Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM II

VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

I. Tujuan Praktikum
1. Menentukan viskositas dari sediaan minyak kelapa, kecap, sirup,
emulsi, dan suspense dengan menggunakan Viskometer Brookfield.
2. Menentukan sifat aliran dari sediaan minyak kelapa, kecap, sirup,
emulsi, dan suspense dengan menggunakan Viskometer Brookfield.
3. Memahami factor-faktor yang mempengaruhi pengukuran parameter
rheology dengan menggunakan Viskometer Brookfield.

II. Dasar Teori


Viskositas (kekentalan) berasal dari kata Visceous. Suatu bahan apabila
dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dahulu menjadi Viscous yaitu
menjadi lunak dan dapat mengalir pelan-pelan. Viskositas dapat dianggap
sebagai gerakan di bagian dalam (internal) suatu fluida (Glenn, Elert 2011).
Viskositas adalah suatu pernyataan tentang “tahanan untuk mengalir”
dari suatu sistem yang mendapatkan suatu tekanan (Atkins, 2007). Semakin
tinggi viskositas, semakin besar tahanannya. Cairan sederhana dapat
dijelaskan dalam istilah absolut. Akan tetapi sifat-sifat rheologi dispersi
heterogen lebih kompleks dan tidak dapat dinyatakan dalam suatu satuaan
tunggal (Martin, 1993).
Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperatur, maka
viskositas cairan justru akan menurun jika temperatur dinaikkan. Fluiditas
dari suatu cairan yang merupakan kelebihan dari viskositas akan meningkat
dengan makin tingginya temperatur (Sinko, 2011).
Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Semakin
tinggi viskositas suatu zat cair, maka akan semakin kental aliran zat cair
tersebut. Suatu zat cair dengan viskositas tinggi, seperti molase, dalam suhu
kamar dikatakan kental. Viskositas zat cair adalah suatu indikasi dari
kekuatan gaya-gaya diantara molekul-molekulnya. Gaya antar molekul yang
kuat saling menarik molekul dan tidak akan membiarkan mereka berpindah
tempat dengan mudah (Atkins, 2007).
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena
adanya gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan
tingkat ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas
maka aliran akan semakin lambat. Pada zat cair, viskositas disebabkan
karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis).
Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara
molekul. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang
merupakan gesekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lain.
Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki
viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir
dikatakan memiliki viskositas yang tinggi (Sarojo, 2009).
Kekentalan (viskositas) merupakan sifat cairan yang berhubungan erat
dengan hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir
cepat, sedangkan lainnya mengalir secara lambat. Cairan yang mengalir
cepat seperti air, alkohol dan bensin mempunyai viskositas kecil. Sedangkan
cairan yang mengalir lambat seperti gliserin, dan madu mempunyai
viskositas besar (Indriana, 2010).
Viskositas berkaitan dengan gerak relatif antar bagian-bagian fluida,
maka besaran ini dapat dipandang sebagai ukuran tingkat kesulitan aliran
fluida tersebut. Makin besar kekentalan suatu fluida makin sulit fluida itu
mengalir (Butar, 2011). Viskositas suatu cairan murni atau larutan
merupakan indeks hambatan alir cairan.Beberapa zat cair dan gas
mempunyai sifat daya tahan terhadap aliran ini, dinyatakandengan Koefisien
Viskositas (Butar, 2011).
Viskositas dapat berpengaruh terhadap zat-zat yang ada dalam bidang
farmasi, contohnya pada zat suspensi, tidak boleh terlalu kental (nilai
viskositas tinggi) sehingga menyebabkan suspensi tidak bisa dikocok. Hal
ini dapat menyebabkan distribusi zat aktif tidak merata pada seluruh cairan
dan juga akan mengalami kesulitan pada saat penuangan. Selain itu, contoh
lain viskositas adalah untuk pengobatan pada organ mata, viskositas
dinaikkan untuk membantu menahan obat pada jaringan mata sehingga
menambah efektivitas terapinya (Lesty, 2012).
Viskositas (kekentalan) dari suatu zat padat pada (bahan zat padat)
menjadi lembek sebelum menjadi zat cair sewaktu dipanaskan. Tidak semua
bahan zat padat mengalami vase viskos sebelum menjadi cair. Viskositas tak
lain adalah membicarakan masalah gesekan antara bagian-bagian atau
lapisan-lapisan cairan atau fluida pada umumnya yang bergerak satu
