Anda di halaman 1dari 38

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat
waktu. Adapun penyusunan laporan ini berdasarkan data-data dan keterangan
asisten.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada Orang tua, teman-teman, kakak-kakak asisten dan dosen
pembimbing yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Stabilitas Obat” karena
telah menyelesaikan laporan yang merupakan tugas dan kewajiban sebagai
mahasiswa.
Dalam laporan ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati mohon kritik dan saran
demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat menambah wawasan
dan memberi manfaat bagi pembaca.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Gorontalo, November 2020

Chindy M. Mooduto

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI.............................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN.....................................Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang........................................Error! Bookmark not defined.
1.2 Maksud Percobaan..................................Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Percobaan...................................Error! Bookmark not defined.
1.4 Prinsip Percobaan...................................Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJUAN PUSTAKA..............................Error! Bookmark not defined.
2.1 Teori.......................................................Error! Bookmark not defined.
2.1.1 Pengertian Stabilitas Obat......................Error! Bookmark not defined.
2.2.2 Jenis-Jenis Stabilitas Obat.....................Error! Bookmark not defined.
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Obat........Error! Bookmark not
defined.
2.1.4 Jalur penguraian Obat............................Error! Bookmark not defined.
2.1.5 Paracetamol............................................Error! Bookmark not defined.
2.1.6 Spektrofotometri....................................Error! Bookmark not defined.
2.2 Uraian Bahan...........................................................................................6
BAB III METODE KERJA...................................Error! Bookmark not defined.
3.1 Alat..........................................................................................................9
3.2 Bahan.......................................................................................................9
3.3 Cara Kerja......................................................................................................9
3.3.1 Pembuatan Larutan Induk........................................................................9
3.3.2 Pembuatan Larutan Stok..........................................................................9
3.3.3 Pembuatan Larutan Standar.....................................................................9
3.3.4 Perhitungan Nilai Absorbansi Paracetamol Murni................................10
3.3.5 Perhitungan Dengan Nilai Absorbansi..................................................10
BAB IV HASIL PENGAMATAN..........................Error! Bookmark not defined.
4.1 Tabel Pengamatan..................................Error! Bookmark not defined.
4.2 Perhitungan...........................................Error! Bookmark not defined.
4.2.1 Pembuatan larutan induk.......................Error! Bookmark not defined.

ii
4.2.2 Pembuatan larutan stok..........................Error! Bookmark not defined.
4.2.3 Pembuatan larutan standard...................Error! Bookmark not defined.
4.2.4 Kurva baku.............................................Error! Bookmark not defined.
4.2.5 Perhitungan konsentrasi paracetamol....Error! Bookmark not defined.
4.2.6 Perhitungan koefisien korelasi...............Error! Bookmark not defined.
4.2.7 Penetuan orde reaksi..............................Error! Bookmark not defined.
4.2.8 Penentuan nilai mutlak...........................Error! Bookmark not defined.
4.2.9 Penentuan nilai K pada suhu 25° dan usia simpanError! Bookmark not
defined.
4.2.10 Perhitungan paruh waktu........................Error! Bookmark not defined.
BAB V PEMBAHASAN.......................................Error! Bookmark not defined.
5.1 Pembahasan............................................Error! Bookmark not defined.
5.2 Pembuatan larutan induk........................Error! Bookmark not defined.
5.3 Pembuatan larutan stok...........................Error! Bookmark not defined.
5.4 Pembuatan larutan standar......................Error! Bookmark not defined.
5.5 Perhitungan nilai absorbansi paracetamol murni. Error! Bookmark not
defined.
5.6 Perhitungan dengan nilai absorbansi………………………………… 22
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................Error! Bookmark not defined.
6.1 Kesimpulan.............................................Error! Bookmark not defined.
6.2 Saran.......................................................Error! Bookmark not defined.
6.2.1 Saran praktikan.......................................Error! Bookmark not defined.
6.2.2 Saran untuk lab.......................................Error! Bookmark not defined.
6.2.3 Saran jurusan.........................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA...............................................Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam bidang farmasi dipelajari tentang cara dan teknik pembuatan suatu
sediaan obat. Sediaan obat yang diproduksi dalam jumlah besar, perlu
diperhatikan kestabilan dari bahan dan sediaan obat tersebut. Jika tidak
diperhatikan kestabilan dari sediaan obat tersebut, maka dapat megalami
kerusakan pada penyimpanan dalam jangka waktu tertentu.

Kestabilan suatu obat merupakan faktor yang harus di perhatikan dalam


membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu obat
atau sediaan farmasi biasanya di produksi dalam jumlah yang sangat besar dan
membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke tangan pasien yang
membutuhkan. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat
mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat
toksik sehingga dapat membahayakan dan dampak negatif bagi jiwa pasien. Oleh
karena itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan
suatu zat dapat sehingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat
optimum.

