Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi/pembakuan obat
serta pengobatan termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta penggunaan
yang aman. Farmasi termasuk ilmu terapan yang terdiri dari prinsip dan metode
yang telah dipetik dari disiplin ilmu lain seperti fisika, kimia, biologi dan
farmakologi. Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat obat adalah farmasi fisika.
Farmasi fisika merupakan suatu ilmu yang menggabungkan antara ilmu
fisika dengan ilmu farmasi. Ilmu fisika mempelajari tentang sifat-sifat fisika suatu
zat baik berupa sifat molekul maupun tentang sifat turunan suatu zat. Sedangkan
ilmu farmasi adalah ilmu tentang obat-obat yang mempelajari cara membuat,
memformulasi senyawa obat menjadi sebuah sediaan jadi yang dapat beredar di
pasaran. Gabungkan kedua ilmu tersebut akan menghasilkan suatu sediaan
farmasi yang berstandar baik, berefek baik, dan mempunyai kestabilan yang baik
pula. Dalam pembuatan sediaan farmasi khususnya sediaan liquid, tentunya harus
memperhatikan salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu sediaan
yaitu viskositas
Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari aliran
yang diberikan oleh suatu cairan. Kebanyakan viskometer mengukur kecepatan
dari suatu cairan mengalir melalui pipa gelas (gelas kapiler), bila cairan itu
mengalir cepat maka berarti viskositas dari cairan itu rendah (misalnya air). Dan
bila cairan itu mengalir lambat, maka dikatakan cairan itu viskositas tinggi.
Senyawa obat memiliki sifat fisika yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal-hal tersebut diantaranya
viskositas dan rheologi.
Mempelajari viskositas dan rheologi sangat penting karena untuk
mempermudah penyelidikan kekentalan dari cairan sejati, larutan dan sistem
koloid baik yang encer maupun yang kental, jauh bersifat praktis daripada bersifat
teoritis. Mempelajari rheologi juga penting dalam bidang farmasi karena rheologi

1
digunakan penerapannya dalam formulasi dan analisis dari produk farmasi seperti
emulsi, pasta, supositoria dan penyalutan tablet. Alat yang digunakan untuk
menentukan nilai viskositas dan rheology adalah viscometer Brookfield.
Prinsip kerja dari viskometer Brookfield ini adalah semakin kuat putaran
semakin tinggi viskositasnya sehingga hambatannya semakin besar. Pada
viskometer ini nilai viskositas didapatkan dengan mengukur gaya putar sebuah
rotor silinder (spindel) yang dicelupka kedalam sampel. Untuk dapat mengukur
viskositas sampel dalam viskometer brookfield bahan harus diam didalam wadah
sementara poros bergerak sambil direndam didalam cairan. Pada metode ini
spindel dicelupkan kedalam cairan yang akan diukur viskositasnya. Gaya gesek
antara permukaan spindel dengan cairan akan menentukan tingkat viskositas
cairan.
Mengingat pentingnya pengetahuan tentang viskositas dan rheologi dalam
bidang farmasi, maka dilakukan percobaan ini mengetahui dan memahami
ketahanan suatu zat cair untuk mengalir atau disebut dengan viskositas. Pada
percobaan kali ini kami akan menentukan nilai viskositas dari sampel madu dan
sirup merah dengan menghitung viskositas menggunakan viskometer Brookfield
serta menentukan viskositas dan rheologi dari cairan newton dan cairan non
newton.
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum
1.2.1 Maksud Percobaan
Untuk menentukan nilai viskositas dengan menggunakan viskometer
Brookfield pada sampel sirup merah dan madu.
1.2.2 Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui dan menentukan nilai viskositas dari sampel sirup merah
dan madu
2. Untuk memahami perhitungan viskometer Brookfield
3. Untuk menentukan viskositas dan rheology cairan newton dan non newton
1.3 Prinsip percobaan
Berdasarkan percobaan ini, dilakukan pengukuran sampel dengan
menggunakan viskometer Brookfield. Prinsip kerja dari viskometer Brookfield

2
adalah rotasi dengan mengkombinasikan setting spindle dan kecepatan putar
spindle.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Viskositas
a. Pengertian Viskositas
Viskositas berasal dari perkataan Viscous. Suatu bahan apabila dipanaskan
sebelum menjadi cair terlebih dulu menjadi viscous yaitu menjadi lunak dan dapat
mengalir pelan-pelan. Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan di bagian dalam
(internal) suatu fluida (Sears & Zemansky, 1982).
Viskositas adalah suatu pernyataan tentang tahanan dari suatu cairan untuk
mengalir. Semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanannya. Cairan sederhana
dapat dijelaskan dalam istilah absolut. Akan tetapi sifat-sifat rheologi dispersi
heterogen lebih kompleks dan tidak dapat dinyatakan dalam suatu satuaan tunggal
(Martin, 1993).
Viskositas diartikan sebagai resistensi atau ketidakmauan suatu bahan untuk
mengalir yang disebabkan karena adanya gesekan atau perlawanan suatu bahan
terhadap deformasi atau perubahan bentuk apabila bahan tersebut dikenai gaya
tertentu (Kramer, 1996). Viskositas secara umum dapat juga diartikan sebagai
suatu tendensi untuk melawan aliran cairan karena internal friction atau resistensi
suatu bahan untuk mengalami deformasi bila bahan tersebut dikenai suatu gaya
(Lewis, 1987).
Viskositas biasanya berhubungan dengan konsistensi yang keduanya
merupakan sifat kenampakan (appearance property) yang berhubungan dengan
indera perasa. Konsistensi dapat didefinisikan sebagai ketidakmauan suatu bahan
untuk melawan perubahan bentuk (deformasi) bila suatu bahan mendapat gaya
gesekan (sheering fore). Gesekan yang timbul sebagai hasil perubahan bentuk
cairan yang disebabkan karena adanya resistensi yang berlawanan yang diberikan
oleh cairan tersebut dinamakan gaya irisan (sheering stress). Jika tenaga diberikan
pada suatu cairan, tenaga ini akanmenyebabkan suatu bentuk atau deformasi.
Perubahan bentuk ini disebut sebagai aliran (Lewis, 1987).

4
b. Faktor yang Mempengaruhi Viskositas
Faktor- fator yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut (Bird,
1987):
1. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas
tidak dipengaruhi oleh tekanan.
2. Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik
dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-
molekulnya memperoleh energi. Molekul-molekul cairan bergerak sehingga
gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan
akan turun dengan kenaikan temperatur.
3. Kehadiran zat lain
Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan
tambahan seperti bahan suspensi menaikkan viskositas air. Pada minyak
ataupun gliserin adanya penambahan air akan menyebabkan viskositas akan
turun karena gliserin maupun minyak akan semakin encer, waktu alirnya
semakin cepat.
4. Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol
cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi seta
laju aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi.
5. Berat molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
6. Kekuatan antar molekul
Viskositas air naik denghan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO dengan
gugus OH pada trigliseridanya naik pada keadaan yang sama.
c. Metode Penentu Viskositas
Ada beberapa metode penentu viskositas dan rheologi yaitu (Rosiana, 2005)
1. Viskometer Satu Titik

5
Viskometer ini bekerja pada titik kecepatan geser, sehingga hanya
dihasilkan satu titik pada rheogram. Ekstrapolasi dari titik tersebut ke titik
nol akan menghasilkan garislurus. Alat ini hanya dapat digunakan untuk
menentukan viskositas cairan Newton.Yang termasuk dalam jenis ini
misalnya viskosimeter kapiler, bola jatuh, penetrometer, plate plastometer,
dan lain-lain.
2. Viskometer Titik Ganda
Dengan viskosimeter ini dapat dilakukan pengukuran pada beberapa
harga kecepatan geser sehingga diperoleh rheogram yang sempurna. Yang
termasuk ke dalam jenis viskosimeter ini adalah viskosimeter rotasi tipe
Stromer, Brookfield, Rotovisco, dan lain-lain.
d. Jenis-jenis Viskometer
Viskometer ada beberapa jenis diantaranya yaitu (Sinko, 2011):
1. Viskometer Hoppler
Viskometer ini digunakan untuk menentukan Viskositas cairan yang
kental tetapi yang tembus cahaya agar dapat mengamati jatuhnya bola besi
sampai ke dasar tabung. Prinsip kerjanya menjatuhkan bola yang terbuat dari
kaca atau besi. Karena gaya gravitasi benda yang jatuh melalui medium
yang berviskositas dengan kecepatan yang besar sampai pada kecepatan
yang maksimum. Pada viskometer hoppler yang diukur waktu yang
dibutuhkan oleh sebuah bola untuk melewati cairan pada jarak atau tinggi
tertentu.
2. Viskometer Cone and Plate (Brookfield)
Viskometer Cone and Plate memberikan presisi yang diperlukan untuk
pengembangan data rheologi lengkap. Pengukurannya yaitu dengan
mengukur gaya puntir sebuah rotor silinder(spindle) yang dicelupkan
kedalam sampel. Viskometer ini digunakan untuk menentukan secara
viskositas absolut cairan dalam volume sampel kecil. Prinsip kerja dari
viskometer Brookfield ini adalah semakin kuat putaran semakin tinggi
viskositasnya sehingga semakin besar hambatannya.

