Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

MT3236 Pemrosesan Polimer

Modul A
Uji Viskositas (Metode Bola Jatuh)

Oleh:

Yoanita
13716025

Anggota:

Kelompok 2
Daffa Firmansyah Sadono 13716009
Hanif Herdiyan C U 13716019
Yoanita 13716025
Fadlun Candra A 13716055
Faisal Tahir R 13715011

Tanggal Praktikum 1 Maret 2019


Tanggal Pengumpulan TP 8 Maret 2019

LABORATORIUM POLIMER
PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Viskositas merupakan ukuran ketahanan suatu fluida terhadap gaya aliran [1].
Dalam pemrosesan polimer, sangat penting untuk mengetahui viskositas dari polimer
yang akan diproses. Hal ini dikarenakan viskositas akan mempengaruhi perilaku
lelehan polimer ketika diproses, response lelehan terhadap gaya yang diberikan, serta
menjadi acuan suatu lelehan polimer mudah atau tidak untuk diproses. Setiap polimer
memiliki viskositas yang berbeda-beda sehingga parameter proses yang diperlukan
akan berbeda-beda.

Dengan mengetahui viskositas dari suatu lelehan polimer kita dapat


menentukan jenis proses yang dapat diberikan untuk menghasilkan produk tertentu,
penambahan aditif yang diperlukan, besar gaya yang diberikan, serta parameter lain
seperti temperatur dan tekanan yang akan diberikan. Sehingga kita dapat mengatur
karakteristik dari produk yang akan kita hasilkan nantinya melalui pemrosesan
polimer. Dalam percobaan ini, akan dipelajari pengukuran viskositas polimer dengan
metode bola jatuh. Percobaan dilakukan dengan menggunakan 1 jenis larutan yang
diberi 2 aditif pada larutan tersebut, kemudian akan dianalisis bagaimana pengaruh
dari penambahan aditif tersebut.

1.2. Tujuan Praktikum


1. Menentukan pengaruh konsentrasi pelarut terhadap viskositas dari larutan
polimer PVA yang diukur dengan metode bola jatuh
2. Menentukan pengaruh penambahan gliserol terhadap viskositas dari larutan
polimer.
3. Menentukan pengaruh penambahan boraks terhadap viskositas dari larutan
polimer
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Viskositas

Viskositas merupakan ukuran ketahanan suatu fluida terhadap gaya geser atau
aliran. Viskositas dapat juga dinyatakan sebagai gaya gesek dan ukuran dari frictional
properties dari suatu fluida [1].

Gambar 2.1. Skema Gaya Geser Pada Lapisan Liquid [1]

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Viskositas Pada Polimer

Gambar 2.2. Parameter yang Mempengaruhi Viskositas [2]


Pada gambar 2, dapat dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas
seperti lubricants, temperature, plasticizers, molecular weight, pressure, dan
filler. Berikut adalah penjelasan dari 3 faktor yang mempengaruhi viskositas
polimer.

Faktor yang mempengaruhi viskositas dari polimer itu sendiri dapat


dirangkum sebagai berikut :
- Berat Molekul
- Fleksibilitas Rantai
- Efek Sterik

Sedangkan faktor external seperti proses yang dapat mempengaruhi viskositas


dari suatu polimer adalah sebagai berikut :

- Temperatur pemrosesan
- Tekanan pemrosesan
- Konsentrasi larutan
- Aditif

Aditif
Plasticizers

Plasticizers berperan dalam memperbesar jarak antara molekul/rantai polimer.


Efek yang paling terlihat dari Plasticizers adalah penurunan dari viskositas,
dan penurunan dari modulus elastis dari lelehan, sehingga meningkatkan
respon elastik terhadap gaya yang diterima. Pengaruh dari Plasticizers
terhadap polimer akan bergantung pada konsentrasi, dan kompatibilitas [2].
Sehingga penambahan plasticizers dapat meningkatkan processablity dari
polimer, dan menghasilkan produk yang memiliki kekakuan yang rendah
dibandingkan dengan produk tanpa plasticizers.
Lubricants

Lubricants umumnya bekerja secara internal, dan dalam beberapa kasus,


lubricants menjadi faktor efektif dalam meningkatkan mobilitas dari struktur
yang sangat ‘gelatin’ seperti PVC dapat meleleh. Secara external, lubricants
berfungsi dalam mempermudah pergerakan lelehan dan memperhalus
interface antara lelehan dengan mesin [2]. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
lubricants berpengaruh dalam menurunkan viskositas dari suatu lelehan
polimer dan mempermudah pemrosesan. Adanya lubricants juga
mempermudah suatu lelehan untuk bergerak dari satu tempat ke tempat
lainnya. Lubricants membuat suatu produk polimer memiliki sifat “gelatin
like” pada produk akhirnya.

