Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

Mata Kuliah : Fisika Umum

JUDUL PERCOBAAN :

Viskositas cairan - metode Stoke

OLEH :

NAMA : Restina Tiolenta Sihombing

NIM : 4201121017

Jurusan : Fisika

Program : Pendidikan Fisika / S1

Kelompok :V

Tgl. Pelaksanaan : 17 November 2020

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


I. JUDUL PERCOBAAN : Viskositas cairan - metode Stoke

II. TUJUAN PERCOBAAN :


1. Untuk mengetahui mengenai viskositas dan metode stoke.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi viskositas.
3. Untuk menentukan viskositas zat cair dengan menggunakan hukum stoke
4. Untuk mengetahui pengaruh kekentalan (viskositas) zat cair dan
massa bola terhadap kecepatan bola yang dijatuhkan ketabung.
5.Untuk menentukan koefisien viskositas cairan kental yang
diberikan dengan megukur kecepatan terminal benda bulat
tertentu

III. TINJAUAN TEORITIS :

Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair dengan zat cair yang
lain. Oli mobil sebagai salah satu contoh zat cair dapat kita lihat lebih kental daripada minyak
kelapa. Apa sebenarnya yang membedakan cairan itu kental atau tidak. Kekentalan atau
viskositas dapat dibayangkan sebagai peristiwa gesekan antara satu bagian dan bagian yang lain
dalam fluida. Dalam fluida yang kental kita perlu gaya untuk menggeser satu bagian fluida
terhadap yang lain. Di dalam aliran kental kita dapat memandang persoalan tersebut seperti
tegangan dan regangan pada benda padat. Kenyataannya setiap fluida baik gas maupun zat cair
mempunyai sifat kekentalan karena partikel di dalamnya saling menumbuk. Bagaimana kita
menyatakan sifat kekentalan tersebut secara kuantitatif atau dengan angka, sebelum membahas
hal itu kita perlu mengetahui bagaimana cara membedakan zat yang kental dan kurang kental
dengan cara kuantitatif. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan suatu zat cair
adalah viskosimeter. Viskositas adalah sifat fluida yang mendasari diberikannya tekanan
terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut. Kadang-kadang viskositas ini diserupakan dengan
kekntalan. Fluida yang kental (viskos) akan mengalir lebih lama dalam suatu pipa dari fluida
yang kurang kental. Pengertian viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh
fluida yang bergerak, atau benda padat yang bergerak didalam fluida. Besarnya gesekan ini biasa
juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi semakin besar viskositas zat cair, maka
semakin susah benda padat bergerak didalam zat cair tersebut. Viskositas dalam zat cair, yang
berperan adalah gaya kohesi antar partikel zat cair  (Prijono,1985). Molekul-molekul yang
membentuk suatu fluida saling bergesekan ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair,
viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antar molekul sejenis).
Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antar molekul (Hananto, Farid,
Samsu, 2013). Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya,
fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu, dan lain-lain.
Hal ini dapat dibuktikan dengan menuangkan air dan minyak goreng diatas lantai yang
permukaanya mirin. Pasti air mengalir lebih cepat daripada minyak goreng atau oli. Tingkat
kekentalan suatu fluida juga bergantung pada suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, semakin
kurang kental zat cair tersebut. Minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng pada awalnya
lebih kental setelah mengalami pemanasan menjadi lebih cair. Dalam hal ini, viskositas dibantu
dengan menggunakan hukum stoke. Dimana hukum stoke berbunyi:” bila sebuah bola bergerak
dalam suatu yang diam terhadap bola itu akan bekerja gaya gesekan yang arahnya berlawanan
dengan arah gerak bola tersebut. Benda yang jatuh memiliki kecepatan yang makin lama makin
besar, tetapi dalam fluida sebagi mediumnya ada gaya gesek yang makin besar bila kecepatan
benda jatuh makin besar. Sehingga pada satu titik akan didapat kesetimbangan yang
menyebabkan kecepatan benda tersebut akan tetap”. Dari pernyataan tersebut, menghitung
viskositas fluida dapat dicari dengan mengetahui kecepatan terminal, ukuran dan kerapatan bola,
dan densitas cairan, hukum Stokes dapat digunakan untuk menghitung viskositas fluida Hukum
