Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN AKHIR FISIKA DASAR

LAPORAN

DANIEL SILABAN
220310037

LABORATORIUM FISIKA DASAR

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA

MEDAN

2021

1
LAPORAN AKHIR FISIKA DASAR

Laporan merupakan salah satu syarat untuk


mengikuti Praktikum dan Praktikal Tes di
Laboratorium Fisika Dasar
Fakultas Pertanian
Universitas Methodist Indonesia
Medan
Diketahui Oleh :

( Efbertias Sitorus, S.si, M.si )


Dosen Penanggung Jawab
Asisten Asisten

(Rijel Sirait) (Jestika Elprida Pakpahan)


217310074 217310019

LABORATORIUM FISIKA DASAR


AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2021

2
Kata Pengantar
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Esa karena atas limpahan
rahmat dan karuniaNya laporan akhir Praktikum dapat diselesaikan tepat waktu.

Laporan akhir praktikum ini merupakan bentuk pertanggungjawaban tertulis atas


terlaksananya kegiatan praktikum Fisika Dasar .

Praktikum yang dilaksanakan di laboratorium Univesrsitas Methodist Indonesia.

Kelancaran kegiatan Praktikum tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak. Oleh karena itu, saya mengucapkan teruma kasih kepada
segenap pihak yang telah membantu:

1. Asisten Dosen( Asdo) mata kuliah Fisika Dasar.

2. Bpk. Efbertias Sitorus, S.si, M.si sebagai Dosen mata kuliah fisika dasar.
Laporan praktikum ini menjelaskan aktivitas Praktikum yang dilaksanakan pada
semester dua. Semoga laporan akhir praktikum ini dapat memberikan manfaat berupa
inspirasi dan motivasi bagi pembaca. Saya menyadari dalam proses pembuatan laporan
masih terdapat banyak kesalahan, oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan
demi perbaikan laporan kami selanjutnya.

Medan , 29 Juni 2021

Daniel silaban

3
4
Bab 1 Pendahuluan

I.I Latar Belakang


Viskositas atau biasa dituliskan dengan lambang μ adalah suatu ukuran yang
menggambarkan besarnya resistensi atau tahanan dari suatu cairan. Viskositas dapat
juga didefinisikan sebagai suatu aliran fluida yang menggambarkan besarnya
gesekan antara molekul-molekul fluida.
Gabriel George Stokes adalah seorang fisikawan yang mendedikasikan seluruh
hidupnya untuk meneliti fluida. Penelitiannya yang terkenal adalah Hukum Stokes,
yang berbunyi demikian : “ Apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan tertentu
dalam fluida kental, maka gerakan benda akan dihambat oleh gaya gesek antara
perukaan benda dengan fluida. “ Biasanya hukum Stokes dapat dituliskan sebagai
berikut :

𝐹𝑑 = 6𝜋𝜇𝑉𝑟

Dimana :

Fd = besarnya gaya drag yang diberikan fluida pada


bola μ = besarnya viskositas fluida
V = kecepatan benda bergerak dalam
fluiad r = besarnya jari-jari benda (
biasanya bola )

Makin tinggi nilai viksositas benda, maka semakin besar pula besarnya
gaya yang diberikan fluida kepada benda, sehingga gerak benda akan semakin
lambat. Jika sebuah benda dijatuhkan kedalam fluida, maka gaya-gaya yang
bekerja pada benda adalah sebagai berikut :

5
Dimana W-Fa-Fs = 0, sedangkan untuk mencari W, Fa dan Fs, digunakan rumusn :

𝑊 = 𝑚. 𝑔 𝐹𝑎 = 𝑚. 𝑔. ℎ 𝐹𝑠 = 𝐹𝑑 = 6𝜋𝜇𝑉𝑟
Benda yang bergerak pasti memiliki kecepatan, karena itu, kita dapat mencari
besarnya kecepatan benda , dengan menggunakan rumus hukum Stokes yang
diturunkan, sehingga didapat persamaan sebagia berikut :
𝑉=

2𝑟𝑏2(𝜌𝑏 − 𝜌𝑓)𝑔

9𝜇
Hukum Stokes sendiri dibagi menjadi 2 janis, yaitu untuk fluida laminar dan fluida
turbulence. Suatu fluida dikatan laminar apabila kondisi partikel- partikel fluida yang
bergerak disepanjang jalur-jalur halus dalam lamina atau lapisan fluida yang “
meluncur “ diantara sesamanya. Sedangkan flluida turbulence adalah fluida yang
konsidi partikel-partikel fluida bergerak secara acak.

I.II Tujuan

1. Memahami bahwa benda yang bergerak di dalam fluida akan mendapatkan gaya
gesekan yang disebabkan kekentalan fluida
2. Menentukan koefisien kekentalan zat cair dengan menggunakan Hukum Stokes.

6
Bab 2 Tinjauan Pustaka

II.I Viskositas
Viskositas zat cair adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang
bergerak, atau karena benda padat yang bergerak di dalam fluida. Besarnya gesekan
disebut derajat kekentalan zat cair. Jadi, semakin besar viskositas zat cair maka
semakin sulit benda padat zat cair tersebut bergerak. Viskositas dalam zat cair yang
berperan adalah gaya kohesi (gaya tarik menarik antar molekul sejenis) dengan
partikel zat cair. Viskositas(kekentalan) dapat dianggap sebagai suatu gesekan di
dalam fluida. Karena adanya viskositas ini maka untuk mnggunakan salah satu
lapisan fluida diatasnya lapisan lain lurus ada gaya yang bekerja. Karena pengaruh
gaya lapisan zat cair dapat bergerak dengan kecepatan (y) yang nilainya semakin
mengecil untuk lapisan dasar sehingga muncul gradien kecepatan. Zat cair maupun
gas memiliki viskositas, hanya saja zat cair lebih kental dari pada gas. (Martoharsono,
2006)
Fluida adalah suatu zat yang bentuknya dapat berubah secara continue akibat
gaya geser pada benda padat. Gaya geser dapat menyebabkan terjadinya perubahan
bentuk yang tidak berubah besarnya skema gaya ini bekerja. Namun, baik fluida yang
kental maupun yang encer akan mengalami pergerakan antara satu bagian terhadap
bagian lainnya apabila ada gaya geser yang bekerja. Jadi, dapat dikatakan bahwa
fluida tidak dapat menahan gaya geser. (Hartyono, 1983)
Pada Hukum Stokes, viskositas pada fluida yang kental sama dengan gesekan
pada gerak benda padat. Pada fluida ideal, viskositas η= 0 sehingga dapat dikatakan
bahwa benda yang bergerak di dalam fluida ideal tidak mengalami gesekan yang
disebabkan fluida. Namun, bila benda tersebut bergerak dengan kelajuan tertentu
dalam fluida yang kental, maka benda tersebut akan dihambat gerakannya oleh gaya
gesek fluida benda tersebut. Besarnya gaya gesekan fluida dapat dirumuskan dengan
F = ηAV = kηV. Koefisien k tergantung pada bentuk benda. Pada benda yang
berbentuk bola dengan jari-jari (r) maka akan dirumuskan dengan

7
II.II Definisi Fluida
Fluida adalah zat yang menempati ruang dan zat yang dapat mengalir. Dalam hal
ini fluida adalah zat gas dan zat cair. Viscositas lainnya ada fluida riil atau fluida
nyata (Fluida yang kita temui sehari-hari) (Lohat, 2009).
Fluida adalah suatu zat yang bentuknya dapat berubah secara kontinu akibat gaya
geser pada benda padat. Gaya geser manyebabkan terjadinya perubahan bentuk atau
deformasi, yang tidak berubah besarnya selama gaya yang bekerja ini besarnya tetap.
Akan tetapi, baik Fluida Viskos maupun encer akan mengalami pergerakan antara
satu bagian terhadap bagian lainnya bila ada gaya geser yang bekerja padanya. Jadi
dapat dikatakan bahwa fluida tidak dapat menahan gaya geser (Hariyono, 1983).
Fluida adalah zat-zat yang mampu mengalir dan yang sesuai dengan bentuk yang
mengandung pembuluh. Volume cairan menempati dan pasti memiliki permukaan
bebas, sedangkan suatu massa gas berkembang sampai menempati semua bagian dari
setiap kapal (Gilles, 1986).

II.III Hukum Poiseville


Satuan Sistem Internasional (SI) untuk koefisien viskositas adalah N S/m 2 = Pas
(Pascal Sekon), satuan cgs (centimeter gram sekon). Untuk koefisien viscositas
adalah dengan S/cm2 = Poise (P). Satuan Poise digunakan untuk mengenang seorang
ilmuwan peranan yaitu Jean Louis Matle Poiseville (Sutrisno, 1981).
Hukum Poiseville menyatakan bahwa cairan yang mengalir melalui saluran pipa
akan berbanding langsung dengan penurunan tekanan sepanjang pipa dan pangkat
empat jari-jari pipa (Reynold, 2000).

II.IV Hukum Stokes dan Kecepatan Terminal


Hukum Stokes adalah tentang gerak bola dalam fluida yang kental yang melalui
viscositas menimbulkan gaya gesek sebesar F = -Gph rV dimana h = viscositas fluida
dan r = radius bola (Administrator, 2008).

8
Hukum Stokes adalah dasar dari viscometer jatuh bola, dimana fluida stasioner
dalam tabung gelar vertical yang dapat diukur dengan waktu yang dibutuhkan untuk
dua tanda Po tabung (Djojodiharjo, 1983).
Kecepatan terminal adalah sebuah benda yang jatuh bebas dalam fluida kental.
Selama gerakannya, pada benda tersebut bekerja tiga buah gaya. Gaya-gaya yang
bekerja pada benda adalah seimbang (Souja, 1998).
Kecepatan terminal adalah kecepatan konstan yang dialami suatu objek yang jatuh
bebas karena pengaruh gravitasi dan gaya hambatan udara. Dimana disini : gaya tarik
gravitasi (Fg) = gaya lambat udara (Fd) (Tinler, 1998).
II.V Kekentalan
Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan antara
molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan
inilah yang menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair (viskositas)
dinyatakan dengan suatu bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat cair. Hukum
viskositas Newton menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut fluida yang
tertentu maka tegangan geser berbanding lurus dengan viskositas.
Viskositas adalah gesekan interval, gaya viskos melawan gerakan sebagai fluida relatif
terhadap yang lain. Viscositas adalah alasan diperlukannya usaha untuk mendayung
perahu melalui air yang tenang, tetapi juga merupakan suatu alasan mengapa dayung
bisa bekerja. Efek viskos merupakan hasil yang penting dalam pipa aliran darah.
Pelumasan bagian dalam mesin fluida viskos cenderung melekat pada permukaan zat
yang bersentuhan dengannya.
Diantara salah satu sifat zat cair adalah kental (viskos) dimana zat cair memiliki
kekentalan yang berbeda-beda materinya, misalnya kekentalan minyak goreng dengan
kekentalan oli. Dengan sifat ini zat cair banyak digunakan dalam dunia otomotif yaitu
sebagai pelumas mesin. Telah diketahui bahwa pelumas yang dibutuhkan tiap-tiap
mesin membutuhkan kekentalan yang berbeda-beda.
Suatu zat memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang dimasukkan
kedalamnya mendapat gaya tekanan yang diakibatkan peristiwa gesekan antara
permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Sebagai contoh, apabila kita memasukkan
sebuah bola kecil kedalam zat cair, terlihatlah batu tersebut mula-mula turun dengan