Fillers

Gambar 2.3. Efek Penambahan Filler terhadap Viskositas Polimer [2]


Fillers dapat meningkatkan viskositas dari lelehan polimer. Salah satu
persamaan yang terkenal, untuk menjelaskan hubungan antara viskositas dan
konsentrasi filler adalah persamaan Maron-Pierce Relationship [2] :

𝑐
𝜂𝑐 /𝜂𝑜 = [1 − ( )]−2
𝑐𝑜

Dimana :

𝜂𝑐 = Viskositas pada konsentrasi volume c

𝜂𝑜 = Viskositas dari resin

𝑐𝑜 = Konsentrasi volume dari close packing.

Penambahan fillers akan menurunkan processability dari suatu polimer. Hal


ini dikarenakan penambahan fillers akan meningkatkan ketahanan terhadap
tarikan, sehingga akan sulit dalam pemrosesan. Fillers umumnya jarang
digunakan secara utuh, namun diberi tambahan seperti dispersing aids,
grafting agents and sizes, yang masing-masing memiliki efeknya tersendiri
terhadap rheology. Sedangkan produk akhir yang dihasilkan akan
bergantung dari jenis fillers yang diberikan, umumnya fillers saat ini
digunakan untuk meningkatkan kekakuan produk, ketahanan terhadap api.
Saat ini terus dikembangkan jenis fillers yang dapat mempermudah
processablity, service performance dan menurunkan harga [1].
2.3 Pengaruh Viskositas terhadap Pemrosesan Polimer
Tabel 2.1 Parameter Viskositas terhadap Pemrosesan Polimer

Viskositas Viskositas
Faktor
Tinggi Rendah
Energi
+ -
Pemrosesan
Kemampuan
- +
Mixing
Kemampuan
- +
Cetak
Prediksi
- +
Kekuatan
Kemampuan
Tergantung
Proses
Kemampuan proses akan bergantung pada jenis proses yang dilakukan.
Tabel 2.2 Pengaruh Viskositas terhadap Jenis Proses

Jenis Proses Viskositas


Thermoforming
Ekstrusi
Blow Molding
Kompresi

Injeksi
Casting
2.4 Metode Penentuan Viskositas Polimer
a. Metode Bola Jatuh
Dalam pengujian bola jatuh, suatu material padat akan dijatuhkan
melewati suatu fluida yang memiliki viskositas. Setelah beberapa waktu dari
penjatuhan awal, material padat akan mulai memiliki Terminal velocity yang
seragam ketika gaya gravitasi seimbang dengan resistansi viskositas dari
fluida. Dengan mengukur terminal velocity terminal velocity dari material
padat tersebut, dapat ditentukan viskositas dari fluida. Dalam percobaan ini,
bentuk dan ukuran apapun dari material padat dapat digunakan, namun bola
lebih disukai karena perhitungan yang lebih mudah [1].
Terminal velocity merupakan kecepatan tertinggi yang dapat dicapai
oleh suatu material padat ketika material jatuh melewati suatu medium yang
memiliki viskositas [3].

Gambar 2.4. Falling Ball Viscometer [1]


Jika pergerakan bola cenderung lambat maka inersia dapat diabaikan. Dalam
kondisi ini, diasumsikan bahwa tidak ada ruang kosong dalam fluida, dan
resistansi viskositas terhadap pergerakan dari bola dengan kecepatan tertentu
akan setara dengan driving force yang merupakan perbedaan dari densitas
antara bola dengan fluida. Prinsip ini dikenal dengan Stoke’s law yang dapat
dinyatakan sebagai berikut [1] :
Dimana
𝜂 = Viskositas Fluida
𝜌 = Densitas Fluida
𝜎 = Densitas Material Padat (bola)
𝑟 = Jari-Jari bola
𝑔 = Kecepatan gravitasi