Penyebab ketidakstabilan suatu obat adalah stabilitas bahan obat dan bahan
pembantu obat itu sendiri. Faktor lain yang dapat mempengaruhi stabilitas obat
seperti suhu, kelemabapan, udara, pH dan cahaya. Oleh karena itu, seorang
farmasi di tuntut untuk memproduksi obat-obat yang bermanfaat dan bermutu
selama penggunaan oleh konsumen atau pasien.

Stabilitas obat dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama
penyimpanan. Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paruh suatu obat.
Waktu paruh suatu obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu

1
gambarankecepatan terurainya obat atau kecepatan degradasi kimiawinya. Dengan
mengetahuistabilitas obat dan waktu paruhnya dapat diketahui lamanya obat dapat
disimpan atau waktu simpan. Semua sediaan obat memiliki batas usia simpan
yang dapat mengalami penguraian karena proses oksidasi reduksi. Sehingga
menyebabkan obat tersebut tidak berkhasiat bahkan memiliki sifat yang toksik.
Kestabilan fisika-kimia obat sangat penting dipahami bagi seorang farmasis agar
dapat menentukan dengan tepat, kapan suatu obat masih dapat digunakan dan
kapan sudah melewati waktu simpannya. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai
kestabilan suatu sediaanobat harus dapat diketahui dan dipahami.

Penjelasan di atas menjelaskan kepada kita betapa pentingnya mengetahui


pada keadaan yang bagaimana suatu obat tersebut aman dan dapat bertahan lama,
sehingga obat tersebut dapat di simpan dalam jangka waktu yang lama tanpa
menurunkan khasiat obat.

Oleh karena itu pada percobaan ini dilakukan uji stabilitas obat agar
praktikan dapat mengetahui bagaimana karateristik obat tersebut, atau pada
keadaan yang bagaimana suatu obat dapat bertahan lebih lama, serta mampu
memperkirakan kadaluarsa suatu obat.
1.2 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara penentuan kestabilan suatu obat pada suhu
dan pH tertentu serta umur simpan obat.
1.3 Tujuan Percobaan

1. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat.

2. Menentukan energi aktivitas dari reaksi penguraian suatuzat.

3. Menentukan usia simpan suatu zat.

2
1.4 Prinsip Percobaan

Uji stabilatas obat adalah suatu uji untuk mengetahui identitas, kekuatan,
kualitas dan kemurnian suatu obat dengan mnggunakan alat spektrofotometer.
Prinsip kerja dari spektofotometer menganut hukum Lambert Beer. Dalam hukum
ini jika cahaya monokromatik yang melewati suatu media yang merupakan larutan
maka ada tiga hasil yang terlihat. Pertama, sebagian cahaya akan diserap. Kedua,
sebagian cahaya akan di pantulkan kembali dan ketiga sebagian cahaya akan
diteruskan. Cahaya yang diserap oleh materi akan di ukur dan di teruskan ke
detector atau pembaca.

BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Teori
2.1.1 Pengertian Stabilitas Obat
Stabilitas diartikan bahwa obat (bahan obat, sediaan obat), disimpan dalam
kondisi penyimpanan dan pengangkutannya nya tidak menunjukkan perubahan
sama sekali atau berubah dalam batas-batas yang diperoleh. Adalah derajat
degradasi soto babat dipandang dari segi kimia, stabilitas obat dapat diketahui dari
ada tidaknya penurunan kadar selama penyimpanan (voigt, 1995 : 607 ; Moectar,
1989) 
Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk mempertahankan
sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat

3
atau diproduksi identitas, kekuatan, kualitas dan kemurniaan dalam batasan yang
ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (Joshita, 2008 : 4).
Stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan kimia pada
sediaan yang dibuat ( termasuk experience dan sistem kemasan yang digunakan
untuk formulasi sediaan).  Adapun efek-efek tidak diinginkan yang potensial dari
ketidakstabilan produk Farmasi yaitu hilangnya zat aktif, naiknya konsentrasi zat
aktif, if bahan obat berubah, hilangnya keseragaman kandungan,  menurunnya
status mikrobiologi, hilangnya kekedapan kemasan, modifikasi faktor hubungan
fungsional, serta faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan dan cahaya (Joshita,
2008 : 8).
2.2.2 Jenis-Jenis Stabilitas Obat

Jenis-jenis stabilitas obat yaitu stabilitas Fisika, imia, Mikrobiologi,Terapi


dan Toksikologi. Stabilitas fisika menyiratkan formulasi tidak berubah secara total
sepanjang umur simpan nya dan belum mengalami perubahan total dalam
penampilan, fisik organoleptik. Stabilitas fisika meliputi penampilan, konsisten,
warna, aroma, rasa, kekerasan, kerapuhan, kelarutan, pengendapan, perubahan
berat, adanya uap,  bentuk dan ukuran partikel.  (Jenskin, 1957 : 73).