terhadap yang lain. Tentu gesekan atau hambatan ditimbulkan oleh gaya
tarik menarik antara molekul lainnya (Soedjono, 1999).
Rheologi lebih dikenal sebagai ilmu yang mempelajari perubahan
bentuk dan aliran dari fluida serta bagaimana respon fluida tersebut terhadap
penerimaan tekanan dan tegangan (James, 1996). Rheologi merupakan ilmu
yang mempelajari suatu deformasi dan aliran materi. Data rheologi sangat
penting untuk diperhatikan pada industri pangan. Data tersebut dibutuhkan
untuk mendesain alat produksi, mengembangkan produk serta untuk
mengontrol kualitas dan umur simpan produk (Putri, 2015).
Reologi meliputi pencampuran dan aliran dari bahan pemasukan ke
dalam wadah, pemindahan sebelum digunakan apakah dicapai dengan
penuangan dari botol, pengeluaran dari tube atau pelewatan dari suatu jarum
suntik. Reologi dari suatu produk tertentu yang dapat berkisar dalam
konsistensi dari bentuk cair ke semisolid sampai kepadatan, dapat
mempengaruhi penerimaan bagisi pasien, stabilitas fisika, dan bahkan
afailabilitas biologis. Jadi viskositas telah terbukti mempengaruhi laju
absorbsi obat darisaluran cerna (Martin, 1993).
Di dalam dunia industri, rheologi dimanfaatkan untuk pengembangan
suatu produk. Dengan mempelajari sifat rheologi, struktur dari masing-
masing produk dapat diketahui dan hal tersebut dapat dikaitkan dengan
proses teknik yang biasanya menyangkut perpindahan massa, panas dan
perpindahan momentum. Pada akhirnya, dengan mengetahui sifat rheologi
dari suatu produk atau benda, maka akan memungkinkan untuk memproses
produk tersebut (Ibarz and Barbosa-Canovas 2010).
Pada industri pangan, data dari rheologi dibutuhkan untuk mengetahui
beberapa hal, yaitu (James, 1996)
1. Menghitung proses engineering (perpipaan, pompa, pencampuran,
pertukaran panas, pelapisan).
2. Mengontrol kualitas produk baik final maupun intermediet.
3. Mengevaluasi tekstur makanan dengan mengkorelasi sensor data.
4. Menetapkan fungsi bahan pada pengembangan produk.
Viskometer merupakan alat yang digunakan untuk menentukan nilai
viskositas fluida. Viskositas disebut juga dengan tingkat kekentalan suatu
zat cair. (Soedojo, Peter, 1986). Viskositas merupakan ukuran yang
menyatakan kekentalan suatu cairan uji. Kekentalan tak lain adalah sifat
cairan yang sangat erat kaitannya dengan hambatan dari suatu cairan uji
dalam mengalir (Estien, Yazid, 2005)
Viskositas dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu (Handoko, 2011)
1. Viskositas Dinamik atau Viskositas Absolut
Viskositas dinamik terjadi ketika suatu fluida menunjukan
ketahanannya terhadap aliran ketika dikenakan kecepatan yang berbeda.
Viskositas dinamik merupakan viskositas yang umumnya dipakai untuk
pengukuran. Ilustrasi yang terjadi dapat digambarkan dengan keadaan
di mana suatu fluida yang berada di antara dua pelat dikenakan gaya
yang menyebabkan bagian paling atas dari fluida tersebut bergerak dan
diikuti oleh bagian bawah fluida yang bergerak secara perlahan.
2. Viskositas Kinematik
Viskositas kinematik merupakan rasio dari viskositas dinamik dibagi
dengan densitas dan dilambangkan dengan v yang memiliki satuan
m2 /s atau Stokes dengan 1 Stokes = 10-4 m 2/s. Viskositas kinematik
digunakan untuk mengukur ketahanan dari suatu fluida yang
dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Semakin besar viskositas kinematik,
semakin mudah suatu fluida mengalir sesuai arah gravitasi.
3. Viskositas Nyata atau Apparent Viscosity
Apabila viskositas dipengaruhi oleh shear rate, perlu ditegaskan bahwa
nilai viskositas yang diperoleh berbeda dari viskositas fluida ideal, nilai
yg didapatkan tersebut merupakan viskositas nyata (apparent viscosity).
Nilai dari viskositas nyata mewakili salah satu faktor yg mempengaruhi
viskositas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa viskositas nyata adalah
viskositas yang dipengaruhi oleh shear rate.
Adapun alat untuk mengukur viskositas dan rheologi suatu zat yaitu
viscometer, dimana ada dua jenis viscometer yaitu (Sinko, 2011):
1. Viscometer satu titik
Viscometer ini bekerja pada satu titik kecepatan geser saja, sehingga
hanya dihasilkan satu titik pada rheogram. Alat ini hanya dapat
digunakan untuk menentukan viskositas cairan newton, yang termasuk
kedalam jenis alat ini yaitu viscometer kapiler, viscometer bola jatuh, dan
penetrometer.