Sehingga viskositas dari suatu fluida dapat dicari dengan persamaan [1] :
2𝑔𝑟 2 (𝜎 − 𝜌)
𝜂=
9 𝜋𝑣
b. Cannon-Ubbelohde Dilution Viscometer

Dapat digunakan untuk mengukur viskositas dari polimer. Ukuran


molekul dan bentuk molekul yang besar dari polimer dapat dikorelasikan dengan
kinematic viscosity yang diukur dengan menggunakan lelehan polimer. Cannon-
Ubbelohde Dilution Viscometer memiliki reservoir yang besar sehingga
memungkinkan polimer untuk dicairkan beberapa kali.

Gambar 2.5. Cannon-Ubbelohde Dilution Viscometer [3]


c. Coaxial Cylinder Visco 88 Viscometer

Alat yang digunakan memiliki inner cylinder (rob) yang memiliki jari-jari R1
dan tinggi sebesar h, serta outer cylinder yang memiliki jari-jari R2. Bagian luar
silinder kemudian akan diisi dengan sampel, dan inner cylinder diputar dengan
kecepatan konstan. Torsi yang dihasilkan diukur melalui defleksi sudut dari inner
cylinder yang dihubungkan dengan kawat. Kecepatan dari outer cylinder dapat
divariasikan untuk memperoleh data perubahan viskositas dari fluida terhadap
shear rate. Standar yang digunakan untuk pengujian ini adalah DIN 53019..

Gambar 2.6. Coaxial Cylinder Visco 88 Viscometer [1]


d. Rotating/Parallel Disk Viscometers

Gambar 2.7. Rotating/Parallel Disk Viscometers [1]


Rotating/Parallel Disk Viscometers terdiri dari sebuah disk yang diputar
didalam sebuah silinder yang terhubungn dengan dua cetakan pada bagian atas
dan bawah dan dalam temperature tertentu serta tekanan akibat kedua cetakan
tersebut. Perry et al mendesain Parallel Disk Viscometers yang dapat dipasang
secara langsung pada mesin injection molding. Sampel yang akan diuji diletakan
ditengah, mengisi cavity antara dua cetakan, kemudian alat akan diputar.
Perubahan viskositas pada fluida akan berdampak pada cetakan yang
menekannya, sehingga dapat terukur perubahan viskositas pada fluida sebagai
efek dari waktu dan pengaruh temperature.

2.5 PVA, Boraks ,dan Gliserol

Gambar 2.8. Molekul PVA [4]


Air dapat digunakan untuk melarutkan PVA karena pada PVA
terdapat gugus –OH yang bersifat polar sehingga air yang juga bersifat polar
dapat melarutkan PVA. Cara untuk mensintesis PVA adalah dengan hidrolisis
yaitu pemotongan dengan air. PVA sendiri merupakan hasil dari hidrolisis
dari polyvinyl acetat yang membuat asetat terlepas dari struktur utamanya. Hal
ini berbeda dengan polimer lain karena pada polimer lain digunakan metode
polimerisasi.Metode lainnya yang dapat digunakan untuk mensintesis PVA
adalah dengan penambahan alcohol.

Gambar 2.9. Struktur Molekul Boraks [4]

Gambar 2.10. Interaksi Antara Boraks dan PVA [4]


Gambar 2.11. Interaksi Antara PVA dan Gliserol [4]
BAB III
METODOLOGI

3.1 Prosedur
Pengukuran densitas kelereng dengan jangka sorong dan
timbangan digital

mulai

Penimbangan Massa Kelereng

Pengukuran diameter kelereng dengan jangka sorong

4
𝑉= 𝜋𝑅3 dimana R= Jari-jari kelereng
3
𝑚
𝜌=
𝑣

Data densitas kelereng

Selesai
Pengukuran viskositas larutan dengan metode bola jatuh

Mulai

Sembilan larutan PVA, larutan PVA + Boraks, Larutan PVA +


Gliserol disiapkan pada gelas

Masukan salah satu larutan dalam gelas ukur 100 ml. Ukur
ketinggian larutan dari dasar gelas hingga batas 100 ml