Stabilitas kimia meliputi degradasi formulasi obat, kehilangan potensial


bahan aktif, kehilangan bahan-bahan   tambahan (pengawet, antioksidan dan
lainnya).  terdapat beberapa dekomposisi dalam bahan kimia dimasukkan ke
dalam formulasi sebagai obat, pengawet dan excipient lainnya. Dekomposisi ini
dapat mempengaruhi stabilitas fisika dan kimia obat  (Jenskin, 1957 : 73).

Stabilitas mikrobiologi menunjukkan bahwa formulasi tidak mengalami


beberapa serangan mikrobiologi dan memenuhi standar sehubungan dengan
berkurangnya kontaminasi atau sterilitas.Stabilitas mikrobiologi meliputi

4
perkembangbiakan mikroorganisme pada sediaan non steril, sterilisasi dan
perubahan efektivitas pengawet (Jenskin, 1957 : 73).

Stabilitas toksikologi adalah ukuran yang menunjukkan  ketahanan suatu


senyawa atau bahan akan adanya pengaruh kimia, fisika, mikrobiologi dan
farmakologi yang tidak menyebabkan peningkatan toksisitas secara
signifikan.stabilitas toksikologi  yaitu kerja atau efek tidak diinginkan,  keracunan
akut pada dosis berlebih dan pengujian terhadap  toksisitas dan toleransi pada fase
praklinik. Stabilitas terapi yaitu stabilitas dengan efek terapi tidak berubah selama
penyimpanan (shelf life) sediaan (Jenskin, 1957 : 73).
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Obat
Stabilitas obat dapat dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor internal dan
eksternal. faktor internal yaitu adanya interaksi bahan obat dalam sediaan
sedangkan faktor eksternal menurut Soeratri W, dkk (1978)  meliputi :  
1. suhu tinggi ( Panas dapat menginduksi reaksi reaksi oksidasi, 
polimorfisme dan penguraian dari obat)
2.  PH sangat mempengaruhi stabilitas obat, sebab tiap-tiap obat mempunyai
PH stabilitas tersendiri.
3. Cahaya dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan sediaan
karena reaksi foto dekomposisi dari obat.
4. Mikroorganisme dapat menyebabkan meningkatnya toksisitas karena
degradasi obat atau zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme itu.
5.  kelembaban, udara lembab  mempunyai pengaruh yang cukup berarti bagi
bahan obat atau sediaan farmasi dalam bentuk padat terutama yang bersifat
hidrokropis  dan tidak stabil dengan adanya air.
2.1.4 Jalur penguraian Obat
Penguraian bahan berkhasiat pada bentuk sediaan farmasi terjadi pada jalur
hidrolisis, oksidasi reduksi,  resemisasi, Epimerisasi,rearrangement  dan dehidrasi.
Hidrolisis  adalah Reaksi yang terjadi pada obat-obat yang memiliki gugus
fungsional, misalnya senyawa Ester dan Amina. Oksidasi-Reduksi, suatu zat yang
disebut teroksidasi apabila zat itu melepaskan elektron, jadi zat teroksidasi jika

5
memperoleh atom atau radikal elektron negatif atau kehilangan atom. Bentuk
penguraian oksidatif yang paling umum terjadi dalam sediaan farmasi adalah
autooksidasi yang melibatkan proses berantai radikal bebas. secara umum
autooksidasi dapat didefinisikan sebagai reaksi bahan apapun dengan bahan
molekuler. Contohnya yaitu steroid, vitamin, antibiotika dan epinefrin mengalami
penguraian oksidatif. Resemisasi adalah proses dimana  bahan obat yang memiliki
bentuk-bentuk optis aktif dalam larutannya terjadi campuran  resemis (kedua
bentuk terdapat bersama-sama di dalamnya). Epimerisasi adalah suatu peristiwa
dimana terjadi perubahan konfigurasi struktur suatu senyawa. Dekarboksilasi, 
beberapa asam karboksilat di bawah kondisi tertentu dapat kehilangan CO2 nya
dari gugus karboksilatnya sehingga menjadi inaktif. Rearrengment adalah
peristiwa dimana suatu senyawa kimia berubah menjadi senyawa lain tanpa
mengalami perubahan yaitu penambahan maupun pengurangan atom-atomnya
Contohnya yaitu penisilin (Lachman dkk, 1994).
2.1.5 Paracetamol
Paracetamol (asetaminifen) obat analgenik nin narkotik dengan cara kerja
menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) .
Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan
tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam
sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas. (Lusiana Darsono
2002)
Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin
dan telah digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana, 1995). Parasetamol
(asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai
daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung
(Sartono,1993). Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak
terdapat peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang
melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak bermakna.
Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala,
mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (Katzung, 2011)