Viskometer Viskometer Viskometer


Kapiler Bola Jatuh Penetrometer

2. Viscometer banyak titik


Viscometer jenis ini pengukurannya dapat dilakukan pada beberapa
harga kecepatan geser sehingga dapat diperoleh rheogram yang
sempurna. Viscometer jenis ini dapat digunakan untuk menentukan
viskositas cairan newton maupun cairan non newton, yang termasuk
kedalam jenis alat ini yaitu viscometer rotasi tipe Stromer, viscometer
Brookfield dan Rotovisco

1. Skala
2. Thermomet
er
3. Silinder
Pemutar
4. Mangkuk
Silinder
5. Kunci
6. Bendul
Beban

Viscometer rotasi Viscometer


tipe Stromer Brookfield

Viskometer Brookfield ini nilai viskositasnya didapatkan dengan


mengukur gaya puntir sebuah rotor silinder (spindle) yang dicelupkan
kedalam fluida. Viskometer Brookfield memungkinkan untuk mengukur
viskositas dengan menggunakan teknik dalam viscometry. Untuk mengukur
viskositas fluida dalam Viskometer Brookfield, bahan harus diam dalam
wadah sementara itu poros bergerak sambil direndam dalam fluida (Atkins,
1994).
Berdasarkan pada hokum newton tentang sifat aliran, maka tipe aliran
dibedakan menjadi 2, yaitu cairan newton dan non newton
a. Fluida (cairan) Newtonian adalah fluida yang mengikuti hukum
Newton (cairan mengalir mengikuti aturan viskositas) di mana
viskositasnya konstan saat shear rate mengalami perubahan. Fluida
Newtonian memiliki hubungan garis lurus diantara shear stress dan
shear rate dengan intersep 0. Contoh dari fluida Newtonian adalah air,
air tidak akan mengental ataupun menjadi lebih encer apabila
dikenakan kecepatan putaran atau pengadukan yang besar (Steffe,
1996).
b. Fluida non-Newtonian adalah fluida yang tidak menunjukan sifat
fluida Newtonian, serta aturannya tidak mengikuti aturan viskositas.
Cairan biasanya memiliki ukuran molekul yang paling besar atau
mempunyai struktur tambahan, misalnya koloid. Untuk mengalirkan
cairan bukan cairan Newton sehingga diperlukan tambahan gaya atau
jika perlu memecah strukturnya. Fluida yang termasuk non-Newtonia
yaitu fluida shear thinning dan shear thickening (James, 1996).
- Shear thickening adalah fluida yang viskositasnya semakin tinggi
apabila dikenakan shear rate yang semakin besar. Contoh dari
fluida shear thickening adalah pasir basah, pasir basah akan
semakin keras atau akan membentuk endapan saat dilakukan
pengadukan yang cukup besar.
- Shear thinning adalah fluida yang viskositasnya semakin rendah
apabila dikenakan shear rate yang semakin besar. Contoh dari
fluida shear thinning adalah cat, shampo, kecap. Bahan-bahan
tersebut akan semakin encer apabila dikenakan kecepatan putaran
besar yang dalam hal ini merupakan pengadukan.
Berdasarkan grafik sifat aliran (Rheogram) cairan Newton dibagi atas 2
kelompok, yaitu (Martin, 2008)
1. Cairan yang sifat alirnya tidak dipengaruhi oleh waktu, kelompok ini
terbagi atas tiga bagian, yaitu
a. Aliran plastik
Cairan yang mempunyai aliran plastik tidak akan mengalir sebelum
suatu gaya tertentu dilampauinya. Gaya tersebut adalah “yield
value” atau “f”. Pada tekanan di bawah yield value cairan tersebut
bertindak sebagai bahan elastik, sedangkan di atas harga ini aliran
mengikuti hukum Newton.
Rate Of Shear

