Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN LENGKAP

PESAWAT ATWOOD

DISUSUN OLEH:

SADDHAM ZAINAL (09120210130)


MOH.RAUF (09120210131)

RIZKY KURNIATI (09120210133)


ANI (09120210134)

KELOMPOK : III A / 3
JURUSAN TEKNIK
INDUSTRI

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2022
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sains dan teknologi menjadi dua hal penting pada abad 21 ini. Sains yang
terdiri dari fisika, kimi dan biologi merupakan landasan penting dalam
pembangunan. Fisika adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji benda-benda
yang yang ada di alam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam tersebut secara fisik
dan mencoba merumuskannya secara matematis sehingga dapat dimengerti secara
pasti oleh manusia untuk kemanfaatan umat manusia lebih lanjut. (Prihandono,
2011)
Salah satu cabang ilmu fisika yang dipeljari di universitas adalah fluida.
Fluida memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena manusia
meminum, menghirup bahkan berenang didalam fluida.
Viskositas merupakan salah satu materi fluida statis yang dipelajari saat
perkulihan fisika dasar. Viskositas merupakan gesekan yang terjadi diantara
lapisan-lapisan yang bersebelahan di dalam fluida. Viskositas pada gas
diakibatkan oleh tumbukan antar molekul gas sedangkan viskositas pada zat cair
terjadi akibat adanya gaya-gaya kohesi antar molekul zat cair. (Giancoli,2014 )
Viskositas merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi
pelumas. Viskositas dapat diukur dengan metode bola jatuh, namun metode ini
memiliki kekurangan. Dari kekurangan ini dibuatlah viskometer rotasi berbasis
mikrokontroler. Rancang bangun alat ini menggunakan motor DC dengan rotary
encoder, mikrokontroler ATMega16 dan LCD sebagai tampilannya. Pengambilan
data menggunakan oli baru dan oli bekas dengan kode kekentalan SAEV20W-50.
Hasil pengukuran oli tersebut adalah oli baru viskositasnya lebih tinggi
dibandingkan dengan oli bekas. Semakin encer sebuah oli maka hambatan yang
terjadi pada putaran motor DC semakin berkurang. Namun hasil ini belum
menunjukkan nilai pasti viskositas dari oli tersebut. Alat yang digunakan belum
dikalibirasi, karena untuk sampai dapat dikalibirasi alat ini masih perlu banyak
perbaikan.

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1.2 Tujuan Percobaan

1.2.1 Tujuan Instruksi Umum (TIU)


1. Kami dapat menggunakan prinsip keseimbangan gaya stokes, gaya
apung dan gaya berat pada suatu benda dalam fluida.
2. Kami dapat mengamati pengaruh gesekan yang dialami oleh suatu
benda yang bergerak dalam fluida yang disebabkan oleh fluida
tersebut.
3. Kami dapat menerapkan faktor koreksi pada laju bola yang jatuh.
4. Kami dapat menentukan Viskositas Fluida.
1.2.2 Tujuan Instruksi Khusus (TIK)
1. Kami dapat memahami konsep Fisika / mekanika mengenai kekentalan
(viskositas)
2. Kami dapat memahami bahwa gesekan yang dialami oleh suatu benda
yang bergerak dalam fluida adalah disebabkan oleh kekentalan fluida
tersebut.

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Viskositas fluida

Viskositas (kekentalan) berasal dari kata viscou, suatu bahan apabila


dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dahulu menjadi viscous yaitu menjadi
lunak dan dapat mengalir pelan-pelan. Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan
di bagian dalam (internal) suatu fluida. Jika sebuah benda berbentuk bola
dijatuhkan ke dalam fluida kental, misalnya kelereng di jatuhkan ke dalam kolam
renang yang airnya cukup dalam, nampak mula-mula kelereng bergerak
dipercepat. Tetapi beberapa saat setelah menempuh jarak cukup jauh, nampak
kelereng bergerak dengan kecepatan konstan (bergerak lurus beraturan). Ini
berarti bahwa di samping gaya berat dan gaya apung zat cair masih ada gaya lain
yang bekerja pada kelereng tersebut.
Setiap zat cair memiliki kekentalan atau viskositas. Kekentalan yang dimiliki
setiap zat berbeda-beda, hal ini bergantung pada konsentrasi dari zat cair atau
fluida tersebut. Viskositas suatu fluida juga dipengaruhi oleh suhu. Unsur gas
memiliki nilai viskositas yang mudah berubah terhadap perubahan suhu. Adanya
zat makro molekul akan menaikkan viskositas larutan bahkan pada konsentrasi
ren dahpun, efeknya besar, karena molekul besar mempengaruhi aliran pada jarak
jauh. Pada konsentrasi rendah, viskositas larutan berhubungan dengan viskositas
pelarut murni.
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan
gesekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan
yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan
sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang
tinggi. Pada hukum aliran viskos, Newton menyatakan hubungan antara gaya-
gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai geseran dalam (viskositas) fluida
adalah konstan sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk
fluida Newton, dimana perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan
geser

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
(g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas.

