Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya
gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair
tersebut. Gesekan-gesekan inilah yang menghambat aliran zat cair. Besarnya
kekentalan zat cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang
menentukan kekentalan suatu zat cair. Hukum viskositas newton menyatakan
bahwa laju perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu meka tegangan geser
perbandingan lurus dengan viskositas.
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan
gesekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lainnya.
Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas
yang rendah dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan
memiliki viskositas yang tinggi. Viskositas secara umum juga dapat
diartikan sebagai suatu tendensi untuk melawan aliran cairan karena
internal friction atau resistensi suatu bahan untuk me n gala
mi d e f orm a s i b i l a ba han t e r se bu t di k ena i s ua t u ga ya .
Sema kin b es ar resistensi suatu zat cair untuk mengalir maka semakin
besar pula viskositasnya (Nasra Djabir, 2013)
Cairan memiliki gaya gesek yang lebih besar daripada gas, sehingga
mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar daripada gas. Viskositas cairan
berbanding terbalik dengan suhu. Apabila suhu meningkat, maka viskositas akan
semakin kecil begitupun sebaliknya. Ini disebabkan karena jika suhu meningkat,
maka gaya tarik antar molekul dalam unsur tersebut mengalami perenggangan dan
gaya tarik atom semakin tidak karuan yang menyebabkan gaya untuk menahan
aliran yang dimilikinya semakin kecil maka akan semakin cepat untuk mengalir.
Begitu juga jika suhu yang terjadi menurun.Namun,berbeda dengan gas.
Viskositas gas akan bertambah seiring kenaikan suhu dan akan menurun jika
suhu juga mengalami penurunan (Sukardjo, 2004).
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
1.2 Tujuan Percobaan
1.2.1 Tujuan Instruksi Umum (TIU)
1. Kami dapat memahami Konsep Fisika/mekanika mengenai kekentalan.
2. Kami dapat memahami gesekan yang dialami oleh suatu benda yang
bergerak dalam fluida adalah disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut.
1.2.2 Tujuan Instruksi Khusus (TIK)
1. Kami dapat memahami prinsip keseimbangan gaya stokes, gaya
apung,dan gaya berat pada suatu benda dalam fluida.
2. Kami dapat mengamati pengaruh gesekan yang dialami oleh suatu benda
yang bergerak dalam fluida yang disebabkan oleh fluida tersebut.
3. Kami dapat menerapkan factor koreksi pada laju bola jatuh.
4. Kami dapat menentukan viskositas fluida.
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
alkohol dan bensin mempunyai viskositas kecil. Sedangkan cairan yang mengalir
lambat seperti gliserin, minyak castor dan madu mempunyai viskositas besar, Jadi
viskositas tidak lain menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan. Viskositas
dalam cairan ditimbulkan oleh gesekan dalam lapisan-lapisan dalam cairan,
sehingga makin besar gesekan yang terjadi maka viskositasnya semakin besar,
begitu juga jika gesekan yang terjadi lebih kecil, maka viskositasnya juga kecil
yang merupakan gesekan antara molekul–molekul cairan (Sutiah, Firdaus and
Budi, 2008).
Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, diartikan nilai viskositasnya
rendah, dan sebaliknya cairan sulit mengalir diartikan nilai viskositasnya tinggi.
Pada hukum aliran viskos, Newton mengatakan hubungan antar gaya
mekanikanya dari suatu aliran viskos sebagai: “Geseran dalam (viskositas) fluida
adalah konstan sehubungan dengan gesekannya”. Aliran viskos dapat
digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara
kedua bidang tersebut (Firmansyah and Sucahyo, 2019).
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
𝑟= 𝐹 ……………………………………………………………………..(5.2.1)
𝐴
Keterangan:
𝑟= Tegangan Geser, F=,Gaya yang diterapkan, A= area lintas bagian
Dengan kecepatan lapisan fluida paling atas sebesar v, sedangkan kecepatan
lapisan fluida yang berada paling bawah adalah nol. Sehingga kecepatan geser (γ)
di suatu tempat pada jarak y dari bidang tetap tanpa adanya tekanan fluida adalah :
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
Viskometer merupakan peralatan yang digunakan untuk mengukur
viskositas suatu fluida. Model viskometer yang umum digunakan berupa
viskometer bola jatuh, tabung (pipa kapiler ) dan sistem rotasi. Viskometer rotasi
silinder sesumbu (concentric cylinder) dibuat berdasarkan 2 standar, sistem,
dimana silinder bagian dalam berputar dengan silinder bagian luar diam dan
sistem Couette dimana bagian luar silinder yang diputar sedangkan bagian dalam
silinder diam. Fluida yang akan diukur ditempatkan pada celah diantara kedua
silinder. Fluida ( zat alir ) adalah zat yang dapat mengalir, misalnya zat cair dan
gas. Fluida dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu fluida statis dan dinamis.
Didalam fluida yang tidak diidealisir terdapat aktivitas molekuler antara
bagianbagian lapisannya. Salah satu akibat dari adanya aktivitas ini adalah
timbulnya gesekan internal antara bagian-bagian tersebut, yang dapat
digambarkan sebagai gaya luncur diantara lapisan-lapisan fluida tadi. Hal ini
dapat dilihat dari perbedaan kecepatan bergerak lapisan-lapisan fluida tersebut.