Sharing Sterss

b. Aliran pseudoplastis
Viskositas cairan psedoplastik akan berkurang dengan naiknya
kecepatan geser, berbeda dengan aliran plastik, di sinitidak ada
yield value, karena kurva tidak mempunyai bagian yang linier,
maka cairan akan mempunyai aliran pseudoplastik tidak
mempunyai harga viskositas yang absolut.

Rate Of Shear

Sharing Sterss

c. Aliran dilatan
Viskositas cairan akan naik dengan naiknya kecepatan geser karena
volumenya akan naik bila bergeser.

Rate Of Shear

Sharing Sterss

2. Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu, kelompok ini


terbagi atas tiga aliran, yaitu
a. Aliran tiksotropi
Aliran ini di definisikan sebagai suatu pemulihan yang isotherm dan
lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan
konsistensinya karna shearing. Seperti yang di definisikan tersebut,
tiksotropik hanya bisa diterapkan untuk shear-thinning system.
System tiksotropik biasanya menagndung partikel-partikel asimetris
yang melalui berbagai titik hubungan menyusun kerangka tiga
dimensi di seluruh sampel tersebut. Pada keadaan diam struktur ini
mengakibatkan suatu derajat kekakuan pada system dan akan
menyerupai gel.

Rate Of Shear

Sharing Sterss

b. Aliran rheopeksi
Aliran terbentuknya gel menjadi sol, pada saat stress ditiadakan,
struktur tersebut mulai terbentuk kembali, proses ini tidak akan
timbul dengan cepat, tetapi secara bertahap dan terjadi restorasi dari
konsistensi pada saat partikel – partikel asimetris berhubungan satu
dengan lainya disebabkan terjadi pergerakan Brown. Karena itu
rheogram yang didapat dari tiksotropik sangat bergantung pada laju
yang meningkatkan dan yang mengurangi shear serta lamanya
waktu sampel tersebut mengalami rate of shear. Dengan kata lain
riwayat sampel tersebut mempunyai efek terhadap sifat rheologi
dari suatu sitem tiksotropik. Ketika digunakan shear dan aliran
dimulai, struktur ini mulai memecah apabila titik hubungan tersebut
memisah dan partikel-parikel menjadi lurus, maka bahan tersebut
akan mengalami transformasi dari gel ke sol dan menujukan shear
thinning.
Rate Of Shear