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Viskometer merupakan peralatan yang digunakan untuk mengukur viskositas
suatu fluida. Model viskometer yang umum digunakan berupa viskometer bola
jatuh, tabung (pipa kapiler) dan sistem rotasi. Viskometer rotasi silinder sesumbu
(concentric cylinder) dibuat berdasarkan 2 standar, sistem, dimana silinder bagian
dalam berputar dengan silinder bagian luar diam dan sistem Couette dimana
bagian luar silinder yang diputar sedangkan bagian dalam silinder diam. Fluida
yang akan diukur ditempatkan pada celah diantara kedua silinder. Fluida (zat alir)
adalah zat yang dapat mengalir, misalnya zat cair dan gas.
Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan dengan hambatan untuk
mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir dengan cepat ada yang dapat
mengalir secara lambat seperti gliserin, madu, dan minyak atau oli karena
memiliki viskositas yang besar. Semakin besar viskositas zat cair, maka semakin
sulit suatu benda bergerak di dalam zat cair tersebut. Di dalam zat cair, viskositas
dihasilkan oleh gaya kohesi antar molekul zat cair. Untuk zat cair yang sangat
kental diperlukan gaya yang lebih kecil. Tingkat kekentalan suatu zat cair juga
bergantung pada suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, maka semakin kecil
kekentalan zat cair tersebut.
Viskositas menetukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya
gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat
ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti suhu, gaya tarik antar molekul, dan ukuran serta jumlah
molekul terlarut. Nilai kuantitatif dari viskositas dapat dihitung dengan
membandingkan gaya tekan per satuan luas terhadap gradien kecepatan aliran
fluida. Fluida, baik zat cair maupungas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda beda. Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan di
bagian dalam (internal) suatu fluida (Lubis, 2018).
Koefisien viskositas secara umum diukur dengan dua metode :
a. Metode Viskometer Ostwald
Viskometer Ostwald adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengalirnya
sejumlah tertentu cairan dicatat, dan η dihitung dengan hubungan :

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

π(∆p)R4t
η= 8vl
……………… ………………………………….…...…….……....(4.2.1)

Keterangan:
η = Koefisien viskositas (Ns/m2), ∆p = Perbedaan tekanan (P a), v =
Kelajuan relatif (m/s), ι = Panjang pipa (mm).
Umumnya koefisien viskositas dihitung dengan membandingkan laju aliran
cairan dengan laju aliran koefisien viskositasnya diketahui. Hubungan itu adalah:

n1 = d1t1 .………………..…………..……..….…………..(4.2.2)
n2 d2t2 …

Keterangan:
η = Koefisien viskositas (Ns/m2), d = Diameter bola (mm), t = Tinggi bola.
b. Metode Bola Jatuh
Metode bola jatuh menyangkut gaya gravitasi yang seimbang dengan
gerakan aliran pekat dan hubungannya adalah :
2 r b2 ……………………............................................(4.2.3)
= )g...……...
η b−d
(d
9v

Keteranagn :
η =koefisien viskositas (Ns/m2), r = jari-jari (cm), db = diameter bola (mm),
v = volume benda (m3), b = bola jatuh, g = gravitasi (N/m)
Apabila digunakan metode perbandingan, kita dapatkan

η1 (db− d1)t1
=
η2
……………………,
(db− d2)t2 …...……………………………….……….…(4.2.4)
Keteranga :
η = Koefisien viskositas (Ns/m2), t = Tinggi bola (cm), db = Diameter bola

(mm).

2.2 Hukum Stokes

Hukum Stokes “Bila sebuah bola bergerak dalam suatu fluida yang diam
terhadap bola itu akan bekerja gaya gesekan yang arahnya berlawanan dengan
arah gerak bola tersebut”. Benda yang jatuh memiliki kecepatan yang makin
lama makin besar bila kecepatan benda jatuh makin besar. Sehingga pada satu
VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
titik akan didapat kesetimbangan yang menyebabkan kecepatan benda tersebut
akan tetap”.
Hukum Stokes adalah persamaan matematis yang mengekspresikan kecepatan
pengendapan partikel bola kecil dalam medium fluida. Hukum, yang pertama kali
ditetapkan oleh ilmuwan Inggris Sir George G. Stokes pada tahun 1851,
diturunkan dengan mempertimbangkan gaya yang bekerja pada partikel tertentu
saat ia tenggelam melalui kolom cair di bawah pengaruh gravitasi. Hukum Stokes
menemukan penerapan di beberapa daerah, khususnya yang berkaitan dengan
pengendapan sedimen dalam air tawar dan dalam pengukuran viskositas cairan.
Hukum Stokes adalah dasar dari viskometer jatuh-bola, di mana cairan itu diam di
tabung kaca vertikal. Sebuah bola dengan ukuran dan kerapatan yang diketahui
diizinkan turun melalui cairan. Jika dipilih dengan benar, ia mencapai kecepatan
terminal, yang dapat diukur pada waktu yang diperlukan untuk melewati dua
tanda pada tabung.

Penginderaan elektronik dapat digunakan untuk cairan buram. Mengetahui


kecepatan terminal, ukuran dan kerapatan bola, dan kerapatan cairan, hukum
Stokes dapat digunakan untuk menghitung viskositas fluida. Jika benda bergerak
dalam fluida yang memiliki viskositas, akan terjadi gaya gesek antara benda dan
fluida. Gaya tersebut dinamakan gaya stokes. Jika benda yang bergerak dalam
fluida tersebut berbentuk bola, besarnya gaya stokes dirumuskan sebagai berikut:

FS = 6𝜋𝜂 𝑟𝑣 ……………………………………………...…….….(4.2.5)
……………

Keterangan :
Fs = Gaya stokes (N), η = Koefisien viskositas (Ns/m2), r= Jari-jari bola (m),

v= Kecepatan relatif bola terhadap fluida (m/s).