6
2.1.6 Spektrofotometri
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan
untuk mengukur energy relatif jika energy tersebut ditransmisikan, direfleksikan
atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer
dengan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih di deteksi
dan cara ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah
optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi
melewatkan trayek pada panjang gelombang tertentu (Gandjar,2007)
Spektrum elektromagnetik dibagi dalam beberapa daerah cahaya. Suatu
daerah akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan panjang gelombang cahaya
yang diabsorbsi dapat menunjukan struktur senyawa yang diteliti. Spektrum
elektromagnetik meliputi suatu daerah panjang gelombang yang luas dari sinar
gamma gelombang pendek berenergi tinggi sampai pada panjang gelombang
mikro (Marzuki Asnah 2012)

2.2 Uraian Bahan

2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979; Drugbank, 2020)

Nama Resmi :AETHANOLUM

Nama Lain : Etanol, Alkohol, Ethyl alcohol, Ethyl hydroxide.

Nama Kimia : Etanol

Rumus struktur :  

7
Rumus Molekul : C2H5OH.

Berat Molekul : 46,07 g/mol.

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan 


mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P


dandalam eter P.

Khasiat : Sebagai antimikroba (membunuh mikrobakterium


desinfektan (membasmi kuman penyakit).

Kegunaan : Pensteril alat laboratorium, pelarut, dan penstabil.

Peyimpanan               : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari


cahaya,ditempat sejuk, jauh dari nyala api.

2.2.2 Paracetamol (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Acetaminophenum

8
Nama lain : Asetaminofen, parasetamol

Rumus Molekul : C8H9NO2

Berat Molekul : 194,19 g/mol

Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa

pahit

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol,

dalam 13 bagian aseton, dalam 40 bagian gliserol

dan dalam 9 bagian propilensglikol, larut dalam


larutanalkil hidroksida

Khasiat : Analgetik (penghilang nyeri); antipiretik (penurun


suhu tubuh)

Kegunaan : Sebagai zat aktif

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

9
10
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat yang Digunakan

Adapun alat yang akan digunakan pada praktikum ini yaitu alu, batang
pengaduk, botol vial 6 buah, gelas kimia, lumpang, mikro pipet, neraca analitik,
pipet tetes, spatula, stopwatch dan spektrofotometer UV-Vis.

3.2 Bahan yang Digunakan

Adapun bahan yang akan digunakan yaitu Alkohol 70%, aquadest, kertas
perkamen, paracetamol dan tissu.

11
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pembuatan larutan induk
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Di bersihkan dengan alkohol 70%
3. Di buat larutan induk dengan konsentrasi 1000 ppm
4. Di larutkan 0,1 gram parasetamol dalam 100 ml alkohol 70%
3.3.2 Pembuatan larutan stok
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Di bersihkan dengan alkohol 70%
3. Di buat larutan stok dengan konsentrasi 100 m
4. Di ambil 1 ml dari larutan induk dan dicukupkan sebanyak 10 ml alkohol
70%
3.3.3 Pembuatan larutan standar
1. Untuk konsentrasi 1 ppm
Diambil 0,1 ml dari larutan stok dan dicukupkan 10 ml dengan alkohol
70%
2. Untuk konsentrasi 2 ppm
Diambil 0,2 ml dari larutan stok dan dicukupkan 10 ml dengan alkohol
70%
3. Untuk konsentrasi 3 ppm
Diambil 0,3 ml dari larutan stok dan dicukupkan 10 ml dengan alkohol
70%
4. Untuk konsentrasi 4 ppm
Diambil 0,4 ml dari larutan stok dan dicukupkan 10 ml dengan alkohol
70%
5. Untuk konsentrasi 5 ppm
Diambil 0,5 ml dari larutan stok dan dicukupkan 10 ml dengan alkohol
70% 
3.3.4 Perhitungan nilai absorbansi parasetamol murni. 
1. Di persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Di bersihkan alat dengan alkohol 70%.