Sharing Sterss

c. Antitiksotropi
Suatu gejala kenaikan dalam hal kekentalan atau hambatan
(resistensi) mengalir dengan bertambahnya waktu shear ini telah
diselidiki oleh Chong et al.10 dalam analisis rheologi dari magma
magnesia. Dari penyelidikan bahwa magma magnesia di shear
berganti-ganti pada rate of shear yang meningkat, kemudian
menurun, magma tersebut akan terus mengental (suatu peningkatan
dalam shearing stress per unit shear rate). Tetapi pada laju yang
menuun dan akhirnya mencapai suatu keaadan seimbang, di mana
putaran selanjutnya dari laju shear yang menaik-menurun tidak lagi
meningkatkan konsitensi dari bahan tersebut. Karakteristik
antitiksotropik system keseimbangan yang didapat seperti gel dan
mempunyai kemampuan tersusupensi dengan baik, namun mudah di
tuang. Teteapi jika didiamkan, bahan tersebut kembali ke sifat sol
nya

Rate Of Shear

Sharing Sterss

Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut


(Anonim, 2013)
1. Tekanan
Viskositas cairan naik seiring dengan naiknya tekanan, sedangkan
viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
2. Temperature
Viskositas akan turun seiring dengan naiknya suhu, sedangkan
viskositas gas naikseiring dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair
menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh energi. Molekul-
molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul
melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan
kenaikan temperature. Pengaruh temperature. Pada viskositas
koefisien viskositas berubah-ubah dengan berubahnya temperature.
3. Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran
alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan
kekentalannya tinggi serta laju aliran lambat sehingga viskositas
juga tinggi.
4. Kehadiran zat lain
Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan
tambahan seperti bahan suspensi menaikkan viskositas air. Pada
minyak ataupun gliserin adanya penambahan air akan
menyebabkan viskositas
5. Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran
alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan
kekentalannya tinggi serta laju aliran lambat sehingga viskositas
juga tinggi.
6. Berat molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
7. Kekuatan antar molekul
Viskositas air naik dengan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO
dengan gugus OH pada trigliseridanya naik pada keadaan yang
sama.
III. Alat dan Bahan
III.1 Alat
1. Beaker glass 500 ml.
2. Batang pengaduk panjang.
3. Stopwatch.
4. Viscometer Brookfield

III.2 Bahan
1. Alcohol 70%
2. Minyak kelapa 500 ml
3. Kecap 500 ml
4. Sirup 500 ml
5. Emulsi 500 ml
6. Suspense 500 ml
IV. Prosedur Kerja
Menentukan viskositas dan sifat aliran sediaan

Siapkan bahan sediaan yang akan diukur viskositas dan sifat alirannya ke
dalam wadah yang sudah disiapkan.

Siapkan viscometer Brookfield beserta alatnya.

Pilihlah no. spindle yang sesuai dengan viskositas bahan sediaan yang akan
diperiksa dan hubungkan dengan rotornya secara hati-hati.

Turunkan spindle ke dalam sediaan sampai tanda batas tercelup.

Siapkan rpm yang dikehendaki dan no. spindle yang digunakan, mulailah
dari rpm yang rendah.
Nyalakan viskometernya dan baca skala viscositas dan % torque. Lakukan
hal yang sama dengan menaikkan besarnya rpm. (rentang % torque yang
boleh digunakan adalah 10-100%).

Buatlah dalam tabel dan grafiknya menggunakan kertas millimeter, dimana


sumbu y merukapan RPM dan sumbu x merupakan viskositas; hasilnya
merupakan grafik sifat alir (rheogram).

V. Hasil Pengamatan dan Perhitungan


1. Penentuan viskositas dan sifat aliran sediaan minyak kelapa
Tipe Rpm Nomer Viskositas % torque
Viskometer Spindel
Brook Field 20 62 64,50 4.3%
Brook Field 30 62 53,00 5,3%
Brook Field 50 62 48,60 8,1%
Brook Field 60 62 47,00 9,4%
Brook Field 100 62 47,70 15,9%

2. Penentuan viskositas dan sifat aliran sediaan kecap


Tipe Rpm Nomer Viskositas % torque
Viskometer Spindel
Brook Field 20 64 3270 10,9%
Brook Field 30 64 3460 16,8%
Brook Field 50 64 3744 31,2%
Brook Field 60 64 3300 33,0%
Brook Field 100 64 3132 52.2%