9
cepat kemudian melambat hingga akhirnya sampai didasar zat cair. Bola kecil tersebut
pada saat tertentu mengalami sejumlah perlambatan hingga mencapai gerak lurus
beraturan. Gerakan bola kecil menjelaskan bahwa adanya suatu kemampuan yang
dimiliki suatu zat cair sehingga kecepatan bola berubah. Mula-mula akan mengalami
percepatan yang dikarenakan gaya beratnya tetapi dengan sifat kekentalan cairan maka
besarnya percepatannya akan semakin berkurang dan akhirnya nol. Pada saat tersebut
kecepatan bola tetap dan disebut kecepatan terminal. Hambatan-hambatan dinamakan
sebagai kekentalan (viskositas). Akibaat viskositas  zat cair itulah yang menyebabkan
terjadinya perubahan yang cukup drastic terhadap kecepatan batu. Aliran viskos, dalam
berbagai masalah keteknikan pengaruh viskositas pada aliran adaalh kecil, dan dengan
demikian diabaikan. Cairan kemudian dinyatakan sebagai tidak kental (invicid) atau
seringkali ideal dan diambil sebesar nol. Tetapi jika istilah aliran viskos dipakai, ini
berarti bahwa viskositas tidak diabaikan. Untuk benda homoogen yang dicelupkan
kedalam zat cair ada tiga kemungkinan yaitu, tenggelam, melayang, dan terapung. Oleh
kaarena itu percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat mengukur viskositas berbagai
jenis zat cair. Karena semakin besar nilai viskositas dari larutan maka tingkat
kekentalan larutan tersebut semakin besar pula.

10
Bab 3 Metodologi

III.I WAKTU DAN TEMPAT

3.1.1 WAKTU
Hari : Sabtu
Tanggal : 16 Mey 2021
3.1.2 TEMPAT
Adapun tempat dilakukannya praktikum ini ialah di laboratorium Fakultas
Pertanian Universitas Methodist Indonesia.
III.II Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini,yaitu:
1.Tabung gelas
2.Bola-bola bakelit
3.Zat cair
4.Sendor saringan
5.Termometer
6.Stopwatch
7.Mistar
8.Jangka sorong
9.Mikrometer skrup
10.Neraca Teknis

III.III Prosedur Kerja


Dalam percobaan ini, dilakukan 2 kali percobaan dengan menggunakan 2 jenis
larutan yang berbeda, yaitu minyak goreng dan oli. Sebelum melakukan
percobaan ada, beberapa langkah pendahuluan yang harus kita lakukan, yaitu :
1. Menimbang massa masing-masing bola mengunakan neraca
lengan o hauss, lalu mengukur diameter masing-masing bola
menggunakan mikrometer sekrup.

11
2. Menimbang massa beaker glass kosong, lalu mengisinya
dengan minyak sampai volume tertentu, lalu menimbang
kembali massa beaker glass berisi minyak menggunakan
neraca o hauss.
3. Mengulangi langkah ke-2 dengan mengganti minyak goreng
dengan oli.
4. Mengisi tabung plastik menggunakan minyak atau oli sampai
batas tertentu, misalnya 5 cm dari mulut tabung.
5. Mempersiapkan tabel dan stopwatch sebelum
mempersiapkan tahap selanajutnya.
Percobaan 1
1. Meletakan saringan bertangkai ke dalam tabung berisi minyak
goreng.
2. Mengambil salah satu bola , lalu menjatuhkan bola kedalam
minyak, lalu menghitung waktu yang diperlukan oleh bola
untuk jatuh sampai pada kedalaman tertentu.
3. Mencatat hasil penghitungan waktu dan memasukan kedalam
tabel
4. Mengulangi langkah 2 dan 3 sebanyak 9 kali.
5. Mengulangi langkah 2 sampai 4 menggunakan bola dengan
ukuran yang berbeda sebanyak 2 kali.
Percobaan 2
1. Meletakan saringan bertangkai ke dalam tabung berisi oli.
2. Mengambil salah satu bola , lalu menjatuhkan bola kedalam
oi, lalu menghitung waktu yang diperlukan oleh bola untuk
jatuh sampai pada kedalaman tertentu.
3. Mencatat hasil penghitungan waktu dan memasukan kedalam
tabel
4. Mengulangi langkah 2 dan 3 sebanyak 9 kali.

12
5. Mengulangi langkah 2 sampai 4 menggunakan bola dengan
ukuran yang berbeda sebanyak 2 kali.

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

IV.I HASIL PENGAMATAN


Tabel Pengamatan
a.       Penentuan massa jenis bola dan zat cair
No. Variabel Pengamatan Massa (kg) Volume ( )
1. Bola
-Bola 1 kg
-Bola 2 kg
2. Zat cair (fluida)
-Zat cair 1 (minyak goreng) kg
-Zat cair 2 (oli) kg

b. Penentuan kecepatan terminal ( )


No. Variabel Pengamatan Jarak lintasan Waktu (s)
(m)
1. Bola
-Bola 1 h = 0,222 m = 0,84 s
= 0,90 s
= 0,94 s
-Bola 2 h = 0,222 m = 0,91 s
= 0,99 s
= 1,44 s

c.       Penentuan diameter Bola dan Tabung


No. Variabel Pengamatan Diameter(m)
1. Bola
-Bola 1 = 20,75 x m
= 20,75 x m
= 20,75 x m
-Bola 2 = 20,75 x m
= 20,75 x m

13
= 20,75 x m
2. Tabnung
-Tabung 1 = 80,27 x m
= 80,27 x m
= 80,27 x m
-Tabung 2 = 80,27 x m
= 80,27 x m
= 80,27 x m

F. ANALISIS DATA
A) Menghitung jari-jari bola
1. Menghitung massa bola 1 pada minyak goreng
= 20,75 mm = 20,75 x m
= 20,75 mm = 20,75 x m
= 20,75 mm = 20,75 x m
=
=
= 10,375 x m
=
=
= 10,375 x m
=
=
= 10,375 x m
NO (m)
1 = 10,375 x
2 = 10,375 x
3 = 10,375 x
∑ =(+ +)
= (10,375 x ) + (10,375 x ) + (10,375 x )
= 31,125 x m

14
\      Jari-jari rata-rata bola 1
=
=
= 10,375 x m
\     Jari-jari bola 1
r=
= 10,375 x m
\     Volume bola 1
=ᴨ

= . 3,14
= 4,675 x
\     Massa jenis bola 1
=
=
= 2,695 x kg/
= 2695 kg/
2. Menghitung massa bola 2 pada oli
= 20,75 mm = 20,75 x m
= 20,75 mm = 20,75 x m
= 20,75 mm = 20,75 x m
=
=
= 10,375 x m
=
=
= 10,375 x m
=
=
= 10,375 x m
NO (m)

15
1 = 10,375 x
2 = 10,375 x
3 = 10,375 x

∑ =(+ +)
= (10,375 x ) + (10,375 x ) + (10,375 x )
= 31,125 x m
\     Jari-jari rata-rata bola 2
=
=
= 10,375 x m
\     Jari-jari bola 2
r=
= 10,375 x m
\     Volume bola 2
=ᴨ
= . 3,14
= 4,675 x
\     Massa jenis bola 2
=
=
= 2,695 x kg/
= 2695 kg/
B) Menghitung massa fluida
1. Minyak goreng
a. Berat gelas ukur = 45,65 gr
= 45,65 x kg ………….…(a)
b. Berat gelas ukur + minyak goreng = 47,19 gr
= 47,19 x kg ……………(b)
c. Berat minyak goreng = (b – a)

16
= (47,19 x ) – (45,65 x )
= 1,73 x kg
d. Volume minyak goreng = 2 ml
= 2 x liter
=2x
e. Massa jenis minyak goreng :
=
=
= 0,865 x kg/
= 865 kg/
2. Oli
a. Berat gelas ukur = 45,4 gr
= 45,4 x kg ………….………(a)
b. Berat gelas ukur + oli = 47,4 gr
= 47,4 x kg ……………(b)
c. Berat oli = (b – a)
= (47,4 x ) – (45,4 x )
= 2 x kg
d. Volume oli = 2 ml
= 2 x liter
=2x
e. Massa jenis oli :
=
=
= 1 x kg/
= 1000 kg/

C) Perhitungan waktu tempuh


1. Penghitungan waktu tempuh bola 1 pada minyak

17
No. (s) ( ) (s)
1. = 0,84 0,84 – 0,89 = - 0,05
2. = 0,90 0,90 – 0,89 = 0,01
3. = 0,94 0,94 – 0,89 = 0,05
∑ ∑ = 0,89 ∑ = 0,01

\         Waktu rata-rata bola 1 pada minyak goreng


=
=
= 0,89 s
\         Waktu tempuh bola 1 pada minyak goreng
=
= 0,89 s

2. Penghitungan waktu tempuh bola 2 pada oli


No. (s) ( ) (s)
1. = 0,91 0,91 – 1,11 = - 0,20
2. = 0,99 0,99 – 1,11 = - 0,12
3. = 1,44 1,44 – 1,11 = 0,33
∑ ∑ = 3,34 ∑ = 0,01
\         Waktu rata-rata bola 2 pada oli
=
=
= 1,11 s
\   Waktu tempuh bola 2 pada oli
=
= 1,11 s

D) Mengukur jari-jari tabung


1. Jari-jari tabung minyak

18
= 80,27 mm = 80,27 x m
= 80,27 mm = 80,27 x m
= 80,27 mm = 80,27 x m
=
=
= 40,135 x m

=
=
= 40,135 x m
=
=
= 40,135 x m
\    Jari-jari rata-rata tabung minyak
=
=
=
= 40,135 x m
\    Jari-jari tabung minyak
R=
= 40,135 x m
2. Jari-jari tabung oli
= 80,27 mm = 80,27 x m
= 80,27 mm = 80,27 x m
= 80,27 mm = 80,27 x m
=
=
= 40,135 x m
=

19
=
= 40,135 x m
=
=
= 40,135 x m

\        Jari-jari rata-rata tabung oli


=
=
=
= 40,135 x m
\    Jari-jari tabung oli
R=
= 40,135 x m
E) Mengukur Viskositas
1. Mengukur viskositas bola 1 + minyak
k = 1 + ( 0,24 + )
= 1 + ( 0,24 + )
= 1 + (0,24 + 0,258)
= 1 + 0,498
= 1,498
η=
=
=
=
= 1,151 poise
=
=
=

20
=
= 1,294 poise
=
=
=
=
= -5,199 poise
=
=
=
= 221,31 poise
=
=
=
=
= 221,37 poise
Viskositas fluida 1 (minyak goreng)
= ( + ) poise
= 1,151 + 221,37
2. Mengukur viskositas bola 2 + oli
k = 1 + ( 0,24 + )
= 1 + ( 0,24 + )
= 1 + (0,24 + 0,258)
= 1 + 0,498
= 1,498
η=
=
=
=
= 1,331 poise

21
=
=
=
=
= 1,199 poise
=
=
=
=
= -6,005 poise
=
=
=
= 255,66 poise
=
=
=
= 255,733 poise
Viskositas fluida 2(oli)
= ( + ) poise
= 1,331 + 255,733

IV.II PEMBAHASAN
Praktikum mengenai viskositas zat cair ini bertujuan untuk menentukan nilai kecepatan
viskositas (kekentalan) zat cair berdasarkan Hukum Stokes. Viskositas zat cair adalah
gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang terjadi atas karena benda padat yang
bergerak di dalam fluida, viskositas juga dapat diartikan sebagai ukuran kekentalan zat
cair. Semakin kental suatu zat cair … maka semakin besar nilai koefisien viskositasnya.
Dalam praktikum ini, jenis fluida yang digunakan untuk mencari nilai koefisien
viskositasnya adalah minyak goreng dan oli.