12
3. Dimasukkan larutan standar yang ber konsentrasi 1 ppm ke dalam 
spektrofotometri uv-vis untuk dihitung nilai absorbansinya.
4. Di catat hasil yang didapatkan.
5. Di ulangi langkah 3 dan 4 untuk larutan standar dengan konsentrasi 2 ppm,
3 ppm, 4  ppm dan 5 ppm.
6. Di ambil larutan Paracetamol yang nilai absorbansinya tinggi
3.3.5 Perhitungan nilai absorbansi
1. Di ambil larutan yang memiliki nilai absorban tinggi.
2. Di bagi kedalam 4 vial dengan bagian yang sama.
3. Di simpan 2 vial pada suhu kamar masing-masing selama 10 dan 15
menit.
4. Di  simpan 2 vial pada suhu 60 derajat masing-masing selama 10 dan 15
menit.
5. Di hitung nilai absorbannya. 

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Tabel Pengamatan


Sampel Absorbansi

13
Paracetamol 1 ppm 0,120
Paracetamol 2 ppm 0,240
Paracetamol 3 ppm 0,480
Paracetamol 4 ppm 0,770
Paracetamol 5 ppm 0,890
Paracetamol padasuhu 30°c 10 menit 0,770
Paracetamol padasuhu 30°c 15 menit 0,550
Paracetamol padasuhu 60°c 10 menit 0,530
Paracetamol padasuhu 60°c 15 menit 0,420

4.2 Perhitungan

4.2.1 Pembuatan larutan induk

x
x 1.000.000 = 1.000 ppm
100

1.000 x 100
X =
1.000.000

= 0,1 g

4.2.2 Pembuatan larutan stok

x
x 100.000 = 100 ppm
100

100.000
X =
100.000
= 1 ml

14
4.2.3 Pembuatan larutan standard

x
x 100 = 1 ppm
100

1x10
X = = 0,1 ml
100

x
x 100 = 2 ppm
100

2 x 10
X = = 0,2 ml
100

X
x 100 = 3 ppm
100

3 x 10
X = = 0,3 ml
100

X
x 100 = 4 ppm
100

4 x 10
X = = 0,4 ml
100

X
x 100 = 5 ppm
100

5 x 10
X = = 0,5 ml
100

15
4.2.4 Kurvabaku
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
1 0,120
2 0,240
3 0,480
4 0,770
5 0,890

a = 0,121

b = 0,207

r =√0,9796

= 0,9897

y : subjek dalam variable dependen yang di produksi

a : harga y ketika X = 0 ( harga konstan )

x : subjek pada variable independen yang mempunyai nilai tertentu

b : angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan


ataupun penurunan variable dependen yang di dasarkan pada perubahan
variable independen. Bila (+) arah garis naik dan bila (-) maka arah garis
turun.

16
Kurva Baku
1
0.9
0.8 f(x) = 0.21 x − 0.12
R² = 0.98
0.7
Absorbansi

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

Konsentrasi

4.2.5 Perhitungan konsentrasi parasetamol


Waktu Suhu
30°c 60°c
(menit)
10 0,770 0,530
15 0,550 0,420

Untuk suhu 30°c

1. Waktu 10 menit

y = bx + a

0,770 = 0,207x + (-0,121)

0,770+0,121 = 0,207x

0,891
X =
0,207

17
X = 4,30

2. Waktu 15 menit

y = bx + a

0,550 = 0,207x + (-0,121)

0,770 + 0,121 = 0,207x

0,671
X =
0,207

X = 3,24

Untuksuhu 60°c

1). Waktu 10 menit

y = bx + a

0,530 = 0,207x + (-0,121)

0,530 + 0,121 = 0,207x

0,651
X =
0,207

X = 3,14

18
2). Waktu 15 menit

y = bx + a

0,420 = 0,207x + (-0,121)

0,420 + 0,121 = 0,207x

0,541
X =
0,207

X = 2,61
Waktu Suhu
30°c 60°c
(menit)
10 4,30 3,14
15 3,24 2,61

4.2.6 Perhitungan koefisien korelasi

1. Suhu 30°c
Waktu (menit) Konsentrasi (c) Log c 1/C
10 4,30 0,633 1,579
15 4,24 0,510 1,960

2. Suhu 60°c
Waktu (menit) Konsentrasi (c) Log c 1/C
10 3,14 0,496 2,016
15 2,61 0,416 2,403

4.2.7 Penetuanordereaksi

19
Keterangan :

1. Untuk orde 0 : regresikan antara waktu dan konsentrasi (c) masing


masing suhu

2. Untuk orde1 : regresikan antara waktu dan log c masing-masing suhu

3. Untuk orde2 : regresikan antara waktu dan 1/C masing-masing suhu

Suhu 30°C
Orde Regresi Hasil
A 6,24
B -0,212
0
r -1
A 0,879
B -0,0246
1
r -1
A 0,817
B 0,0762
2
r 1

Suhu 60°c
Orde
Regresi Hasil

A 4,2
0 B -0,106
r -1
A 0,656
B -0,016
1
r -1
A 1,242
B 0,0774
2
r 1

20
Suhu
Orde
30°c 60°c
0 -1 -1
1 -1 -1
2 1 1

4.2.8 Penentuan nilai mutlak

1. Nilai B didapatkan perhitungan orde 2 (regresi antara waktu dan 1/C ) pada
masing- masing suhu

2. Nilai K untuk orde 0 dan 2 adalah B = K sedangkan pada orde 1 adalah K =


-b x 2,303
Suhu B K
30°c 0,0762 -0,1754
60°c 0,0774 0,0774

4.2.9 Penentuan nilai K pada suhu 25° dan usia simpan

Keterangan : suhu (k) 273 + suhu (°c)

1. Untuk suhu 30°c

T = 273 + 30°c

= 303 k
2. Untuk suhu 60°c
T = 273 + 60°c
= 333 k

21
3. Untuk suhu 25°c
T = 273 + 25°c
= 298 k
Untuk nilai 1/T (x)
1. Untuk suhu 30°c
X = 1/303 = 0,0033
2. Untuk suhu 60°c
X = 1/333 = 0,0030
3. Untuk suhu 25°c
X = 1/298 = 0,00335
Suhu Suhu (k) 1/T (x) K Log K
30°c 303 0,0033 -0,1754 -0,755
60°c 333 0,0030 0,0774 -1,111
25°c 298 0,00335

Perhitungan untuk 25°c pada orde 1 dan 2

Log K = log A – E

= 2,303 T

y = a + bx

y = log K

Untuk mendapatkan nilai K pada suhu 25°c maka di regresikan antara x dengan
log k didapatkan nilai :

a = -4,671

b = 1,186

22
r=1

y = a + bx

= -4,671 + (1,186 x 0,00335)

= -4,671 + (0,00397)

= -4,667

y = log K

K = anti log y

K = anti log -4,667

= 0,00002152

4.2.10 Perhitungan paruh waktu

co
1. orde 0 = t ½ =
k

0,693
2. orde 1 = t ½ =
k

1
3. orde 2 = t ½ =
cok

23
Padahasil yang di dapatkan mengikuti orde 1 dan 2, jadi di dapatkan hasil untuk
paruh waktu pada suhu 25°c

Co = 0,1 g/100 ml

= 1000 ppm

1. Untuk orde reaksi 1


0,693
t½=
k
0,693
t½=
0,00002152
t ½ = 32,202menit
2. Untuk orde reaksi 2
1
t½=
cok
1
t½=
1000 x 0,00002152
1
t½=
0,02152
t ½ = 46,468 menit

0,105
Waktu penyimpanan t 90=
k
0,105
t 90= t = 4,879 menit
0,00002152 90

= 0,081316 jam

= 0,003388167 hari

= 0,001129389 bulan

24
co
t 90= 1/9 =
k

1 1.000
= x
9 0,00002152

1000
=
0,00019368

= 51,631 menit

= 0,860516 jam

= 0,035854 hari

= 0,0019513bulan

25
26
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Stabilitas adalah faktor penting kualitas, keamanan dan kemajuan dari
produk obat. sebuah produk obat yang tidak cukup stabil dapat mengakibatkan
perubahan fisik ( seperti perubahan warna, rasa, bau dan bentuk obat)  serta
karakteristik kimianya (Martin, 2008).
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sifat
an karakteristiknya agar sama dengan yang di miliki pada saat dibuat ( identitas,
kualitas, kemurniaan) dengan batas yang ditetapkan sepanjang periode
penyimpanan dan penggunaan sehingga mampu memberikan Efek terapi yang
baik dan menghindari efek toksik (Martin, 2008)
Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu untuk melihat kestabilan dari sediaan
paracetamol dengan menggunakan alat spektrofotometri UV-Vis.

27
Adapun langkah pertama yang harus dilakukan yaitu disiapkan alat dan
bahan, alat yang digunakan yaitu gelas ukur, mikropipet, timbangan, sudip,
lumpang dan alu. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu alkohol, kertas
perkamen, tisu dan parasetamol.
Langkah selanjutnya yaitu dibersihkan alat-alat yang akan digunakan
dengan menggunakan alkohol 70% agar bebas dari mikroorganisme. Karena
menurut Rowe et al (2009:17) alkohol 70% memiliki khasiat sebagai anti bakteri.
Kemudian dibuat larutan pertama yaitu larutan induk. Menurut Widodo
(2010) Larutan induk adalah larutan baku kimia yang dibuat dengan kadar yang
tinggi dan akan digunakan untuk membuat larutan baku dengan kadar yang lebih
rendah. Larutan induk dibuat dengan kosentrasi 1000 ppm dan dilarutkan dengan
0,1 g parasetamol dalam 100 ml alkohol 70%. Sebelum dilarutkan parasetamol
digerus terlebih dahulu, tujuan digerus yaitu agar mempercepat proses pelarutan
parasetamol.
Langkah selanjutnya yaitu dibuat larutan stok. Larutan stok merupakan
larutan yang berisi satu atau lebih komponen media yang konsentrasinya lebih
tinggi daripada konsentrasi komponen tersebut dalam formulasi media yang akan
dibuat. Larutan stok dibuat dengan kosentrasi 100 ppm, kemudian diambil 1 ml
dari larutan induk dan dicukupkan sebanyak 10 ml dengan alkohol 70%. Menurut
Dirjen POM (1995) Penambahan etanol berfungsi untuk memperbesar kelarutan
bahan-bahan obat.
Langkah selanjutnya yaitu pembuatan larutan standar. Pada pembuatan
larutan standar atau larutan yang sudah diketahui konsentrasinya yaitu untuk
masing-masing konsentrasi mulai dari 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm dan 5 ppm.
Diambil masing- masing 0,1 ml, 0,2 ml, 0,3 ml, 0,4 ml dan 0,5 ml dari larutan
stok dan dicukupkan sebanyak 10 ml dengan alkohol 70 %, artinya diambil
larutan stok dari masing-masing konsentrasi lalu ditambahkan alkohol sampai 10
ml. Teknik ini disebut dengan pengenceran, pengenceran dilakukan untuk
mengurangi kepekatan larutan, karena konsentrasi larutan yang dapat terbaca pada
spektrofotometri UV-VIS adalah 1 ppm sampai 10 ppm. Hal ini sependapat
dengan literatur Tortora (2010), bahwa pengenceran ini bertujuan untuk

28
menurunkan konsentrasi dari larutan atau sampel yang digunakan. Dan menurut
Pecsok (1976), konsentrasi larutan yang dapat terbaca oleh Spektrofotometri UV-
Vis adalah 1 ppm sampai 10 ppm.
Selanjutnya yaitu perhitungan nilai absorban parasetamol murni. Dengan
cara memasukan larutan standar yang berkonsentrasi 1 ppm kedalam
spektrofotometer UV-Vis untuk dihitung nilai absorbannya lalu dicatat dan
diulangi langkah sebelumnya untuk larutan standar dengan konsentrasi 2 ppm, 3
ppm, 4 ppm dan 5 ppm. Kemudian diambil larutan parasetamol yang nilai
absorbansinya tinggi. Absorbansi merupakan nilai dimana suatu larutan dapat
menyerap cahaya yang dilewatkan dengan panjang gelombang tertentu, sehingga
nilai absorbansi akan sebanding dengan konsentrasi suatu zat (Ganjar, 2007).
Selanjutnya diambil perhitungan dengan nilai absorbansi dengan cara
diambil larutan parasetamol yang memiliki nilai absorbansi tinggi, kemudian
dibagi menjadi empat vial dengan bagian yang sama lalu disimpan dua vial pada
suhu kamar masing-masing selama 10 menit dan 15 menit kemudian disimpan
dua vial pada suhu 60°C masing-masing selama 10 menit dan 15 menit dan
dihitung nilai absorbannya.
Adapun kemungkinan kesalahan yaitu kurang telitinya praktikan saat
mengambil sampel parasetamol yang akan diencerkan, dan saat pembacaan pada
spektrofotometer penggunaan kuvet yang kurang tepat.

29
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan dapat diambil kesimpulan


bahwa:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas obat sediaan farmasi


tergantung profil sifat fisika dan kimia.Faktor utama lingkungan
diantaranya temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen,

30
dan faktor lain yang mempengaruhi stabilitas adalah ukuran partikel, pH,
kelarutan, mikroorganisme, dan bahan tambahan.

2. Energi aktivitas dari larutan paracetamol di hasilkan sebesar 0,00002152

3. Umur simpan dari paracetamol pada orde 1 di dapatkan hasil 81,316 jam
dan di orde 2 didapatkan hasil 86,05 jam.
6.2 Saran
6.2.1 Saran praktikan

Di harapkan kepada praktikan untuk lebih teliti dalam melakukan


pratikum, meningkatkan keaktifan dan lebih banyak belajar agar bias menguasai
materi
6.2.2 Saran untuk lab

Di harapkan agar kedepannya laboratorium teknologi farmasi dapat


menyediakan alat-alat untuk kebutuhan praktikum, sehingga praktikan tidak
kesulitan dalam melakukan praktikum.
6.2.3 Saran jurusan

Diharapkan jurusan lebih meningkatkan sarana dan prasarana agar dapat


melakukan praktikum dengan nyaman.

31
DAFTAR PUSTAKA

Bukhori, Mochtar.1989. Spektrum Problematika Pendidikan Indonesia. Jakarta:


Tirta Wacana Yogyakarta, hal 73

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979. Farmakope Indonesia III.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia IV.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

Gandjar, I.G, dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar :
Yogyakarya

Jenkins, G.L., Grande, D.E., Brecht, E.A., Sperandio, B.J., 1957. Scoville's the
Art of Compounding. 9th Edition. The Blakiston Division, McGraw Hill
Book Company Inc., New York, pp. 338-342.

Joshita. D, MS., 2008, Kestabilan Obat, Program S2 Ilmu Kefarmasian,


Departemen Farmasi FMIPA, Universitas Indonesia.

Katzung, Bertram G. 2011. Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 10. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC. 1216 halaman.

Lachman, L., Lieberman, AH., Kanig, J.L., 1994. Teori dan Praktek Farmasi
lndustri (Suyatmi, S., penetjemah). Edisi III. Universitas Indonesia Press,
Jakarta. pp. 1098-1099, 1117-1118.

Lusiana, Darsono. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi salisilat dan


parasetamol. Universitas Kristen maranatha; Bandung.

32
Martin, A., Swarbrick, J. & Cammarata, A., 2008, Farmasi Fisik, Edisi Ketiga,
Penerbit UI Press, Jakarta.

Marzuki, Asnah. 2012. Kimia Analisis Farmasi. Makassar : Dua Satu Press.

Miller, J., 2000, Statistics and Chemometrics for Analytical Chemistry, 4th ed,
Harlow: Prentice. Hall.

Pecsok, Robert. L, dkk, (1976), "Modem Methods of Chemical Analysis", edisi


kedua, John Wiley and Sons Inc, New York

Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.

Sartono, 1993. Pengaruh pemberian dosis tunggal parasetamol terhadap


komposisi metabolit parasetamol dalam urin tikus jantan malnutrisi.
Majalah Kedokteran Diponegoro 30 (3,4): 227-32.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2013. Dasar-Dasar Spektroskopi. Yogyakarta: UGM


Press.

Soeratri w, dkk. 1978. Studi pendahuluan Pengaruh Kelembapab Udara


Terhadap Stabilitas Sediaan Padat. Procending Kongres Ilmiah Farmasi
ke-III. Yogyakarta

Setiawan A, Anggoro. 2010. Penetapan Kadar Campuran Paracetamol dan


Ibuprofen Dalam Tablet Merx “X” Secara Spektrometri UV Dengan
Aplikasi Metode Panjang Gelombang. Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta

Tietjen, B.M. 2004. Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirodiharjo.

Tortora, G. J., Funke, B. R. & Case, C. L., 2010, Microbiology an introduction


10th edition, Pearson edition, Inc., Publishing as Pearson Benjamins
Cummings, San Francisco, 1301 Sansome.

33
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh
Soendani N. S., UGM Press, Yogyakarta.

Wilmana, P. F., Sulistia G., 2008, Analgesik – Antipiretik, Analgesik


AntiInflamasi Nonsteroid, dan Obat Gangguan Sendi Lainnya, dalam:
Farmakologi dan Terapi, Sulistia Gan Gunawan (Ed.), edisi 5, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 240.

Zulkainan, Iskandar. 2014. STABILITAS KIMIA DAN USIA SIMPAN SIRUP


PARASETAMOL PADA BERBAGAI SUHU PENYIMPANAN. Fakultas
Farmasi: Universitas Muslim Indonesia

34

Anda mungkin juga menyukai

  • Kiki Visko
    Kiki Visko
    Dokumen22 halaman
    Kiki Visko
    Chindy Marcella Mooduto
    Belum ada peringkat
  • Kiki Diso
    Kiki Diso
    Dokumen15 halaman
    Kiki Diso
    Chindy Marcella Mooduto
    Belum ada peringkat
  • Kiki Kelarutan
    Kiki Kelarutan
    Dokumen29 halaman
    Kiki Kelarutan
    Chindy Marcella Mooduto
    Belum ada peringkat
  • Kiki BJ
    Kiki BJ
    Dokumen14 halaman
    Kiki BJ
    Chindy Marcella Mooduto
    Belum ada peringkat
  • Wasbud Aqiqah
    Wasbud Aqiqah
    Dokumen11 halaman
    Wasbud Aqiqah
    Chindy Marcella Mooduto
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kimia Organik I
    Tugas Kimia Organik I
    Dokumen4 halaman
    Tugas Kimia Organik I
    Chindy Marcella Mooduto
    Belum ada peringkat