Bila pengamatan dilakukan terhadap aliran fluida makin mengecil ditempat-
tempat yang jaraknya terhadap dinding pipa semakin kecil, dan praktis tidak
bergerak pada tempat di dinding pipa. Sedangkan kecepatan terbesar terdapat
ditengah-tengah pipa aliran. Viskositas suatu fluida adalah sifat yang
menunjukkan besar dan kecilnya tahanan dalam fluida terhadap gesekan.
Fluida yang mempunyai viskositas rendah, misalnya air mempunyai
tahanan dalam terhadap gesekan yang lebih kecil dibandingkan dengan fluida
yang mempunyai viskositas yang lebih besar (Nurpialawati, 2014).
Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan Viscous (Soedojo, 1986).
Suatu bahan apabila dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dulu menjadi
viscous yaitu menjadi lunak dan dapat mengalir pelan-pelan. Viskositas dapat
dianggap sebagai gerakan di bagian dalam (internal) suatu fluida. Viskositas suatu
fluida merupakan daya hambat yang disebabkan oleh gesekan antara molekul-
molekul cairan, yang mampu menahan aliran fluida sehingga dapat dinyatakan
sebagai indikator tingkat kekentalannya (Nurpialawati, 2014) .
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
Nilai kuantitatif dari viskositas dapat dihitung dengan membandingkan gaya
tekan per satuan luas terhadap gradien kecepatan aliran dari fluida. Prinsip dasar
ini yang dipergunakan untuk menghitung viskositas secara eksperimen
menggunakan metode putar, yaitu dengan memasukkan penghambat ke dalam
fluida dan kemudian diputar. Semakin lambat putaran penghambat tersebut maka
semakin tinggi nilai viskositasnya (Warsito, dkk., 2012).
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan
gesekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan
yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan
tinggi. Pada hukum aliran viskos, Newton menyatakan hubungan antara gaya-
gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai: Geseran dalam (viskositas) fluida
kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas
(Nurpialawati, 2014).
Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang
dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan
bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu
bidang permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan,
yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidak
ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F dikenakan pada
bidang bagian atas yang menyebabkan bergeraknya bidang atas dengan kecepatan
konstan v, maka fluida dibawahnya akan membentuk suatu lapisan-lapisan yang
saling bergeseran. Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan geser (s)
sebesar F/A yang seragam, dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas
sebesar v dan kecepatan lapisan fluida paling bawah sama dengan nol. Maka
kecepatan geser (g) pada lapisan fluida di suatu tempat pada jarak y dari bidang
tetap, dengan tidak adanya tekanan fluida (Burhanudin, 2014).
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
Koefisien viskositas secara umum diukur dengan dua metode :
1. Metode Viskometer Ostwald Viskometer Ostwald adalah waktu yang
dibutuhkan untuk mengalirnya sejumlah tertentu cairan dicatat, dan η dihitung
dengan hubungan Umumnya koefisien viskositas dihitung dengan
membandingkan laju aliran cairan dengan laju aliran koefisien viskositasnya
diketahui.
2. Metode Bola jatuh Metode bolajatuh menyangkut gaya gravitasi yang seimbang
dengan gerakan aliran pekat, dimana b merupakan bola jatuh atau manik-manik
dan g adalah konstanta gravitasi. Apabila digunakan metode perbandingan, kita
dapatkan.
Viskositas bertujuan untuk menentukan koefisien kekentalan zat cair dengan
menggunakan hukum Stokes. Viskometer merupakan alat yang digunakan untuk
menentukan nilai viskositas fluida. Viskositas disebut juga dengan tingkat
kekentalan suatu zat cair. Viskositas berasal dari perkataan visceous.Viskositas
merupakan ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan. Kekentalan tak lain
adalah sifat cairan yang sangat erat kaitannya dengan hambatan dari suatu cairan
uji dalam mengalir (Tissos, Yulkifli and Kamus, 2014).
Fluida adalah zat yang dapat mengalir ketika diberikan gaya yang
menyinggung permukaannya. Gaya yang menyinggung ini disebut shear stress.
Saat shear stress diaplikasikan pada fluida maka fluida tersebut akan terdeformasi.
Proses deformasi inilah yang disebut aliran fluida. Salah satu properti yang sangat
penting dari fluida adalah viskositas, yaitu koefisien yang menggambarkan
ketahanan suatu zat cair agar tidak terdeformasi oleh shear stress tersebut.
Semakin besar viskositas suatu fluida, maka gaya yang dibutuhkan untuk
menggerakan fluida tersebut sehingga mengalir akan semakin besar. Secara
sederhana, viskositas sering disebut dengan derajat kekentalan suatu fluida.
Sebagai contoh, susu kental manis lebih kental daripada air sehingga dapat kita
katakan susu kental manis memiliki koefisien viskositas yang lebih besar daripada
air dan tentu saja susu kental manis lebih sulit mengalir dari air (Akbar, 2015).
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
Gaya tarik antar molekul yang besar dalam cairan menghasilkan viskositas
yang tinggi. Kekentalan (viskositas) merupakan sifat cairan yang berhubungan
erat dengan hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir
cepat, sedangkan lainnya mengalir secara lambat, semakin tinggi viskositas maka
pergerakan bahan tersebut semakin rendah (Srihidayati, 2017).
Viskositas atau kekentalan adalah merupakan suatu ukuran sukar atau
mudahnya suatu bahan untuk mengalir. semakin rendah viskositas suatu fluida,
semakin besar juga pergerakan dari fluida. Hal ini merupakan ukuran kekentalan
fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan dalam fluida Semakin besar
viskositas fluida, maka semakin sulit suatu fluida mengalir dan juga menunjukkan
semakin sulit suatu benda bergerak didalam fluida (Srihidayati, 2017).
Karakteristik struktur aliran internal (dalam pipa) sangat tergantung dari
kecepatan rata-rata aliran dalam pipa, densitas, viskositas dan diameter pipa.
Aliran fluida (cairan atau gas) dalam pipa mungkin merupakan aliran laminer atau
turbulen. Pada aliran laminer, partikel-partikel fluida seolah-olah bergerak
sepanjang lintasan yang halus dan lancar dengan kecepatan fluida rendah dan
viskositasnya tinggi. Sedangkan aliran turbulen, partikel-partikel fluida bergerak
secara acak dan tidak stabil dengan kecepatan fluida tinggi dan viskositasnya
rendah. Hal tersebut ditunjukkan oleh percobaan Osborne Reynolds. Menurut
hasil percobaan Reynold, untuk membedakan apakah aliran itu turbulen atau
aliranlaminar dapat menggunakan bilangan tak berdimensi yang biasa disebut
dengan bilangan Reynold (Arijanto, Yohana and Sinaga, 2015).
Fluida memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena
manusia meminum, menghirup bahkan berenang di dalam fluida. Viskositas
merupakan salah satu materi fluida statis yang dipelajari saat perkuliahan fisika
dasar. Viskositas merupakan gesekan yang terjadi diantara lapisan-lapisan yang
bersebelahan di dalam fluida.Viskositas pada gas diakibatkan oleh tumbukan antar
molekul gas sedangkan viskositas pada zat cair terjadi akibat adanya gaya-gaya
kohesi antar molekul zat cair.Besarnya viskositas berbanding lurus dengan massa
jenis fluida Peningkatan temperatur mengurangi kohesi molekuler dan
diwujudkan dengan berkurangnya viskositas fluida (Damayanti et al., 2018).
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
Fluida merupakan zat yang dapat mengalir yang mempunyai partikel yang
mudah bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Ketahanan fluida
terhadap perubahan bentuk sangat kecil sehingga fluida dapat dengan mudah
mengikuti bentuk ruang. Berdasarkan wujudnya, fluida dapat dibedakan menjadi
dua yaitu: fluida cair, gas, Untuk mengerti aliran fluida maka harus mengetahui
beberapa sifat dasar fluida. Sifat dasar fluida tersebut yaitu; kekentalan, kerapatan,
berat jenis, tekanan, temperature (Arijanto, Yohana and Sinaga, 2015).
Fluida dapat digolongkan kedalam cairan atau gas. Perbedaan-perbedaan
utamaantara cair dan gas adalah :
1. Cairan praktis tidak kompersible, sedangkan gas kompersible dan seringkali
harus diperlakukan demikian.
2. Cairan mengisi volume tertentu dan mempunyai permukaan-permukaan bebas,
sedangkan agar dengan massa tertentu mengembang sampai mengisi seluruh
bagian wadah tempatnya.
Gaya yang bekerja pada fluida dikelompokkan menjadi 2; pertama, gaya
pemukaan (surface force) yaitu gaya yang bekerja pada batas/permukaan fluida
melalui kontak fisik, terdiri dari gaya tekan atau tekanan dan gaya geser; kedua,
gaya badan (body force) yaitu gaya yang bekerja tanpa kontak fisik dimana gaya
tersebut didistribusikan ke seluruh elemen fluida, terdiri dari gaya gravitasi, gaya
sentrifugal, gaya Coriolis dan gaya elektromagnetik. Pada semua pembahasan
dalam buku ini, gaya-gaya yang diperhitungkan adalah tekanan, gaya geser dan
gravitasi, sedang yang lainnya diabaikan.
1. Gunung, bukit, pasir dan lembah terjadi akibat gaya-gaya yang ditimbulkan
aliran udara atau air yang menemui halangan.
2. PDAM harus menyuplai air dengan debit dan tekanan yang memadai untuk
mengatasi hambatan aliran di sepanjang pipa aliran agar airnya sampai ke
rumah tinggal konsumen.
3. Air pendingin radiator harus dialirkan dengan kecepatan tertentu untuk
memindahkan panas secara efektif.
4. Kincir angin berputar karena digerakkan oleh aliran udara, sebaliknya kipas
angin berputar untuk menggerakkan udara dan menghasilkan aliran udara.
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
Baling-baling kapal dan pesawat berputar untuk menghasilkan aliran fluida dan
gaya dorong (sebagai gaya reaksinya).
5. Kita dapat merasakan hambatan aerodinamik wajah dan tubuh kita ketika
berjalan menentang angin yang kencang.
6. Lambung kapal, sayap dan body pesawat dibuat halus untuk mengurangi gaya
hambat; bola golf dibuat kasar juga untuk mengurangi hambatan terhadap
gerakannya. Letupan cambuk merupakan gelombang kejut karena ujung
cambuk bergerak dengan kecepatan supersonik.
7. Jantung koroner terjadi akibat penyempitan pembuluh darah (≈ pipa) sehingga
suplai darah (≈ fluida) ke jantung (≈ pompa) terganggu. Biomechanic
engineering mengembangkan teknologi agar aliran darah ke jantung tidak
turbulen tetapi supaya laminer, sehingga organ-organ jantung tidak menerima
aliran darah yang berat.
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
.................................................................................................(5.2.4)
k = 6πr
Ff = 6πηrv .................................................................................................(5.2.5)
Keterangan :
FS = Gaya Stokes ( N ), η = Koefisien Viskositas ( N.s/m ), r = jari-jari bola (m),
v= kecepatan relatif bola terhadap fluida (m/s)
Dengan η adalah koefisien viskositas yang dinyatakan dalam
kgm/s.Persamaan Ff = 6πηrv pertama kali dinyatakan oleh Sir George Stokes
pada tahun 1845, sehingga persamaan ini dikenal sebagai hukum stokes.Semakin
kental suatu zat cair, maka gaya hambatnya juga semakin besar.
η = 2 gr / 9V1(b f
.....................................................................................(5.2.6)
K )))
eterangan :
η = koefisien Viskositas ( N.s/m ),b = massa jenis benda ( kg/m ),f = massa jenis
fluida (kg/m) , V1 = Kecepatan termal( m/s)
Dalam fluida ternyata gaya yang dibutuhkan (F), sebanding dengan luas
fluida yang bersentuhan dengan setiap lempeng (A), dan dengan laju F = η A v. v
dan berbanding terbalik dengan jarak antar lempeng (l). Besar gaya F yang
diperlukan untuk menggerakan suatu lapisan fluida dengan kelajuan tetap v untuk
luas penampang keping A. Dengan viskositas didefinisikan sebagai perbandingan
regangan geser (F/A) dengan laju perubahan regangan geser (v/l). Dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa : Makin besar luas keping (penampang) yang
bersentuhan dengan fluida, makin besar gaya F yang diperlukan sehingga gaya
sebanding dengan luas sentuh (F ≈ A). Untuk luas sentuh A tertentu, kelajuan v
lebih besar memerlukan gaya F yang lebih besar, sehingga gaya sebanding dengan
kelajuan(F≈v).
Hukum Stokes Viskositas dalam aliran fluida kental sam saja dengan
gesekan pada gerak benda padat. Untuk fluida ideal, viskositas η = 0 sehingga kita
selalu menganggap bahwa benda yang bergerak dalam fluida ideal tidak
mengalami gesekan yang disebabkan fluida. Akan tetapi, bila benda tersebut
bergerak dengan kelajuan tertentu dalam fluida kental, maka benda tersebut akan
dihambat geraknya oleh gaya gesekan fluida benda tersebut. Besar gaya gesekan
fluida telah dirumuskan :
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
....................................................................... (5.2.7)
F=ηAv=Aηv=kηv
k = 6 п .......................................................................................................(5.2.8)
F = 6 п η r v ..............................................................................................(5.2.9)
Keterangan:
F= Gaya, η= koefisien Viskositas ( N.s/m ), r= jari-jari, V= volume
Persamaan itulah yang hingga kini dikenal dengan Hukum Stokes.
Dengan menggunakan hukum stokes, maka kecepatan bola pun dapat diketahui
melalui persamaan (rumus) :
v = 2 r2 g (ρ – ρ0) 9 η ..........................................................................(5.2.10)
Keterangan:
V= volume, r= jari-jari, η= Kofisien viskositas, g= grafitasi
Setiap benda yang bergerak dalam fluida mendapat gaya gesekan
yangdisebabkan oleh kekentalan fluida tersebut. Gaya gesekan tersebut sebanding
dengan kecepatan relatip benda terhadap fluida. Khusus untuk benda yang
berbentuk bola dan bergerak dalam fluida yang sifat-sifatnya, gaya gesekan yang
dialami benda dapatdirumuskan sebagai berikut :
F=6πη ...............................................................................................(5.2.11)
Keterangan :
F = gaya gesekan yang bekerja pada bola, η = koefisien kekentalan fluida, V =
kecepatan bola relatip terhadap fluida.
Rumus diatas dikenal sebagai hukum stokes.Tanda minus menunjukan arah
gaya F yang berlawanan dengan kecepatan (V). Pemakaian hukum stokes
memerlukan beberapa syarat yaitu : Ruang tempat fluida tidak terbatas
(ukurannya cukup luas dibandingkan dengan ukuran benda) Tidak ada turbulensi
didalam fluida Kecepatan V tidak besar, sehingga aliran masih laminar.
Jika sebuah bola dengan rapat massa dan dilepaskan dari permukaan zat cair
tanpa kecepatan awal, maka bola tersebut mula-mula akan bergerak dipercepat.
Dengan bertambahnya kecepatan, maka bertambah besar pula gaya gesekan pada
bola tersebut. Pada akhirnya bola akan bergerak dengan kecepatan tetap, yaitu
setelah terjadi keseimbangan antara gaya berat, dan gaya apung (gaya
archimedes).
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
Suatu benda yang dijatuhkan bebas dalam suatu fluida kental, kecepatannya
makin membesar sampai mencapai suatu kecepatan terbesar yang tetap.
Kecepatan terbesar yang tetap ini dinamakan kecepatan terminal.
2.3.2 Hukum Archimedes
Hukum Archimedes adalah sebuah hukum tentang prinsip pengapungan di
atas zat cair. Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian di dalam zat
cair, zat cair akan memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada benda, dimana
besarnya gaya keatas (gaya apung) sama dengan berat zat cair yang dipindahkan.
Pada prinsip Archimedes, sebuah benda akan mengapung di dalam fluida jika
massa jenis suatu benda lebih kecil daripada massa jenis zat cair (Jewwet, 2009).
Archimedes (287-212 SM) seorang ilmuwan Yunani Kuno menemukan cara
dan rumus untuk menghitung volume benda yang tidak mempunyai bentuk baku.
Penemuannya terjadi saat mandi dalam bak yang airnya tumpah akibat karena
adanya gaya apung (buoyancy) dari zat cair dan setelah diukur ternyata sebanding
dengan besar tubuhnya. Gaya apung yang terjadi karena tekanan pada tiap-tiap
bagian permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida. Tekanan tersebut lebih
besar pada bagian benda yang tercelup lebih dalam Ketika benda ditimbang
sambil dicelupkan kedalam zat cair, ternyata berat benda itu berkurang dibanding
ketika ditimbang di udara. Sesungguhnya benda yang dicelupkan kedalam zat cair
tidak berkurang beratnya.
“Kalau suatu benda atau permukaan yang terendam dalam atmosfer maka
gaya-gaya akibat tekanan atmosfer akan bekerja padanya. Kalau suatu benda
terendam dalam air maka gaya hidrostatik akibat kedalaman air akan bekerja
terhadap benda tersebut.” Gaya apung adalah resultan gaya yang bekerja terhadap
suatu benda oleh fluida statik tempat benda itu terendam atau terapung. Gaya
apung beraksi vertikal ke atas, Pada benda yang terendam, gaya apung sama
dengan beda antara komponen vertikal gaya tekanan terhadap sisi bawah benda
dan komponen vertikal gaya tekanan terhadap sisi atas benda.
FB =V.γ ..................................................................................................(5.2.12)
Keterangan:
FB =Gaya apung, V= volume, γ= Berat jenis fluida
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
2.4 Benda Dalam Hukum Archimedes
Bila benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka ada 3 kemungkinan yang
terjadi yaitu tenggelam, melayang, dan terapung (Egziabher and Edwards, 2013)
2.4.1 Benda Tenggelam
Benda disebut tenggelam dalam zat cair apabila posisi benda selalu terletak
pada dasar tempat zat cair berada.Keadaan ini terjadi ketika masa jenis zat cair
lebih kecil dari pada massa jenis benda. contohya, besi atau baja akan tenggelam
jika dimasukan ke dalam air (gaya tekanan air < berat benda).
Keterangan:
ρb = massa jenis benda, ρZC = massa jenis zat cair, W = usaha,m= massa benda,
g= gaya grafitasi
2.4.2 Benda Melayang
Benda melayang dalam zat cair apabila posisi benda di bawah permukaan
zat cair dan di atas dasar tempat zat cair berada. Keadaan ini terjadi saat massa
jenis zat cair sama dengan massa jenis benda. Benda yang melayang berada
diantara dasar bejana dan permukaan cairan Contoh: telur ketika dimasukkan ke
dalam air yang laluh ditambahkan sedikit garam akan melayang.
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
W = Fa ..................................................................................................(5.2.16)
ρb = ρzc
...............................................................................................(5.2.18)
Keterangan:
ρb = massa jenis benda, ρZC = massa jenis zat cair, W = usaha,m= massa benda,
g= gaya grafitasi
2.4.3 Benda terapung
Benda terapung dalam zat cair apabila posisi benda sebagian muncul
dipermukaan zat cair dan sebagian terbenam dalam zat cair. r, maka benda
tersebut akan mengalami gaya apung. Hal ini diungkapkan oleh Archimedes
dalam hukumnya yang berbunyi “gaya apung yang bekerja pada sebuah benda
yang dibenamkan sama dengan berat fluida yang dipindahkan”. Gaya apung yang
terjadi pada benda adalah selisih gaya yang bekerja pada benda apabila dicelupkan
atau berada dalam fluida.
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
Dengan rumusnya sebagai berikut:
𝜌b < 𝜌𝑐 ...............................................................................................(5.2.19)
FA = V2 PC g ............................................................................................. 5.2.20)
Keterangan:
FA = gaya apung(N), pC = Massa jenis zat cair(kg/m3) V2 =volume benda yang
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
BAB
PROSEDUR KERJA
3.1 Alat
a b c d
e f g h
Gambar 5.3.1 Peralatan Praktikum Viskositas Fluida (a) Jangka Sorong, (b)
Oli, Dan Sabun Cair (c) Mikrometer sekrup, (d) bola-bola, (e) Stopwatch,
(g) RollMeter. (h) Gelas ukur.
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
BAB
TABEL PENGAMATAN
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
BAB V
PENGOLAHAN DATA
0,193+0,397+0,633
= 3 = 0,407 s
b. Untuk Fluida II (Sunlight)
L1 = 0,1 L2 = 0,2 L3 = 0,3
t1+t2+t3
t1 = n t1+t2+t3 t1+t2+t3
t2 = n t3 = n
1,54+1,48+1,34
= 3 2,63+2,93+2,74 4,32+4,57+4,39
= 3 = 3
1,453+2,767+4,427
= 3 = 2,883 s
0,01512
= 2
= 0,00756 m
r1+r2
Σr= n
0,00756+0,00756
= 2 = 0,00756
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
5.3 Menentukan Massa Jenis Bola dan Massa Jenis Fluida
5.3.1 Menentukan Massa Jenis Bola
M M
ρb = V = 4 rbola
2
3
M 0,0048
ρb = V = 4 .3,14 .(0,007562)
3
0,0048
=4 .3,14 .0,000057
3
0,0048
= 0,00023
= 20,86 Kg/m3
5.3.2 Menentukan Massa Jenis Fluida Oli
0,1355−0,0966
= 0,00005
= 778 Kg/m3
5.3.3 Menentukan Massa Jenis Fluida Sunlight
Msunlight massa gelas isi−massa gelas kosong
ρf2 = Vsunlight = volume
0,1333−0,0966
= 0,00005
= 734 Kg/m3
2gtr 2(pb−pf)
5=
1 9L
2.9,81.0,193.(0,00756 2)(20,86−778)
= 9.0,1
2.9,81.0,193.0,000057(−757,14)
= 0,9
−0,1662
= 0,9
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
= -0,184
L = 0,2
2gtr 2(pb−pf)
5=
2 9L
2.9,81.0,397.(0,00756 2)(20,86−778)
= 9.0,2
2.9,81.0,397.0,000057(−757,14)
= 1,8
−0,3361
= 1,8
= -0,186
L = 0,3
2gtr 2(pb−pf)
5=
3 9L
2.9,81.0,633.(0,00756 2)(20,86−778)
= 9.0,3
2.9,81.0,633.0,000057(−757,14)
= 2,7
−0,5359
= 2,7
= -0,198
1+ 2+ 3
∑η = n
(−0,184)+(−0,186)+(−0,198)
= 3
= -0,189
5.4.2 Untuk Fluida II ( Sunlight
) L = 0,1
2gtr 2(pb−pf)
5=
1 9L
2.9,81.1,453.(0,00756 2)(20,86−734)
= 9.0,1
2.9,81.1,453.0,000057(−713,14)
= 0,9
−1,158
= 0,9
= -1,287
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
L = 0,2
2gtr 2(pb−pf)
5=
2 9L
2.9,81.2,767.(0,00756 2)(20,86−734)
= 9.0,2
2.9,81.2,767.0,000057(−713,14)
= 1,8
−2,206
= 1,8
= -1,226
L = 0,3
2gtr 2(pb−pf)
5=
3 9L
2.9,81.4,427.(0,00756 2)(20,86−778)
= 9.0,3
2.9,81.4,427.0,000057(−757,14)
= 2,7
−3,530
= 2,7
= -1,240
1+ 2+ 3
∑η = n
(−1,287)+(−1,226)+(−1,240)
= 3
= -1,251
2gtr 2(pb−pf)
η= 9L
ð𝑦 2 ð𝑦 2 ð𝑦
Δ η=√( ) ( )2 ( ) ( )2 ( 2 ð𝑦 2 ð𝑦 2
) ( )2 ( ) ( )2 ( ) ( )2
ð𝑡 ð𝑟 ð𝜌𝑏 ð𝜌f ð𝐿
ð𝑦 2gtr 2(pb−pf)
1. ð𝑡 = 9L
Dimana :
u = 2gtr 2(pb − pf) u‟ = 2gr 2(pb −
pf) v = 9L v‟ = 0
ð𝑦 u𝘍.v−v𝘍.u
ð𝑡 = v2
2gr 2(pb−pf).9L−0.2gtr 2(pb−pf)
=
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
(
INDONESIA
9
L
)
2
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
2gr 2(pb−pf).9L
= (9L)2
2.9,81.(0,00756 2)(20,86−734).9.0,1
= (9.0,1)2
2.9,81.0,000057(−713,14)).0,9
= 0,81
= -0,8861
(t1−t)2+(t2−t)2+(t3−t)2
∆t = √
2 n(n−1)
(1,453−2,883)2+(2,767−2,883)2+(4,427−2,883)2
= √
3(3−1)
(−1,43)2+(−0,122)2+(1,544)2
=√
6
= √0,7406
= 0,8605
ð𝑦 2gtr 2(pb−pf)
3. ð𝑟 = 9L
Dimana :
pf) v = 9L v‟ = 0
ð𝑦 u𝘍.v−v𝘍.u
ð𝑟 = v2
4gtr(pb−pf).9L−0.2gtr 2(pb−pf)
= (9L2)
4gtr(pb−pf).9L
= (9L2)
4.9,81.2,883.0,00756(20,86−734).9.0,1
= (9.0,1)2
4.9,81.2,883.0,00756(−713,14)).0,9
= 0,81
= -677,67
(r1−r)2+(r2−r)2
∆r = √
4 n(n−1)
(0,00756−0,00756)2+(0,00756−0,00756)2
= √
2(2−1)
(0)2+(0)2
=√
2
= √0
=0
ð𝑦 2gtr 2(pb−pf)
5. ð𝜌𝑏 = 9L
Dimana :
u = 2gtr 2(pb − pf) u‟ = 2gtr 2
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
v = 9L v‟ = 0
ð𝑦
u𝘍.v−v𝘍.u
ð𝜌𝑏 = v2
2gtr 2.9L−0.2gtr 2(pb−pf)
= (9L)2
2gtr 2.9L
= (9L)2
2.9,81.2,883(0,00756 2)9.0,1
= (9.0,1)2
2.9,81.2,883.0,000057.0,9
= 0,81
= 0,0035
6. Δ𝜌𝑏 = 2 2
√(ð𝜌𝑏 ) +
ð𝜌𝑏
( ð𝑣 ) (Δ𝑣)2
ð𝑚
(Δ𝑚)2
ð𝜌𝑏 𝑚
ð𝑚 =𝑣
Dimana :
u=m u‟ = 1
v=v v‟ = 0
ð𝜌𝑏 u𝘍.v−v𝘍.u
ð𝑚 = v2
1.v−0.m
= v2
1.v
= v2
1.0,00005
= 0,000052
= 0,1907
Δ𝑚 = 1 x skala terkecil
2
= 1 x 10-3
2
= 0,0005
ð𝜌𝑏 𝑚
ð𝑣 = 𝑣
Dimana :
u=m u‟ = 0
v=v v‟ = 1
ð𝜌𝑏 u𝘍.v−v𝘍.u
ð𝑣 = v2
0.v−1.m
= v2
1.m
= v2
1.0,0048
= 0,000052
= 18,310
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
Δ𝑣 = √ ð𝑣 2
( ) (Δ𝑟)2
ð𝑟
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
4 INDONESIA
ð𝑣
= 𝜋r3
ð𝑟 3
Dimana :
4
u= 𝜋 u‟ = 0
3
v = r3 v‟ = 3r2
ð𝑣
= u‟.v + v‟.u
ð𝑟
= 0. r3 + 3r2. 4 𝜋
3
= 3r . 𝜋
2 4
3
= 3.(0,00756)2. 4. 3,14
3
= 3.0,000057. . 3,14 4
3
= 0,00071
(r1−r)2+(r2−r)2
∆r = √
n(n−1)
(0,00756−0,00756)2+(0,00756−0,00756)2
= √
2(2−1)
(0)2+(0)2
=√
2
= √0
=0
ð𝑣 2
Δ𝑣 = √( ) (Δ𝑟)2
ð𝑟
= √(0,00071)2(0)2
= √5,041 𝑥 10−7
= 0,0034
ð𝜌𝑏
Δ𝜌𝑏 = √( 2 (Δ𝑚)
2 ð𝜌𝑏 2 (Δ𝑣)2
) +( )
ð𝑚 ð𝑣
= √(0,1907)2(0,0005)2 + (18,310)2(0,0034)2
= √(0,0363)(2,5 𝑥 10−7) + (335,25)(0,00001)
= √(0,003409)
= 0,0583
ð𝑦 2gtr 2(pb−pf)
7. ð𝜌f= 9L
Dimana :
u = 2gtr 2(pb − pf) u‟ = 2gtr 2
v = 9L v‟ = 0
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
ð𝑦
u𝘍.v−v𝘍.u
ð𝜌𝑏 = v2
2gtr 2.9L−0.2gtr 2(pb−pf)
= (9L)2
2gtr 2.9L
= (9L)2
2.9,81.2,883(0,00756 2)9.0,1
= (9.0,1)2
2.9,81.2,883.0,000057.0,9
= 0,81
= 0,0035
ð𝜌𝑏 ð𝜌𝑏
8. Δ𝜌ƒ = √( 2
)2 + ( ( )2
2
(
) Δ𝑚 ) Δ𝑣
ð𝑚 ð𝑣
ð𝜌𝑏 𝑚
ð𝑚 = 𝑣
Dimana :
u=m u‟ = 1
v=v v‟ = 0
ð𝜌𝑏 u𝘍.v−v𝘍.u
ð𝑚 = v2
1.v−0.m
= v2
1.v
= v2
1.0,00005
= 0,000052
= 0,190
Δ𝑚 = 1 x skala terkecil
2
= 1 x 10-3
2
= 0,0005
ð𝜌𝑏 𝑚
ð𝑣 = 𝑣
Dimana :
u=m u‟ = 0
v=v v‟ = 1
ð𝜌𝑏 u𝘍.v−v𝘍.u
ð𝑣 = v2
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
0.v−1.m
= v2
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
1.m
= v2
1.0,0048
= 0,000052
= 18,310
Δ𝑣 = 1 x skala terkecil
2
= 1 x 10-3
2
= 0,0005
ð𝜌𝑏 ð𝜌𝑏
Δ𝜌ƒ = √( 2
( )2 + ( ( )2
2
) Δ𝑚 ) Δ𝑣
ð𝑚 ð𝑣
= √(0,190)2(0,0005)2 +
(18,310)2(0,0005)2
Dimana :
u = 2gtr 2(pb − pf) u‟ = 0
v = 9L v‟ = 1
ð𝑦 u𝘍.v−v𝘍.u
ð𝐿 = v2
0.9L−1.2gtr 2(pb−pf)
= (9L)2
1.2gtr 2.(pb−pf)
= (9L)2
1.2.9,81.2,883(0,00756 2)(20,86−734)
= (9.0,1)2
2.9,81.2,883.0,000057.(−713,14)
= 0,81
= -2,8385
10. Δ𝐿 = 1 x skala terkecil
2
= 1 x 10-3
2
= 0,0005
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
ð𝑦 2 2 2 2
ð𝑦 ð𝑦 ð𝑦 ð𝑦2
Δη=√( ) (Δ )2 + ( ) (Δ𝑟)2 + ( ) (Δ𝜌𝑏)2 + ( ) (Δ𝜌ƒ)2 + ( ) (Δ𝐿)2
ð𝑡 ð𝑟 ð𝜌𝑏 ð𝜌f ð𝐿
= √1,0858
= 1,04
KR = 2(Δ𝜂+𝜂)
Δ𝜂
x 100 %
1,04 x 100 %
= 2(1,04+1,251)
= 0,22
KB = 100 % - KR
= 100 % - 0,22
= 99,78 %
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
BAB
ANALISA PENGOLAHAN DATA
6.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini penetapan yang dilakukan adalah viskositas fluida.
Dimana alat yang disiapkan adalah jangka sorong, oli, sunlight, stopwatch, gelas
ukur, mikrometer sekrup, roll meter dan bola-bola.
Pada percobaan kali ini bola-bola kecil dijatuhkan ke dalam permukaan
fluida, yaitu oli dan sunlight agar dapat diketahui nilai viskositas dan massa jenis
masing-masing fluida. Seperti yang dapat dilihat pada tabel 5.6.1 nilai massa jenis
oli yang didapatkan sebesar 778 kg/m 3 dan dilakukan 3 kali percobaan sehingga
terdapat 3 data nilai viskositas oli yaitu, -0,184 Ns/m2, -0,186 Ns/m2 dan -0,198
Ns/m2. Sedangkan nilai massa jenis sunlight adalah 734 kg/m3 dan nilai
viskositasnya yaitu, -1,287 Ns/m2, -1,226 Ns/m2 dan -1,240 Ns/m2.
Adapun dilakukan perhitungan ketidakpastian untuk mengetahui keakuratan
atau persen kebenaran dari hasil praktikum yang telah dilakukan. Hasil yang
didapatkan berdasarkan hasil data perhitungan yang didapatkan saat praktium.
Dimana persen kebenaran bekerja pada penetapan viskositas fluida adalah
99,78%.
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dari data dan hasil analisa yang telah di peroleh dapat di simpulkan bahwa
viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida.
Kekentalan merupakan sifat cair yang berhubungan erat dengan hambatan untuk
mengalir. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang
merupakan gesekan antara molekul-molekul cairan.Suatu jenis cairan yang mudah
mengalir, diartikan nilai viskositasnya rendah,dan sebaliknya cairan sulit mengalir
diartikan nilai viskositasnnya tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas
yaitu suhu, tekanan, konsentrasi larutan dan berat molekul sulute. Pada percobaan
viskositas fluida massa kelereng, jari-jari tabung, kekentalan fluida sangat
berpengaruh dalam kecepatan dan waktu yang di butuhkan bola kelereng agar bisa
sampai ke dasar tabung.
7.2 Saran
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
7.3 Ayat yang berhubungan
“Dan pada pergantian siang dan malam dan hujan di turunkan Allah dari
langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada
perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal”
(Al-jasiyah :5).
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, R.M. (2015) „Memahami Viskositas Fluida Secara Sederhana
(Makroskopik)‟, Jurnal Viskositas, 2(1), pp. 3–5. Available at:
https://doi.org/10.13140/RG.2.1.4145.3523.
Arijanto, *, Yohana, E. and Sinaga, F.T.H. (2015) „Analisis Pengaruh Kekentalan
Fluida Air Dan Minyak Kelapa Pada Performansi Pompa Sentrifugal‟,
Jurnal Teknik Mesin S-1, 3(2), pp. 212–219.
Damayanti, Y. et al. (2018) „Kajian Pengaruh Suhu Terhadap Viskositas Minyak
Goreng Sebagai Rancangan Bahan Ajar Petunjuk Praktikum Fisika‟,
Jurnal Pembelajaran Fisika, 7(3), pp. 307–314.
Egziabher, T.B.G. and Edwards, S. (2013) „Fluida of Archimedes‟, Africa’s
potential for the ecological intensification of agriculture, 53(9), pp. 1689–
1699.
Firmansyah, R.R. and Sucahyo, I. (2019) „Rancang bangun viskometer rotasi
sebagai pengukur kekentalan fluida cair‟, J. Inovasi Fisika Indonesia,
8(2), pp. 28–32.
Hardiyatul Maulida, R. and Rani, E. (2010) „Analisis Karakteristik Pengaruh
Suhu Dan Kontaminan Terhadap Viskositas Oli Menggunakan Rotary
Viscometer‟, Jurnal, 3(1), pp. 18–31.
Khafid, A. (no date) „DIUKUR DENGAN METODE BOLA JATUH DALAM
FLUIDA VISKOS‟.
Nurpialawati, I.R.A. (2014) „Viskositas Cairan‟, 2014(1112016200073), pp. 1–
25. Srihidayati, G. (2017) „Studi Perbandingan Viskositas Saos Sambal Aneka
Merk
Produk‟, Jurnal Pertanian Berkelanjutan, 5(2), p. 4.
Sutiah, Firdaus, K.S. and Budi, W.S. (2008) „Parameter Viskositas Dan Indeks
Bias‟, Berkala Fisika, 11(2), pp. 53–58. Available at:
http://eprints.undip.ac.id/2036/.
Tissos, N.P., Yulkifli and Kamus, Z. (2014) „Pembuatan Sistem Pengukuran
Viskositas Fluida Secara Digital Menggunakan Sensor Efek Hall Ugn3503
Berbasis Arduino Uno328‟, Jurnal Sainstek Vol. VI No. 1: 71-83 Juni
2014, VI(1), pp. 71–83.
VISKOSITAS
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
VISKOSITAS