproses. Setiap polimer
memiliki viskositas yang berbeda-beda sehingga parameter proses yang diperlukan
akan berbeda-beda.
2.1 Viskositas
Viskositas merupakan ukuran ketahanan suatu fluida terhadap gaya geser atau
aliran. Viskositas dapat juga dinyatakan sebagai gaya gesek dan ukuran dari frictional
properties dari suatu fluida [1].
- Temperatur pemrosesan
- Tekanan pemrosesan
- Konsentrasi larutan
- Aditif
Aditif
Plasticizers
Fillers
𝑐
𝜂𝑐 /𝜂𝑜 = [1 − ( )]−2
𝑐𝑜
Dimana :
Viskositas Viskositas
Faktor
Tinggi Rendah
Energi
+ -
Pemrosesan
Kemampuan
- +
Mixing
Kemampuan
- +
Cetak
Prediksi
- +
Kekuatan
Kemampuan
Tergantung
Proses
Kemampuan proses akan bergantung pada jenis proses yang dilakukan.
Tabel 2.2 Pengaruh Viskositas terhadap Jenis Proses
Injeksi
Casting
2.4 Metode Penentuan Viskositas Polimer
a. Metode Bola Jatuh
Dalam pengujian bola jatuh, suatu material padat akan dijatuhkan
melewati suatu fluida yang memiliki viskositas. Setelah beberapa waktu dari
penjatuhan awal, material padat akan mulai memiliki Terminal velocity yang
seragam ketika gaya gravitasi seimbang dengan resistansi viskositas dari
fluida. Dengan mengukur terminal velocity terminal velocity dari material
padat tersebut, dapat ditentukan viskositas dari fluida. Dalam percobaan ini,
bentuk dan ukuran apapun dari material padat dapat digunakan, namun bola
lebih disukai karena perhitungan yang lebih mudah [1].
Terminal velocity merupakan kecepatan tertinggi yang dapat dicapai
oleh suatu material padat ketika material jatuh melewati suatu medium yang
memiliki viskositas [3].
Sehingga viskositas dari suatu fluida dapat dicari dengan persamaan [1] :
2𝑔𝑟 2 (𝜎 − 𝜌)
𝜂=
9 𝜋𝑣
b. Cannon-Ubbelohde Dilution Viscometer
Alat yang digunakan memiliki inner cylinder (rob) yang memiliki jari-jari R1
dan tinggi sebesar h, serta outer cylinder yang memiliki jari-jari R2. Bagian luar
silinder kemudian akan diisi dengan sampel, dan inner cylinder diputar dengan
kecepatan konstan. Torsi yang dihasilkan diukur melalui defleksi sudut dari inner
cylinder yang dihubungkan dengan kawat. Kecepatan dari outer cylinder dapat
divariasikan untuk memperoleh data perubahan viskositas dari fluida terhadap
shear rate. Standar yang digunakan untuk pengujian ini adalah DIN 53019..
3.1 Prosedur
Pengukuran densitas kelereng dengan jangka sorong dan
timbangan digital
mulai
4
𝑉= 𝜋𝑅3 dimana R= Jari-jari kelereng
3
𝑚
𝜌=
𝑣
Selesai
Pengukuran viskositas larutan dengan metode bola jatuh
Mulai
Masukan salah satu larutan dalam gelas ukur 100 ml. Ukur
ketinggian larutan dari dasar gelas hingga batas 100 ml
selesai
Massa
Diameter (m) Volume (m3)
Kelereng (Kg)
Kelereng 1 0.00588 0.001647 2.33926 x 10-9
Kelereng 2 0.00555 0.00164 2.30956 x 10-9
Kelereng 3 0.00565 0.001637 2.29691 x 10-9
Larutan PVA
Konsen
trasi Densitas
No Jarak Wakt Terminal Viskositas
Larutan Kelereng
(m) u (s) Velocity (m/s) (Poise)
PVA (Kg/m3)
(%)
31.6422312
1 10 2513610 0.11 1.57 0.070064
8
137.079695
2 12.5 2513610 0.13 7.99 0.01627
1
704.676501
3 15 2513610 0.15 47.71 0.003144
4
Tabel 3.4 Viskositas Larutan PVA + Boraks
Larutan PVA+Boraks
Konsen
No trasi Densitas Kelereng Jarak Wakt Terminal Viskositas
Boraks (Kg/m3) (m) u (s) Velocity (m/s) (Poise)
(%)
7.76514369
1 0.5 2403050 0.16 0.6 0.266667
9
32.3257736
2 1 2403050 0.16 2.49 0.064257
2
215.5 3236.68805
3 2 2403050 0.14 0.000649
8 5
10 31.64223
12.5 137.0797
15 704.6765
PVA + Boraks 0.5 % 7.765144
10 PVA + Boraks 1% 32.32577
PVA + Boraks 2% 3236.688
PVA + Gliserol 10% 110.4978
15 PVA + Gliserol 15% 348.9006
PVA + Gliserol 20% 350.2659
Dari data yang diperoleh pada percobaan, dapat diperoleh kurva konsentrasi terhadap
viskositas pada masing-masing larutan, sebagain berikut :
Larutan PVA
800
700
600
Viskositas (Pa. S)
500
400
300
200
100
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Konsentrasi PVA (%)
2000
1500
1000
500
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
-500
Konsentrasi Boraks (%)
Gambar 3.2 Kurva Viskositas terhadap Konsentrasi pada Larutan PVA + Boraks
300
250
200
150
100
50
0
0 5 10 15 20 25
Konsentrasi Gliserol (%)
Gambar 3.3 Kurva Viskositas terhadap Konsentrasi pada Larutan PVA + Gliserol
BAB IV
ANALISIS DATA
Berdasarkan data hasil percobaan pada tabel 2.3, dapat diamati pengaruh
penambahan konsentrasi PVA dalam larutan PVA terhadap perubahan viskositas.
Dari data yang diperoleh, kenaikan konsentrasi akan menaikan viskositas dari suatu
larutan. Hal ini juga dibuktikan pada gambar 2.1 yang menunjukan kenaikan
viskositas seiring dengan kenaikan konsentrasi PVA. Dalam suatu larutan terdapat
zat terlarut dan pelarut. Dalam larutan PVA, PVA berperan sebagai zat terlarut.
Kenaikan konsentrasi zat terlarut dalam suatu larutan, akan menaikan kepadatan
dalam larutan tersebut karena zat terlarut akan memiliki kerapatan yang lebih tinggi
dari zat pelarut. Selain itu kenaikan konsentrasi artinya akan semakin banyak molekul
per satuan volume dalam suatu larutan. Kenaikan kerapatan akan menurunkan free
volume dan mobilitas gerak dalam rantai-rantai polimer penyusun. Akibatnya rantai-
rantai polimer akan sulit untuk bergerak dan ketahanan suatu fluida terhadap gaya
gesek akan meningkat. Hal ini sesuai dengan teori Falkenhagen Relation [1] yang
merumuskan hubungan antara konsentrasi dari zat terlarut terhadap viskositas larutan,
saling berbanding lurus, artinya kenaikan konsentrasi zat terlarut akan proporsional
terhadap kenaikan viskositas larutan
Berdasarkan data hasil percobaan pada tabel 2.4 dapat diamati pengaruh
penambahan boraks pada larutan PVA pada berbagai konsentrasi dengan perubahan
viskositas. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi boraks yang
ditambahkan, akan semakin tinggi kenaikan viskositas dari larutan tersebut. Ketika
boraks ditambahkan kedalam larutan PVA, boraks dengan PVA akan membentuk
crosslinking. Skema crosslinking yang terbentuk dapat dilihat pada bab II teori dasar.
Crosslinking merupakan ikatan yang kuat dan oleh karena itu akan menurunkan
fleksibilitas rantai. Hal inilah yang membuat ketahanan suatu larutan terhadap gaya
gesek akan meningkat dan cenderung mempertahankan posisi dari larutan tersebut.
Namun jika viskositas dari penambahan boraks kemudian dibandingkan dengan
viskositas larutan PVA 10%, maka diperoleh kesimpulan bahwa pada penambahan
0,5% boraks justru menurunkan viskositas, namun pada penambahan 1 dan 2%
menaikan viskositas larutan dengan drastic. Hal ini dikarenakan terdapat konsentrasi
tertentu yang diperlukan untuk memicu crosslinking yang kuat antara boraks dan
PVA. Jika konsentrasi tersebut belum tercapai maka penambahan boraks justru dapat
memperbesar free volume akibat adanya pengkutuban [2]. Selain itu, pada konsentrasi
1 dan 2 %, larutan sangat sulit untuk dimasukan kedalam gelas ukur, dan
menyebabkan adanya rongga-rongga udara dalam larutan ketika dimasukan kedalam
gelas ukur. Sedangkan perhitungan viskositas diasumsikan bahwa tidak adanya
rongga udara dalam larutan. Rongga udara menghambat pergerakan padatan karena
memiliki terkanan tertentu sehingga akan sulit bagi kelereng untuk menembus rongga
udara dalam larutan. Hal ini juga dapat berdampak pada kenaikan viskositas yang
sangat drastis pada larutan PVA + Boraks. Selain itu, karena PVA dan Boraks
memiliki gugus polar sehingga ketika terdapat molekul air, dapat terjadi peristiwa
swelling. Molekul air dapat masuk ketika proses pengeringan gelas ukur yang tidak
bersih. Swelling akan menurunkan mobilitas gerak dan polimer akan membentuk “gel
like” sehingga terjadi kenaikan viskositas.
Berdasarkan data hasil percobaan pada tabel 2.5 dapat diamati pengaruh
penambahan gliserol pada larutan PVA pada berbagai konsentrasi dengan perubahan
viskositas. Pada data yang diperoleh, percobaan 2 dan 3 tidak memiliki perubahan
yang besar terhadap viskositas dari larutan. Sedangkan data percobaan pertama
memiliki perbedaan dengan percobaan 2 dan 3. Berdasarkan teori, gliserol berperan
sebagai plasticizers. Gliserol akan masuk kedalam rongga antar rantai polimer pada
bagian amorf. Gliserol akan memperbesar jarak antar rantai sehingga memperlemah
ikatan antar rantai pada larutan PVA. Sehingga ketika menerima gaya geser, rantai
akan lebih mudah bergerak dan menurunkan ketahanan fluida terhadap gaya geser
sehingga viskositas seharusnya turun. Pada hasil pengujian, hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan teori tersebut melainkan viskositas PVA naik jika dibandingkan
dengan viskositas larutan PVA 15%, viskositas yang terukur justru naik dari
viskositas PVA 15%. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama
kesalahan praktikan dalam menentukan terminal velocity, hal ini dikarenakan
terminal velocity hanya berdasarkan perkiraan kasat mata, dan pengukuran dilakukan
secara manual. Sehingga terdapat gap antara waktu yang sebenarnya dengan waktu
ketika kelereng mencapai terminal velocity dan mencapai dasar gelas ukur. Gap ini
juga terjadi pada pengukuran jarak ketika kelereng mencapai terminal velocity.
Terminal velocity berbanding terbalik dengan viskositas, semakin besar gap
pencatatan waktu, semakin kecil terminal velocity yang artinya akan semakin besar
nilai viskositas. Kedua adanya gelembung udara ketika larutan dimasukan kedalam
gelas ukur. Gelembung udara akan menghambat pergerakan dari kelereng karena
memiliki tekanan tertentu sehingga dibutuhkan usaha lebih bagi kelereng untuk
melewati gelembung udara, selain itu persamaan yang diturunkan untuk menghitung
viskositas merupakan asumsi bahwa tidak ada gelembung dalam larutan, sehingga
ketika terdapat gelembung, perhitungan menjadi kurang akurat. Ketiga, gaya yang
diberikan oleh kelereng tidak cukup kuat untuk merusak ikatan hydrogen antara PVA
dan gliserol. Walaupun berukuran kecil dan berperan sebagai plasticizers gliserol
memiliki potensi untuk berikatan hydrogen dengan PVA. Ikatan ini mudah terputus
apabila menerima beban tarik ataupun slip, hal ini seperti yang dijelaskan pada
gambar 2.11 teori dasar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1 Pengaruh konsentrasi PVA terhadap viskositas larutan dapat dilihat pada
tabel 3.3 dan gambar 3.1
2 Pengaruh penambahan Gliserol terhadap viskositas larutan PVA dapat
dilihat pada tabel 3.6
3 Pengaruh penambahan Boraks terhadap viskositas larutan PVA dapat
dilihat pada tabel 3.6
5.2 Saran
Guna menunjang hasil pengujian yang lebih baik, sebaiknya digunakan alat
untuk mengukur terminal velocity pada saat pengujian. Misalnya sensor, ataupun
kamera untuk merekam bagaimana peristiwa bola jatuh, sehingga terminal velocity
tidak hanya berdasarkan asumsi saja.
Daftar Pustaka
[3] https://www.researchgate.net/figure/Figure-1-Chemical-structure-of-polyvinyl-
alcohol-PVA-1_fig1_323808560 (Diakses pada 27 Februari 2019)
1. Selain konsentrasi serta aditif, jelaskan parameter proses lain yang dapat
mempengaruhi viskositas polimer
2. Apabila di dalam larutan PVA ditambahkan aditif berupa bahan pengisi
(fillers) apakah terjadi perubahan viskositas pada larutan PVA ? Jelaskan
fungsi filler beserta mekanisme perubahan viskositas pada larutan PVA
3. Apa yang dimaksud dengan extensional viscosity ? Apa perbedaannya dengan
sehar viscosity dan aplikasinya dalam pemrosesan polimer ?
Jawab
𝑐
𝜂𝑐 /𝜂𝑜 = [1 − ( )]−2
𝑐𝑜
Dimana :