3. Penentuan viskositas dan sifat aliran sediaan sirup


Tipe Rpm Nomer Viskositas % torque
Viskometer Spindel
Brook Field 20 62 15,00 1,0%
Brook Field 30 62 13,00 1,3%
Brook Field 50 62 12,00 2,0%
Brook Field 60 62 10,50 2,1%
Brook Field 100 62 10,20 3,4%

4. Penentuan viskositas dan sifat aliran sediaan emulsi


Tipe Rpm Nomer Viskositas % torque
Viskometer Spindel
Brook Field 20 63 3534 58,9%
Brook Field 30 63 2512 62,8%
Brook Field 50 63 1651 68,8%
Brook Field 60 63 1400 70,0%
Brook Field 100 63 939,6 78,3%

5. Penentuan viskositas dan sifat aliran sediaan suspensi


Tipe Rpm Nomer Viskositas % torque
Viskometer Spindel
Brook Field 20 63 555,0 37,0%
Brook Field 30 63 399,0 39,4%
Brook Field 50 63 255.0 42,5%
Brook Field 60 63 217,5 43,5%
Brook Field 100 63 147,0 49,0%

6. Penentuan visksitas dan sifat aliran sediaan alcohol 70%


Tipe Rpm Nomer Viskositas % torque
Viskometer Spindel
Brook Field 20 62 19,50 1,3%
Brook Field 30 62 13,00 1.3%
Brook Field 50 62 11,40 1,9%
Brook Field 60 62 8,00 1.6%
Brook Field 100 62 7,80 2,6%
VI. Hasil Jawaban Soal
1. Bagaimana pendapat sodara tentang kurva hubungan rpm versus
viskositas dari data yang diperoleh?
2. Mengapa semakin besar rpm, viskositas kecap semakin kecil atau
turun?

VII. Pembahasan

VIII. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Anonim. 2013. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Muslim
Indonesia: Makassar.
Atkins. 1997. Kimia Fisika. Erlangga: Jakarta.
Atkins, P. 2007. Chemical Principles: Quest for Insight 4th Edition. W. H.
Freeman and Company: New York.
Butar, R. 2011. Perancangan Alat Ukur Viskositas Oli (Pelumas) Berbasis
Mikrokontroler ATMega 8535. Skripsi. Fakultas MIPA.
Universitas Sumatera Utara: Medan.
Eistein Yazid. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Penerbit Andi: Yogyakarta.
Glenn, Elert. 2011. Viscosity. Diakses Dari The Physics Hypertextbook Pada 29
Oktober 2020. http://physics.info/viscosity/
Handoko, T. 2011. Pengaruh Jenis Daging, Jenis Tepung Beras, dan Rasio dalam
Formulasi dan Rheologi Adonan Pakan Anjing. Research
Report-Engineering Science, 2.
Ibarz, A and G. V. Barbosa-Canovas. 2010. Unit Operations In Food
Engineering. Crc Press.
Indriana, Kartini. 2010. Gaya Antar Molekul Cairan dan Padatan. Erlangga.
James F, Steffe, P.E. 1996. Rheological Methods in Food Proces Engineering
Second Edition. Freeman Press. USA.
Lesty, R. 2012. Teknik Pencampuran dalam Teknologi Farmasi. Diakses Dari
http://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/05/20/teknik-
pencampuran-dalam-teknologi-farmasi/ Pada 29 Oktober 2020.
Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Martin, Alfred. 2008. Farmasi Fisik II. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Putri, N. A. 2015. Sifat Rheologi Mocaf (Modified Cassava Flour) dan Tapioka
Dengan Variasi pH.
Sarojo, A. G. 2009. Seri Fisika Dasar Mekanika. Salemba Teknik. Jakarta.
Sinko, P. J. 2011. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Edisi 5.
Diterjemahkan Oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Soedjono, Peter. 1999. Fisika Dasar. Penerbit Andi Sukardjo: Jakarta.
Soedojo, Peter. 1986. Azaz-Azaz Ilmu Fisika. UGM Press: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai