Puji syukur atas izin dari Tuhan Yang Maha Esa karena waktu dari-Nya-lah makalah
dalam rangka perbaikan nilai praktikum fisika dasar ini dapat terselesaikan. Adapun ucapan
terima kasih dihanturkan kepada pihak Laboratorium Fisika dasar yang telah memberi
kesempatan dan memberikan waktunya dalam membantu makalah ini, dan juga tak lupa
kepada mahasiswa Unimed yang telah membantu pula dalam terselesaikannya makalah ini.
Makalah ini membahas mengenai praktikum fisika dasar yakni Viskositas, segala kekurangan
yang ada dalam makalah ini baik kata-kata yang keambiguan maupun kesalahan-kesalahan
lainnya karena kami juga manusia biasa yang tak lepas dari kesalahan. Terima kasih atas
perhatiannya dan bila ada kritik atau saran dipersilakan menyampaikannya kepada pihak
kami dalam rangka memperbaiki dan membuat sesuatu menjadi lebih baik.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.2. Tujuan...........................................................................................................................2
1.3. Hipotesa........................................................................................................................2
Bab V PEMBAHASAN............................................................................................................12
Bab VI PENUTUP....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................19
LAMPIRAN.............................................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Viskositas merupakan gesekan di dalam zat cair. Viskositas juga da[at diartikan
sebagai kekentalan yang digunakan Sebagai gesekkan antara satu dengan yang lain
diadalam fluida. Oleh karena itulah, harus bekerja suatu bekerja sesuatu gaya agar suatu
zat cair dapat meluncur terhadap permukaan lainnya atau dengan kata lainnya apabila
diantaranya terdapat zat cair. Zat cair dan gas memiliki kekentalan atau viskositas.
Kekentalan zat cair lebih kecil dari gas. Memiliki viskositas karena partikel-partikel
didalamnya bertumbukkan.
Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan antara
molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan
inilah yang menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair (viskositas)
dinyatakan dengan suatu bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat cair. Hukum
viskositas Newton menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut fluida yang
tertentu maka tegangan geser berbanding lurus dengan viskositas.
Suatu zat memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang dimasukkan
kedalamnya mendapat gaya tekanan yang diakibatkan peristiwa gesekan antara
permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Sebagai contoh, apabila kita memasukkan
sebuah bola kecil kedalam zat cair, terlihatlah batu tersebut mula-mula turun dengan
cepat kemudian melambat hingga akhirnya sampai didasar zat cair. Bola kecil tersebut
pada saat tertentu mengalami sejumlah perlambatan hingga mencapai gerak lurus
beraturan. Gerakan bola kecil menjelaskan bahwa adanya suatu kemampuan yang
dimiliki suatu zat cair sehingga kecepatan bola berubah. Mula-mula akan mengalami
percepatan yang dikarenakan gaya beratnya tetapi dengan sifat kekentalan cairan maka
besarnya percepatannya akan semakin berkurang dan akhirnya nol. Pada saat tersebut
kecepatan bola tetap dan disebut kecepatan terminal. Hambatan-hambatan dinamakan
sebagai kekentalan (viskositas). Akibaat viskositas zat cair itulah yang menyebabkan
terjadinya perubahan yang cukup drastic terhadap kecepatan batu.
Aliran viskos, dalam berbagai masalah keteknikan pengaruh viskositas pada aliran
adalah kecil, dan dengan demikian diabaikan. Cairan kemudian dinyatakan sebagai tidak
kental (invicid) atau seringkali ideal dan diambil sebesar nol. Tetapi jika istilah aliran
viskos dipakai, ini berarti bahwa viskositas tidak diabaikan. Sedangkan untuk benda
homogen yang dicelupkan kedalam zat cair ada tiga kemungkinan yaitu, tenggelam,
melayang, dan terapung. Oleh karena itu dalam penentuan viskositas harus memahami
hukum stokes dan dalam percobaan ini untuk menentukan viskositas dari suatu zat cair.
Serta yang lebih penting dalam mengetahui apa itu viskositas dan bagaimana aplikasi
yang sesungguhnya.
1.2. Tujuan
1.3. Hipotesa
1. Nilai viskositas tiap-tiap fluida berbeda-beda tergantung pada jenis fluida yang
digunakan serta tingkat kekentalan dari fluida tersebut.
2. Ada suatu faktor yang mempengaruhi suatu viskositas fluida meski merupakan materi
yang sama.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Viskositas suatu zat cairan murni atau larutan merupakan indeks atau ukuran
hambatan aliran cairan (ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida).
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan, yang melalui tabung berbentuk
silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik
untuk cairan maupun gas.
Viskositas adalah indeks hambatan aliran cairan. Viskositas dapat diukur dengan
mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Viskositas ini juga
disebut sebagai kekentalan suatu zat. Jumlah volume cairan yang mengalir melalui pipa per
satuan waktu. Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk
membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Viskositas disperse koloid dipengaruhi oleh
bentuk partikel dari fase disperse dengan viskositas rendah, sedangkan sistem disperse yang
mengandung koloid-koloid linier viskositasnya lebih tinggi. Hubungan antara bentuk dan
viskositas merupakan refleksi derajat solvasi dari partikel.
Jadi viskositas adalah kekentalan suatu fluida yang disebabkan oleh adanya gaya
gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Viskositas juga disebut sebagai
ketahanan fluida jika menerima gaya dari luar.Koefisien viskositas fluida dihitung dengan
persamaan :
Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperature, maka viskositas cairan
justru akan menurun jika temperature dinaikkan. Fluiditas dari suatu cairan yang merupakan
kelebihan dari viskositas akan meningkat dengan makin tingginya temperature. Ketika aliran
dari fluida tersebut berlangsung secara kontinyu, viskositas dari fluida tersebut terjadi secara
3
terus menerus pula. Penentuan suatu viskositas, ada beberapa viskometer yang sering
digunakan. Antara lain:
a. Pada viscometer Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah
tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh
berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah tertentu cairan (misalnya 10
cm3, bergantung pada ukuran viscometer) dipipet kedalam viscometer. Cairan kemudian
dihisap melalui labu pengukur dari viscometer sampai permukaan cairan lebih tinggi
daripada batas a. cairan kemudian dibiarkan turun ketika permukaan cairan turun melewati
batas a, stopwatch mulai dinyalakan dan ketika cairan melewati tanda batas b, stopwatch
dimatikan. Jadi waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara a dan b dapat
ditentukan. Tekanan ρ merupakan perbedaan antara kedua ujung pipa U dan besarnya
disesuaikan sebanding dengan berat jenis cairan.
b. Pada viscometer Hoppler, yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola
logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena adanya gravitasi akan
jatuh melalui medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya), dengan kecepatan yang
semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan maksimum akan
tercapai bila gravitasi sama dengan fictional resistance medium.
c. Pada viskometer cup dan Bob, prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara
dinding luar Bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengan-tengah.
Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan gesekan yang
tinggi disepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penemuan konsentrasi.
Penurunan konsentrasi ini menyebebkan bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat.
Hal ini disebut aliran sumbat.
d. Pada viskometer cone dan plate, cara pemakaiannya adalah sampel yang ditempatkan di
tengah-tengah papan, kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut
digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser didalam ruang
sempit antara papan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar.
Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan
antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul yang membentuk
suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida fluida tersebut mengalir. Pada zat cair,
viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis).
Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul.
4
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya,
fluida yang lebih kental biasanya lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu,
dan lain-lain. Hal ini bisa dibuktikan dengan menuangkan air dan minyak goreng diatas
lanyai yang permukaannya miring. Pasti hasilnya air lebih cepat mengalir dari pada minya
goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu fluida juga bergantung pada suhu. Semakin tinggi
suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair tersebut. Misalnya ketika ibu menggoreng ikan
di dapur, minyak goreng yang awalnya kental, berubah menjadi lebih cair ketika dipanaskan.
Sebaliknya, semakin tinggi suhu suatu zat gas, semakin kental zat gas tersebut.
Perlu diketahui bahwa viskositas atau kekentalan hanya ada pada fluida rill (rill =
nyata). Fluida rill / nyata adalah fluida yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti
air sirup, oli, asap knalpot, dan lainnya. Fluida rill berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal
sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang digunakan
untuk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida. Namun juga bergantung pada
materinya, Materi yang berbeda menyebabkan jumlah yang berbeda. Sirup lebih kental
daripada air, contohnya. Dan gas dalam jumlah yang banyak tidak lebih kental dari cairan.
Karena viskositas, ada suatu perbedaan tekanan diantara kedua akhir dari tabung horizotal
jika cairan mengalir dalam kecepatan konstan. Dengan demikian dibutukhan suatu pompa
untuk memakasa air atau oli melalui level pipa-pipa ketika pipa dalam keadaan menanjak
Satuan system internasional (SI) untuk koifisien viskositas adalah Ns/m2 = Pa.S
(pascal sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk SI koifisien viskositas adalah
dyn.s/cm2 = poise (p). Viskositas juga sering dinyatakan dalam sentipolse (cp). 1 cp = 1/1000
p. satuan poise digunakan untuk mengenang seorang Ilmuwan Prancis, almarhum Jean Louis
Marie Poiseuille.
Fluida Temperatur (o C) Koofisien
Viskositas
Air 0 1,8 x 10-3
20 1,0 x 10-3
60 0,65 x 10-3
100 0,3 x 10-3
Darah (keseluruhan) 37 4,0 x 10-3
Plasma Darah 37 1,5 x 10-3
Ethyl alkohol 20 1,2 x 10-3
5
Oli mesin (SAE 10) 30 200 x 10-3
Gliserin 0 10.000 x 10-3
20 1500 x 10-3
60 81 x 10-3
Udara 20 0,018 x 10-3
Hidrogen 0 0,009 x 10-3
Uap air 100 0,013 x 10-3
Fluida adalah gugusan molukel yang jarak pisahnya besar, dan kecil untuk zat cair.
Jarak antar molukelnya itu besar jika dibandingkan dengan garis tengah molukel itu.
Molekulmolekul itu tidak terikat pada suatu kisi, melainkan saling bergerak bebas terhadap
satu sama lain. Jadi kecepatan fluida atau massanya kecapatan volume tidak mempunyai
makna yang tepat sebab jumlah molekul yang menempati volume tertentu terus menerus
berubah. Fluida dapat digolongkan kedalam cairan atau gas. Perbedaan-perbedaan utama
antara cair dan gas adalah :
a. Cairan praktis tidak kompersible, sedangkan gas kompersible dan seringkali harus
diperlakukan demikian.
b. Cairan mengisi volume tertentu dan mempunyai permukaan-permukaan bebas, sedangkan
agar dengan massa tertentu mengembang sampai mengisi seluruh bagian wadah
tempatnya.
Gambar 2.1
Bila fluida sempurna yang viskositasnya nol mengalir melewati sebuah bola, atau
apabila sebuah bola bergerak dalam suatu fluida yang diam, garis-garis arusnya akan
membentuk suatu pola yang simetris sempurna di sekelilingnya bola itu.Tekanan terhadap
sembarang titikpermukaaan bola yang menghadap arah aliran datang tepat sama dengan
tekanan terhadap “ titik lawan” titik tersebut pada permukaan bola yang menghadap ke arah
hilir aliran, dan gaya resultan terhadap bola itu sama dengan nol. Tetapi jika fluida itu
6
mempunyai kekentalan, akan oleh soretan kekentalan terhadap boal itu. (Seretan karena
kekentalan ini sudah terang akan dialami oleh benda berbentuk bagaimanapun, tetapi hanya
pada satu boal seratan tersebut mudah dihitung lagi).Hukum Stokes dipakai waktu
mempelajari gerak bola yang jatuh ke dalam fluida kental, walaupun ketika itu hanya untuk
mengetahui bahwa gaya kekentalan pada sebuah bola tertentu di dalam suatu fluida tertentu
berbandingan dengan kecepatan relatifnya.
Seperti telah kita ketahui, sebuah bola yang jatuh ke dalam fluida kental akan
mencapai kecepatan akhir vr pada saat gaya kekentalan yang menahan plus gaya apung sama
dengan beta bola itu. Umpamakan p rapat massa bola itu dan p’ rapat massa fluida. Jadi, berat
bola ialah 4/3πr p’g.
Dengan mengukur kecepatan akhir sebuah bola yang radius dan rapat massanya
diketahui, maka viskositas fluida ke dalam mana bola itu dijatuhkan, dapatlah dihitung
berdasarkan persamaan di atas. Persamaan ini juga telah digunakan oleh Milikan untuk
menghitung radius tetes minyak submikroskopik halus elektron. Dalam percobaan ini,
kecepatan akhir tetes minyak itu diukur ketika tetes jatuh dalam udara yang viskositasnya
diketahui.
Apabila kecepatan suatu fluida yang mengalir dalam sebuah pipa melampaui harga
kritik tertentu (yang bergantung pada sifat-sifat dan pada radius pipa), maka sifat aliran
menjadi sangat rumit. Di dalam lapisan sangat tipis sekali yang bersebelahan dengan dinding
pipa, disebut lapisan batas, alirannya masi laminer. Kecepatan aliran di dalam lapisan batas
pada dinding pipa adalah nol dan semakin bertambah besar secara uniform di dalam lapisan
itu. Sifat-sifat lapisan batas sanagt penting sekali dalam mennetukan tahanan terhadap aliran,
dan lapisan menentukan perpindahan panas ke atau dari fluida yang sedang bergerak itu.Di
luar lapisan batas, gerak fluida sangat tidak teratur. Di dalam fluida timbul arus pusar
setempat yang memperbesar tahanan terhadap aliran, Aliran semacam ini disebut aliran yang
turbulen (bergejolak).
Percobaan menunjukkan bahwa ada kombinasi empat faktor yang menentukan apakah
aliran fluida melalui pipa bersifat laminer atau turbulen. Kombinasi ini dikenal sebagai
bilangan Reynold. Di mana p ialah rapat massa fluida, v kecepatan alir rata-rata,ɳ viskositas,
dan d diameter pipa. (Kecepatan rata-rata ialh kecepatan uniform melalui penampang lintang
yang menimbulkan kecepatan pengosongan yang sama).
Bilangan Reynold, pvD/ɳ, ialah besaran yang tidak berdimensi dan besar angkanya
adalah sama dalam setiap sistem satuan tertentu. Bilangan Reynold suatu sistem telah
7
dijadikan dasar untuk mempelajari sifat sisitemsistem nyata dengan cara mempergunakan
sebuah model berukuran kecil. Salah satu contoh yang sudah umum ialah terowongan angin.
Dalam terowongan ini, orang mengukur gaya aerodinamik terhadap model berskala kecil
pesawat terbang. Lalu berdasarkan hasil pengukuran tersebut, dikalkulasikan berapa besar
gaya itu terhadap sayap berukuran sesungguhnya.
Dua sistem dikatakan sama-sama secara dinamika bila Bilangan Reynold,pvD/ɳ, sama
untuk kedua sistem itu. Pada umumnya huruf D dapat berarti sembarang dimensi suatu
sistem, misalnya rentangan sayap pesawat terbang. Misalkan sutu fluida, yang kerapatannya p
dan viskositasnya ɳ diketahui, mengalir mengitari sebuah model yang skalanya setengah
ukuran benda yang sebenarnya, Maka secara dinamika, aliran tersebut akan sama dengan
aliran sekitar benda berukuran sebenarnya ini kalau kecepatannya v dua kali lipat.
Aliran air yang ada di alam ini memiliki bentuk yang beragam, karena berbagai sebab
dari keadaan alam baik bentuk permukaan tempat mengalirnya air juga akibat arah arus yang
tidak mudah untuk digambarkan. Misalnya aliran sungai yangs sedang banjir, air terjun dari
suatu ketinggian tertentu, dan sebagainya. Contoh yang disebutkan di bagian depan
memberikan gambaran mengenai bentuk yang sulit dilukiskan secara pasti. mNamun
demikian, bila kita kaji secara mendalam maka dalam setiap gerakan partikel tersebut akan
selalu berlaku hukum ke-2 Newton. Oleh sebab itu, agar kita labih mudah untuk memahami
perilaku air yang mengalir diperlukan pemahaman yang berkaitan dengan kecepatan (laju air)
dan kerapatan air dari setiap ruang dan waktu. Bertolak dari dua besaran ini aliran air akan
mudah untuk dipahami gejala fisisnya, terutama dibedakan macam-macam alirannya.
Bertolak dari kecepatan sebagai fungsi dari tempat dan waktu dapat dibedakan menjadi:
a. Aliran steady (mantap) dan non steady (tidak mantap)
b. Aliran rotational dan aliran irotational
Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas :
1. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan turun, dan
begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel cairan yang
semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun kekentalannya.
2. Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi
tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan
banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang
8
terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula. Seperti
pada sirup dan oli yang telah dijelaskan diatas.
3. Berat molekul solute
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan adanya solute yang
berat akan menghambat atau member beban yang berat pada cairan sehingga manaikkan
viskositas.
4. Tekanan
9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.1. Alat
a) Tabung 1000 ml
b) Gelas ukur
c) Bola pejal
d) Stopwatch
e) Neraca ohaus
f) Penggaris
g) Tisu
h) Magnet
i) Mikrometer sekrup
3.1.2. Bahan
a) Fluida 1 (Sabun)
b) Fluida 2 (Gliserin)
10
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
No Bahan
Waktu (detik)
v1 v2 v3 vr
h0 h1 h2 h3
11
BAB V
PEMBAHASAN
A.PEMBAHASAN KUANTITATIF
Diameter Bola
d = 4,39 mm
1
∆ d= ×nst mikrometer sekrup
2
= 0,005
HP = { 4,39 mm ± 0,005 mm }
Massa Gelas Ukur
m = 107,5 gr
1
∆ d= ×nst neraca
2
= 0,05 gr
HP = { 107,5 gr ± 0,05 gr }
Gelas Ukur Fluida + Fluida
m = 1101,8 gr
1
∆ m= × nst neraca
2
= 0,05 gr
HP = { 1101,8 gr ±0,05 gr }
Massa Bola
m= 0,3 gr
∆m= 1/2×nst neraca
= 0,05 gr
HP = {0,3 gr ± 0,05 gr}
Untuk ho (sabun)
ho = 11 cm
∆ho = 1/2×nst mistar
= 0,05 cm
HP = {11 cm ± 0,05 cm}
12
to = 7,8 s
∆ho= 1/2×nst Stopwatch
= 0,005 s
HP = {7,8 s ± 0,005 s}
h0
Vr= =1,41 cm/s
t0
Untuk h1 (sabun)
h1 = 8 cm
∆h1= 1/2×nst mistar
= 0,05 cm
HP = {8 cm ± 0,05 cm }
t1 = 5,4 s
∆h1= 1/2×nst Stopwatch
= 0,005 s
HP = {5,4 s ± 0,005 s}
V1 =h1/t1 = 1,48 cm/s
Untuk h2 (sabun)
h2 = 5 cm
∆h2= 1/2×nst mistar
= 0,05 cm
HP = {5 cm ± 0,05 cm }
t2 = 2,7 s
∆h1= 1/2×nst Stopwatch
= 0,005 s
HP = {2,7 s ± 0,005 s}
V2 =h2/t2= 1,85 cm/s
Untuk h3 (sabun)
h3 = 2 cm
∆h3 = 1/2×nst mistar
= 0,05 cm
HP = {2 cm ± 0,05 cm}
t3 = 1 s
∆ h3= 1/2×nst Stopwatch
13
= 0,005 s
HP = {1 s ± 0,005 s}
V3 = h3/t3 = 2 cm/s
Untuk ho (gliserin)
ho = 11 cm
∆ho = 1/2×nst mistar
= 0,05 cm
HP = {11 cm ± 0,05 cm}
to = 2,22 s
∆ho= 1/2×nst Stopwatch
= 0,005 s
HP = {2,22 s ± 0,005 s}
h0
Vr= =4,95 cm/ s
t0
Untuk h1 (sabun)
h1 = 8 cm
∆h1= 1/2×nst mistar
= 0,05 cm
HP = {8 cm ± 0,05 cm }
t1 = 1,32 s
∆h1= 1/2×nst Stopwatch
= 0,005 s
HP = {1,32 s ± 0,005 s}
V1 = h1/t1 = 6,15 cm/s
Untuk h2 (sabun)
h2 = 5 cm
∆h2= 1/2×nst mistar
= 0,05 cm
HP = {5 cm ± 0,05 cm }
t2 = 0,88 s
∆h1= 1/2×nst Stopwatch
= 0,005 s
14
HP = {0,88 s ± 0,005 s}
V2 =h2/t2= 5,6 cm/s
Untuk h3 (sabun)
h3 = 2 cm
∆h3 = 1/2×nst mistar
= 0,05 cm
HP = {2 cm ± 0,05 cm}
t3 = 0,44 s
∆ h3= 1/2×nst Stopwatch
= 0,005 s
HP = {0,44 s ± 0,005 s}
V3 = h3/t3 = 4,54 cm/s
Massa Jenis Bola
ρ mb 0,3 0,3
b= = = ¿
vb 4 2 4
πr .3,14.¿ ¿
3 3
B. PEMBAHASAN KUALITATIF
1. Pengaruh jenis fluida terhadap viskositas dan kaitannya dengan praktikum yang
telah dilakukan
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir contohnya gliserin, sebaliknya
fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir contohnya sabun sunlight. Rincinya
semakin kental suatu fluida maka waktu yang dibutuhkan benda untuk melewatinya
15
akan semakin lama. Saat praktikum ketika bola pejal dijatuhkan ke fluida yang lebih
cair maka semakin cepat bola tersebut jatuh, hal tersebut terjadi karena kerapatan
komponen penyusun zat cair semakin renggang. Begitu pula ketika bola dijatuhkan ke
fluida yang lebih kental maka semakin lama bola jatuh hal tersebut terjadi karena
komponen penyusun zat cair semakin rapat. Oleh karena itu suatu jenis cairan yang
mudah mengalir (gliserin) dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah dan
sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang
tinggi.
17
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Saat praktikum ketika proses pencatatan waktu diperlukan ketelitian dalam menghitung
waktunya, kesalahan dalam pengamatan gerak bola akibat tidak lurus pandangan serta
tidak serempaknya pengamatan bola dan pengamatan pencatatan waktu menyebabkan
ketidakakuratan dalam waktu tempuh bola jatuh, sehingga nilai viskositas yang diukur
juga tidak akurat. Oleh karena itu diperlukan kesempurnaan dalam pencatatan waktu
tersebut.
2. Sistem pengukuran viskositas memerlukan berbagai komponen seperti bola pejal dan
beberapa jenis fluida. Jenis fluida yang digunakan adalah fluida yang encer seperti
gliserin dan fluida yang kental seperti sunlight. Saat bola pejal dijatuhkan ke dalam
masing-masing fluida tersebut akan menunjukkan pergerakan/kecepatan yang berbeda.
3. Pengaruh antara diameter dan jarak bola terhadap viskositas yaitu semakin besar
diameter dan jarak bola maka semakin cepat bola jatuh. Namun hal tersebut sangat
bergantung pada massa bola itu sendiri.
4. Pengaruh kekentalan terhadap jatuhnya bola yaitu semakin kental suatu fluida maka daya
untuk memperlambat suatu gerakan jatuhnya bola semakin besar. Semakin encer suatu
fluida maka semakin cepat benda dijatuhkan kedalamnya, begitu juga sebaliknya.
Semakin kental suatu zat semakin lambat pergerakan benda jatuh didalamnya.
5. Pengaruh massa benda yang dijatuhkan kedalam fluida terhadap kecepatan jatuhnya
bola ialah semakin besar massa benda maka semakin besar pula kecepatan jatuhnya
benda tersebut. Disini dapat disimpulkan bahwa massa suatu benda yang dijatuhkan
kedalam fluida berbanding lurus terhadap kecepatan jatuhnya bola dalam fluida.
6.2. Saran
McGraw-Hill, Inc.
Gerhart Phillip M. dan Richard C.Gross.Fundamental of Fluid Mechanics.1985.Canada:
Addidon-Wesley Publishing Company.
19
20
LAMPIRAN
21