Jatuhkan kelereng dalam gelas ukur berisi larutan

Waktu tempuh kelereng hingga dasar gelas diukur dengan


menggunakan stopwatch

Catat data ketinggian saat terminal velocity dan waktu yang


diperlukan hingga dasar gelas

selesai

3.2 Data Praktikum

Tabel 3.1 Densitas Larutan


Densitas PVA + Densitas PVA + Densitas
PVA 3 3
(g/cm ) Gliserol (g/cm ) Boraks (g/cm3)
10% 1014000 10% 1030400 0.50% 990400
12.50% 1005000 15% 1020000 1% 986000
15% 1015000 20% 1023000 2% 970000
Tabel 3.2 Massa dan Dimensi Kelereng

Massa
Diameter (m) Volume (m3)
Kelereng (Kg)
Kelereng 1 0.00588 0.001647 2.33926 x 10-9
Kelereng 2 0.00555 0.00164 2.30956 x 10-9
Kelereng 3 0.00565 0.001637 2.29691 x 10-9

Tabel 3.3 Viskositas Larutan PVA

Larutan PVA
Konsen
trasi Densitas
No Jarak Wakt Terminal Viskositas
Larutan Kelereng
(m) u (s) Velocity (m/s) (Poise)
PVA (Kg/m3)
(%)
31.6422312
1 10 2513610 0.11 1.57 0.070064
8
137.079695
2 12.5 2513610 0.13 7.99 0.01627
1
704.676501
3 15 2513610 0.15 47.71 0.003144
4
Tabel 3.4 Viskositas Larutan PVA + Boraks

Larutan PVA+Boraks
Konsen
No trasi Densitas Kelereng Jarak Wakt Terminal Viskositas
Boraks (Kg/m3) (m) u (s) Velocity (m/s) (Poise)
(%)
7.76514369
1 0.5 2403050 0.16 0.6 0.266667
9
32.3257736
2 1 2403050 0.16 2.49 0.064257
2
215.5 3236.68805
3 2 2403050 0.14 0.000649
8 5

Tabel 3.5 Viskositas Larutan PVA + Gliserol

Larutan PVA + Gliserol


Densitas Terminal
No Konsentrasi Jarak Waktu Viskositas
Kelereng Velocity
Gliserol (%) (m) (s) (Poise)
(Kg/m3) (m/s)
1 10 2459823 0.14 7.41 0.018893 110.4978181
2 15 2459823 0.12 19.91 0.006027 348.9006483
3 20 2459823 0.12 20.03 0.005991 350.265863

Berdasarkan data yang diperoleh pada percobaan, dapat diperoleh perbandingan


konsentrasi PVA terhadap penambahan aditif dan viskositas sebagai berikut :
Tabel 3.6 Konsentrasi Larutan dan Viskositas pada Masing-Masing Larutan

Konsentrasi Larutan PVA (%) Viskositas (Pa.S)

10 31.64223
12.5 137.0797
15 704.6765
PVA + Boraks 0.5 % 7.765144
10 PVA + Boraks 1% 32.32577
PVA + Boraks 2% 3236.688
PVA + Gliserol 10% 110.4978
15 PVA + Gliserol 15% 348.9006
PVA + Gliserol 20% 350.2659

Dari data yang diperoleh pada percobaan, dapat diperoleh kurva konsentrasi terhadap
viskositas pada masing-masing larutan, sebagain berikut :

Larutan PVA
800
700
600
Viskositas (Pa. S)

500
400
300
200
100
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Konsentrasi PVA (%)

Gambar 3.1 Kurva Viskositas terhadap Konsentrasi pada Larutan PVA


Larutan PVA +Boraks
3500
3000
2500
Viskositas (Pa. S)

2000
1500
1000
500
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
-500
Konsentrasi Boraks (%)

Gambar 3.2 Kurva Viskositas terhadap Konsentrasi pada Larutan PVA + Boraks

Kurva Viskositas Larutan PVA +


400
Terhadap Konsentrasi Gliserol
350
Viskositas (Pa. S)

300
250
200
150
100
50
0
0 5 10 15 20 25
Konsentrasi Gliserol (%)

Gambar 3.3 Kurva Viskositas terhadap Konsentrasi pada Larutan PVA + Gliserol
BAB IV
ANALISIS DATA

Berdasarkan data hasil percobaan pada tabel 2.3, dapat diamati pengaruh
penambahan konsentrasi PVA dalam larutan PVA terhadap perubahan viskositas.
Dari data yang diperoleh, kenaikan konsentrasi akan menaikan viskositas dari suatu
larutan. Hal ini juga dibuktikan pada gambar 2.1 yang menunjukan kenaikan
viskositas seiring dengan kenaikan konsentrasi PVA. Dalam suatu larutan terdapat
zat terlarut dan pelarut. Dalam larutan PVA, PVA berperan sebagai zat terlarut.
Kenaikan konsentrasi zat terlarut dalam suatu larutan, akan menaikan kepadatan
dalam larutan tersebut karena zat terlarut akan memiliki kerapatan yang lebih tinggi
dari zat pelarut. Selain itu kenaikan konsentrasi artinya akan semakin banyak molekul
per satuan volume dalam suatu larutan. Kenaikan kerapatan akan menurunkan free
volume dan mobilitas gerak dalam rantai-rantai polimer penyusun. Akibatnya rantai-
rantai polimer akan sulit untuk bergerak dan ketahanan suatu fluida terhadap gaya
gesek akan meningkat. Hal ini sesuai dengan teori Falkenhagen Relation [1] yang
merumuskan hubungan antara konsentrasi dari zat terlarut terhadap viskositas larutan,
saling berbanding lurus, artinya kenaikan konsentrasi zat terlarut akan proporsional
terhadap kenaikan viskositas larutan

Berdasarkan data hasil percobaan pada tabel 2.4 dapat diamati pengaruh
penambahan boraks pada larutan PVA pada berbagai konsentrasi dengan perubahan
viskositas. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi boraks yang
ditambahkan, akan semakin tinggi kenaikan viskositas dari larutan tersebut. Ketika
boraks ditambahkan kedalam larutan PVA, boraks dengan PVA akan membentuk
crosslinking. Skema crosslinking yang terbentuk dapat dilihat pada bab II teori dasar.
Crosslinking merupakan ikatan yang kuat dan oleh karena itu akan menurunkan
fleksibilitas rantai. Hal inilah yang membuat ketahanan suatu larutan terhadap gaya
gesek akan meningkat dan cenderung mempertahankan posisi dari larutan tersebut.
Namun jika viskositas dari penambahan boraks kemudian dibandingkan dengan
viskositas larutan PVA 10%, maka diperoleh kesimpulan bahwa pada penambahan
0,5% boraks justru menurunkan viskositas, namun pada penambahan 1 dan 2%
menaikan viskositas larutan dengan drastic. Hal ini dikarenakan terdapat konsentrasi
tertentu yang diperlukan untuk memicu crosslinking yang kuat antara boraks dan
PVA. Jika konsentrasi tersebut belum tercapai maka penambahan boraks justru dapat
memperbesar free volume akibat adanya pengkutuban [2]. Selain itu, pada konsentrasi
1 dan 2 %, larutan sangat sulit untuk dimasukan kedalam gelas ukur, dan
menyebabkan adanya rongga-rongga udara dalam larutan ketika dimasukan kedalam
gelas ukur. Sedangkan perhitungan viskositas diasumsikan bahwa tidak adanya
rongga udara dalam larutan. Rongga udara menghambat pergerakan padatan karena
memiliki terkanan tertentu sehingga akan sulit bagi kelereng untuk menembus rongga
udara dalam larutan. Hal ini juga dapat berdampak pada kenaikan viskositas yang
sangat drastis pada larutan PVA + Boraks. Selain itu, karena PVA dan Boraks
memiliki gugus polar sehingga ketika terdapat molekul air, dapat terjadi peristiwa
swelling. Molekul air dapat masuk ketika proses pengeringan gelas ukur yang tidak
bersih. Swelling akan menurunkan mobilitas gerak dan polimer akan membentuk “gel
like” sehingga terjadi kenaikan viskositas.

Berdasarkan data hasil percobaan pada tabel 2.5 dapat diamati pengaruh
penambahan gliserol pada larutan PVA pada berbagai konsentrasi dengan perubahan
viskositas. Pada data yang diperoleh, percobaan 2 dan 3 tidak memiliki perubahan
yang besar terhadap viskositas dari larutan. Sedangkan data percobaan pertama
memiliki perbedaan dengan percobaan 2 dan 3. Berdasarkan teori, gliserol berperan
sebagai plasticizers. Gliserol akan masuk kedalam rongga antar rantai polimer pada
bagian amorf. Gliserol akan memperbesar jarak antar rantai sehingga memperlemah
ikatan antar rantai pada larutan PVA. Sehingga ketika menerima gaya geser, rantai
akan lebih mudah bergerak dan menurunkan ketahanan fluida terhadap gaya geser
sehingga viskositas seharusnya turun. Pada hasil pengujian, hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan teori tersebut melainkan viskositas PVA naik jika dibandingkan
dengan viskositas larutan PVA 15%, viskositas yang terukur justru naik dari
viskositas PVA 15%. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama
kesalahan praktikan dalam menentukan terminal velocity, hal ini dikarenakan
terminal velocity hanya berdasarkan perkiraan kasat mata, dan pengukuran dilakukan
secara manual. Sehingga terdapat gap antara waktu yang sebenarnya dengan waktu
ketika kelereng mencapai terminal velocity dan mencapai dasar gelas ukur. Gap ini
juga terjadi pada pengukuran jarak ketika kelereng mencapai terminal velocity.
Terminal velocity berbanding terbalik dengan viskositas, semakin besar gap
pencatatan waktu, semakin kecil terminal velocity yang artinya akan semakin besar
nilai viskositas. Kedua adanya gelembung udara ketika larutan dimasukan kedalam
gelas ukur. Gelembung udara akan menghambat pergerakan dari kelereng karena
memiliki tekanan tertentu sehingga dibutuhkan usaha lebih bagi kelereng untuk
melewati gelembung udara, selain itu persamaan yang diturunkan untuk menghitung
viskositas merupakan asumsi bahwa tidak ada gelembung dalam larutan, sehingga
ketika terdapat gelembung, perhitungan menjadi kurang akurat. Ketiga, gaya yang
diberikan oleh kelereng tidak cukup kuat untuk merusak ikatan hydrogen antara PVA
dan gliserol. Walaupun berukuran kecil dan berperan sebagai plasticizers gliserol
memiliki potensi untuk berikatan hydrogen dengan PVA. Ikatan ini mudah terputus
apabila menerima beban tarik ataupun slip, hal ini seperti yang dijelaskan pada
gambar 2.11 teori dasar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1 Pengaruh konsentrasi PVA terhadap viskositas larutan dapat dilihat pada
tabel 3.3 dan gambar 3.1
2 Pengaruh penambahan Gliserol terhadap viskositas larutan PVA dapat
dilihat pada tabel 3.6
3 Pengaruh penambahan Boraks terhadap viskositas larutan PVA dapat
dilihat pada tabel 3.6
5.2 Saran

Guna menunjang hasil pengujian yang lebih baik, sebaiknya digunakan alat
untuk mengukur terminal velocity pada saat pengujian. Misalnya sensor, ataupun
kamera untuk merekam bagaimana peristiwa bola jatuh, sehingga terminal velocity
tidak hanya berdasarkan asumsi saja.
Daftar Pustaka

[1] D. S. Viswanath, Viscosity of Fluids (Theory, Estimation, Experiment, and Data),


Columbia: Springer, 2007.

[2] F. N. Cogswell, Polymer Melt Rheology, Cambridge: Woodhead Publishing


Limited, 2003.

[3] https://www.researchgate.net/figure/Figure-1-Chemical-structure-of-polyvinyl-
alcohol-PVA-1_fig1_323808560 (Diakses pada 27 Februari 2019)

[4] http://web.mit.edu/nnf/research/ere/ere.html, "Extensional Rheology Experiment,"


International Congress of Rheology, vol. 1, no. 1, p. 1, 2000.
LAMPIRAN

Tugas Setelah Praktikum

1. Selain konsentrasi serta aditif, jelaskan parameter proses lain yang dapat
mempengaruhi viskositas polimer
2. Apabila di dalam larutan PVA ditambahkan aditif berupa bahan pengisi
(fillers) apakah terjadi perubahan viskositas pada larutan PVA ? Jelaskan
fungsi filler beserta mekanisme perubahan viskositas pada larutan PVA
3. Apa yang dimaksud dengan extensional viscosity ? Apa perbedaannya dengan
sehar viscosity dan aplikasinya dalam pemrosesan polimer ?

Jawab

1. Parameter proses lainnya yang dapat mempengaruhi viskositas polimer yaitu


temperatur, tekanan dan konsentrasi larutan.
Temperatur
Seiring dengan bertambahnya panas yang diberikan pada polimer, molekul
dalam polimer akan semakin bervibrasi dengan kuat. Akibat dari vibrasi
molekul ini, akan terjadi peningkatan mobilitas. Peningkatan mobilitas berarti
molekul akan semakin mudah bergerak, dan cenderung tidak mempertahankan
posisinya ketika diberi gaya atau dengan kata lain akan menurunkan
viskositas dari polimer.
Gambar 1 Pengaruh Temperatur terhadap Viskositas Polimer [2]
Tekanan
Berkebalikan dengan temperatur, kenaikan tekanan akan mengurangi free
volume dan mobilitas molekul sehingga mengakibatkan kenaikan dari
viskositas. Walaupun dalam beberapa jurnal mengatakan bahwa fluida bersifat
inkompresibel, namun telah terbukti bahwa 1000 atm akan menaikan
viskositas dari suatu lelehan polimer sebanyak pengurangan viskositas dari
kenaikan 50℃ [2]
Konsentrasi Larutan
Kenaikan konsentrasi dari suatu larutan artinya akan semakin banyak molekul
persatuan volume yang berada pada suatu larutan. Semakin banyak molekul
dalam suatu larutan akan menaikan interaksi antar molekul, menurunkan free
volume dan mobilitas gerak dari molekul. Sehingga semakin tinggi
konsentrasi suatu larutan makan akan menaikan viskositas dari larutan
tersebut [2].
2. Penambahan fillers akan turut mempengaruhi viskositas dari suatu larutan.
Gambar 2. Efek Penambahan Filler terhadap Viskositas Polimer [2]

Fillers dapat meningkatkan viskositas dari lelehan polimer. Salah satu


persamaan yang terkenal, untuk menjelaskan hubungan antara viskositas dan
konsentrasi filler adalah persamaan Maron-Pierce Relationship [2] :

𝑐
𝜂𝑐 /𝜂𝑜 = [1 − ( )]−2
𝑐𝑜

Dimana :

𝜂𝑐 = Viskositas pada konsentrasi volume c


𝜂𝑜 = Viskositas dari resin
𝑐𝑜 = Konsentrasi volume dari close packing.

Penambahan fillers akan menurunkan processability dari suatu


polimer. Hal ini dikarenakan penambahan fillers akan meningkatkan
ketahanan terhadap tarikan, sehingga akan sulit dalam pemrosesan. Fillers
umumnya jarang digunakan secara utuh, namun diberi tambahan seperti
dispersing aids, grafting agents and sizes, yang masing-masing memiliki
efeknya tersendiri terhadap rheology. Sedangkan produk akhir yang
dihasilkan akan bergantung dari jenis fillers yang diberikan, umumnya fillers
saat ini digunakan untuk meningkatkan kekakuan produk, ketahanan terhadap
api. Saat ini terus dikembangkan jenis fillers yang dapat mempermudah
processablity, service performance dan menurunkan harga [1].

3. Extensional Viscosity merupakan viskositas dari lelehan polimer ketika


lelehan polimer menerima extensional stress murni atau dengan kata lain tidak
ada shear. Umumnya terjadi ketika pemrosesan polimer, dimana lelehan
kemudian ditarik menuju cetakan.

Gambar 3. Extensional Flow [1]


Perbedaan utama dengan shear viscosity adalah tidak adanya shear, selain itu
shear viscosity mempelajari bagaimana aliran dari suatu lelehan polimer
ketika kontak dengan benda padat seperti cetakan sedangkan extensional
viscosity diukur ketika lelehan polimer tidak lagi kontak dengan benda padat,
melainkan telah keluar dan dapat diamati apakah lelehan polimer tersebut
divergen atau converge ketika keluar dari cetakan. Aplikasi dari extension
flow contohnya pada pembuatan serat, ataupun ketika lelehan polimer ditarik
oleh winder, dalam proses tersebut penting untuk mengetahui extensional
viscosity karena dapat menyebabkan kerusakan pada polimer.
Gambar 4 Extensional dan Shear flow [4]

Anda mungkin juga menyukai