VISKOSITAS FLUIDA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5A JURUSAN
TEKNIK PERTAMBANGAN
MAKASSAR
2022
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Viskositas
s.v
Ft = μ . y .............................................................................(5.2.1)
du ∆u
= lim
dy ∆ y→ 0 ∆ y ...........................................................................(5.2.2)
Keterangan :
Dengan demikian dalam sistem SI satuan untuk viskositas dinamik adalah
Ns/m2 atau Pas.
2. Viskositas Kinematik
Viskositas kinematik adalah suatu rasio antara viskositas absolut untuk
kepadatan (densitas) dengan jumlah dimana tidak ada kekuatan yang terlibat.
Viskositas kinematik dihitung dengan membagi viskositas absolut cairan dengan
densitas massa cairan (Mitha, 2021). Dengan demikian viskositas kinematik
dalam satuan SI dilambangkan dengan huruf Yunani ϑ (nu) merupakan rasio
antara viskositas dinamik dengan kerapatan fluida :
μ
ϑ= ..............................................................................................(5.2.4)
ρ
VIKOSITAS FLUIDA 131
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
Keterangan :
ϑ = Viskositas kinematik, ρ = Kerapatan fluida, μ = Viskositas dinamik. Oleh
karena itu, dalam satuan SI satuan viskositas kinematik adalah m 2/s atau stoke,
karena stoke merupakan satuan unit yang besar maka harus dibagi dengan angka.
Viskositas merupakan sifat fluida yang dipengaruhi oleh temperaturnya.
Pada fluida yang akan bersifat cair umumnya viskositas akan berkurang dengan
peningkatan temperatur, sementara pada fluida berfasa gas berlaku sebaliknya,
viskositas akan bertabah dengan peningkatan temperatur. Tingkat viskositas
cairan sangatberkaitan dan bergantung pada suhunya, sehingga untuk viskositas
dinamis atau kinematis hal itu akan menjadi sangant penting.
2.2 Fluida
Fluida yang tegangan gesernya tidak berbanding lurus dengan laju regangan
(atau laju deformasi angular) atau dengan hukum pertama newton tidak berlaku
disebut dengan fluida non-newtonia. Fluida non-newtonia sebenarnya banyak
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti fluida yang berupa campuran air
dengan tepung jagung, fluida yang berupa cat lateks, fluida yang berasa dari
campuran air dengan pasir (quick sand) dan lain-lain. Analogi dengan persamaan
hukum pertama newton untuk fluida newtonian, tegangan geser pada fluida ini
juga dapat dikorelasiakandengan laju regangan gesernya, dalam bentuk persamaan
sebagai berikut:
du
τ =k ( )
dy ........................................................................................(5.2.5)
Keterangan:
τ = Tegangan geser, k = indeks konsistensi, du/dy = laju regangan.
Dengan eksponen, n, dalam persamaan diatas merupakan indeks perilaku
fluida, dan koefisien k adalah indeks konsistensi. Persamaan ini akan menjadi
persamaan hukum pertama newton untuk n = k dan k = m. Untuk memastikan
bahwa t mempunyai tanda yang sama dengan du/dy, persaman diatas dapat ditulis
kembali sebagai berikut:
[ ]
n−1
du du
τ =k
dy dy .............................................................................(5.2.6)
τ =μap [ ]
du
dy .....................................................................................(5.2.7)
Hukum stokes menyatakan bahwa, “Jika sebuah bola bergerak dalam suatu
fluida yang diam maka bola itu akan bekerja suatu gaya gesek dalam bentuk gaya
gesekan dan arahnya berlawanan dengan arah gerak bola itu sendiri”.
Gaya gesek antara suatu permukaan benda padat yang bergerak dengan
fluida akan sebanding dengan suatu kecepatan relatif gerak benda ini kepada
fluida. Hambatan gerak di dalam fluida disebabkan gaya gesek antara bagian
fluida yang melekat ke permukaan suatu benda dengan fluida disebelahnya. Gaya
gesek tersebut sebanding dengan koefisien viskositas (ῃ) fluida.
Menurut stokes, gaya gesek yaitu :
..........................................................................................
6 π rῃv
Fs =.................(5.2.8)
Keterangan:
Fs = gaya gesek (N), r = jari-jari (m), v = kecepatan jatuh fluida (m/s)
Persamaan tersebut dikenal sebagai Hukum Stokes. Penentuan ῃ dengan memakai
hukum stokes bisa dilakukan dengan percobaan kelereng jatuh. Sewaktu kelereng
dijatuhkan dalam bejana kaca berisi cairan yang mungkin hendak
Gambar 5.2.3 Sebuah bola yang dimasukkan didalam fluida zat cair
konstan (bergerak lurus beraturan). Ini berarti bahwa disamping gaya berat dan
gaya apung zat cair masih ada gaya lain yang bekerja pada kelereng tersebut.
Gaya ketiga ini adalah gaya gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida.
Gaya gesek antara permukaan benda padat yang bergerak dengan fluida
akan sebanding dengan kecepatan relative gerak benda terhadap fluida. Hambatan
gerak benda di dalam fluida disebabkan gaya-gaya gesek antara bagian fluida
yang melekat kedalam permukaan benda dengan bagian fluida disebelahnya. Gaya
gesek itu sebanding dengan koefisien relative viskositas (ῃ) fluida.
Sebuah bola padat memiliki rapat massa pb dan berjari-jari r dijatuhkan
tanpoa kecepatan awal ke dalam fluida kental memiliki rapat massa pf, dimana pb
¿pf. Telah di ketahui bahwa bola mula-mula mendapat percepatan gravitasi,
namun beberapa saat setelah bergerak cukup jauh bola akan bergerak dengan
kecepatan konstan. Kecepatan yang tetap ini disebut kecepatan akhir vT atau
keceatan terminal yaitu padat saat gaya berat bola sama dengan gaya apung
ditambah gaya gesekan fluida. Viskositas zat cair dapat ditentukan secara
kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisien viskositas dan dilambangkan ῃ
sendangkan dalam gas, viskositas timbul sebagai akibat tumbukan molekul gas.
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu, jika suhu naik maka viskositas
akan turun, dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan
partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan
menurun kekentalannya.
2. Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan
konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi
larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume.
Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin tinggi dan
viskositasnya semakin tinggi pula.
3. Berat molekul solute
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan
adanya solute yang berat akan menghambat akan memberi beban yang brat pada
cairan sehingga menaikkan viskositas.
4. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositasnya suatu cairan dan
Fluida baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya
gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida mengalir. Pada zat
cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara
molekul sejenis). Sendangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh
tumbukan antara molekul.
Viskositas adalah kekentalan lapisan-lapisan fluida ketika lapisan tersebut
bergeser satu sama lain. Viskositas juga merupakan gesekan dalam fluida.
Besarnya viskositas menyatakan kekentalan fluida. Gesekan yang terjadi dapat
memberi hambatan pada fluida jika bersinggungan dengan sebuah benda. Dalam
suatu fluida ideal (fluida tidak kental) tidak ada viskositas (kekentalan) yang
menghambat lapisan-lapisan tersebut menggeser satu diatas lainnya. Dalam suatu
pipa yang luas penampangnya seragam (serba sama), setiap lapisan fluida ideal
bergerak dengan kecepatan yang sama, demikian juga lapisan fluida yang dekat
dengan dinding pipa. Ketika viskositas (kekentalan) hadir, kecepatan lapisan-
lapisan fluida tidak seluruhnya sama, lapisan fluida yang terdekat dengan dinding
pipa bahkan sama sekali tidak bergerak (V = 0), sendangkan lapisan fluida pada
pusat pia memiliki kecepatan terbesar (Parta Setiawan, 2021)
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air.
Sebaliknya, fluid yang lebih kental biasanya lebih sulit mengalir, contohnya
minyak goreng, oli, madu, dan lain-lain. Hal ini biasa dibuktikan dengan
menuangkan air dan minyak goreng diatas lantai yang permukaannya miring.
2.6 Analisa Viskositas
memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya maka tidak ada gaya tekan
yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F dikenakan pada bidang bagian
atas yang menyebabkan bergeraknya bidang atas dengan kecepatan konstan v,
maka fluida dibawahnya akan membentuk suatu lapisan-lapisan yang saling
bergeseran. Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan geser (s) sebesar
F/A yang seragam, dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar v
dan kecepatan lapisan fluida paling bawah sama dengan nol.Maka kecepatan
geser (g) pada lapisan fluida di suatu tempat pada jarak y dari bidang tetap,
dengan tidak adanya tekanan fluida. Cairan sampel dimasukkan ke dalam
viskosimeter Ostwald, kemudian ditarik dengan bola hisap sampai batas atas
2.7 Viskometer
4. Konsentrasi Larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan
dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula,
karena konsentrasi larutan akan menyatakan banyaknya partikel zat yang
terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut,
gesekan antar partikel juga akan semakin tinggi dan viskositasnya akan
semakin tinggi pula (Rahmah N, 2016 terlarut tiap satuan volume.
Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel juga akan
semakin tinggi dan viskositasnya akan semakin tinggi pula (Rahmah N,
2016).
5. Berat Molekul Solute
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena
dengan adanya solute yang berat akan menghambat atau member beban
yang berat pada cairan sehingga manaikkan viskositas.
6. Ikatan Hidrogen
Cairan dengan ikatan hidrogen yang kuat mempunyai viskositas lebih
tinggi karena peningkatan ukuran dan massa molekul. Sebagai contoh,
gliserol dan asam sulfat mempunyai viskositas yang nilainya lebih tinggi
dari pada nilai air karena adanya suatu ikatan hidrogen yang lebih kuat
(Madalena W, Yulianti dan Widyastuti Y, 2017).
2.10 Persamaan poiseuille
dalam tubuh. Bahwa debet fluida berbanding lurus dengan tekanan dan
berbanding terbalik dengan koefisien kekentalan sudah dapat diduga sejak semula.
Jika perbedaan tekanan antaraujung pipa cukup besar, fluida akan mengalir lebih
deras dari sebelumnya. Kecepatan aliran fluida berbanding terbalik dengan luas
penampang pipa. Dalam kajian fluida dikenal dua jenis viskositas yaitu viskositas
dinamik (viskositas absolut) dan viskositas kinematik. Viskositas dinamik,
dilambangkan dengan huruf Yunani 𝜇 (mu). Jika didefinisikan menurut relasi
tegangan geser dengan laju regangan geser pada fluida Newtonian, viskositas
dinamik adalah rasio dari tegangan geser terhadap laju regangan geser: Oleh
karena itu, dalam sistem SI satuan viskositas kinematik adalah m2 /s. Viskositas
merupakan sifat fluida yang dipengaruhi oleh temperaturnya. Pada fluida yang
berfasa cair umumnya viskositas akanberkurang dengan peningkatan temperatur,
sementara pada fluida berfasa gas berlaku sebaliknya, viskositas akan bertambah
dengan peningkatan temperatur. Perbedaan sifat ini dapat dijelaskan dengan
perbedaan mekanisme molekuler yang terkait dengan viskositas pada cairan dan
gas (Kironoto, et al,2016). Pada zat cair viskositas dikaitkan dengan mekanisme
gaya intermolekuler (gaya kohesi) yang akan melemah dengan semakin
renggangnya jarak antar molekul akibat pemuaian yang terjadi pada peningkatan
temperatur. Sedangkan pada gas viskositas dikaitkan dengan mekanisme
perpindahan molekul antar lapisan fluida yang semakin intensif akibat
pertambahan energi dari meningkatnya temperatur fluida
2.11 Fluida
Definisi yang lebih tepat untuk membedakan zat padat dengan fluida adalah dari
karskteristik deformasi bahan-bahan tersebut. Zat cair maupun gas 𝜇 = 𝜏 𝑑u/dy ϑ
= µ 𝜌 mempunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental (viscous) daripada
gas, dalam merumuskan persamaan-persamaan dasar mengenai aliran yang kental
akan jelas nanti, bahwa masalahnya mirip dengan masalah tegangan dan regangan
luncur di dalam zat padat. Salah satu macam alat untuk mengukur viscositas zat
cair adalah viscometer zat padat dianggap sebagai bahan yang Menunjukkan
reaksi deformasi yang terbatas ketika menerima atau mengalami suatu gaya geser
(shear). Sedangkan fluida ,memperlihatkan penomena sebagai zat yang terus
menerus berubah bentuk apabila mengalami tekanan geser; dengan kata lain yang
dikategorikan sebagai fluida adaiah suatu zat yang tidak mampu menahan tekanan
geser tanpa berubah bentuk. Fluida dibagi dalam dua bagian, yaitu cairan dan gas.
Cairan tak dapat dimampatkan dan bila terdapat di dalam suatu tempat maka
cairan itu akan mengambil tempat yang sesuai dengan bentuk tempatnya dan
permukaan akan terbentuk suatu batas dengan udara terbuka. Fluida statis atau
hidrostatika merupakan salah satu cabang ilmu sains yang membahas karakteristik
fluida saat diam, biasanya membahas mengenai tekanan pada fluida ataupun yang
diberikan oleh fluida (gas atau cair) pada objek yang tenggelam didalamnya,
Fluida statis dipakai untuk menjelaskan fenomena-fenomena seperti kenaikan
besar tekanan air terhadap kedalamannya dan perubahan besar tekanan atmosfer
terhadap ketinggian pengukuran dari permukaan laut. Gas dapat mudah
dimampatkan dan dapat mengembang mengisi seluruh ruangan tempat tinggalnya
dan tidak membentuk batas tertentu seperti cairan. Suatu jenis cairan yang mudah
mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebliknya bahan-
bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi pada hukum
aliran viskositas newton menyatakan hubungan antara gaya-gaya mekanika dari
suatu aliran viskos sebagai geseran dalam viskositas fluida juga termasuk konstan
sehubungan dengan gesekannya.hubungan tersebut berlaku untuk fluida
Newtonian. Aliran lurus atau laminer yaitu aliran fluida mulus. Lapisan-lapisan
yang bersebelahan meluncur satu sama lain dengan mulus. Pada aliran partikel
fluida mengikut mempunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental (viscous)
daripada gas, dalam merumuskan persamaan-persamaan dasar mengenai aliran
yang kental akan jelas nanti, bahwa masalahnya mirip dengan masalah tegangan
dan regangan luncur di dalam zat padat. Salah satu macam alat untuk mengukur
viscositas zat cair adalah viscometer zat padat dianggap sebagai bahan yang
Menunjukkan reaksi deformasi yang terbatas ketika menerima atau mengalami
suatu gaya geser (shear). Sedangkan fluida ,memperlihatkan penomena sebagai
zat yang terus menerus berubah bentuk apabila mengalami tekanan geser; dengan
kata lain yang dikategorikan sebagai fluida adaiah suatu zat yang tidak mampu
menahan tekanan geser tanpa berubah bentuk. Fluida dibagi dalam dua bagian,
yaitu cairan dan gas. Cairan tak dapat dimampatkan dan bila terdapat di dalam
suatu tempat maka cairan itu akan mengambil tempat yang sesuai dengan bentuk
tempatnya dan permukaan akan terbentuk suatu batas dengan udara terbuka.
Fluida statis atau hidrostatika merupakan salah satu cabang ilmu sains yang
membahas karakteristik fluida saat diam, biasanya membahas mengenai tekanan
pada fluida ataupun yang diberikan oleh fluida (gas atau cair) pada objek yang
tenggelam didalamnya, Fluida statis dipakai untuk menjelaskan fenomena-
fenomena seperti kenaikan besar tekanan air terhadap kedalamannya dan
perubahan besar tekanan atmosfer terhadap ketinggian pengukuran dari
permukaan laut. Gas dapat mudah dimampatkan dan dapat mengembang mengisi
seluruh ruangan tempat tinggalnya dan tidak membentuk batas tertentu seperti
cairan. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki
viskositas yang rendah, dan sebliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan
memiliki viskositas yang tinggi pada hukum aliran viskositas newton menyatakan
hubungan antara gaya-gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai geseran
dalam viskositas fluida juga termasuk konstan sehubungan dengan
gesekannya.hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian. Aliran lurus atau
laminer yaitu aliran fluida mulus. Lapisan-lapisan yang bersebelahan meluncur
satu sama lain dengan mulus. Pada aliran partikel fluida mengikuti lintasan yang
mulus dan lintasan ini tidak saling bersilangan. Aliran laminer dijumpai pada air
yang dialirkan melalui pipa atau selang. Aliran turbulen yaitu aliran yang ditandai
dengan adamnya lingkaran-lingkaran tak menentu dan menyerupai pusaran.
Aliran turbulen sering dijumpai disungai-sungai dan selokan-selokan Aliran
viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida
tipis diantara kedua bidang bidang tersebut.apabila zat cair tidak kental maka
koefisien sama dengan nol sedangkan pada zat cair kental bagian yang menempel
didinding memiliki kecepatan yang sama dengan dinding. Menurut sifatnya fluida
dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Fluida ideal Fluida ini dibedakan yang memiliki
ciri - ciri yaitu Tidak kompesibel (volumenya) tidak berubah arah dikarenakan
perubahan tekanan. Berpindah tempat mengalami gesekan yaitu (viskositas nol).
2. Fluida sejati Fluida ini dibedakan yang memiliki ciri - ciri yaitu Kompesible,
Berpindah dengan mengalami gesekan yaitu (viskositasnya tertentu), dan Tekanan
hidrostatik. Setiap benda yang terletak pada suatu bidang akan melakukan tekanan
pada bidang tersebut zat cair yang berada di dalam suatu bidang juga melakukan
tekanan terhadap dasar bejana itu. Tekanan yang dilakukan zat cair demikian
disebut tekanan hidrostatik. Tekanan adalah gaya atau satuan luas yang bekerja
pada arah gerak unsur satuan permukaan, dengan permukaan. lapisan fluida yang
diam akan menahan lapisan fluida di atasnya karena adanya gaya kohesi. Lapisan
yang ditahan itu menahan lapisan di atasnya lagi dan seterusnya sehingga kelajuan
setiap lapisan fluida bervariasi dari nol sampai v. Untuk menggerakkan lempeng
diperlukan gaya. Untuk membuktikannya, dapat dicoba dengan menggerakan
sebuah potongan kaca di atas tumpahan sirup. Semakin kental fluida, semakin
besar gaya yang diperlukan untuk mendorong. Gejala viskositas juga dapat
diamati ketika menjatuhkan sebutir kelereng ke dalam gelas kaca yang berisi
minyak goreng, maka kelereng tersebut akan mengalami perlambatan dalam
geraknya. Ini terlihat ketika kelereng jatuh lebih lambat saat berada di dalam
minyak goreng dibandingkan saat masih di udara (sebelum masuk minyak
goreng). Perlambatan yang terjadi itu karena adanya gesekan di dalam fluida.
lapisan fluida yang diam akan menahan lapisan fluida. Ketika kelereng dijatuhkan
ke dalam minyak goreng, kelereng mengalami kecepatan yang suatu saat paling
besar dan tetap untuk selang waktu tertentu. Kecepatan itu disebut kecepatan
batas. Saat kelereng di dalam minyak goreng, kelereng mengalami tiga gaya, yaitu
gaya berat, gaya ke atas fluida, dan gaya gesekan fluida. Viskositas zat cair dapat
ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisien viskositas (η).
Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah Ns/m? atau pascal sekon (𝑃𝑎 𝑠).
Ketika kita berbicara viskositas kita berbicara tentang fluida sejati. Fluida ideal
tidak mempunyai koefisien viskositas. Apabila suatu benda bergerak dengan
kelajuan v dalam suatu fluida kental yang koefisien viskositasnya η, maka benda
tersebut akan mengalami gaya gesekan fluida sebesar Fs= kη v, dengan k adalah
konstanta yang bergantung pada bentuk geometris benda. Berdasarkan
perhitungan laboratorium, pada tahun 1845, Sir George Stokes menunjukkan
bahwa untuk benda yang bentuk geometrisnya berupa bola nilai k = 6 a r.
minyak lebih kecil dari massa jenis air Berat jenis adalah rasio berat suatu benda
terharap volumenya.Berat jenis pada benda adalah pengukuran massa setiap
satuan volume benda. Massa jenis benda berpengaruh pada berat jenis benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Seperti yang kita ketahui bahwa massa jenis benda merupakan total
massa dan total volume, maka dari itu sudah jelas bahwa jumlah berat jenis benda
mempengaruhi massa jenis benda. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
massa jenis merupakan pengukuran massa setiap volume benda. Semakin tinggi
massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.
Massa jenis rata rata setip benda ialah total massa dibagi dengan total volumenya.
Berat jenis bisa berubah-rubah.Pada perhitungan berat jenis kita kita menekankan
pada berat.Seperti yang kita ketahui berat benda bisa berubah, tergantung dimana
letak benda tersebut berada.sesuai dengan letak benda itu terhadap pusat bumi.Hal
ini disebabkan adanya perbedaan besar gaya gravitasi bumi yang tergantung pada
jarak pusat massa terhadap bumi. Gravitasi di dua tempat tersebut berbeda,
dimana gravitasi di permukaan bumi adalah 9,8 m/s. Viskositas Di Kehidupan
Sehari-hari Pada kehidupan sehari-hari, viskositas adalah Ketebalan atau
pergesekan internal. Oleh karena itu, air yang tipis, memiliki viskositas lebih
rendah, sedangkan madu yang tebal, memiliki viskositas yang lebih tinggi.Berarti,
semakin rendah viskositas suatu fluida, semakin besar juga pergerakan dari fluida
tersebut.Viskositas menjelaskan ketahanan internal fluida untuk mengalir dan
mungkin dapat dipikirkan sebagai pengukuran dari pergeseran fluida.Sebagai
contoh, magma yang memiliki viskositas yang tinggi menciptakan statovolcano
yang tinggi dan curam, sehingga tidak dapat mengalir terlalu jauh sebelum
mendingin. Sedangkan lava yang memiliki viskositas lebih rendah dari
menciptakan volcano yang rendah dan lebar.Seluruh fluida (kecuali superfluida)
memiliki ketahanan dari tekanan, oleh karena itu disebut kental, tetapi fluida yang
tidak memiliki ketahanan tekanan dan tegangan disebut fluide ideal.Koefisien
Viskositas Satuan Internasional (SI) koefisien viskositas adalah Ns/m2/pascal
sekon (Pa s). Untuk Satuan cgs (centimeter gram sekon) dan untuk SI koifisien
viskositas adalah dyn.s/cm2 = poise (p). Viskositas juga dapat dinyatakan dalam
centipoise (cP). 1 cP = 1/1000 P.Sifat-sifat Zat Cair Sifat dari zat cair (Wylie,
T = µhttps://
(dc / dy) (5.2.9)
meet.google.c
Keterangan :
1Pa s = 1Ns/m2 = 1kg/(ms) Jika dinyatakan kedalam satuan metrik sistem CGS
(centimeter, gram, seconds / detik)adalah: g/(cm s), dyne s/cm2 atau centipoise
(cP), maka:
Untuk pemakaian poise pada viskostatis maka akan menghasilkan angka yang
terlalu besar sehingga sering dibagi dengan angka 100 yaitu dalam centipoise
(cP), menjadi:
1P = 100cP
∑ F=0
(5.2.10)
Faksi = - Freaksi..............................................................................(5.2.11)
F=m.a ............................................................................................(5.2.12)
Faksi = -Freaksi
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
sebab dan akibat. Pemberian gaya sebab, menghasilkan gaya akibat. Gaya aksi
reaksi bekerja saling berlawanan dan bekerja pada yang berbeda (Ilham Choirul
Anwar, 2021). Rumus hukum III newton yaitu sebagai berikut:
.....................................................................(5.2.13)
BAB III
PROSEDUR KERJA
a b
c d
e f
Gambar 5.3.1 Alat praktikum viskositas fluida (a) Kelereng, (b) Gelas
piala, (c) Jangka sorong, (d) Gelas tabung, (e) Mikrometer sekrup,
(f) Stopwatch, (g) Meteran
petunjuk Asisten
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
(Meilani Wulandari)
BAB V
PENGOLAHAN DATA
D
r =
2
L1 = 0,1 m L2 = 0,2 m L3 = 0,3 m
r1 = D1/2 r2 = D2/2 r3 = D3/2
0,01530 0,01533 0,01536
= = =
2 2 2
= 0,00765 m = 0,00767 m = 0,00768 m
r 1 + r2 + r3
r =
n
0,00765 + 0,00767 + 0,00768
=
3
= 0,00767 m
5. 3 Menentukan massa jenis bola dan massa jenis fluida
m
m
ρb = =4 3
v πr
3
0,0052
= 4 (3,14) 0,007 673
3
= 2752,78 kg /m3
b. Menentukan massa jenis fluida I (Oli)
0,628−0,642
= = 1840 kg/m3
0,0001
0,924−0,642
= = 2820 kg/m3
0, 0001
= 2 . 9,81. 0,23 ¿ ¿
(0,242)
= = 0,134 kg/ms
1,8
2
2 g tr ( ρb−ρf 1)
ᶯ3 =
9L
= 2 . 9,81. 0,23 ¿ ¿
(0,242)
= = 0,089 kg/ms
2,7
ᶯ 1+ᶯ 2+ᶯ 3
ᶯ = 3
0,269+0,134+ 0,089
= 3
= 0,164 kg/ms
= 2 . 9,81. 1,28 ¿ ¿
(−0,099)
= = -0,110 kg/ms
0,9
= 2 . 9,81. 1,38 ¿ ¿
(−0,099)
= = -0,055kg/ms
1,8
2
2 g tr ( ρb−ρf 2)
ᶯ3 =
9L
= 2 . 9,81. 1,28 ¿ ¿
(−0,099)
= = -0,037 kg/ms
2,7
ᶯ 1+ᶯ 2+ᶯ 3
ᶯ = 3
5. 5 Teori Ketidakpastian
2gt r 2 ( ρb-ρf )
1. η =
9L
√ ( ) ( ) ( ) ( ) ( ∆ ρf ) +( δηδL ) ( ∆ L ) ¿
2 2 2 2
δη 2 δη 2 δη 2 δη 2 2
Δη = (∆ t ) + (∆ r ) + ( ∆ ρb ) + 2
δt δr δρb δρf
¿
δη 2gtr2 ( ρ b- ρ f)
=
δt 9L
Dimana: u = 2gt r 2 ( ρ b- ρ f )2gtr2 (ρ u’ = 2g r 2 ( ρ b- ρ f )2gr2 (ρb-ρf)
v = 9L 9L v’ = 00
δη u ' v- v ' u
= 2
δt v
2 2 ¿
= (2g r (ρb-ρf ) ) ( 9L) - (0) (2gt r ( ρb-ρf ) ¿ (9L) 2
2g r 2 ( ρb-ρf )
=
9L
2
2. 9,81. (0,00767) (2752,78 - 1840 )
=
9. 0,1
1,054
=
0,9
= 1,171
√
2 2 2
∆ t = (t 1 -t) + ( t2 -t ) + ( t 3 -t )
n ( n-1 )
√
2 2 2
(0, 16-0,23 ) + ( 0 ,26 -0, 23 ) + ( 0,30 -0, 23 )
=
3 ( 3-1 )
=
√ 0,0107
6
= √ 0,00178
= 0,042
2
δη 2gtr (ρb-ρf)
=
δr 9L
Dimana: u = 2gtr2 ( ρb-ρf ) u’ = 4gtr( ρb-ρf )
v = 9L v’ = 0
4gtr(ρb-ρf)
= 9L
63,186
= 0,9
= 70,206
√
2 2 2
(r 1 -r) + ( r 2 -r ) + ( r 3 -r )
∆r =
n ( n-1 )
√
2 2 2
( 0,007 65 - 0,007 67 ) + ( 0,00767 - 0,007 67 ) + ( 0,00768 - 0,007 67 )
=
3 ( 3-1 )
√
−10
= 5x10
6
= √ 8,3 x 10-11
= 0,00000911
δη 2gtr2 ( ρ b- ρ f)
=
δρ b 9L
Dimana: u = 2gtr2 ( ρb-ρf ) u’ = 2gtr2 2gtr2
v = 9L v’ = 0
2 2
δη ( 2gtr )( 9 L) -( 0)(2gtr (ρb-ρf))
δ ρb
= 2
( 9L)
( 2 gtr 2 )
=
9L
2
2. 9,81. 0,23 ( 0,007 67 )
=
9.0,1
0,000264
= 0,9
= 0,000293
m
ρb =
V
∆ρb =
√( δρb 2
δm )( ∆m )2 + ( )
δρb 2
δV
( ∆V )2
δρb m
=
δm V
Dimana : u = m m u’ = 11
v=VV v’ = 0
’ ’
δρb u v- v u
δm
= 2
v
4 3
( 1)( πr )
3
=
4 3 2
( πr )
3
4 3
( (3,14) 0,00767 )
3
= 2
4 3
( (3,14)0,00767 )
3
1
= ( 4 (3,14)0,00767 3 )
3
= 5,29 x 10−7
1
∆m = x skala terkecil
2
= 0,5 x 10−3
= 5 x 10−4
4 3
V = πr
3
√( )
2
δρ b
∆V = ( ∆ r )2
δV
δρb 4 4
Dimana : = . πr3 misal; u = π u’ = 0
δV 3 3
V = r3 v’ = 3r2
δρb
= u' v+ v ' u
δV
4
= (0)(r3)+ (3r2)( π)
3
4
= (3r2)( π)
3
4
= 3 (0,00767)2 ( . 3,14)
3
= (0,000176) (4,186)
= 0,000737
∆V = √ ( 0,000737 )2 ( 0,00000911 )2
= √ 45,01 x 10−18
= 6,71 x 10−9
√( ) δρ b 2
( ) ( ∆V )
2
δρ b
∆ρb = ( ∆m )2 + 2
δm δV
√ 2 2
= ( 5,29 x 1 0−7 ) ( 5 x 10−4 ) + ( 0,000737 )2 ( 6,71 x 10−9 )
2
= √ 6 , 998 x 1 0−20
=2,645 x 10−10
δη 2gtr2 ( ρ b- ρ f)
=
δρ f 9L
Dimana: u = 2gtr2 ( ρ b-ρ f) 2gtr2(ρb-ρf) u’ = 2gtr2 2gtr2
v = 9L L v’ = 0 0
δη u ' v- v ' u
= 2
δ ρf v
2 2
(2gtr )( 9L) - (0)( 2gtr (ρb-ρf))
= 2
( 9L)
2
(2gtr )
=
9L
2
2. 9,81. 0,23 ( 0,00767)
=
9.0,1
0,000264
=
0,9
= 0,000293
m
ρf =
V
√( ) ( ) ( ∆V )
2 2
δρf δρ f
∆ρf = ( ∆m )2 + 2
δm δV
δρf m
=
δm V
Dimana : u = mm u’ = 11
v = vv v’ = 00
’ ’
δρf u v- v u
=
δm v2
(1)(v)- (0)( m)
=
v2
1
=
v
1
= 4 πr 3
3
1
= 4 (3,14 ) ¿ ¿
3
1
= −6
1.889 x 1 0
= 5,29 x 10−7
1
∆m = x skala terkecil
2
= 0,5 x 10−3
= 5 x 10−4
δρf m
=
δV V
Dimana :
u = mm u’ = 00
v = vV v’ = 11
’ ’
δρf u v- v u
=
δV v
2
(0)( v)-(1)(m)
=
(v) 2
-( 1)(0,1)
2
= 4
( πr 3 )
3
-0,1
= ( 4 ( 3,14 ) ¿ ¿ ¿
3
-0,1
= -13
8,523 x 10
= 1,173 x 10−15
1
∆V = x skala terkecil
2
= 0,5 x 10−3
= 5 x 10−4
√ 2 2 2
∆ρf = ( 5,29 x 1 0−7 ) ( 5 x 10−4 ) + (−1,173 x 1 0−15) ( 5 x 10−4 )
2
= √¿¿
= 2,645 x 10−10
δη 2
2gtr ( ρ b- ρ f)
=
δL 9L
2
( 0)( 9L) -(9)( 2gtr (ρb-ρf))
=
( 9L)2
-0,698
=
0,81
= -0,862
1
∆L = x skala terkecil
2
= 0,5 x 10−3
= 5 x 10−4
√( )
δη 2
( )
δη 2
( )
δη 2
( ) ( )
2
2 2 δη δη 2
Δη = (∆ t) + (∆ r ) + ( ∆ ρb )2 + 2
( ∆ ρf ) + ¿¿
δt δr δρb δρf δL
√
= ¿¿
¿
= 51.720,402165
∆η
KR = x 100%
2 ( ∆ η + η)
0,0024
= x 100%
2 ( 0,0024 + 0,164 )
0,0024
= x 100%
0,3328
= 0,0072 %
KB = 100% - KR
= 100% - 0,0072 %
= 99,9928 %
BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA
6.2 Pembahasan