ini menjadi dasar viskosimeter bola jatuh, dengan persyaratan (1) ruang tempat fluida terbatas (2)
kecepatan bola harus tetap/konstan dan tidak ada turbulensi di dalam fluida. Untuk mendapatkan
hasil yang presisi, dua keadaan di atas harus dapat terpenuhi (Susanti, Hana., Puji, Cahyo, 2019).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat viskositas suatu fluida, diantaranya adalah
tekanan. Dimana tekanan sangat mempengaruhi tingkat viskositas suatu zat cair akan naik jika
terdapat tekanan. Sedangkan pada gas, tekanan tidak akan memengaruhi tingkat viskositas. Hal
ini karena tekanan ternyata memengaruhi ikatan molekul zat cair. Semakin tinggi tekanan maka
semakin tinggi pula dihasilkan oleh gaya kohesi yang terjadi pada molekul penyusun zat cair.
Kemudian temperatur, dimana pada zat cair, temperatur yang naik akan menyebabkan tingkat
viskositas turun. Sedangkan pada gas, temperature yang naik justru akan meningkatkan
viskositas. Ini karena pemanasan dapat membuat kohesi antar molekul melemah. Lali ukuran
serta berat molekul yang ternyata juga dapat memengaruhi viskositas. Semakin berat massa
molekul benda maka semakin tinggi pula viskositasnya. Sebagai contoh, satuan cgs centimeter
gram atau cgs centimeter gram sekon minyak memiliki massa molekul yang lebih berat
dibandingkan air, maka nilai viskositasnya pun lebih besar dan luas penampang dibandingkan
air. Dan terakhir kekuatan kohesi, dimana viskositas dipengaruhi oleh gaya kohesi antar molekul
sejenis dalam benda. Makin besar kekuatan gaya kohesi, semakin tinggi pula tingkat
viskositasnya. Viskositas juga dapat menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena
adanya gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan
suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan semakin lambat.
Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, gaya tarik antar
molekul dan ukuran serta jumlah molekul terlarut. Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang
jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan
karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat
gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Viskositas dapat dinyatakan sebagai
tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan antara molekul – molekul cairan satu dengan
yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang
rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang
tinggi (Sarojo, 2009).
Dalam menentukan viskositas zat cair dengan menggunakan hukum stoke dapat dimisalkan pada
sebuah benda yang berbentuk bola dijatuhkan ke dalam fluida kental, misalnya kelereng
dijatuhkan ke dalam kolam renang yang airnya cukup dalam, nampak mula-mula kelereng
bergerak dipercepat. Tetapi beberapa saat setelah menempuh jarak cukup jauh, nampak kelereng
bergerak dengan kecepatan konstan (bergerak lurus beraturan). Ini berarti bahwa di samping
gaya berat dan gaya apung zat cair masih ada gaya lain yang bekerja pada kelereng tersebut.
Gaya ketiga ini adalah gaya gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida. Pada kecepatan
bola maksimum, terjadi keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides.
Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung gelas
yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga
resiprok sampel. Berdasarkan hukum stoke yaitu pada saat kecepatan bola maksimum,terjadi
kesetimbangan sehingga gaya gesek sama dengan gaya berat archimedes. Dalam fluida regangan
geser selalu bertambah dan tanpa batas sepanjang tegangan yang diberikan. Tegangan tidak
bergantung pada regangan geser tetapi tergantung pada laju perubahannya. Laju perubahan
regangan juga disebut laju regangan. Mempelajari gerak bola yang jatuh ke dalam fluida kental,
walaupun ketika itu hanya untuk mengetahui bahwa gaya kekentalan pada sebuah bola tertentu
di dalam suatu fluida tertentu berbandingan dengan kecepatan relatifnya. Bila fluida sempurna
yang viskositasnya nol mengalir melewati sebuah bola, atau apabila sebuah bola bergerak dalam
suatu fluida yang diam, gari-garis arusnya akan berbentuk suatu pola yang simetris sempurna di
sekeliling bola itu. Tekanan terhadap sembarang titik permukaan bola yang menghadap arah alir
datang tepat sama dengan tekanan terhadap titik lawan. Titik tersebut pada permukaan bola
menghadap kearah aliran, dan gaya resultan terhadap bola itu nol (Sudarjo, 2008).

IV. Alat dan Bahan

IV.1. Alat

No. Nama Alat


1. Tabung
2. Bola
3. Stopwatch
4. Penggaris
5. Meja
IV.2. Bahan

No. Nama Bahan


1. Caster Oil
2. Glyserin
V. Prosedur Percobaan
a. Temukan diameter (d) bola menggunakan pengukur sekrup. Sekarang, jari-jari (r) bola
d
dapat dihitung sebagai; r = .
2
b. Bersihkan tabung kaca dan isi dengan cairan kental.
c. Tempatkan skala meter secara vertikal di samping toples.
d. Ukur diameter dalam toples menggunakan jangka sorong. Oleh karena itu jari-jari dalam
tabung R dapat ditemukan.
e. Tandai dua titik referensi A dan B pada toples dengan menggunakan dua benang.
Penandaan A dibuat jauh di bawah permukaan bebas cairan, sehingga pada saat bola
mencapai A, kecepatan terminal v.
f. Sesuaikan posisi ulir B sehingga jarak antara A dan B adalah 60cm.
g. Bola dengan diameter yang diketahui dijatuhkan secara perlahan ke dalam cairan. Ia jatuh
dalam cairan dengan kecepatan yang dipercepat sekitar sepertiga dari ketinggian.
Kemudian jatuh dengan kecepatan terminal yang seragam.
h. Saat bola melewati titik A, mulailah stopwatch dan waktu yang dibutuhkan bola untuk
mencapai titik B.
i. Jika jarak gerak bola d dan waktu tempuh t, maka kecepatan,

d
v’ =
t

j. Hitung kecepatan terminal bola, v menggunakan relasi,

v = v’(1+2,4 r
R )
k. koefisien viskositas zat cair dihitung dengan menggunakan rumus
2
2 a ( ρσ ) . g
η=
9v
VI. Hasil Percobaan dan Pembahasan

VI.I. Hasil Percobaan pada Glyserin

( )
Glass Jarak Waktu Jari- r2 (m) Jari- Velocity, Terminal r2 m
Shpher S (m) t jari Jari velocity, v s
s
( R ))
'

(
e No. (sekon) Bola r Tabung v= 2,4 r
t v=v ' 1+
(m) R (m)

( ms ) ( ms )
1. 3 x 10-2 21,88 25 x 10- 625 x 15 x 10-3 0,001371 0,00247 0,00253
sekon 4
10-8

2. 2 x 10-2 09,84 3 x 10-3 9 x 10- 2 x 10-2 0,00203 0,0035 0,002571


sekon 2

3. 25x10-2 08,88 35 x 10- 1225 x 25 x 10-3 0,02815 0,02862 0,000428


sekon 4
10-8

4. 28x10-2 07,52 4 x 10-3 16 3 x 10-2 0,037234 0,0611 0,000262


sekon x10-6

5. 35x10-2 07,36 45 x 10- 2025 x 35 x 10-3 0,0476 0,076976 0,000263


sekon 4
10-8

VI.II. Pembahasan pada Glyserin

1. Percobaan Glyserin pertama

d
Jari-jari bola (r) =
2

5
Diameter bola = 5, maka jari-jari (r) = = 2,5 mm atau 25 x 10-4 m
2

D
Jari-jari bagia dalam toples kaca (R) =
2

3
Diamater nya = 3 , maka jari-jari (R) = = 1,5 cm = 15 x 10-3 m
2
−2
S 3 x 10 m
Kecepatan V1 = = V1 = =0,001371
t 21,88 s

Kecepatan terminal V= V1 1+ ( R )
2,4 r 2
=0,001371 1+ (
2,4 ( 0,0025 ) 2
0,015
=0,00247
m
s)
2 2
r 0,0025 m
= =0,00253
V 0,00247 s
2
2 r ( ρ−σ ) g 2 ( 0,0025 ) 2 ( 2600−1260 ) 9,8 −2
η= = =5.907,3324 Ns m
9 v 9 ( 0,00247 )

2. Percobaan Glyserin kedua

d
Jari-jari bola (r) =
2

6
Diameter bola = 6, maka jari-jari (r) = = 3 mm atau 3 x 10-3 m
2

D
Jari-jari bagia dalam toples kaca (R) =
2

4
Diamater nya = 4 , maka jari-jari (R) = = 2 cm = 2 x 10-2 m
2

S 2 x 10−2 m
Kecepatan V1 = = V1 = =0,00203
t 9,84 s

Kecepatan terminal V= V1 1+ ( R )
2,4 r 2
=0,00203 1+ (
2,4 ( 0,003 ) 2
0,02
=0,0035 )
m
s
2 2
r 0,003 m
= =0,002571
V 0,0035 s
2
2 r ( ρ−σ ) g 2 ( 0,003 ) 2 ( 2600−1260 ) 9,8 −2
η= = =5.002,67 Ns m
9 v (
9 0,0035 )

3. Percobaan Glyserin Ketiga

d
Jari-jari bola (r) =
2
7
Diameter bola = 7, maka jari-jari (r) = = 3,5 mm atau 35 x 10-4 m
2

D
Jari-jari bagia dalam toples kaca (R) =
2

5
Diamater nya = 5 , maka jari-jari (R) = = 2,5 cm = 25 x 10-3 m
2
−2
S 25 x 10 m
Kecepatan V1 = = V1 = =0,02815
t 8,88 s

Kecepatan terminal V= V1 1+ ( R )
2,4 r 2
=0,02815 1+(2,4 ( 0,0035 ) 2
0,025 )
=0,02862
m
s

r 2 0,00352 m
= =0,000428
V 0,02862 s
2
2 r ( ρ−σ ) g 2 ( 0,0035 ) 2 ( 2600−1260 ) 9,8 −2
η= = =713,751 Ns m
9 v 9 ( 0,02862 )

4. Percobaan Glyserin Ke-empat

d
Jari-jari bola (r) =
2

8
Diameter bola = 8, maka jari-jari (r) = = 4 mm atau 4 x 10-3 m
2

D
Jari-jari bagia dalam toples kaca (R) =
2

6
Diamater nya = 6 , maka jari-jari (R) = = 3 cm = 3 x 10-2 m
2
−2
S 28 x 10 m
Kecepatan V1 = = V1 = =0,037234
t 7,52 s

Kecepatan terminal V= V1 1+ ( R )
2,4 r 2
=0,037234 1+ (
2,4 ( 0,004 ) 2
0,03 )
=0,0611
m
s
2 2
r 0,004 m
= =0,000262
V 0,0611 s
2
2 r ( ρ−σ ) g 2 ( 0,004 ) 2 ( 2600−1260 ) 9,8 −2
η= = =382,0913 Ns m
9 v 9 ( 0,0611 )

5. Percobaan Glyserin kelima

d
Jari-jari bola (r) =
2

9
Diameter bola = 9, maka jari-jari (r) = = 4,5 mm atau 45 x 10-4 m
2

D
Jari-jari bagia dalam toples kaca (R) =
2

7
Diamater nya = 7 , maka jari-jari (R) = = 3,5 cm = 35 x 10-3 m
2

S 35 x 10
−2
m
Kecepatan V1 = = V1 = =0,0476
t 7,36 s

Kecepatan terminal V= V1 1+ ( 2,4 r 2


R )
=0,0476 1+ (
2,4 ( 0,0045 ) 2
0,035 )
=0,076976
m
s
2 2
r 0,0045 m
= =0,000263
V 0,076976 s
2
2 r ( ρ−σ ) g 2 ( 0,0045 ) 2 ( 2600−1260 ) 9,8 −2
η= = =341,1973 Ns m
9 v 9 ( 0,076976 )

VI.III.Hasil Percobaan pada Caster Oil

( )
Glass Jarak Waktu Jari- r2 (m) Jari- Velocity, Terminal r2 m
Shpher S (m) t jari Jari velocity, v s
s
( ( ))
'
e No. (sekon) Bola r Tabung v= 2,4 r
t v=v ' 1+
(m) R (m) R

( )
m
s
( )
m
s

1. 3 x 10-2 12,24 25 x 625 x 15 x 10- 0,00245 0,00441 0,00142


sekon 10-4 10-8 3
2. 2 x 10-2 05,50 3 x 10-3 9 x 10- 2 x 10-2 0,00364 0,0062608 0,001438
sekon 2

3. 25x10-2 04,96 35 x 1225 x 25 x 10- 0,0504 0,0842688 0,00015


sekon 10-4 10-8 3

4. 28x10-2 04,21 4 x 10-3 16 3 x 10-2 0,06651 0,1090764 0,0001467


sekon x10-6

5. 35x10-2 07,36 45 x 2025 x 35 x 10- 0,0476 0,076976 0,000263


sekon 10-4 10-8 3

VI.IV.Pembahasan pada Caster Oil

1. Percobaan Caster Oil pertama

d
Jari-jari bola (r) =
2

5
Diameter bola = 5, maka jari-jari (r) = = 2,5 mm atau 25 x 10-4 m
2

D
Jari-jari bagia dalam toples kaca (R) =
2

3
Diamater nya = 3 , maka jari-jari (R) = = 1,5 cm = 15 x 10-3 m
2

S 3 x 10−2 m
Kecepatan V1 = = V1 = =0,00245
t 12,24 s

Kecepatan terminal V= V1 1+ ( 2,4 r 2


R )
=0,00245 1+(2,4 ( 0,0025 ) 2
0,015 )
=0,00441
m
s

r 2 0,00252 m
= =0,00142
V 0,00441 s
2
2 r ( ρ−σ ) g 2 ( 0,0025 ) 2 ( 2600−1260 ) 9,8 −2
η= = =3.308,642 Ns m
9 v 9 ( 0,00441 )
2. Percobaan Caster Oil Kedua

d
Jari-jari bola (r) =
2

6
Diameter bola = 6, maka jari-jari (r) = = 3 mm atau 3 x 10-3 m
2

D
Jari-jari bagia dalam toples kaca (R) =
2

4
Diamater nya = 4 , maka jari-jari (R) = = 2 cm = 2 x 10-2 m
2

S 2 x 10
−2
m
Kecepatan V1 = = V1 = =0,00364
t 5,50 s

Kecepatan terminal V=V1 1+ ( 2,4 r 2


R )
=0,00364 1+ (
2,4 ( 0,003 ) 2
0,02 )
=0,0062608
m
s
2 2
r 0,003 m
= =0,001438
V 0,0062608 s
2
2 r ( ρ−σ ) g 2 ( 0,003 ) 2 ( 2600−1260 ) 9,8
η= = =2.796,661 Ns m−2
9 v 9 ( 0,0062608 )

3. Percobaan Caster Oil ketiga

d
Jari-jari bola (r) =
2

7
Diameter bola = 7, maka jari-jari (r) = = 3,5 mm atau 35 x 10-4 m
2

D
Jari-jari bagia dalam toples kaca (R) =
2

5
Diamater nya = 5 , maka jari-jari (R) = = 2,5 cm = 25 x 10-3 m
2

S 25 x 10−2 m
Kecepatan V1 = = V1 = =0,0504
t 4,96 s
Kecepatan terminal V= V1 1+ ( 2,4 r 2
R )
=0,0504 1+(2,4 ( 0,0035 ) 2
0,025 )=0,0842688
m
s
2 2
r 0,0035 m
= =0,00015
V 0,0842688 s
2
2 r ( ρ−σ ) g 2 ( 0,0035 ) 2 ( 2600−1260 ) 9,8
η= = =136.183,704 Ns m−2
9 v (
9 0,00015 )

4. Percobaan Caster Oil ke-empat

d
Jari-jari bola (r) =
2

8
Diameter bola = 8, maka jari-jari (r) = = 4 mm atau 4 x 10-3 m
2

D
Jari-jari bagia dalam toples kaca (R) =
2

6
Diamater nya = 6 , maka jari-jari (R) = = 3 cm = 3 x 10-2 m
2
−2
S 28 x 10 m
Kecepatan V1 = = V1 = =0,06651
t 4,21 s

Kecepatan terminal V=V1 1+ ( R )


2,4 r 2
(
=0,06651 1+
0,03 )
2,4 ( 0,004 ) 2
=0,1090764
m
s

r2 0,004 2 m
= =0,0001467
V 0,1090764 s
2
2 r ( ρ−σ ) g 2 ( 0,004 ) 2 ( 2600−1260 ) 9,8 −2
η= = =214,03143 Ns m
9 v 9 ( 0,1090764 )

5. Percobaan Caster Oil Kelima

d
Jari-jari bola (r) =
2

9
Diameter bola = 9, maka jari-jari (r) = = 4,5 mm atau 45 x 10-4 m
2
D
Jari-jari bagia dalam toples kaca (R) =
2

7
Diamater nya = 7 , maka jari-jari (R) = = 3,5 cm = 35 x 10-3 m
2
−2
S 35 x 10 m
Kecepatan V1 = = V1 = =0,0476
t 7,36 s

Kecepatan terminal V= V1 1+( 2,4 r 2


R ) (
=0,0476 1+
0,035 )
2,4 ( 0,0045 ) 2
=0,076976
m
s
2 2
r 0,0045 m
= =0,000263
V 0,076976 s
2
2 r ( ρ−σ ) g 2 ( 0,0045 ) 2 ( 2600−1260 ) 9,8 −2
η= = =341,1973 Ns m
9 v 9 ( 0,076976 )

Grafik

AB
A v'=
BC

V C

2
r

VII. Kesimpulan :

Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan Viscous (Soedojo, 1986). Viskositas dapat
dianggap sebagai gerakan di bagian dalam (internal) suatu fluida. Viskositas adalah sifat
paling penting dari sebuah zat cair. Viskositas merupakan gaya gesekan antara molekul-
molekul yang menyusun suatu fluida, dalam hal ini zat cair dan zat gas. Atau viskositas
merupakan gaya gesekan internal fluida.

Untuk menghitung viskositas fluida dapat dicari dengan mengetahui kecepatan terminal,
ukuran dan kerapatan bola, dan densitas cairan, serta hukum Stokes yang dapat digunakan
untuk menghitung viskositas fluida. Hukum ini menjadi dasar viskosimeter bola jatuh,
dengan persyaratan (1) ruang tempat fluida terbatas (2) kecepatan bola harus tetap/konstan
dan tidak ada turbulensi di dalam fluida. Untuk mendapatkan hasil yang presisi, dua keadaan
di atas harus dapat terpenuhi.

Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, gaya tarik antar
molekul dan ukuran serta jumlah molekul terlarut. Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang
jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas
disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis).
Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul.

Dalam menentukan viskositas zat cair dengan menggunakan hukum stoke terdapat gaya
gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida. Dimana hal ini terjadi karena adanya gaya
yang lain yang timbul dari gay berat dan gaya apung zat cair.

Koefisien viskositas secara umum diukur dengan dua metode yaitu metode viskometer
ostwald yang merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengalirnya sejumlah cairan tertentu
dengan membandingkan laju aliran cairan dengan laju aliran koefisien viskositasnya. Dan
metode bola jatuh untuk menyangkut gaya gravitasi yang seimbang dengan gerakan aliran
pekat.

VIII. Daftar Pustaka :

1. Dogra, S.K. 2009. Kimia Fisika dan Soal-Soal. Jakarta: UI Press.


2. Hananto, Farid, Samsu., (2013). Rancang Bangun Sensor Viskositas Cairan
Menggunakan Strain Gauge Dengan Prinsip Silinder Konsentris. Jurnal Neutrino.
05(02): 87-94.
3. Sarojo, Ganijanti Aby. 2006. Seri Fisika Dasar Mekanika. Salemba Teknika. Jakarta.
4. Sudarjo, Randy. 2008. Modul Praktikum Fisika Dasar I. Universitas Sriwijaya.
Inderalaya.
5. Susanti, Hana., Puji, Cahyo., (2019). Rekonstruksi Set Alat Percobaan Viskositas. Jurnal
Wahana Pendidikan Fisika. 04(01): 31-36.
Medan, 26 November 2020

DOSEN/ASISTEN PRAKTIKAN

(.......................................) (Restina Tiolenta Sihombing)


NIP/NIM: NIM: 4201121017

Anda mungkin juga menyukai