22
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok kami, waktu tempuh yang diperoleh
bola 1 saat melewati tabung dengan jarak 22,2 cm yang berarti minyak goreng adalah
0,83 sekon dan waktu tempuh bola 2 saat melewati tabung yang terisi oli 1,11 sekon.
Dapat dikatakan bahwa waktu tempuh yang diperoleh bola saat melewati oli besar
dari pada waktu tempuh yang diperoleh bola saat melewati minyak goreng. Sehingga
hal itu berpengaruh terhadap nilai koefisien viskositasnya. Berdasarkan hasil
penghitungan, didapatkan nilai koefisien viskositas minyak goreng sebesar 222,45
poise dan nilai koefisien viskositas oli sebesar 251,064 poise. Semakin besar nilai
koefisien viskositas zat cair maka semakin sulit suatu benda padat melewati zat cair
tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya gaya tarik menarik antar molekul sejenis
pada oli lebih besar dari pada minyak goreng.

Bab 5 Kesimpun dan Saran

23
V.I Kesimpulan
a.       Viskositas adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang bergerak atau karena
pengaruh benda padat yang bergerak di dalam fluida. Semakin kental fluida tersebut
maka viskositas zat cairnya semakin besar.
b.      Dari praktikum ini dapat dibuktikan bahwa nilai koefisien viskositas oli lebih besar
dari pada nilai viskositas minyak goreng dengan nilai koefisien viskositas sebesar
257,064 poise dan nilai koefisien viskositasminyak goreng sebesar 222,45 poise. Hal
ini disebabkan karena oli lebih kental dari pada minyak goreng.

V.II Saran
Sebaiknya praktikum dilaksanakan dengan tertib, agar dapat mengefisiensikan
waktu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

24
- Lubis, Nur Azizah, 2018. “Pengaruh Kekentalan Cairan Terhadap Waktu Jatuh Benda
Menggunakan Falling Ball Method”, Jurnal Ilmu Fisika dan Teknologi. 2 (2) : 26 – 32.
- Jewett, Serway. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik Buku I Edisi 6. Jakarta : Salemba
Teknika.
- Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta : Gramedia.
- Ardiyansyah, David. 2017. “Perancangan dan Penerapan Sensor Kumparan untuk
Percobaan
Viskositas dengan Metode Bola Jatuh”, Jurnal Inovasi Fisika Indonesia. 6(1) : 6.
- Jati dan Rizkiana. 2015. “Studi Penentuan Viskositas Darah Ayam dengan Metode
Aliran
Fluida di Dalam Pipa Kapiler Berbasis Hukum Poisson”, Jurnal Fisika Indonesia 19(57)
: 44

BAB I
PENDAHULUAN

25
I.I Latar Belakang
Banyak fenomena-fenomena alam yang kurang kita perhatikan akan tetapi
fenomena-fenomena tersbut mempunyai hubungan dengan adanya tegangan
permukaan. Sering terlihat peristiwa-peristiwa alam yang tidak diperhatikan dengan
teliti misalnya tetes-tetes zat cair pada pipa keran yang bukan suatu aliran, laba-laba
air yang berada di atas permukaan air, gelembung-gelembung sabun, pisau silet yang
diletakkan perlahan-lahan di atas permukaan zat cair yang terapung, dan naiknya air
pada pipa kapile. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya gaya-gaya yang bekerja
pada permukaan zat cair atau pada batas antara zat cair dengan bahan lain.
Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair
(fluida) yang berada pada keadaan diam (statis).
Suatu molekul dalam fase cair dapat dianggap secara sempurna dikelilingi oleh
molekul lainnya yang secara rata-rata mengalami daya tarik yang sama ke semua
arah. Gejala ini yang disebut dengan tegangan permukaan.
Oleh karena itu dilakukan percobaan penentuan koefisien tegangan permukaan
zat cair agar dapat mengetahui nilai tegangan permukaan pada aquades dan alkohol.

I.II Tujuan
Menentukan koefisien tegangan permukaan zat cair (y) dengan pertolongan pipa
kapiler

Bab 2 Tinjauan Pustaka

II.I Pengertian Tegangan permukaan zat cair

26
Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat cair
untuk menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastic.
Selain itu, tegangan permukaan juga diartikan sebagai suatu kemampuan atau
kecenderungan zat cair untuk selalu menuju ke keadaan yang luas permukaannya
lebih kecil yaitu permukaan datar atau bulat seperti bola atau ringkasnya didefinisikan
sebagai usaha yang membentuk luas permukaan baru. Dengan sifat tersebut zat cair
mampu untuk menahan benda-benda kecil di permukaannya. Seperti silet, berat silet
menyebabkan permukaan zat cair sedikit melengkung ke bawah tampak silet itu
berada. Lengkungan itu memperluas permukaan zat cair namun zat cair dengan
tegangan permukaannya berusaha mempertahankan luas permukaan-nya sekecil
mungkin.
Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair
(fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis). Tegangan permukaan
γ didefinisikan sebagai gaya F persatuan panjang L yang bekerja tegak lurus pada
setia garis di permukaan fluida.
γ=FL
Permukaan fluida yang berada dalam keadaan tegang meliputi permukaan luar
dan dalam (selaput cairan sangat tipis tapi masih jauh lebih besar dari ukuran satu
molekul pembentuknya), sehingga untuk cincin dengan keliling L yang diangkat dari
permukaan fluida 2γL dapat ditentukan dari pertambahan panjang pegas halus
penggantung cincin (Dianometer) sehingga tegangan permukaan fluida memiliki nilai
sebesar :
γ=F2L

Dimana :          γ = tegangan permukaan (N/m)


                        F = Gaya (Newton)
                        L = Panjang permukaan selaput fluida (m)

Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada
antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu lebih

27
kecil dari pad tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak
bercampur lebih besar dari pada adhesi antara cairan dan udara
                                                                                                (Hamid.2010)
II.II Faktor yang mempengaruhi
Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk
menegang, sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi
oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang adesiv berlaku bahwa
besar gaya kohesinya lebih kecil dari pada gaya adesinya dan pada zat yang non-
adesiv berlaku sebaliknya. Salah satu model peralatan yang sering digunakan untuk
mengukur tegangan permukaan zat cair adalah pipa kapiler. Salah satu besaran yang
berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah sudut kontak, yaitu sudut yang dibentuk oleh
permukaan zat cair yang dekat dengan dinding. Sudut kontak ini timbul akibat gaya
tarik-menarik antara zat yang sama (gaya kohesi) dan gaya tarik-menarik antara
molekul zat yang berbeda (adesi).
Molekul biasanya saling tarik-menarik. Dibagian dalam cairan, setiap molekul
cairan dikelilingi oleh molekul-molekul cairan di samping dan di bawah. Di bagian
atas tidak ada molekul cairan lainnya karena molekul cairan tarik-menarik satu
dengan yang lainnya, maka terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul yang
berada di bagian dalam caian. Sebaliknya molekul cairan yang terletak di permukaan
di tarik oleh molekul cairan yang berada di samping dan bawahnya. Akibatnya, pada
permukaan cairan terdapat gaya total yang berarah ke bawah karena adanya gaya total
yang arahnya ke bawah, maka cairan yang terletak di permukaan cenderung
memperkecil luas permukaannya dengan menyusut sekuat mungkin. Hal ini yang
menyebabkan lapisan cairan pada permukaan seolah-olah tertutup oleh selaput elastis
yang tipis.

Ada beberapa metode dalam melakukan tegangan permukaan :


-          Metode kenaikan kapiler
Tegangan permukaan diukur dengan melihat ketinggian air/ cairan yang naik
melalui suatu kapiler. Metode kenaikan kapiler hanya dapat digunakan untuk

28
mengukur tegangan permukaan tidak bisa untuk mengukur tegangan permukaan tidak
bias untuk mengukur tegangan antar muka.
-          Metode tersiometer Du-Nouy
Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan utnuk mengukur tegangan permukaan
ataupun tegangan antar muka. Prinsip dari alat ini adalah gaya yang diperlukan untuk
melepaskan suatu cincin platina iridium yang diperlukan sebanding dengan tegangan
permukaan atau tegangan antar muka dari cairan tersebut.(Atfins. 1994)
Pada dasarnya tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh beberapa
factor diantaranya suhu dan zat terlarut. Dimana keberadaan zat terlarut dalam suatu
cairan akan mempengaruhi besarnya tegangan permukaan terutama molekul zat yang
berada pada permukaan cairan berbentuk lapisan monomolecular yang disebut dngan
molekul surfaktan.
II.III Faktor-faktor yang menpengaruhi :
-          Suhu
Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena
meningkatnya energy kinetik molekul
-          Zat terlarut (solute)
Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi tegangan
permukaan. Penambahan zat terlarut akan meningkatkan viskositas larutan, sehingga
tegangan permukaan akan bertambah besar. Tetapi apabila zat yang berada
dipermukaan cairan membentuk lapisan monomolecular, maka akan menurunkan
tegangan permukaan, zat tersebut biasa disebut dengan surfaktan.

-          Surfaktan
Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaan,
karena cnderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan
mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun
merupakan salah satu contoh dari surfaktan.

Struktur surfaktan secara 3 dimensi

29
Molekul surfaktan yang bersifat amfifil yaitu suatu molekul yang mempunyai
dua ujung yang terpisah, yaitu ujung polar (hidrofilik) dan ujung non polar
(hidrifobik). Sifat surfaktan yang amfifil menyebabkan surfaktan diadsorpsi pada
antar muka baik itu cair/gas (yang tidak saling bercampur).
Surfaktan akan selalu berada pada antar muka suatu cairan (berbeda jenis), bila
jumlah gugus hidrofil dan lipofilnya seimbang. Tapi, apabila suatu surfaktan memiliki
gugus hidrofil lebih besar lipofil, maka surfaktan akan lebih berada pada fase air dan
sedikit berada pada antar muka. Sebaliknya, bila suatu surfaktan memiliki gugus
hidrofil lebih kecil dari lipofil maka surfaktan akan lebih berada pada fase minyak
dan sedikit berada pada antar muka.
Surfaktan dapat digunakan menjadi dua golongan besar yaitu, surfaktan yang
larut dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam pelarut air.
Surfaktan yang larut dalam minyak : Ada tiga yang termasuk dalam golongan
ini, yaitu senyawa polar berantai panjang, senyawa fluorocarbon, dan senyawa
silicon.
Surfaktan yang larut dalam pelarut air : Golongan ini banyak digunakan antara
lain sebagai zart pembasah, zat pembusa, zat pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat
flotasi, oencegah korosi, dan lai-lain. Ada empat yang temasuk dalam golongan ini
yaitu surfaktan anion yang bermuatan negative, surfaktan yang bermuatan positif,
surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan, dan surfaktan amfoter yang
bermuatan negative dan positif bergantung pada pH-nya.
Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-
ikatan hydrogen pada permukaan. Hal ini dilakukan dengan menaruh kepala-kepala
hidrofiliknya terentang menjauhi permukaan air. Sabun dapat membentuk misel
(miceves), suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus
ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul sabun bersifat hidrofobik dan larut dalam
zat-zat non polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena
adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-
benar larut dalam air, tetapi dengan mudah akan tersuspensi di dalam air. Larutan
surfaktan dalam air menunjukkan perubahan sifat fisik yang mendadak pada daerah
konsentrasi yang tertentu. Perubahan yang mendadak ini disebabkan oleh

30
pembentukan agregat atau penggumpalan dari beberapa molekul surfaktan menjadi
satu, yaitu pada konsentrasi kritik misel (KMK).
Tegangan permukaan juga merupakan sifat fisik yang berhubungan dengan
gaya antarmolekul dalam cairan dan didefinisikan sebagai hambatan peningkatan luas
permukaan cairan. Awalnya tegangan permukaan didefinisikan pada antar muka
cairan dan gas. Namun, tegangan yang mirip juga ada pada tegangan antar muka
cairan-cairan, atau padatan dan gas. Tegangan semacam ini secara umum disebut
dengan tegangan antar muka. (Douglas.2001)

II.IV Pengertian Zat Cair


Jika kalian telah belajar mengenai zat padat, maka zat cair juga sama seperti zat padat,
kedua zat tersebut sama-sama memiliki volume tertentu.
Namun tak seperti zat padat, zat cair akan berbentuk sesuai dengan tempat atau wadah
yang ditempatinya.
Zat cair ini digambarkan sebagai zalir atau fluida. Zalir sendiri merupakan zat dengan
partikel-partikel yang bergerak bebas dengan saling melewati.
Sehingga zalir ini akan menyesuaikan bentuknya sesuai dengan wadahnya.
Zat cair memiliki susunan partikel atau molekul yang rapat sehingga sulit untuk
dimampatkan.
Meski demikian, partikel atau molekul tersebut mempunyai energi yang cukup untuk
mengetasi sebagian dari daya tarik menarik dengan molekul yang berada di dekatnya
sehingga dapat bergeser dan saling melewati.
Zat cair memiliki volume yang tetap, hanya saja bentuknya dapat berubah-ubah sesuai
dengan wadah atau tempat yang ia tempati.
Hal ini dapat kita contohkan dengan air yang apabila kita masukan ke dalam gelas,
maka bentuknya pun akan mengikuti bentuk dari gelas tersebut.
Dan apabila kita masukan ke dalam ember, maka bentuknya akan berubah lagi
mengikuti bentuk dari ember tersebut.
Namun perlu diingat bahwa volume yang dimiliki zat cair selalu tetap. Hal tersebut
dikarenakan molekul atau partikel penyusunnya jaraknya agak berjauhan antara satu
sama lain.

31
Sehingga, partikel dalam zat cair lebih bebas bergerak sebab ikatan antara partikelnya
tidak begitu kuat.

II.V Sifat Zat Cair

 Letak partikel berdekatan.


 Susunan antar partikelnya tidak teratur.
 Gerakannya agak bebas, sehingga partikel penyusunnya dapat bergeser dari
tempatnya, namun tidak dapat lepas dari kelompoknya.
 Permukaan dari zat cair selalu datar.
 Mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang rendah.
 Menekan ke segala arah.
 Zat cair dapat meresap ke celah yang sangat kecil (menembus kaca atau embun).
II.VI Ciri Ciri Zat Cair
 Bentuknya selalu berubah-ubah sesuai dengan wadah yang ditempati.
 Volume dari zat cair tetap.
 Letak molekulnya berdekatan.
 Gaya tarik menarik antar partikelnya lemah.
 Gerak partikelnya bebas, namun tidak dapat meninggalkan kelompoknya, hal itu
pula yang menyebabkan bentuk dari zat cair selalu berubah dan menyesuaikan
bentuk wadahnya.

32
 Susunan partikelnya renggang atau kurang teratur.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.I WAKTU DAN TEMPAT

3.1.1 WAKTU
Hari : Sabtu
Tanggal : 08 Appril 2021
3.1.2 TEMPAT
Adapun tempat dilakukannya praktikum ini ialah di laboratorium Fakultas
Pertanian Universitas Methodist Indonesia.
III.I Alat dan Bahan

1.Pipa kapiler dengan diameter 0,5 mm, 1,0 mm, 1,5 mm


2.Berjana gelas
3.Statip dan penyangga
4.Mistar
5.Air dan tissu
III.II Langkah Kerja

1. Diukur diameter tabung pipa kapiler yang dligunakan dengan jangka sorong

2. Dicelupkan tegak lurus tabung pipa kapiler ke dalam zat cair yang telah disediakan
dalam tabung beaker. tunggu beberapa menit hingga zat cair naik dalam pipa kapiler.

3. Diukur tinggi (h) zat cair yang naik dalam pipa dan gunakan loupe untuk melihat
permukaan zat cair.

4. Dilakukan percobaan beberapa kali dengan terlebih dahulu mengeluarkan zat cair
yang tersisa dalam tabung pipa kapiler.

5. Dengan jenis zat cair yang sama, dilakukan percobaan dengan pipa kapiler yang
berbeda diameternya.

33
6. Lakukan langkah 1-5 untuk zat cair yang berbeda.

7. Ditentukan massa jenis setiap zat cair yang digunakan ( ρ=m/V ) untuk memperoleh
massa jenis zat cair yang digunakan, timbanglah massa zat cair dan tentukan volume
zat cair yang digunakan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.I Hasil

Jenis Zat Cair


No h(mm) r1(mm) Volume(ml) Massa(gr) γ (N/m)
ρ(kg/m3)
1 aquades 1,5 8,5 40 40,3 0,064228
2 aquades 2 7 40 40,3 0,070525
3 aquades 4 3,5 40 40,3 0,070525
Rata-rata=0,0684

4.1 Perhitungan
4.1.1 Aquades

Dik :

Massa aquades = 40,3 gr

Volume aquades = 40 ml

h1 = 1,5 mm= 1,5 x 10-3 m

h2 = 2 mm = 2 x 10-3 m

h3 = 4 mm = 4 x 10-3 m

r1 = 8,5 mm = 8,5 x 10-3 m

r2 = 7 mm = 7 x 10-3 m

r3 = 3,5 mm = 3,5 x 10-3 m

34
 Menghitung massa jenis aquades:

massa 40,3 gram gram


ρaquades = = =1,0075 =1007,5 kg/m 3
volume 40 ml ml

 Menghitung Tegangan permukaan aquades1:

ρgrh
γ=
2 cos θ

kg
1007,5 3
x 10 m/s 2 x 8,5 x 10−3 m x 1,5 x 10−3 m
m
γ 1= =0,06422 N /m
2 cos 0 °

 Menghitung Tegangan permukaan aquades2:

ρgrh
γ=
2 cos θ

kg
1007,5 3
x 10 m/ s2 x 7 x 10−3 m x 2 x 10−3 m
m
γ 2= =0,070525 N /m
2 cos 0 °

 Menghitung Tegangan permukaan aquades3:

ρgrh
γ=
2 cos θ

kg
1007,5 3
x 10 m/ s2 x 3,5 x 10−3 m x 4 x 10−3 m
m
γ 3= =0,070525 N /m
2 cos 0 °

 Rata-rata tegangan permukaan aquades:

γ 1 +γ 2+ γ 3
γ́ =
3 ❑

35
N N N
0,06422 +0,070525 +0,070525
m m m
γ́ = =0,0684 N /m
3

 Aquades

No Data X ( X − X́ ) ( X − X́ )2
1 0,06422 -0,00418 0,0000174724
2 0,070525 0,002125 0,0000045156
3 0,070525 0,002125 0,0000045156
2
X́ =0,0684 ∑ (X − X́ ) = 0,0000265

1. Ralat Mutlak( ∆ X )

∑ ( X − X́ )2 =
∆ X=
√ n(n−1) √ 0,0000265
6
=√ 0,000004416=0,002101

2. Ralat Nisbi ( ∆ l )

∆X 0,002101
∆ l= x 100 %= x 100 %=3,072 %
X́ 0,0684

3. Keseksamaan (K)

K = 100% - ∆ l = 100% - 3,072 % =96,93%

4. Data hasil Pengukuran: X́ ± ∆ X

X́ + ∆ X=0,0684+0,002101=0,070501

X́ −∆ X =0,0684−0,002101=0,066299

4.2 Pembahasan

36
Berdasarkan perhitungan percobaan menghitung koefisien tegangan
permukaan pada aquades dan alkohol yang telah dilakukan pengulangan sebanyak
tiga kali, diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Pada percobaan menghitung koefisien tegangan permukaan pada aquades,
dengan massa aquades 40,3 gram dan volume nya 40 ml, besar jari-jari pipa
kapiler pertama: 0,85 cm, jari-jari pipa kapiler kedua: 0,7 cm, jari-jari pipa kapiler
ketiga: 0,35 cm didapat kenaikan yang sama setelah dilakukan 3 kali pengulangan
pada pipa kapiler pertama yaitu 0,15 cm. Dan juga didapat kenaikan yang sama
pada pipa kapiler kedua setelah dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali yaitu 0,2
cm serta didapat kenaikan yang sama juga pada pipa kapiler ketiga setelah
dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali yaitu 0,4 cm. Kemudian setelah itu kami
mengitung besarnya massa jenis aquades, yaitu didapat sebesar 1007,5 kg / m3
dan rata-rata besarnya tegangan permukaan aquades yaitu 0,0684 N /m. Setelah
mendapatkan besarnya massa jenis dan tegangan permukaan pada aquades,
kami melakukan analisis data dengan menggunakan teori ralat, didapat besarnya
ralat nisbi yaitu 3,072 %dan keseksamaannya atau keberhasilannya sebesar
96,93% .

37
BAB V PENUTUP

V.I Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa didapat dari praktikum tegangan permukaan adalah:

 Tegangan permukaan zat cair adalah kecendrungan permukaan zat cair untuk
menegang, sehingga permukaannya seperti ditutup oleh suatu lapisan elastis.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan adalah suhu: tegangan
suatu permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena meningkatnya
energy kinetic molekul; zat terlarut (solute): keberadaan zat terlarut
mempengaruhi tegangan permukaan, penambahan zat terlarut akan
meningkatkan viskositas larutan, sehingga tegangan permukaan akan bertambah
besar; surfaktan: zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung
untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka.
 Besarnya tegangan permuakaan zat cair dipengaruhi oleh: massa, volume, luas
penampang pipa kapiler dan kenaikan zat cair. Semakin kecil luas penampang pipa
kapiler nya, semakin tinggi kenaikan zat cair nya.
 Rumus untuk mencari Koefisien Tegangan permukaan zat cair adalah

ρgrh
γ=
2 cos θ

38
V.II Saran
5.1.1 Diharapkan sebelum melakukan percobaan, praktikan mengetahui maksud dan
tujuan percobaan tersebut agar percobaan dapat berjalan lancar dean
praktikan dapat mengambil peljaran dari percobaan tersebut.
5.1.2 Diharapkan sebelum melakukan percobaan, praktikan mengetahui alat-alat apa
saja yang digunakan, dan apa fungsi dari alat-alat yang akan digunakan
tersebut, agar praktikan dapat melakukan percobaan dengan baik dan benar.
5.1.3 Praktikan harus teliti dalam pengukuran maupun perhitungan

DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P. W. 1994. Kimia Fisik edisi ke-4 jilid 1. Erlangga: Jakarta.

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika jilid 1. Erlangga: Jakarta.

Hamid, Rimba. 2010. Penuntun Kimia Fisik. Universitas Hauoleo: Kendari.

39
Bab 1 Pendahuluan
II.I Latar Belakang
Getaran merupakan gerak bolak-balik yang periodik. Setiap benda yang bergetar akan
bergetar dengan frekuensi alamiahnya sendiri pada getaran harmonik.
Salah satu contoh getaran harmonik adalah bandul fisis. Bandul fisis adalah bandul
sederhana dengan beban massa (m), diikat pada tali panjang(L), dan diayun dengan
sudut simpangan tidak benar.
1. Gerak harmonik sederhana
Gerak harmonik sederhana (GHS) mempunyai persamaan gerak dalam bentuk
sinusiodal dan digunakan untuk menganalisis suatu gerak periodik tertentu. Gerak
harmonik sederhana dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu
a) GHS Linier
b) GHS Angular
Kinematika GHS
Simpangan
x(t) = Am sin (wt +q0)
keterangan :
x = simpangan,
Am = amplitudo,

40
w = frekuensi angular
q0 = sudut fasa awal
Contoh-contoh Gerak Harmonik Sederhana
1. Bandul Matematis atau Bandul sederhana
Bandul matematik adalah sebuah bandul dengan panjang I dan massa m dan membuat
GHS dengan sudut kecil (f <<). Gaya yang menyebabkan bandul ke posisi
kesetimbangan dinamakan gaya pemulih yaitu mg sin q dan panjang busur adalah s = lq.
Kesetimbangan gayanya adalah:
Bila amplitudo getaran tidak kecil namun tidak harmonik sederhana sehingga periode
mengalami ketergantungan pada amplitudo dan dinyatakan dalam amplitudo sudut q0.

2. Bandul Fisis
Bandul fisis merupakan benda tegar, pusat massa benda tegar dapat di tentukan
dengan rumus :
Pm = Ori.mi
Pada massa batang homogen adalah di tengah-tengah batang, sedangkan pusat
massa dua keping logam homogen juga di tengah-tengah keping. Jika masing-masing
batang dan keping logam dietahui, maka pusat massa bdul fisis dapat ditentukan.
Sifat-sifat bandul fisis :
 Setara dengan gerak pegas
 Gerak harmonis
 Gerak tegar
 Gerak melingkar
Jika C pusat massa bandul fisis dan A adalah titik gantung maka besarnya momen gaya
pada bandul adalah :  = Mga1 . Sinθ
a1 = jarak AC .......................(2)
tanda miinus menunjukkan arah momen gaya berlawanan dengan sudut θ untuk sudut θ
yang kecil (‫׀‬θ10<‫׀‬oC) maka :
 = - Mga1 . θ (θ dalam radian) ...................(3)

41
Rumus tersebut setara dengan persamaan Hooke untuk gaya pegas, sehngga dari
persamaan tersebut dapat di tentukan periode gerak bandul fisis yaitu :

2 π √I
T1 = = momen inersia bandul ....................(4)
Mga 1
Momen inersia bandul I dapat di tulis sebagai :
I = M (k2 + a12) k = jari-jari .......................(5)
Dengan demikian persamaan tersebut dapat di tulis sebagai :

k 2+ a2
T1 = 2π
√ g . a1
...........................(6)

Jika B dijadikan titik gantung (jarak BC = a2), aka akan didapatkan bandul fisis yang
lain yang waktu getarnya adalah :

k 2+ a2
T2 = 2π

g . a1
............................(7)

Dari kedua persamaan diatas dapat diperoleh :


π2
2 2
g = T 1 +T 2 T 12−T 22 .......................(8)
+
8 (a1 +a2 ) 8( a1−a 2)
Bandul fisis memperhitung momen inersia yaitu kecenderungan benda tegar melakukan
gerak rotasi. Bandul fisis memberikan torka pemulih sebesar t = Ia.

II.II Tujuan
1.Mengenal sifat bandul fisis
2.Menentukan percepatan gravitasi

42
Bab 2 Tinjuan Pustakan
II.I Bandul Fisis
Bandul fisis digunakan untuk menggambarkan gerakan berayun dari bandul yang
disebabkan oleh gravitasi. Untuk membuat bandul (pendulum), beratnya (m.g),
tergantung dari ti-tik tetap, disebut pivot. Dengan menarik pendulum kembali dan
melepaskan, itu akan berayun bolak-balik karena tarikan gravitasi dan tegangan di
sepanjang tali atau kawat yang menggantungkan berat tadi. Gerakan ini terus berlanjut
sebagai akibat inersia.
Menurut hukum dasar inersia, ketika benda dalam keadaan istirahat atau bergerak, ia
akan terus dalam keadaan itu kecuali ditindaklanjuti oleh kekuatan eksternal. Dalam
kasus bandul fisis, bandul akan terus berayun kecuali kekuatan eksternal bertindak
untuk menghentikannya. Karena tidak ada kekuatan eksternal bertindak di atasnya, itu
dapat terus berayun tanpa batas melalui busur yang sama.
Aksi pendulum adalah contoh yang baik dari kekekalan energi mekanik. Ini hukum
fisika menyatakan bahwa energi di dalam sistem selalu tetap konstan. Dengan kata lain,
jumlah energi selalu sama dan energi tidak dapat diciptakan atau dihancurkan. Ada
berbagai jenis energi yang menyatakan bahwa sebuah objek dapat dalam bentuk, seperti
energi kinetik, potensial, kimia, nuklir dan termal. Energi Potensial dan kinetik, atau
gerak, merupakan energi keadaan adalah mereka yang diukur dan diamati dalam bandul
fisika.

43
II.II Gerak bandul
merupakan gerak harmonik sederhana hanya jika amplitudo geraknya kecil. Kita dapat
melihat bahwa untuk sudut cukup kecil sehingga sin Ø ≈ Ø berlaku, percepatan
berbanding lurus dengan simpangan. Gerak bandul dengan demikian mendekati gerak
harmonik sederhana untuk simpangan kecil. Makin panjang tali, makin besar periode
yang konsisten dengan pengamatan eksperimen. Periode tidak bergantung pada massa,
karena gaya pemulih berbanding lurus dengan massa (Tripler, 1991).
Model matematika adalah gambaran atau perwakilan objek yang disusun dalam
pernyataan matematika dengan tujuan tertentu, antara lain untuk mengenali perilaku
objek, atau optimasi objek. Model matematika dari bandul sederhana mempunyai
bentuk umum dengan c adalah konstanta peredaman dan H(t) adalah gaya eksternal
selain gaya peredam, gaya tegang tali dan gayagravitasi yang bekerja pada bandul.
Secara matematis, karaktergerak bandul dapat diketahui dengan cara menentukan
selesaian umum model matematikauntuk bandul sederhana yang telah terbentuk. Karena
model matematika untuk bandul sederhana berupa persamaan diferensial linier orde
kedua maka untuk menentukan selesaian umumnya harus didasarkan pada konsep-
konsep tentang persamaan diferensial linier orde kedua (Shofwan, 2003).

II.III Osilasi
Jika suatu partikel dalam gerak periodik bergerak bolak-balik melalui lintasan
yang sama, geraknya disebut gerak osilasi atau vibrasi(getaran). Bumi penuh dengan
gerak osilasi misalnya osilasi roda keseimbangan arloji,dawai bola,massa yang
diikatkan pada pegas , atom dalam molekul atau dalam kisi zat padat, molekul udara
ketika ada gelombang buyi dan sebagainya.
Banyak benda berosilasi yang gerak bolak-baliknya tidak tepat sama karena gaya
gesekan melesapkan tenaga geraknya. Dawai bola akhirnya berhenti bergetar dan
bandul akhirnya berhenti berayun. Gerak semacam ini kita sebut gerak harmonik
teredam(damped). Walaupun pada kebanyakan benda kita tidak dapat menghindari
gesekan, kita selalu dapat meniadakan efek redamannya dengan menambahkan tenaga
ke dalam sistem yang berosilasi untuk mengisi kembali tenaga yang terdisipasi oleh
gesekan. Pegas utama dalam arloji dan beban yang berayun pada bandul jam

44
memberikan tenaga eksternal untuk maksud di atas sehingga sistem yang beosilsi,
yaitu roda keseimbanga atau bandul, seolah-olah bergerak tanpa redam.
Bukan saja sistem mekanis yang dapat berosilasi. Gelombang radio, gelombang
mikro, dan cahaya tampak adalah osilai dari erktor meda magnetik dan medan
elektrik. Jadi rangkaian yang ditala (diselaraskan -tuned) dalam radio dan rongga
tertutup yang mengandung tenaga gelombang mikro dapat berosilasi secara
elektromagnetik. Analoginya sangat dekat, keduanya didasarkan atas kenyataan
bahwa osilasi mekanik maupun elektromagnetik digambarkan oleh persamaan
matematis dasar yang sama.
Frekuensi gerak dalah banyaknya getaran (atau putaran) tiap satuan waktu. Jadi
frekuensi adalah kebalikan dari pada periode,yaitu:
Satuann SI untuk frekuensi adalah putaran (cycle) perdetik atau herz (Hz).posisi
pada saat tidak ada gaya netto yang bekerja pada partikel yang berosilasi disebut
posisi seimbang.
Simpangan (pergeseran), linear atau sudut adalah jarak, linear atau sudut, partikel
yang berosilasi dari posisi seimbangnya pada sembarang saat.
Partikel yang mengalami gerak harmonik bergerak bolak-balik memalalui titik
yang tenaga potensialnya minimum (titik seimbang). Bandul berayun adalah contoh
yang baik, tenaga potensialnya mencapai harga minimum di titik terendah ayunan,
yaitu titik seimbangnya (Haliday,1985).
II.IV Bandul Sederhana
Bandul sederhana adalah benda ideal yang terdiri dari sebuah titik massa, yang
digantungkan pada tali ringan yang tidak dapat mulur. Jika bandul ditarik ke samping
dari posisi seimbangnya dan dilepaskan, maka bandul akan berayun dalam bidang
vertikal karena pengaruh gravitasi. Geraknya merupakan gerak osilasi dan periodik.
Pada sebuah bandul yang panjangnya dengan massa partikelnya membentuk
sudut dengan vartikel. Gaya yang bekerja pada adalah yaitu gaya gravitasi, dan ,
tegangan tali. Pilihlah sumbu-sumbu yang menyinggung lingkaran gerak dan yang
berarah sepanjang jari-jari. Uraikan atas komponen radial, dengan besar dan
komponen tangensial, dengan besar .komponen radial dari gaya tersebut memberi
sumbangan pada gaya sentripetal yang dibutuhkan agar benda tetap bergerak pada

45
busur lingkaran. Komponen tangensialnya bertindak sebagai gaya pemulih
yangbekerja pada untuk mengembalikannya ke titik seimbang. Jadi gaya pemulihnya
adalah :
Perhatikan bhwa gaya pemulih ini tidaklah sebanding dengan simpangan sudut ,
melainkan dengan ; karena itu gerak yang terjadi bukanlah gerak harmonik sederhana.
Tetapijika sudut kecil, maka hampir sama dengan bila diyatakan dalam radian
(Haliday,1985).
Bandul sederhana hampir mengalami Gerak Harmonik Sederhana jika sudut
ayunannya tidak terlalu besar. Periode getaran bandul dengan panjang L pada suatu
lokasi dengan percepatan gravitasi g ditentukan oleh:

Ciri utama gerak harmonik sederhana adalah bahwa sistem tersebut berosilasi
pada satu frekuensi tunggal yang konstan. Hal tersebut yang membuatnya disebut
harmonik”sederhana” (Bueche dan Hecht,2010).
Periode suatu gerak harmonik adalah waktu yang dibutuhkan untuk menempuh
satu lintasan lengkap dari geraknya, yaitu satu getaran penuh atau satu putaran
(Haliday,1978 dan 1985). Periode dari osilator harmonik sederhana telah disimpulkan
tergantung pada massa yang berosilasi. Periode itu tidak tergantung pada amplitudo
(Giancoli,2014).
Dapat menentukan periode gerak harmonik sederhana dengan waktu untuk objek
berputar dalam lingkaran dan membuat satu revolusi lengkap. Pertama perhatikan
bahwa kecepatan adalah sama dengan keliling lingkaran(jarak) dibagi dengan
periode :
Menyelesaikan untuk periode dalam suku :
(Giancoli,2014).
Periode bandul sederhana jika amplitudonya kecil adalah:

Percepatan dalam gerak harmonik sederhana ditentukan melalui hukum hooke,


dan segera dipindahkan dan dilepaskan gaya pemulih mengendalikan sistem tersebut.
Menyetarakan kedua peryataan bagi menghasilkan:

46
Amplitudo adalah perpindahan maksimum dari posisi kesetimbangan (Bueche
dan Hecht,2010).
Setiap gerak yang terjadi secara berulang dalam selang waktu yang sama disebut
gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur maka disebut juga sebagai
gerak harmonik/harmonis. Apabila suatu partikel melakukan gerak periodik pada
lintasan yang sama maka geraknya disebut gerak osilasi/getaran. Bentuk yang sederhana
dari gerak periodik adalah benda yang berosilasi pada ujung pegas. Karenanya kita
menyebutnya gerak harmonis sederhana. Banyak jenis gerak lain (osilasi dawai, roda
keseimbangan arloji, atom dalam molekul, dan sebagainya) yang mirip dengan jenis
gerakan ini, sehingga pada kesempatan inikita akan membahasnya secara mendetail.
Setiap gerak yang terjadi secara berulang dalam selang waktu yang sama disebut
gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur maka disebut juga sebagai
gerak harmonik/harmonis. Apabila suatu partikel melakukan gerak periodik pada
lintasan yang sama maka geraknya disebut gerak osilasi/getaran. Bentuk yang sederhana
dari gerak periodik adalah benda yang berosilasi pada ujung pegas. Karenanya kita
menyebutnya gerak harmonis sederhana. Banyak jenis gerak lain (osilasi dawai, roda
keseimbangan arloji, atom dalam molekul, dan sebagainya) yang mirip dengan jenis
gerakan ini, sehingga pada kesempatan inikita akan membahasnya secara mendetail.
Dalam kehidupan sehari-hari, gerak bolak balik benda yang bergetar terjadi tidak
tepat sama karena pengaruh gaya gesekan. Ketika kita memainkan gitar, senar gitar
tersebut akan berhenti bergetar apabila kita menghentikan petikan. Demikian juga
bandul yang berhenti berayun jika tidak digerakan secara berulang. Hal ini disebabkan
karena adanya gaya gesekan. Gaya gesekan menyebabkan benda-benda tersebut
berhenti berosilasi. Jenis getaran seperti inidisebut getaran harmonik teredam.
Walaupun kita tidak dapat menghindari gesekan, kita dapat meniadakan efek redaman
dengan menambahkan energi ke dalam sistem yang berosilasi untuk mengisi kembali
energi yang hilang akibat gesekan, salah satu contohnya adalah pegas dalam arloji yang
sering kita pakai. Pada kesempatan ini kita hanya membahas gerak harmonik sederhana
secara mendetail, karena dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak jenis gerak yang
menyerupai sistem ini.

47
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang
mempunyai massa di alam semesta. Fisika modern mendeskripsikan gravitasi
menggunakan Teori Relativitas Umum dari Einstein, namun hukum gravitasi
universal Newton yang lebih sederhana merupakan hampiran yang cukup akurat dalam
kebanyakan kasus.
Sebagai contoh, bumi yang memiliki massa yang sangat besar menghasilkan gaya
gravitasi yang sangat besar untuk menarik benda-benda di sekitarnya,
termasuk makhluk hidup, dan benda-benda yang ada di bumi. Gaya gravitasi ini juga
menarik benda-benda yang ada di luar angkasa, seperti bulan, meteor, dan benda
angkasa lainnya, termasuk satelit buatan manusia.
Beberapa teori yang belum dapat dibuktikan menyebutkan bahwa gaya gravitasi timbul
karena adanya partikel gravitron dalam setiap atom.
Hukum gravitasi universal Newton dirumuskan sebagai berikut:
Setiap massa menarik massa titik lainnya dengan gaya segaris dengan garis yang
menghubungkan kedua titik. Besar gaya tersebut berbanding lurus dengan perkalian
kedua massa tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua massa
titik tersebut.
F=G
F adalah besar dari gaya gravitasi antara kedua massa titik tersebut, G adalah konstanta
gravitasi,  m1 adalah besar massa titik pertama, m2 adalah besar massa titik kedua,
r adalah jarak antara kedua massa titik
Dalam sistem internasional, F di ukur
dalam newton (N), m1 dan m2 dalam kilograms (kg), r dalam meter (m), dsn
konstanta G kira-kira sama dengan 6,67 × 10−11 N m2 kg−2.
Dari persamaan ini dapat diturunkan persamaan untuk menghitung Berat. Berat suatu
benda adalah hasil kali massa benda tersebut denganpercepatan gravitasi bumi.
Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: W = mg. W adalah gaya berat
benda tersebut, m adalah massa dan g adalah percepatan gravitasi. Percepatan gravitasi
ini berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain.
II.V GERAK HARMONIS SEDERHANA

48
Gerak harmonis sederhana yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah
getaran benda pada pegas dan getaran benda pada ayunan sederhana. Kita akan
mempelajarinya satu persatu. Gerak Harmonis Sederhana pada Ayunan
Ketika beban digantungkan pada ayunan dan tidak diberikan gaya maka benda
akan diam di titik kesetimbangan B. Jika beban ditarik ke titik A dan dilepaskan, maka
beban akan bergerak ke B, C, lalu kembali lagi ke A. Gerakan beban akan terjadi
berulang secara periodik, dengan kata lain beban pada ayunan di atas melakukan gerak
harmonik sederhana.
Besaran fisika pada Gerak Harmonik Sederhana pada ayunan sederhana
Periode (T)
Benda yang bergerak harmonis sederhana pada ayunan sederhana memiliki periode alias
waktu yang dibutuhkan benda untuk melakukan satu getaran secara lengkap.

BAB III Metodologi

3.1 WAKTU DAN TEMPAT

3.1.1 WAKTU
Hari : Kamis
Tanggal : 19 Appril 2021

3.1.2 TEMPAT Adapun


tempat dilakukannya praktikum ini ialah di laboratorium Fakultas Pertanian
Universitas Methodist Indonesia.

III.I Alat dan Bahan


1.Bandul fisis terdiri dari batang logam
2.Mistar
3.Tali
4.Stopwach
5.Paku

49
Sebelum percobaan dilakukan, suhu ruangan dan tekanan udara ruangan dicatat
terlebih dahulu. Metode percobaan dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

1. Ditimbang batang dan keping logam


2. Digunakan mula-mula batang berlubang-lubang sebagai bandul fisis (pusat
massa ada di tengah-tengah batang)
3. Dipilih titik A sebagai titik gantung pada batang
4. Diamati waktu yang diperlukan untuk 25 getaran
5. Diamati waktu ayunan penuh (kira-kira 2 menit) untuk sekian (=x) ayunan
penuh
6. Diulang langkah no 4
7. Dipilih titik B sebagai titik gantung, diukur jarak AB = (a1 + a2 )
8. Dilakukan langkah No.4,5 dan 6 sampai langkah 8, ini dapat dihitung dengan g
dengan menggunakan persamaan 8
9. Dipasang eping logam di tengah-tengah batang, dengan demikian pusat massa
masih terletak di tengah-tengah batang
10. Diulangi langkah No 3 sampai No 8.
11. Dipindahkan keping logam ke posisi lainnya (tidak di tengah-tengah batang)
12. Diukur kedudukan keping logam pada batang (dari sisni dapat ditentukan pusat
massa bandul fisis)
13. Diulang langkah No 11,12 dan 13

50
BAB IV

Hasil dan Pembahasan

4.1 Data Pengamatan

Keadaan ruangan P (cm)Hg T (0C) C (%)


Sebelum percobaan 755 28 70
Sesudah percobaan 755 28 76

4.2 Tabel pengamatan

4.2.1 Tanpa Beban (25 getaran)

No a1 (cm) t1 (s) T1 a2 (cm) t2 (s) T2 g (cm/s2)


.
1 48,5 41 1,64 45 40,45 1,618 1037,89
2 48,5 38,91 1,556 45 38,86 1,554 808,20
x 48,5 39,96 1,598 45 39,66 1,586 923,045

4.2.2 Dengan Beban (25 getaran)

No a1 (cm) t1 (s) T1 a2 (cm) t2 (s) T2 g (cm/s2)


.
1 59 39,04 1,562 35 31,51 1,26 1048,94
2 59 38,96 1,558 35 31,15 1,25 1009,18
x 59 35,28 1,411 35 31,33 1,26 1029,06

4.2.3 Dengan Beban (2 menit)

No. a1 (cm) ∑getaran T1 a2 (cm) ∑getaran T2 g (cm/s2)


1 84 66 1,82 10 112 1,07 985,96
2 84 68 1,76 10 110 1,09 1107,86
x 84 67 1,79 10 111 1,08 1046,92

π2
t 2 2
Ket : T = g = T 1 +T 2 T 12−T 22
∑getaran +
8 (a1 +a2 ) 8( a1−a 2)

51
4.3 Data Perhitungan
a) Tanpa Beban ( 25 getaran )
 Mencari Nilai T (s)

t
Ta1 =
∑getaran

41
T1 = = 1,64 s
25

38,91
T2 = = 1,556 s
25

x =
∑t =
3,21
= 1,598
N 2

t
Ta2 =
∑getaran

40,45
T1 = = 1,618 s
25

38,86
T2 = = 1,554 s
25

x =
∑t =
3,17
= 1,586
N 2

xtotal =
∑ t = 3,184 = 1,592
N 2

π2
2 2 2 2
 g = T 1 + T 2 T 1 −T 2
+
8 ( a1+ a2 ) 8 ( a1−a 2)

52
2
g1 = 3,14
¿¿¿

9,86
g1 = (2,69+2,62) (2,69−2,62)
+
748 28

9,86
g1 = 5,31 0,07
+
748 28

9,86
g1 =
0,007+0,0025

9,86
g1 = = 1037,89 cm/s2
0,0095

3,14 2
g2 = 1,5562 +1,554 2 1,5562−1,554 2
+
8 (48,5+ 45) 8( 48,5 – 45)

9,8596
g2 = (2,42+ 2,41) (2,42−2,41)
+
748 28

9,86
g2 =
0,006+0,0004

9,86
= = 1540,62 cm/s2
0,0064

x =
∑g =
2578,51
= 1289,26 cm/s2
N 2

Δg =√ Σ¿ ¿ ¿ ¿

(1289,26−1037,89)2 +(1289,26−1540,62)2
=
√ 2(2−1)

53
63186,88+ 6318,88
=
√ 2
= 251,37

Pelaporan lengkap adalah :

g ± Δg = (1289,26±251,37)

Tingkat kepercayaan 68%

251,37
Tingkat ketelitian = ( 1 – ) = 0,81 x 100% = 81 %
1289,26

b) dengan Beban ( 25 getaran )


 Mencari Nilai T (s)

t
Ta1 =
∑getaran

31
T1 = = 1,562 s
25

31,51
T2 = = 1,260 s
25

x =
∑t =
2,822
= 1,411 s
N 2

t
Ta2 =
∑getaran

38,96
T1 = = 1,558 s
25

31,15
T2 = = 1,25 s
25

54
x =
∑t =
2,808
= 1,404
N 2

xtotal =
∑ t = 2,815 = 1,408
N 2

π2
2 2 2 2
 g = T 1 + T 2 T 1 −T 2
+
8 ( a1+ a2 ) 8 ( a1−a 2)

2
g1 = 3,14
¿¿¿

9,86
g1 = (2,44+1,59) (2,44−1,59)
+
752 192

9,86
g1 = 4,03 0,85
+
752 192

9,86
g1 =
0,005+0,0044

9,86
g1 = = 1048,94 cm/s2
0,0094

2
3,14
g2 = 1,558+1,252 1,558 2−1,252
+
8( 45+35) 8( 45 – 35)

9,8596
g2 = (2,43+1,56) (2,43−1,56)
+
752 192

9,86
g2 =
0,0053+0,0045

55
9,86
g2 = = 1009,18 cm/s2
0,0098

x =
∑g =
2058,2
= 1029,1 cm/s2
N 2

Δg =√ Σ¿ ¿ ¿ ¿

(1029,2−1048,94)2 +(1029,2−1009,18)2
=
√ 2(2−1)

389,67+ 400,80
=
√ 2
= 19,88

Pelaporan lengkap adalah :

g ± Δg = (1029,2±19,88)

Tingkat kepercayaan 68%

19,88
Tingkat ketelitian = ( 1 – ) = 0,981 x 100% = 98,1 %
1029,2

c) dengan Beban ( 2 menit )


 Mencari Nilai T (s)

t
Ta1 =
∑getaran

120
T1 = = 1,82 s
66

31,51
T2 = = 1,07 s
25

56
x =
∑t =
2,89
= 1,445 s
N 2

t
Ta2 =
∑getaran

120
T1 = = 1,76 s
68

120
T2 = = 1,09 s
110

x =
∑t =
2,85
= 1,425
N 2

xtotal =
∑ t = 2,87 = 1,435
N 2

π2
2 2 2 2
 g = T 1 + T 2 T 1 −T 2
+
8 ( a1+ a2 ) 8 ( a1−a 2)

2
g1 = 3,14
¿¿¿

9,86
g1 = (3,31+ 1,14) (3,31−1,14)
+
752 592

9,86
g1 = 4,45 2,17
+
752 592

9,86
g1 =
0,006+0,004

9,86
g1 = = 985,96 cm/s2
0,010

57
3,142
g2 = (1,76)2+(1,09)2 (1,76)2−( 1,09)2
+
8 (84+10) 8(84 – 10)

9,8596
g2 = (3,09+1,79) (3,09−1,79)
+
752 592

9,86
g2 =
0,0057+0,003

9,86
g2 = = 1107,87 cm/s2
0,0089

x =
∑g =
2093,83
= 1046,92 cm/s2
N 2

Δg =√ Σ¿ ¿ ¿ ¿

(1046,92−985,96)2 +(1046,92−1107,86)2
=
√ 2(2−1)

3716,12+3713,68
=
√ 2
= 60,95

Pelaporan lengkap adalah :

g ± Δg = (1046,92±60,95)

Tingkat kepercayaan 68%

60,95
Tingkat ketelitian = ( 1 – ) = 0,942 x 100% = 94,2 %
1046,92

58
BAB V
PENUTUP
VI.I Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
1. Semakin panjang tali maka semakin besar pula nilai periode (T)
dengan nilai percepatan gravitasi yang tetap.
2. Hubungan antara panjang tali dan periode berbanding lurus.
3. Massa (m) beban tidak mempengaruhi nilai percepatan gravitasi

VI.II Saran
Dalam melakukan praktikum, praktikan harus teliti dalam
mengukur panjang tali, pemberian simpangan dan penggunaan stopwatch
agar dalam perhitungan diperoleh hasil yang lebih akurat.

59
Daftar Pustaka
Sutresna, Nana. 2006. Fisika untuk SMA kelas XII semestre I. Bandung: Grafindo Media
Pratama.

Wibawa, I Made Satriya. 2007. Penuntun Praktikum Fisika Dasar (Farmasi). Bali

Suharsini, Maria, dkk. 2007. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Ganeca.

Kuswati, Tine Maria. 2005. Sains Kimia untuk SMA kelas 3. Jakarta: Bumi Aksara.

Giancoli, Douglas C. 2001. Física Edisi relima, Jilid 2. Jakarta : Erlangga

60
Bab 1 Pendahuluan
II.I Latar Belakang

Kita menggunakan istilah kalor dalam kehidupan sehari-hari seakan-akan kita tahu apa
yang kita maksud. Tetapi istilah tersebut tetap digunakan secara tidak konsisten,
sehingga perlu bagi kita untuk mendefinisikan kalor secara jelas, serta menerangkan
fenomena dan konsep yang berhubungan dengan kalor tersebut(Glancoli, 1997).

Kalor adalah energy yang ditransfer karena tinggi ke benda bersuhu rendah, merupakan
energy yang ditransfer dari benda yang panas ke benda yang dingin, maka kalor
merupakan energy yang ditransfer dari suatu benda ke benda yang lain karena
perbedaan suhu.

Bila energi panas ditambahkan pada suatu zat, maka temperature zat itu biasanya naik.
Jumlah energy panas Q yang dibutuhkan untuk menaikkan temperature suatu zat adalah
sebanding dengan perubahan temperature dan massa zat itu (Q=C   T  = mc     T)
dengan C adalah kapasitas panas zat, yang didefinisikan sebagai energi panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat dengan satu derajat. Panas jenis C
adalah kapasitas panas persatuan massa(Tipler, 1991).

II.II Tujuan

61
1.Untuk menentukan kalor jenis beberapa bahan ( benda )
2.mampu menggunakan kalorimeter dengan baik dan benar serta menentukan kalor jenis
suatu benda.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

II.I Pengertian Kalor Jenis

Kalor  adalah sesuatu yang dipindahlan diantara sebuah sistem dan sekelilingnya
sebagai akibat dari hanya perbedaan temperatur. Konsep kalor sebagai sebuah zat yang
jumlah seluruhnya tetap konstan akhirnya tidak mendapat dukungan eksperimen(Wiley,
1978).

Karakteristik bahan dalam penyerapan kalor ini dinyatakan dalam besaran kalor jenis.
Kalor jenis suatu bahan didefinisikan sebagai kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu 1 kg bahan tersebut sebesar 1 C(Astra, 2006).

Kalor jenis suatu zat adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan atau
melepaskan suhu tiap satu kilogram massa. Sutau zat sebesar 1 C atau satu Kelvin atau
dapat ditulis sebagai kapasitas kalor suatu benda adalah kemampuan suatu benda untuk
menerima atau menurunkan suhu benda sebesar 10 C(Marskip, 2009).

II.II Pengertian Kalorimeter

Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat
dalam suatu perubahan atau reaksi kimia. Pada dasarnya, kalor yang dibebaskan atau

62
diserap menyebabkan perubahan suhu pada calorimeter. Ada 2 tipe calorimeter yaitu
calorimeter Bum dan calorimeter larutan Kalorimeter Bum adalah alat yang digunakan
untuk mengukur jumlah kalor(nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna
suatu senyawa. Contohnya adalah calorimeter makanan. Kalorimeter larutan adalah alat
yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat pada reaksi kimia dalam
system larutan(Mubi, 2010).

Prinsip penting yang digunakan dalam calorimeter adalah hokum kekekalan energy.
Hokum ini menyatakan bahwa energy tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan,
melainkan berubah dari bentuk yang satu menjadi bentuk yang lain(Esomer, 1996).

 II.III Pengertian Termometer

Thermometer adalah system indicator(petunjuk) kesetimbangan termal antara system


yang satu dan yang lain. Suhu yang ditunjuk thermometer adalah suhu tiap system yang
dalam kesetimbangan termal dan kepekaannya(perubahan koordinat keadaan akibat
sedikit saja perubahan suhu dapat tertukar)(Zemanskie, 1962).

Tiap sifat thermometer dapat digunakan untuk menetapkan suatu skala dan membentuk
sebuah thermometer. Thermometer air raksa terdiri dari bola gelas dan pipa yang berisi
sejumlah air raksa tertentu. Temperature diukur dengan membandingkan ujung kolom
air raksa dengan tanda-tanda pada gelas(Tipler, 1991).

II.IV Prinsip kerja Kalorimeter

Menurut Bresnick(2000), prinsip kerja calorimeter didasarkan azas Black :

1. Jika suatu benda yang suhunya berbeda didekatkan satu sama lain maka suhu
akhir kedua benda akan sama.
2. Jumlah kalor yang diterima sama dengan kalor yang diberikan. Kalorimeter
tersusun dari wadah yang terbuat dari logam kalor seperti sterofom.

Usaha peningkatan efektifitas dari alat penukar kalor perlu ditingkatkan karena dengan
meningkatkan efektisitas alat penukar kalor dapat menghemat energy disektor
industry(Zainuddin, 2005).

II.IV Timbangan Digital

Fungsi timbangan digital untuk membantu mengukur berat serta cara kalkulasi fecare
otomatis harganya dengan harga dasar satuan. Banyak kurang terlebihnya cara kerja
timbangan digital hanya bias mengeluarkan label, ada juga yang hanya timbul
ditampilkan dilayar LCDnya(Mansur, 2010).

63
Selain itu fungsi lain timbangan digital yaitu untuk mengurangi adanya human error,
dengan timbangan digital maka akan didapatkan ketepatan(Jacque, 2010).

Bab 3 Metodologi

III.I Alat dan fungsi

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum fisika dasar tentang calorimeter, antara
lain:

1. Kalorimeter : alat yang digunakan untuk menghitung besar kecilnya kalor jenis pada
benda

2. Termometer : untuk mengukur suhu benda

3. Stopwatch   : untuk menghitung waktu

4. Ketel uap     : untuk memanaskan air

5. Timabangan digital  : untuk menimbang massa benda dengan ketelitian 10-2

64
6. Pinset             : untuk mengambil dan memindahkan bahan (Alumunium dan kaca)
dari ketel uap ke calorimeter

7. Nampan      : tempat untuk meletakkan alat dan bahan

3.2 Bahan dan Fungsi

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum fisika dasar tentang calorimeter, antara
lain:

1. Kaca sebagai bahan yang diukur kalor jenisnya

2. Alumunium sebagai bahan yang diukur kalor jenisnya

3. Tisu untuk membersihkan alat-alat

4. Air untuk medium perambatan panas

III,II Menentukan klor jenis logam


1.         Ditimbang keping-kepingan logam catat sebagai mlgm dan dipanaskan, dicatat
temperatur  logam tersebut (Tlgm).
2.         Ditimbang kalorimeter kosong dengan pengaduknya, dicatat massa kalorimeter (mk).
3.         Diisi kalorimeter dengan (± ¾ bagian kalorimeter) dicatat massa air (ma).
4.         Dimasukkan kalorimeter kedalam selubungnya, dicatat temperatur kalorimeter (Ta).
5.         Dimasukkan keping-keping logam tadi kedalam kalorimeter dan dicatat temperatur
kesetimbngan (Ts).
6.         Diulangi untuk logam-logam lainnya.

65
Bab 4 Hasil dan Pembahasan

4.1 Analisa Hasil

Dari praktikum fisika dasar tentang kalor jenis, data yang didapat sebagai berikut :

1. Percobaan 1(Alumunium)

No T1 (Co ) T2 (C o) T3 (C o)
1. 27o 28o 27o

Diketahui      : K= 99,5 ; A= 21,76 ; Al= 0,6

Ditanya         : CAl  ?

Jawab          : CAl =              A(T3-T2)

66
B(T1-T3) + K(T3-T2)

CAl  =      21,76(27-28)

0,6(27-27)+99,5(27-28)

= – 21,76

-99,5

= 0,2187 kal/oC

= 218,7 kkal/oC

1. Percobaan 2(Kaca)

No T1 (Co ) T2 (C o) T3 (C o)
1. 27o 29o 28o

Diketahui         : K= 104,63 ; A= 37,97 ; Al=2,52

Ditanya            : Ckaca   ?

Jawab             : Ckaca =         A(T3-T2)

B(T1-T3) + K(T3-T2)

=          37,97(28-29)

2,52(27-28)+104,63(28-29)

= -37,97

-107,15

= 0,354 kal/oC

= 354 kkal/oC

Dalam praktikum fisika dasar tentang kalor jenis ini, didapat data sebagai berikut :

Alumuniumàberat keeping Al=0,6 gram, calorimeter=99,5gram, massa air=21,76 gram,


dan

67
Kacaà berat keeping kaca=2,52 gram, calorimeter=104,63gram, massa
air=37,97gram.

Adapun hasil praktikum fisika dasar tentang kalor jenis, didapat kalor jenis Alumunium
sebesar 0,2187 kal/oC dan kalor jenis Kaca sebesar 0,354 kal/oC.

Dari perbandingan data yang ada terdapat perbedaan antara hasil praktikum dengan
literature. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pengukuran suhu dan factor-
faktor internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi besarnya suhu yang
berakibat pada perhitungan besarnya kalor jenis Alumunium dan kalor jenis Kaca.

4.2 Pembahasan

Langkah pertama disiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan yaitu calorimeter yang
berfungsi menghitung besarnya kalor jenis pada benda. Thermometer berfungsi untuk
mengukur perubahan suhu, ketel uap berfungsi untuk memanaskan air, pinset berfungsi
untuk mengambil benda, stopwatch untuk menghitung waktu, timbangan digital untuk
menghitung alat dan bahan dengan ketelitian 10-2, serta namapan untuk wadah alat dan
bahan. Kemudian langkah kedua, bahan-bahan disiapkan antara lain tisu untuk
membersihkan alat, air untuk medium perambatan panas, alumunium dan kaca sebagai
bahan yang diukur kalor jenisnya.

Langkah berikutnya alumunium ditimbang dengan timbangan digital caranya pertama


disambungkan arus DC, zerokan untuk mendapatkan nilai yang akurat, lalu diletakkan
alumunium diatas timbangan digital dan dicatat hasilnya, begitu dilakukan hal yang
sama untuk kaca. Setelah itu calorimeter diambil, ditimbang dan diisi dengan air
seperlima bagian. Kemudian ketel uap diisi dengan air secukupnya( 5 cm), kaca dan
alumunium dimasukkan sampai terendam. Setelah itu disambungkan ke sumber arus
DC, tunggu sampai mendidih. Setelah itu matikan ketel uap, ambil alumunium
diletakkan pada calorimeter. Kemudian diaduk selama 30 detik, catat hasil suhunya
sebagai T2, kemudian aduk kembali selama 30 detik, ukur suhunya sebagai T3(suhu
akhir).

Begitu juga lakukan langkah yang sama pada kaca, ambil dari ketel uap menggunakan
pinset, diletakkan di dalam calorimeter, diaduk selama 30 detik, ukur suhu sebagai T2,
diaduk kembali selama 30 detik, ukur suhu sebagai T3. Setelah semua percobaan selesai
dan dicatat hasilnya. Lalu dibersihkan alat-alat dan dirapikan dalam nampan kembali.

68
Bab 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum kali ini, yaitu :

1. Kalor adalah energy panas yang dimiliki oleh suatu zat


2. Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg
zat sebesar 1 derajat Celcius.
3. Menurut azas Black, apabila ada dua benda yang suhunya berbeda kemudian
disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bersuhu
tinggi menuju benda yang bersuhu rendah.
4. Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk menghitung besar kecilnya kalor
jenis benda.
5. Kalor yang diserap atau yang dilepas pada saat terjadi perubahan wujud benda
tidak menyebabkan perubahan suhu benda.

69
6. Hasil kalor jenis yang didapat dalam praktikum kali ini yaitu :

Kalor jenis alumunium yang dihasilkan adalah 0,314 kal/goC

Kalor jenis kaca yang dihasilkan adalah 0,308 kal/goC

5.2 Saran

Sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum kali ini, kita harus berhati-hati dalam
mengambil ketel uap karena panas. Selain itu terjalinnya kerjasama antara asisten
dengan praktikan harus ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Alyospikel. 2010. Termometer. http://alyoskipel.blogspot.com/2010 diakses  tanggal 7


Oktober

Astra, I. dan Setiawan H. 2006. Fisika untuk SMA dan MA kelas10. Piranti Darama
Kalokatama: Jakarta

Crook, J. 2010. Timbangan digital. http://www.articelsnatch.com/Article/Benefits-of-


Digital-Scales/1600726 diakses tanggal 10 Oktober 2010

Glancoli.C, Douglas. 1997. Fisika Jilid1 edisi empat. Erlangga: Jakarta

Kinardi, AK, dkk. 1997. Pelajaran Fisika SMU kelas1. Erlangga: Jakarta

70
Mansur.2010.htpp://bisnis.tenue.co.id/Artikel-bisnis/4teknologi/33-artikel-
timbangandigitalbzerba.html/ diakses tanggal 7 Oktober 2010

Narskip. 2010. Kalor. http://narskip.blogspot.com/2010 diakses tanggal 7 Oktober 2010

Snps. 2010. Kalor Jenis. www.snps.its.ac.id/ diakses tanggal 7 Oktober 2010

Usu. 2010. Kalor Jenis. http://www.usu.ac.id/artikel/shell.tittle.pdf diakses tanggal 7


Oktober 2010

Wahyu, S. dkk. 2010. Analisis Perpindahan Panas pada Saluran Berliku.Teknik


Mesin : Universitas Brawijaya

Wapedia. 2010. Calorimeter. http://wapedia.mobi/id/2010 diakses 7 Oktober 2010

Wikipedia. 2010. Prinsip Kerja Kalorimeter. http://wikipedia.org/wiki/2010 diakses 7


Oktober 2010

Willey, J., Suns.1978. Fisika jilid1 edisi ketiga. Erlangga: Jakarta

Zainuddin, dkk. 2005. Studi Eksperimental Efektivitas Alat Penukar Kalor Shell and
Tube dengan Memanfaatkan Gas Buang Mesin Diesel sebagai Pemanas Air. Institut
Teknologi Medan(ITM)

71

Anda mungkin juga menyukai