6
2.1.2 Rheologi
a. Pengertian Rheologi
Rheologi berasal dari bahasa Yunani: Rheo (mengalir), dan Logos (ilmu),
digunakan istilah ini untuk pertama kali oleh Bingham dan Crawford untuk
menggambarkan aliran cairan dan deformasi dari padatan. Viskositas adalah suatu
pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas akan
semakin besar tahanannya. Seperti akan terlihat nanti, cairan sederhana (biasa)
dapat diuraikan dalam istilah viskositas absolute. Tetapi sifat-sifat rheologi dari
dispersi heterogen lebih kompleks dan tidak dapat dinyatakan dalam suatu satuan
tunggal (Martin, 1993).
b. Tipe Aliran
Berdasarkan hukum Newton tentang sifat aliran cairan, maka tipe aliran
dibedakan menjadi 2, yaitu cairan newton dan cairan non newton (Wiroatmojo,
1988):
1. Cairan Newton
Cairan Newton yaitu cairannya mengalir mengikuti aturan-aturan
viskositas.

2. Cairan non Newton


Cairan non Newton yaitu aturannya tidak mengikuti aturan
viskositas. Cairan biasanya memiliki ukuran molekul yang paling besar atau
mempunyai struktur tambahan, misalnya koloid. Untuk mengalirkan cairan
bukan cairan Newton sehingga diperlukan tambahan gaya atau  jika perlu
memecah strukturnya.
c. Cairan Non Newton Berdasarkan Grafik Sifat Aliran
Berdasarkan grafik sifat aliaran (rheogram) cairan non newton
terbagi atas dua kelompok yaitu(Mayer, 2009):

7
1. Cairan yang sifat alirnya tidak dipengaruhi oleh waktu.
Kelompok ini terbag atas 3 bagian yaitu:
a. Aliran plastis
Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong
sumbu shearing stress pada satu titik tertentu yang dikenal sebagai
harga yield. Contohnya pada system suspensi yamg terflokulasi,
yield value adalah nilai yang dibutuhkan untuk memecah ikatan
antar partikel terflokulasi.

b. Aliran pseudoplastik
Kurva tidak linier dan tidak ada yield value (melengkung)
dimulai dari titik (0,0). Contohnya kecap atau saos tomat yang untuk
mengeluarkannya dari botol harus mengocoknya kuat-kuat.

c. Aliran dilatan
Aliran dilatan merupakan kebalikan dari aliran pseudoplastik.
Disebut sebagai system geser kental (shear thickening
system).Aliran dilatan terjadi pada suspensi yang memiliki
presentase zat padat terdispersi dengan konsentrasi tinggi. Terjadi
peningkatan daya hambat untuk mengalir (viskositas) dengan
meningkatnya rate of shear. Jika stress dihilangkan, suatu sistem
dilatan akan kembali ke keadaan fluiditas aslinya.

8
2. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu.
a. Aliran tiksotropik
Bila kurva turun ternyata berada disebelah kiri kurva menaik
(Gel-Sol-Gel). Tiksotropik bisa didefinisikan sebagai suatu pemulihan
yang isoterm dan lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan
konsistensinya karena sharing. Ini menunjukkan struktur yang tidak
berbentuk kembali dengan segera jika strees tersebut dihilangkan atau
dikurangi.
Tiksotropi adalah suatu sifat yang diinginkan dalam suatu
farmasetis cair yang idealnya harus mempunyai konsistensi tinggi
dalam wadah, namun dapat dituang dan tersebar mudah. Sebagai
contoh, suspensi tiksotropi yang diformulasi dengan baik tidak akan
mengendap dengan segera dalam wadahnya, akan menjadi cair bila
dikocok, dan akan tinggal cukup lama selama ia digunakan.

b. Aliran anti tiksotropik


Aliran anti tiksotropik merupakan kebalikan dari aliran tiksotropik
(Sol-Gel-Sol). Contohnya : Magma magnesia.Anti tiksotropik
disebabkan oleh meningkatnya frekuensi tumbukan dari partikel-
partikel terdispersi, atau molekul-molekul polimer dalam suspensi. Hal
ini akan meningkatkan ikatan antar partikel dengan bertambahnya
waktu. Ini mengubah keadaan asli yang terdiri dari sejumlah besar

9
partikel sendiri-sendiri dan gumpalan-gumpalan kecil menjadi suatu
keadaan keseimbangan yang terdiri dari sejumlah kecil gumpalan-
gumpalan yang relatif besar. Dalam keadaan diam, gumpalan-gumpalan
kecil dan partikel-partikel tersendiri.
Bila dilakukan pengukuran dengan penambahan dan penurunan
tekanan geser secara berulang-ulang pada sistem ini akan diperoleh
suatu viskositas yang terus bertambah sampai akhirnya suatu saat akan
konstan.

c. Aliran rheopeksi
Rheopeksi adalah suatu gejala dimana suatu sol membentuk suatu gel
lebih cepat jika diaduk perlahan-lahan atau kalau di share daripada jika
dibiarkan membentuk gel tersebut tanpa pengadukan. Dalam suatu titik
reopektis, gel tersebut merupakan bentuk keseimbangan sedangkan
dalam anti-tiksotropi keadaan keseimbangan adalah sol.

2.1.3 Hubungan antara Viskositas dan Rheologi


Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Dalam bidang farmasi prinsip-
prinsip rheologi diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi, emulsi, losion,
pasta, penyalut tablet dan lain-lain.selain itu, prinsip rheology digunakan juga
untuk karakteristik produk sediaan farmasi (dosage form) sebagai penjaminan
kualitas yang sama untuk setiap batch. Rheologi juga meliputi pencampuran aliran
dari bahan, penuangan, pengeluaran dari tube, atau pelewatan dari jarum suntik.

10
Bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh. Sehingga viskositas telah terbukti dapat
mempengaruhi laju absorbsi obat dalam tubuh (Ansel, 1989).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol
Rumus Molekul : C2H6O
Berat molekul : 46,07g/ mol
Rumus strukur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna,mudah menguap, bau khas.


Kelarutan : Bercampur dengan air, praktis bercampur dengan
pelarut organik.
Khasiat : Sebagai antiseptik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
2.2.2 Madu (Raymond, 2010)
Nama Resmi : PURRIFED HONEY
Nama Lain : Madu
Berat jenis : 1,36 kg/L
Rumus kimia : C6H12O6
Struktur molekul :

Pemerian  : Warna bening, kuning pucat atau coklat


kekuningan, bau enak khas, rasa manis, cairan
kental seperti sirup.
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penggunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan  : Dalam wadah tertutup baik

11
2.2.3 Sukrosa(Dirjen POM, 1995)
Nama Resmi : SUCROSUM
Nama Lain  : Sakarosa
Berat molekul : 342,30 g/mol
Rumus molekul : C12H22O11
Rumus struktur :

Pemerian  : Hablur putih atau tidak berwarna; massa hablur


atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih;
tidak berbau; rasa manis, stabil di udara.
Larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut
dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol,;
tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

12
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Farmasi fisika percobaan viskositas & rheologi dilaksanakan
pada hari Jumat 20 November 2020 di Laboratorium Teknologi Farmasi jurusan
Farmasi Universitas Negeri Gorontalo. Waktu pelaksanaan praktikum ini mulai
pukul 13:30 sampai 16:00 WITA.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat yang digunakan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum yakni gelas beker, spindle dan
viscometer Brookfield.
3.2. 2 Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum yakni, alkohol 70%, madu,
sirup merah, dan tisu.
3.3. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibersihkan alat dengan alkohol 70%.
3. Dituang sirup merah dan madu masing masing ke dalam gelas kimia.
4. Dipasang stop kontak.
5. Ditekan tombol on.
6. Diatur kalibrasi pada viskometer Brookfield.
7. Dipasang spindle dengan nomor yang sesuai dengan cairan yang digunakan,
nomor spindle 05 untuk sirup merah dan nomor spindle 03 untuk madu.
8. Diturunkan spindle sedemikian rupa sehingga batas spindle tercelup ke
dalam cairan yang akan diukur viskositasnya.
9. Diatur kecepatan viskometer yaitu 100 rpm.
10. Ditekan motor on, lalu dicatat nomor cp yang sering muncul.
11. Dilakukan hal yang sama pada kecepatan viskometer 60 rpm dan 50 rpm.
12. Dihitung viskositas cairan dengan menggunakan rumus.

13
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1 Tabel Pengamatan
N Sampel No. RPM FSR Poise Viskositas Tekanan
O Spind (P) (η = FSR x Geser (P x
le P Area)
Sirup 05 50 2000 1,44 2,880 10,349
05 60 1666 1,53 2,548 10,996
1. Merah
05 100 1000 1,48 1,480 10,636
03 50 2000 4,56 9,120 32,772
03 60 1666 4,55 7,580 32,70
2. Madu
03 100 1000 4,61 4,610 33,132
4.2 Perhitungan
Diketahui : Area = 7.187
Smc = 10
TK = 1
Ditanya : FSR = ?
F/A = ?
η = ?
Penyelesaian :
1. Sirup Merah
a. RPM 50
10.000
FSR (50) = TK x SMC x
RPM
10.000
= 1 x 10 x
50
= 2000
F/A = P x Area
= 1,44 x 7,187
= 10,349
η = P x FSR
= 1,44 x 2000
= 2,880 Ns/m2
Jadi gaya persatuan luas sirup merah dari 50 RPM adalah 2,880 Ns/m2

14
b. RPM 60
10.000
FSR (60) = TK x SMC x
RPM
10.000
= 1 x 10 x
60
= 1666
F/A = P x Area
= 1,53 x 7,187
= 10,996
η = P x FSR
= 1,53 x 1666
= 2,548 Ns/m2
Jadi gaya persatuan luas sirup merah dari 60 RPM adalah 2,548 Ns/m2
c. RPM 100
10.000
FSR (100) = TK x SMC x
RPM
10.000
= 1 x 10 x
100
= 1000
F/A = P x Area
= 1,48 x 7,187
= 10,636
η = P x FSR
= 1,48 x 1000
= 1,480 Ns/m2
Jadi gaya persatuan luas sirup merah dari 100 RPM adalah 1,480 Ns/m2
2. Madu
a. RPM 50
10.000
FSR (50) = TK x SMC x
RPM
10.000
= 1 x 10 x
50
= 2000

15
F/A = P x Area
= 4,56 x 7,187
= 32,,772
η = P x FSR
= 4,56 x 2000
= 9,120 Ns/m2
Jadi gaya persatuan luas madu dari 50 RPM adalah 9,120 Ns/m2
b. RPM 60
10.000
FSR (60) = TK x SMC x
RPM
10.000
= 1 x 10 x
60
= 1666
F/A = P x Area
= 4,55 x 7,187
= 32,70
η = P x FSR
= 4,55 x 1666
= 7.580 Ns/m2
Jadi gaya persatuan luas madu dari 60 RPM adalah 7,580 Ns/m2
c. RPM 100
10.000
FSR (100) = TK x SMC x
RPM
10.000
= 1 x 10 x
100
= 1000
F/A = P x Area
= 4,61 x 7,187
= 33,132
η = P x FSR
= 4,61 x 1000
= 4,610 Ns/m2

16
Jadi gaya persatuan luas madu dari 100 RPM adalah 4,610 Ns/m2

17
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Viskositas
dapat berpengaruh pada formulasi sediaan-sediaan farmasi, misalnya pada sediaan
suspensi, tidak boleh terlalu kental (viskositas tinggi) sehingga menyebabkan
suspensi sulit dituangkan (Astuti dkk., 2007).
Pada praktikum ini bertujuan untuk menentukan nilai gaya persatuan luas
serta menentukan nilai cp dari sampel sirup merah dan madu menggunakan alat
viskometer Brookfield. Menurut Tungadi (2014), viskometer Brookfield
merupakan viskometer banyak titik yang pengukurannya dapat dilakukan pada
beberapa harga kecepatan geser sehingga dapat diperoleh rheogram yang
sempurna. Viskometer ini dapat digunakan untuk menentukan viskositas dan
rheologi cairan newton dan non newton.
Pada praktikum ini bertujuan untuk menentukan nilai gaya persatuan luas
serta menentukan nilai cp dari sampel sirup merah dan madu menggunakan alat
viscometer Brookfield. Prinsip kerja dari Brookfield ini adalah semakin kuat
putaran semakin tinggi viskositasnya sehingga hambatannya semakin besar
Prinsip dari alat ini yaitu rotasi dengan mengkombinasikan setting spindle dan
kecepatan putar spindle. Pada viskometer Brookfield ini dilengkapi dengan
beberapa bentuk spindle yang memiliki bentuk yang berbeda-beda, ada yang
berukuran kecil, sedang dan besar (Depkes RI, 1995).
Hal yang pertama yang di lakukan adalah memilih spindle yang akan
digunakan untuk mengukur viskositasnya. Pada pratikum ini digunakan spindle
dengan nomor yang berbeda yaitu nomor 3 untuk madu dan 5 untuk sirup merah.
Akan tetapi menurut Anief, M., (1987) semakin besar nomor spindle maka
semakin kecil bentuk spindlenya karena spindle nomor kecil untuk cairan dengan
viskositas rendah atau encer dan nomor spindle yang nomornya lebih besar untuk
cairan yang lebih tinggi viskositasnya atau kental. Jadi, yang seharusnya spindle
nomor 3 digunakan untuk sirup merah, dan nomor 5 untuk madu karena sirup
merah lebih kental daripada madu.

18
Sebelum melakukan percobaan disiapkan alat bahan dan sampel yang akan
digunakan. Terlebih dahulu semua alat yang akan digunakan dibersihkan dengan
menggunakan alkohol 70% agar bebas dari kotoran yang menempel pada alat. Hal
ini menurut Dirjen POM (1979), alkohol berfungsi sebagai desinfektan dan juga
antiseptik. Selain itu menurut Tietjen (2004), tujuan di bersihkan alat dengan
alkohol 70% yaitu karena alkohol cukup efektif digunakan untuk menghambat
maupun mengurangi bakteri, alkohol 70% dapat digunakan sebagai desinfektan
untuk membersihkan alat dari mikroorganisme. Kemudian dituang sampel madu
dan sirup merah kedalam gelas kimia masing-masing gelas kimia terisi sampel
200 ml.
Dilakukan kalibrasi pada alat viskometer brokflied Kalibrasi dilakukan
dengan penuh hati-hati dan teliti agar titik gelembung yang berada diatas alat
terebut dapat tepat berada di tengah lingkaran. Menurut Agus Sunaryo (1997)
Tujuan dikalibrasi alat tersebut agar gelembung yang terdapat pada alat itu
kedudukannya rata dan tepat agar disaat melakukan percobaan mendapatkan hasil
yang sesuai atau yang tepat. Karena jika posisi gelembung pada alat itu tidak
sesuai maka hasil dari yang di dapatkan juga akan tidak sesuai. Setelah di
kalibrasi dihubungkan kabel listrik dari alat viskometer Brookfield pada stop
kontak kemudian dihidupkan alat viskometer Brookfield dengan menekan tombol
ON yang berada di belakang alat tersebut.
Dipasang spindle sesuai dengan sampel yang digunakan. Spindle nomor 5
untuk sirup merah dan spindle nomor 3 untuk madu. Dipasang spindle pada rotor
spindle lalu diputar spindle tersebut agar terpasang kuat supaya tidak mudah lepas
pada saat di mulainya atau pada saat dinyalakan motor ON. Kemudian gelas kimia
yang berisi sampel tadi di letakan dibawah spindel tersebut dan diturunkan spindle
sampai spindle tersebut tercelup kedalam cairan yang akan dikur viskositasnya.
Spindle yang telah tercelup kedalam gelas kimia yang berisi sampel diatur
kecepatan dengan menggeser tombol speed atau spindle yang ada di alat
viskometer Brookfield ini. Selanjutnya di tekan tombol motor ON dengan
menggunakan kecepatan yang berbeda yaitu yang pertama menggunakan rpm 50,
kedua menggunakan rpm 60 dan yang terakhir menggunakan rpm 100. Hal ini

19
karena menurut Kusuma (2009), semakin waktu yang dibutuhkan spindel untuk
memutar atau mengaduk sampel semakin kecil viskositasnya dan semakin besar
semakin kecil juga viskositasnya. Kemudian di catat nomor Cp yang sering
muncul di layar alat dan dihitung viskositas cairan dengan menggunakan rumus.
Pada sampel sirup merah dengan RPM 50 di dapatkan viskositas sebesar
2,880 Ns/m2 dengan CP 144%, RPM 60 di dapatkan viskositas sebesar 10,996
Ns/m2 dengan CP 153% dan RPM 100 di dapatkan viskositas sebesar 1,480 Ns/m 2
dengan CP 148%. Nilai CP yang didapatkan saat praktikum tidak sesuai dengan
literatur karena menurut Annur (2017), nilai CP dari sirup marjan yaitu 343,40 cp.
Pada sampel madu didapat hasil pada RPM 50 di dapatkan viskositas
sebesar 9,120 Ns/m2 dengan CP 456%, RPM 60 didapatkan viskositas sebesar
7.580 Ns/m2 dengan CP 455% dan RPM 100 di dapatkan viskositas sebesar 4,610
Ns/m2 dengan CP 461%. Nilai viskositas yang didapatkan tidak sesuai dengan
literatur Browning (2010), bahwa nilai viskositas madu berkisar antara 1711 –
1739 Ns/m2.
Sifat aliran dari madu yaitu aliran non-newton tiksotropik. Hal ini sesuai
dengan literatur Boussaid (2015), sifat aliran non-newton berhubungan dengan
tekanan tiksotropik dan keberadaan kristal yang jelas sebelumnya diamati untuk
sampel madu. Alasan lain untuk perilaku aliran tiksotropik non-newton dari madu
dapat dikaitkan dengan keberadaan komponen tinggi molekul-berat, seperti
protein atau dextran.
Kemungkinan terjadinya kesalahan diantaranya yaitu kesalahan dalam
penggunaan spindle. Karena menurut (Budianto, 2008), Semakin kecil nomor
spindle maka semakin kental pula cairan yang akan diamati dan penggunaan
spindle sesuai dengan tingkat kekentalan suatu zat cair, semakin cepat spindle
berputar, maka hasil viskositas yang terbaca oleh alat ukur viskometer akan
semakin rendah. Sedangkan bila spindel semakin lambat berputar, maka
viskositas akan semakin tinggi atau semakin kental. Cepat dan lambatnya spindle
berputar tergantung pada nomor spindle yang dipakai, semakin besar nomor
spindle yang dipakai maka semakin cepat pula perputaran spindle begitupun
sebaliknya. Selanjutnya pada saat mengkalibrasi alat. Karena menurut Ahzid

20
(2013), apabila pada kalibrasi letaknya tidak sesuai ketentuan maka hasil yang
akan diperoleh tidak akan akurat. Dan juga lambatnya praktikan dalam melakukan
percobaan dan kurang telitinya praktikan dalam melihat hasil ataupun dalam
menghitung hasil akhir dari percobaan tersebut.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

21
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
bahwa :
1. Menentukan nilai viskositas suatu zat cair dapat diperoleh melalui
pengukuran zat cair menggunakan viskometer Brookfield dan rumusnya. Hasil
yang didapatkan dari sampel sirup merah RPM 100 nilai CP 148%, RPM 60 nilai
CP 153%, dan RPM 50 nilai CP 144%. Sedangkan pada sampel madu pada RPM
100 nilai CP 461%, RPM 60 nilai CP 455%, dan RPM 50 nilai CP 456%.
2. Perhitungan viskometer Brookfield menghasilkan gaya persatuan luas pada
suatu zat cair yang hasilnya nanti akan dimasukkan kedalam aliran viskositas
(rheology/shearin stress dan shearing rate).
3. Cairan newton adalah cairan yang memiliki viskositas yang konstan
sedangkan cairan non newton adalah cairan yang viskositasnya bervariabel.
Semakin besar aliran suatu zat cair, maka semakin besar pula viskositas dari
cairan tersebut.
6.2 Saran
6.2.1 Saran Jurusan
Saran kami yaitu agar jurusan dapat melengkapi sarana dan prasarana agar
dapat memberikan kenyamanan kepada mahasiswa dalam melakukan aktivitas di
jurusan kampus Universitas Negeri Gorontalo.
6.2.2 Saran Laboratorium
Saran untuk laboratorium agar dapat melengkapi fasilitas laboratoriun dan
dapat menambah ruangan laboratorium agar tidak menggunakan kelas untuk
praktikum.
6.2.3 Saran Asisten
Saran untuk asisten lebih memperhatikan lagi kepada praktikan yang
sementara melakukan percobaan.

22

Anda mungkin juga menyukai