2.3 Persamaan Poiseuille

Disebut persamaan Poiseuille, karena persamaan ini ditemukan oleh almarhum


Jean Louis Marie Poiseuille (1799-1869). Seperti yang telah dijelaskan, setiap
fluida bisa dianggap sebagai fluida ideal. Fluida ideal tidak mempunyai viskositas
atau kekentalan. Jika kita mengandaikan suatu fluida ideal mengalir dalam sebuah

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
pipa, setiap bagian fluida tersebut bergerak dengan laju (v) yang sama. Berbeda
dengan fluida ideal, fluida riil alias fluida yang kita jumpai dalam kehidupan
sehari- hari mempunyai viskositas.
Karena mempunyai viskositas, maka ketika mengalir dalam sebuah pipa,
misalnya, laju setiap bagian fluida berbeda-beda. Lapisan fluida yang berada
tengah-tengah bergerak lebih cepat (v besar), sebaliknya lapisan fluida yang
nempel dengan pipa tidak bergerak alias diam (v = 0). Fluida yang tidak
mempunyai viskositas tidak membutuhkan gaya untuk mengalir. Fluida yang
mempunyai viskositas memerlukan gaya untuk mengalirkannya untuk melawan
gaya gesek antara berbagai lapisan itu. Akibatnya, debit fluida tidak hanya
bergantung pada luas penampang dan kecepatan fluida mengalir. Debet fluida
mengalir bergantung pada koefisien kekentalan, jari-jari pipa, dan perbedaan
tekanan antara ujung-ujung pipa per satuan panjang (gradien tekanan). Bila debit
fluida Q, perbedaan tekanan
∆𝑃, panjang pipa l, dan jari-jari pipa r, hubungan berbagai besaran tersebut dapat
dituliskan dengan k adalah bilangan tanpa dimensi. Dengan analisis dimensi
diperoleh persamaan:

𝜋𝑟4∆𝑃
Q=
…… ………………………………………………...……(4.2.6)
8η𝑙

Keterangan : Q=Debit fluida (m3), η = Koefisien viskositas (Ns/m2), ∆P =


Perbedaan tekanan (Pa), l= Panjang pipa (m), r = Jari-jari pipa (mm).

2.4 Berat dan Massa

Berat sebuah benda adalah gaya gravitasional yang dilakukan bumi padanya
berat termasuk gaya, karena itu merupakan besaran vektor. Arah dari vektor ini
adalah arah dari gaya gravitasional, yaitu meuju kepusat bumi. Besar berat
dinyatakan sebuah gaya, seperti misalnya pon atau newton. Jika sebuah beda
bermassa m dibiarkan jatuh bebas, percepatannya adalah percepatan gravtasi g
dan gaya yang bekerja padanya adalah gaya berat w jika kedua newton kedua:

F= ………………..……...........................................(4.2.7)
Keterangan :

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
f = Frekuensi (Hz), ma = Arus listrik (A)

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Diterapkan pada benda yang sedang jatuh bebas, maka diperoleh :

W= m.g
……………………… …………………………………..........................(4.2.8)

Keterangan : w = Berat suatu benda (kg) m g = Massa g = Gravitasi


W dan g adalah besar vektor berat dan vektor percepatan. Untuk mencegah
agar benda jangan jatuh, harus ada gaya ke atas yang besarnya sama dengan W
upaya gaya netto sama dengan nol. Telah disebutkan sebelumnya bahwa secara
eksperimen telah diketahui bahwa harga g untuk sebuah benda di tempat yang
sama adalah sama. Dari disini diproleh bahwa perbandingan berat antara dua
benda sama
dengan pebandingan massanya. Karena itu neraca kimia, yang sebetulnya
merupakan alat untuk membandingkan dua gaya yang berarah ke bawah, dapat
juga digunakan untuk membandingkan massa.
Telah kita lihat bahwa berat benda, yaitu tarika ke bawah oleh bumi pada
benda, adalah besaran vektor, sedangkan massa benda adalah besaran skalar.
Hubungan kuantitatif antara berat dan massa diberikan oleh karena g berbeda-
beda dari satu titik ke titik lain di bumi, maka W, yaitu berat benda bermassa m,
berbeda juga untuk tempat yang berbeda. Jadi berat benda bermassa 1kg ditempat
memiliki g = 9,80 m/s2 adalah 9,80 N; ditempat dengan g = 9,78 m/s2, benda yang
sama beratnya hanyalah 9,78 N.
Jika berat ini di ukur dengan mengamati pertambahan panjang pegas dan
mengimbanginya, maka beda berat kilogram yang sama di dua tempat yang
berbeda, tampak jelas dengan adanya sedikit perbedan rentangan pegas di kedua
tempat tersebut. Karena itu berat benda bergantung kepada letak relatifnya
terhadap pusat bumi tidk seperti massa yang merupakan sifat intrinsk benda.
Penunjukan skala neraca pegas, yang menimbang benda yang sama di bagian
bumi yang berbeda, akan memerikan hasil yang berbeda.
Dalam ruang tanpa gravitasi berat benda adalah nol, walaupun inersial, yaitu
massa benda tetap tidak berubah, sama dengan dipermukaan bumi. Dalam
pesawat antariksa yang bebas dari gravitasi, tidak sukar untuk mengangkt balok
besi yang besar (W = 0), tetapi tetap saja antariksawan akan merasa sakit kakinya
harus menendang balok itu (m ≠ 0). Untuk mempercepat benda dalam ruang bebas
gravitasi dibutuhkan gaya yang sama dengan yang dibutuhkan untuk

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
mempercepatnya sepanjang bidang datar licin di permukaan bumi.

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Tetapi untuk mengangkat benda yang sama melawan tarikan bumi dibutuhkan
gaya yang lebih besay di permukaan bumi daripada di tempat yang jauh dari
permukaan bumi karena beratnya berbeda. Seringkali yang diberitahukan bukan
massa benda, melainkan beratnya. Percepatan (a) yang dihasilkan oleh gaya (F)
yang bekerja pada benda yang besar beratnya W dapat diperoleh dengan
menggabungkan persamaan 5.2.15 dan 5.2.16 Jadi dapat diperoleh:

M= W/g …………..……......................………...……......(5.2.9)

Keterangan : w = Berat suatu benda (kg), g = Percepatan gravitasi (m/s2),


m = Massa (s) Sehingga:
F = (W/g)
…………. …..……..............….....………..…………….…(4.2.10)
Keterangan : f = Frekuensi (Hz), w = Berat suatu benda (kg), g =
Percepatan gravitasi (m/s2). Besaran W/g memegang peranan seperti m
dalam persamaan F = Ma dan sesungguhnya tidak lain daripada massa
benda yang beratnya sebesar W.

2.5 Massa Jenis dan Berat Jenis

Massa jenis dapat diartikan sebagai kerapatan suatu zat, yaitu perbandingan
antara massa zat dengan volumenya. Selain itu bahwa pada zat yang sama dengan
wujud yang berbeda memiliki massa jenis yang sama, dan pada zat yang berbeda
massa jenisnya berbeda pula. Massa Jenis adalah pengukuran massa setiap satuan
volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula
massa setiap volumenya.
Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total
volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misal besi)
akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang
memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air). Massa jenis berfungsi untuk
menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satu zat
berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang sama.
Berat jenis bisa berubah-rubah. Pada perhitungan berat jenis kita menekankan
pada berat. Seperti yang kita ketahui berat benda bisa berubah, tergantung dimana
letak benda tersebut berada. sesuai dengan letak benda itu terhadap pusat bumi.

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Hal

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ini disebabkan adanya perbedaan besar gaya gravitasi bumi yang tergantung pada
jarak pusat massa terhadap bumi. Gravitasi di dua tempat tersebut berbeda,
dimana gravitasi di permukaan bumi adalah 9,8 m/s

2.6 Definisi Fluida

Fluida merupakan zat yang dapat berubah bentuk secara terus menerus jika
terkena tegangan geser meskipun tegangan geser itu kecil. Tegangan geser adalah
gaya geser dibagi dengan luas permukaan tempat adanya gaya geser tersebut.
Gaya geser adalah komponen gaya yang menyinggung permukaan. Besar kecilnya
viskositas fluida tergantung pada suhu fluida tersebut. Untuk fluida cairan, makin
tinggi suhunya maka, viskositasnya semakin besar.
Sedangkan identitas atau kerapatan atau suatu fluida dengan didefinisikan
sehingga persatuan volume. Fluida statis (zat alir yang tidak mengalir) dan Fluida
dinamis (zat alir yang mengalir). Fluida statis memberi gambaran tentang tekanan
atau kedalaman di bawah permukaan pada ragam fluida. Hubungan antara tekanan
terhadap ketinggian diatas permukaan laut, sedangkan di bawah permukaan zat
cair dinyatakan dalam sub bab fluida statis. Fluida dinamis memberi gambaran
tentang sifat fluida yang mengalir, baik pada fluida ideal maupun fluida nyata.
Berikutnya, hukum kekalan tenaga termodifikasi diterapkan pada fluida ideal dan
disebut Hukum Bernoulli. Pada fluida statis bentuk cair terdapat 3 parameter yang
perlu kita ketahui. Fluida berbentuk seperti wadah yang ditempatinya, karena
tidak dapat menahan gaya yang bersinggungan dengannya dan tidak dapat
menahan gaya gesek.
Zat padat dapat mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap,
sekalipun suatu gaya yang besar diberikan pada zat padat tersebut. Zat padat tidak
mudah untuk berubah bentuk dan volumenya, itulah mengapa zat padat tidak
dapat dikatakan sebagai fluida. Gas tidak memiliki bentuk maupun volume yang
tetap, karena gas akan berkembang dan mengisi seluruh wadah yang
ditempatinya. Ketiga parameter itu adalah gaya apung (Gaya Archimedes),
tekanan hidrostatis, dan gaya stokes. Gaya apung berhubungan erat dengan massa
jenis fluida, tekanan hidrostatis berhubungan kedalaman benda. Adapun gaya
stokes berhubungan dengam kekentalan zat cair dan kelajuan gerak pada benda

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
yang tenggelam. Fluida, baik zat

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang
berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan antara
molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Dalam menganalisa fluida, sering
diperlukan konsep penyederhanaan. Salah satu konsep demikian adalah konsep
fluida ideal, yaitu fluida yang tak viskous. Anggapan bahwa suatu fluida tidak
viskous sangat menyedarhanakan analisa, dan dalam banyak hal membantu
penyelesaian persoalan-persoalan teknik yang lebih rumit sebagai pendekatan
pertama.
Jika sebuah benda berbentuk bola dan mempunyai rapat massa dilepaskan
pada permukaan zat cair tanpa laju awal, bola tersebut mula-mula akan mendapat
percepatan. Dengan berbentuk besarnya laju bola maka gaya stokes pada bola
tersebut akan bertambah besar pula, sehingga pada suatu ketika bola tersebut akan
bergerak dengan laju konstan, yaitu pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya
berat, gaya apung, dan gaya stokes pada bola tersebut. Fluida yang tegangan
gesernya tidak berbanding lurus dengan laju regangan (ataulaju deformasi
angular) atau dengan hukum pertama Newton tidak berlaku disebut dengan fluida
non- Newtonian.
Suatu gaya F dikenakan pada bidang bagian atas yang menyebabkan
bergeraknya bidang atas dengan kecepatan konstan V, maka fluida dibawahnya
akan membentuk suatu lapisan-lapisan yang saling bergeseran. Setiap lapisan
tersebut akan memberikan tegangan geser (s) sebesar F/A yang seragam dengan
kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar V dan kecepatan lapisan fluida
yang paling bawah sama dengan nol. Maka kecepatan geser (g) pada lapisan fluida
di suatu tempat pada jarak y dari bidang tetap, dengan tidak adanya tekanan fluida.
Gesekan dapat terjadi antarpartikel zat cair, atau gesekan antara zat cair dan
dinding permukaan tempat zat cair berada. Viskositas merupakan ukuran
kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan di dalam fluida. Makin
besar viskositas suatu fluida, maka makin sulit suatu fluida mengalir dan makin
sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas
dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair (Sulastri, 2016).
Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat
cair. Viskositas menetukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat
ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti suhu, gaya tarik antar molekul, dan ukuran serta jumlah
molekul terlarut. Fluida, baik zat cair maupun gas yang jenisnya berbeda memiliki
tingkat kekentalan yang berbeda beda. Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan
di bagian dalam (internal) suatu fluida (Lubis, 2018).
Viskositas dari suatu fluida merupakan sifat penting dalam analisis perilaku
cairan dan gerakan cairan dengan batas tertentu. Resistensi ini disebabkan oleh
gesekan antarmolekul diberikan ketika lapisan cairan mencoba untuk saling
berpindah dengan satu sama lain. Sehingga viskositas merupakan ukuran
hambatan (resitansi) suatu bahan terhadap aliran. Secara teori nilai viskositas
suatu zat cair akan berkurang dengan kenaikan temperatur.
Level viskositas dan berat jenis adalah sebuah pengukuran tentang sifat-sifat
fisika yang terkandung pada minyak mentah. Viskositas liquid berbeda dengan
viskositas gas, molekul liquid lebih mudah melepaskan diri dari ikatan-ikatannya
jika ada sedikit energi. Mobilitas molekulnya bergantung pada suhu jika suhunya
naik maka viskositasnya menurun. Viskositas suatu fluida menurun seiring
dengan meningkatnya suhu fluida. Dengan meningkatnya suhu gaya interaksi
antar molekul menjadi berkurang demikian pula dengan sifat viskositasnya.

2.7 Konsep Viskositas Fluida

Setiap benda yang bergerak fluida, akan mendapatkan gaya gesekan yang
disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut. Besar gaya gesekan tersebut
sebanding dengan laju relatif benda tersebut terhadap fluida. Jika sebuah benda
berbentuk bola dan mempunyai rapat massa dilepaskan pada permukaan zat cair
tanpa laju awal, bola tersebut mula-mula akan mendapat percepatan.
Dengan berbentuk besarnya laju bola maka gaya stokes pada bola tersebut
akan bertambah besar pula, sehingga pada suatu ketika bola tersebut akan
bergerak dengan laju konstan, yaitu pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya
berat, gaya apung, dan gaya stokes pada bola tersebut. Baik zat cair maupun zat
gas yang jenisnya memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Viskositas alias
kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
menyusun suatu

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
fluida. Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling bergesekan
ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya
gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat
gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. (Parta Setiawan, 2019).
Sebaliknya, fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak
goreng, oli, madu dan lain-lain. Hal ini biasa dibuktikan dengan menuangkan air
dan minyak goreng diatas lantai yang permukaannya miring. Pasti air mengalir
lebih cepat daripada minyak goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu fluida juga
bergantung pada suhu. Sebaliknya semakin tinggi suhu suatu zat gas, semakin
kental zat gas tersebut. (Parta Setiawan, 2019) Perlu diketahui bahwa viskositas
alias kekentalan hanya ada pada fluida riil (rill = nyata). Fluida riil/nyata yaitu
fluida yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti air, sirup, oli, asap
kenalpot, dan lainnya. Fluida riil berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal hanya
model yang digunakan untuk membantu dalam menganalisis aliran fluida (fluida
ideal ini yang kita pakai dalam pokok 8 pembahasan fluida dinamis).

2.8 Hukum Bernoulli

Hukum Bernoulli ditemukan oleh ilmuwan asal Jerman, yaitu Daniel


Bernoulli. Dari penemuan ini, Bernoulli berhasil menerbitkan sebuah buku
berjudul Hydrodynamica pada tahun 1738. Adapun pernyataan Hukum Bernoulli
adalah jumlah dari tekanan, energi kinetik tiap volume dan energi potensial tiap
volume di setiap titik sepanjang aliran fluida adalah sama. Artinya, saat aliran
fluida meningkat, tekanan fluida tersebut akan turun. Dengan demikian, energi
potensial yang dimiliki fluida juga akan turun. Sebaliknya, saat kecepatan aliran
fluida turun, tekanan fluida akan naik. Hukum ini ternyata bisa diaplikasikan
untuk berbagai jenis aliran fluida asalkan memenuhi syarat berikut ini. Fluidanya
tidak dapat dimampatkan (incompressible).
1. Fluidanya tidak memiliki viskositas.
2. Aliran fluidanya tetap (steady).
3. Aliran fluidanya berjenis laminar (tetap dan tidak membentuk pusaran).
4. Tidak ada hilang energi akibat gesekan antara fluida dan dinding serta turbulen.

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

b c
a

f
d e

g h

Gambar 4.3.1 (a) Bola kecil (b) Neraca analitis (c) Mikrometer sekrup (d) Roll
meter (e) Tabung gelas besar (f) Gelas ukur (g) Thermometer (h) stopwatch

3.2 Prosedur Kerja

Pertama kita mengukur diameter kelereng menggunakan mikrometer


sekrup. Selanjutnya kita mengukur diameter dalam dan luar tabung menggunakan
jangka sorong, setelah mengukur diameter tabung kita mengukur panjang tabung.

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Setelah itu mengukur suhu fluida sebelum melakukan percobaan dan catat
suhunya menggunakan termometer, setelah dicatat kita melakukan beberapa kali
percobaan di 2 fluida oli dan sunglight, pada setiap percobaan kita menghitung
waktu yang diperlukan bola kecil untuk mencapai dasar tabung menggunakan
stopwatch, setelah melakukan percobaan kita mengukur kembali suhu masing-
masing fluida dan dicatat. Setelah itu kita menimbang massa bola dan fluida yang
telah dimasukkan ke gelas ukur sebanyak 50 ml menggunakan neraca analitis
kemudian catat hasil timbangannya.

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA

TABEL PENGAMATAN

Tabel 4. 4.1 Data Hasil Pengamtan Fluida

Waktu
No Fluida Diameter Massa Jarak (s)
Bola
Bola (m) (Kg) (m) t₁ t₂ t₃
1. 0,0151 0,01 1,28 1,29 1,33

2. I 0,01529 0,0048 0,02 3,04 3,09 3,08


3. 0,01540 0,03 5,46 5,56 5,48
1. 0,0151 0,01 0,15 0,13 0,13
2. II 0,01529 0,0048 0,02 0,40 0,37 0,38
3. 0,01540 0,03 0,69 0,72 0,76

Hari/Tanggal Praktikum : Minggu, 27 Maret 2022


Frekuensi : III
Anggota Kelompok : 1. SHADDAM ZAINAL 09120210130
2. MOH.RAUF 09120210131
3. RIZKY KURNIATI 09120210133
4. ANI 09120210134

Makassar, 8 April 2022


ASISTEN

(Muh Ikhwansyah Tahir)

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
BAB V
PENGOLAHAN
DATA

5. 1 Menghitung hubungan t terhadap L


a. Untuk bola I
L1 = 0,01 L2 = 0,02 L3 = 0,03

t1 + t2 + t3
t1 = t1 + t2 + t1 + t2 + t3
n tt32 = t2 = n
n

1,28+1,29+1,33
= 3 =
3,04+3,09+3,08
=
5,46+5,56+5,48
3 3

= 1,3 s = 3,07 s = 5,5 s

b. Untuk bola II
0,15+0,13+0,13
t₁ = 3 0,40+0,37+0,38 0,69+0,72+0,76
t₂ = 3 t₃ = 3

= 0,136 s = 0,383 s = 0,723 s

5. 2 Menghitung hubungan tr2 terhadap L


r=D
2

a. Untuk bola I

L1 = 0,01 L2 = 0,02 L3 = 0,03

r1 = D1/2 r2 = D2/2 r3 = D3/2

0,0151
= 2 =
0,01529
=
0,01540
2 2

= 0,00755 m = 0,00764 m = 0,0077 m

b. Untuk bola II

0,0151
r₁ = 2 r₂ =
0,01529
r₃ =
0,01548
2 2

= 0,00755m = 0,00764m = 0,00774m

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
5. 3 Menentukan massa jenis bola dan massa jenis fluida
Menentukan massa jenis bola
m
ρb = m =
v 4
3
πr3

0,0048
= 4 (3,14)(0,02293)3
3

0,0048
= 0,0000657

= 73,0596 kg/m³

Menentukan massa jenis fluida

m massa gelas isi-massa gelas kosong


ρf = v = volume fluida

170,5−127,8
= 50

= 0,854 kg/m³

5. 4 Menentukan Nilai viskositas (ᶯ) dari Data yang diperoleh


a. Untuk bola I
L1 = 0,01 L2 = 0,02 L3 = 0,03

2 g tr2 (ρb− ρf)


ᶯ= 9L 2 g tr2 (ρb− ρf) 2 g tr2 (ρb− ρf)
1 ᶯ =2 9L ᶯ =3 9L

2 (9,81)(0,0075)(0,0048−0,854)
= 9 (0,01)

= 0,8264

2 (9,81)(0,0076)(0,0048− 0,854)
ᶯ =2 9 (0,02)

= 0,4132

2 (9,81) (0,0077)(0,0048− 0,854)


ᶯ3 = 9 (0,03)

= 0,2754

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
ʯ1+ʯ2+ʯ3
ᶯ= n

(0,8264)+(0,4132)+(0,2754)
= 3

= 0,505

b. Untuk bola II
L1 = 0,01 L2 = 0,02 L3 = 0,03

2 g tr2 (ρb− ρf)


ᶯ= 9L 2 g tr2 (ρb− ρf) 2 g tr2 (ρb− ρf)
1 ᶯ =2 9L ᶯ =3 9L

2 (9,81)(0,02293)(0,0048−0,854)
= 9(0,01)

= 0,8263

2 (9,81)(0,0076)(0,0048− 0,854)
ᶯ2 = 9(0,02)

= 0,4130

2 (9,81 (0,0077)(0,0048− 0,854)


ᶯ3 = 9(0,03)

= 0,2754

5. 5 Teori Ketidakpastian
2gtr2(ρb-ρf)
η=
9L

𝛿𝜂 2 2
Δη = √( 𝛿𝜂
2
(∆𝑡 )2 𝛿𝜂
2
(∆𝑟)2 + ( ) (∆𝜌𝑏 )2 + (
𝛿𝜂
) (∆𝜌𝑓 )2
2
) (∆𝐿)2
) +( ) +𝜂 (
𝛿
𝛿𝑡 𝛿𝑟 𝛿𝜌𝑏 𝛿𝜌𝑓 𝛿𝐿

= √(0,000265)² . (0,148)² + (0,000036)². (0,000134)² + (0,01645)². (0,00005)² +


√0,00427)² . (0,0005)²

=√0,0000000702 . 0,0219 + 0,0000000013 . 0,000000017 + 0,00027 . 0,000000025


√0,0000182 + 0,000000025

= √0,153 + 221 + 0,00675 + 0,00045


= √221,160 = 14,871

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
1. δη 2gtr2 (ρb-ρf)
δt = 9L
Dimana:
u = 2 g tr² (ρb-ρf) u’ = 2 g r² (ρb-ρf)
v = 9L v’ = 0

δη u'v-v'u
δt = v2

2 g r2 (ρb−ρf).9𝐿−0.2 g tr2(ρb−ρf)
= 𝑉²

2 .9,81 (0,00755)2(73,0596−0,854).9 (0,1)−0


= (9𝑙)²

19,62 . 0.000057 .72,2056 .0,9−0


= 0,81

= 0,0883

(t1-t)2+(t2-t)2 +(t3-t)2
2. ∆t = √
n(n-1)
(0,136−0,414)+(0,383−0,414)+(0,723−0,414)

= 3(3−1)
(−0,275)+(−0,031)+(0,309)
= √
6
0,003
=√
6
= √0,022 = 0,148

δη 2gtr2 (ρb-ρf)
3. =
δr 9L
Dimana:
u = 2 g tr² (ρb-ρf) u’ = 2 g t (ρb-ρf)
v = 9L v’ = 0

δη u'v-v'u
δr = v2

2 g t (ρb−ρf).9𝐿− 2 g tr2(ρb−ρf).0
= (9𝐿)²

2 .9,81.0,136 (73,0596−0,854)−0
= (9.0,01)²

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
2,668 . 72,205
= 0,81

192,642
= 0,81

= 237,829

(r1-r)2+(r2-r)2 +(r3-r)2
4. ∆r = √
n(n-1)

(0,00755−0,00763)2+(0,00764−0,00763)2+(0,00774−0,00763)²
=√
3(3−1)

(−0,0008)2+(0.0068)2+(0,0001)²
=√
6

0,0000467
=√ 6

= √0,00000778 = 0,00278
δη 2gtr2 (ρb-ρf)
5. =
δρb 9L

Dimana:
u = 2 g tr² (ρb-ρf) u’ = 2 g tr²
v = 9L v’ = 0

δη u'v-v'u
δρb = v2

2 𝑔 𝑡𝑟 2 . 9𝑙− 2 g tr2 (ρb−ρf) .0


= (9𝑙)²

2 .9,81 (0,00755)2.9(0,01)−2 9,81 (0,00755)2(73,0596−0,854).0


= (9 .0,01)²

19,62 .0,000057 .0,9−0


= 0,81
0,00099
= = 0,0012
0,81

m
6. ρb =
V

√(δρb 2(
δρb
2
)2 2
∆ρb = ) ∆m + ( ) (∆V)
δm δV

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI

δρb m
=
δm V
Dimana :
u=m u’ = 1
v=v v’ = 0

δρb u’v-v’u
δm = v2

1 . 𝑣−0 . 𝑚
= 𝑣²

1 . 50−0 . 0,0048
= (50)²
50−0
= = 0,02
2500

∆m = 1 x skala terkecil
2

= 1 x 0,001
2

= 0,0005

δρb
u’v-v’u
δv= v2
Dimana :
u=m u’ = 0
v=v v’ = 1
δρb u’v-v’u
δv = v2

0 . 𝑣−1 . 0
= 𝑣²

0 .50−1 . 0,0048
= (50)²
0−0,0048
= = 0,00000192
2500

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
4
V = πr3
3
2
𝛿𝑉
∆V = √( ) (∆𝑟 )2
𝛿𝑟
δV 4
Dimana : = . πr3
δr 3
4
u= .π u’ = 0
3
v = r3 v’ = 3r2

δV
= u'v+v'u
δr
4
= 0 . r³ + 3r² . . π
3

= 0 . (0,00763)³ + 3(0,00763)² . 4 . 3,14


3

= 0,000728

2
√(δρb 2(2 δρb
( )2
∆ρb = ) )∆m + ( ) ∆V
δm δV

=√(0,02)² . (0,0005)² + (0,0000192)² . (0,000000286)²

=√0,004 . 0,00000025 + 3,6864 𝑥 10¯ˡ². 817,96 𝑥 10¯ˡ⁶

= √3,015 𝑥 10¯³³ = 5,49

δη
7. =
δρf 2gtr2 (ρb-ρf)
9L

Dimana:
u = 2gtr2(ρb-ρf) u’ = 2 g tr²
v = 9L v’ = 0

δη
u'v-v'u
δρf = v2

2 𝑔 𝑡𝑟 2 . 9𝑙−0 . 2gtr2(ρb−ρf)
= 𝑣²

2 . 9,81 . (0,00755)2. 9(0,01)− 0 . 2 . 9,81 . (0,00755)2(73,0596−0,854)


= (9 . 0,1)²

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
19,62 . 0,000057 . 0,9−0
= 0,81

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
= 0,00123
m
8. ρf =
V
2 2
√ δρf 2 δρf
∆ρf = ( ) (∆m) + ( ) (∆V)
2
δm δV

= √(0,02)2 + (0,0005)2 + (0,0000192)2. (0,0005)²


= √0,0004 + 0,00000025 + 0,0000000000368 + 0,00000025
= √0,0004 = 0,02
δρf m
=
δm V
Dimana :
u=m u’ = 1
v= v v’ = 0
δρf
δm u’v-v’u
= v2

1 . 𝑣−0 . 𝑚
= 𝑣²

1 . 50−0 . 0,0048
= (50)²

50
=2500 = 0,02

∆m = 1 x skala terkecil
2

= x 0,001
1
2

= 0,0005
δρf m
=
δV V
Dimana :
u= m u’ = 0
v= v v’ = 1
δρf
u’v-v’u
δV = v2

0 . 𝑉−1 . 𝑚
= 𝑣²

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
0 . 50−1 . 0,0048
= (50)²

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
0,0048
= = 0,0000192
2500

∆V = 1 x skala terkecil
2

= x 0,001
1
2

= 0,0005

δη
9. = 2gtr2 (ρb-ρf)
δL
9L
Dimana:
u = 2gtr2(ρb-ρf) u’ = 0
v = 9L v’ = 1
δη u’v-v’u
δL
= v2

0 . 9𝐿 - 1 . 2gtr2(ρb-ρf)
= (9𝐿)²

0 . 9(0,1)−1 . 2 . 9,81 . (0,00755)²(73,0596−0,854)


= (9.0,01)²

0− 19,62 . (0,000057)(72,205)
= 0,81

0,0794
= 0,81

= 0,098

10. ∆L = 1 x skala terkecil


2
∆η
KR = x 100%
2(∆η+η)

14,871
= 2(14,871+0,5049 x 100%
14,871
= 30,752 x 100%
= 48,357
KB = 100% - KR
= 100% - 48,357
= 51,643

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA

6.1 Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.6.2 Hasil Pengolahan Data

Nilai
Fluida Jarak (m) Waktu (s) viskositas Keterangan
(kg/ms)

0,1 1,3 0,8264


ρf = 0,842
1 0,2 3,07 0,4132 kg/m³
0,3 5,5 0,2754

0,1 0,13 0,8263


ρf = 0,854
2 0,2 0,38 0,4130 kg/m³

0,3 0,72 0,2754

6.2 Pembahasan

Pada fluida 1 untuk jarak 0,1m didapatkan nilai viskositas 0,8264 kg/ms
dengan waktu tempuh bola 1,3s, untuk jarak 0,2m didapatkan nilai viskositas
0,4132 kg/ms dengan waktu tempuh bola 3,07s dan untuk jarak 0,3m didapatkan
nilai viskositas 0,2754 kg/ms dengan waktu tempuh bola 5,5s.

Pada fluida 2 untuk jarak 0,1m didapatkan nilai viskositas o,8263 kg/ms
dengan waktu tempuh bola 0,13s, untuk jarak 0,2m didapatkan nilai viskositas
0,4130 kg/ms dengan waktu tempuh bola 0,38s dan untuk jarak 0,3m didapatkan
nilai viskositas 0,2754 kg/ms dengan waktu tempuh 0,72s.

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa proses percobaan kita dapat menyimpulkan bahwa


viskositas fluida yang merupakan gesekan antara molekul-molekul cairan satu
dengan yang lain. Untuk menentukan koefisien viskositas dapat dilakukan dengan
metode Ostwald dan metode falling ball. Sunlight memiliki koefisien viskositas
paling tinggi dibandingkan dengan oli. Faktor yang mempengaruhi viskositas
ialah suhu, kosentrasi larutan, berat molekul terlarut, dan tekanan. Suhu
berbanding terbalik dengan viskositas. Jika suhu naik maka viskositas akan turun,
dan begitu sebaliknya.

7.2 Saran

7.2.1 Asisten
Semoga asisten tetap mempertahankan keramahannya terhadap para
praktikan agar praktikan nyaman dalam melakukan percobaan dan menyusun
laporan hasil praktikum.

7.2.3 Praktikum
Selalu senantiasa memeriksa alat dan bahan yang berfungsi kurang baik
ataupun ada kerusakan dari alat laboratorium karena alat yang digunakan
khususnya pendataan akan mempengaruhi hasil praktikum.

7.3 Ayat yang berhubungan

(Al-Baqarah: 164)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih berganti malam
dan siang, bahtera yang berlayar dilaut membawa apa yang berguna bagi manusia,
dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan dibumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;
sungguh

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.”
Penjelasan:
Hubungan ayat dengan percobaan kita ini adalah, air mempunyai
viskositas yang rendah yang dapat menghidupkan makhluk hidup di bumi,tanpa
air semua makhluk hidup di bumi akan mati. Banyak makhluk hidup yang hidup
di dalam air, dan kapal yang dapat mengapung diatas air karena massa jenis kapal
lebih kecil dibanding dengan massa jenis air.

VISKOSITAS
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
DAFTAR PUSTAKA

Arijanto, Yohana, E., ct al (2015). Analisis Pengaruh kekentalan Fluida Air dan
Minyak Kelapa Pada Performansi Pompa Sentrifugal. Jurnal Teknik Mesin SI
3(2), 212— 219.
Budianto, Anwar. (2008),“Metode Penentuan Koefisien Kekentalan Zat Carr
Dengan Menggunakan Regresi Linear Hukum Stokes”. Sekolah Tinggi Teknologi
Nuklir. ISSN 1978-0176
Budianto, Anwar. (2012). “Metode Penentuan Koefisien Kekentalan Zat Cair
Dengan Menggunakan Regresi Linear Hukum Stokes”. Sekolah Tinggi Teknologi
Nuklir. ISSN 1978-0176

Lubis, N. A. (2018). Pengaruh Kekentalan Cairan Terhadap Waktu Jatuh Benda


Menggunakan Falling Ball Method Nur. J. Ilmu Fisika Dan Teknologi, 2(2), 26-
32. Hardiyanti, Mahardika, & Astutik (2018) “Pengembangan model
pembelajaran meaningful investigation laboratory (mil) untuk meningkatkan
keterampilan representasi verbal, grafik, dan matematis (R-VGM) pada
pembelajaran fisika SMA di Jawa Timur” ISSN 2338-4379
Saliruddin, S., Haryoko, S., & Jaya, H. (2019). Pengembangan media praktikum
berbasis labview untuk meningkatkan pencapaian kompetensi berorientasi
industri siswa SMK. Seminar Nasional Lembaga Penelitian UNM.

VISKOSITAS

Anda mungkin juga menyukai