Anda di halaman 1dari 22

LABORATORIUM FISIKA DASAR

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Viskositas adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
alam semesta, gejala atau fenomena alam dan mekanisme yang terjadi didalamnya.
Lebih sederhanannya dikatakan bahwa fisika erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Apa yang kita alami, apa yang kita lakukan, kenapa hal itu terjadi dan
mengapa demikian akan bisa dijawab melalui suatu studi ilmiah dengan
menggunakan sikap dan metode ilmiah untuk menghasilkan produk ilmiah yang
berupa teori dan atau hukum fisika yang dapat diuji kebenarannya. Dalam kekentalan
suatu fluida kita dapat memandang persoalan tersebut seperti tegangan dan regangan
pada benda padat. Kekentalan atau disebut viskositas merupakan besar kecilnya
gesekan dalam fluida. Jadi berbagai fenomena atau gejala alam dalam kehidupan
dapat terungkap berkat perkembangan ilmu fisika. Ilmu fisika terdiri dari berbagai
cabang, di antara cabang ilmu fisika adalah mekanika fluida. Munson menjelaskan
bahwa mekanika fluida adalah disiplin ilmu dari bidang mekanika terapan yang
mengkaji perilaku zat-zat cair dan gas dalam keadaan diam ataupun bergerak. Bidang
mekanika ini jelas mencakup berbagai persoalan yang sangat bervariasi, mulai dari
kajian mengenai aliran darah di saluran-saluran kapiler sampai pada kajian tentang
aliran minyak mentah yang melewati Alaska melalui pipa berdiameter 4 ft sepanjang
800 mil (Budianto, A, 2008).

Perbedaan zat cair salah satunya adalah adanya perbedaan terhadap tingkat
kekentalan dari zat cair tersebut. Kekentalan atau disebut viskositas merupakan besar
kecilnya gesekan dalam fluida. Besarnya nilai viskositas suatu fluida dipengaruhi
oleh besarnya nilai perubahan temperatur.
Dalam kekentalan suatu fluida kita dapat memandang persoalan tersebut
seperti tegangan dan regangan pada benda padat. Sebelum mengetahui zat yang
kental dan kurang kental dengan cara kuantitatif salah satu alat yang digunakan untuk
mengukur kekentalan suatu zat cair adalah viskometer Percobaan fisika dalam
pembelajaran sangat membantu dalam memahami materi yang disampaikan,
VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
1.2. Tujuan Percobaan

1.2.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU)


1. Kami dapat mengetahui konsep Fisika / mekanika mengenai kekentalan
(viskositas).
2. Kami dapat mengetahui bahwa gesekan yang dialami oleh suatu benda yang
bergerak dalam fluida adalah disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut.
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

1. Kami dapat mengetahui menggunakan prinsip keseimbangan gaya stokes,


gaya apung dan gaya berat pada suatu benda dalam fluida.

2. Kami dapat mengetahui pengaruh gesekan yang dialami oleh suatu benda
yang bergerak dalam.

3. Kami dapat mengetahui fluida yang disebabkan oleh fluida tersebut.

4. Kami dapat mengetahui Menerapkan faktor koreksi pada laju bola yang
jatuh.

5. Kami dapat mengetahui Menentukan Viskositas Fluida.

VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Viskositas

Viskositas adalah sifat dari suatu zat fluida yang disebabkan adanya gesekan
antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kinetis pada zat cair tersebut.
Viskositas (kekentalan) dapat dianggap sebagai gesekan di bagian dalam suatu
fluida. Karena adanya viskositas ini, maka untuk menggerakkan salah satu
lapisan fluida di atas lapisan lainnya, atau supaya satu permukaan dapat
meluncur di atas pemukaan lainnya bila diantara permukan-permukaan ini
terdapat lapisan fluida haruslah dikerjakan gaya(Lubis, 2018).
Viskositas merupakan gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang bersisian
pada fluida pada waktu lapisan-lapisan tersebut bergerak satu melewati yang lainnya.
Pada zat cair, viskositas terutama disebabkan oleh gaya kohesi antar molekul. Pada
gas, viskositas muncul dari tumbukan antar molekul. Fluida yang berbeda memiliki
besar viskositas yang berbeda. Makin besar viskositas dalam suatu fluida, makin sulit
suatu benda bergerak dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan
oleh gaya kohesi antara molekul zat cair.
Viskositas menetukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya
gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan
suatu cairan untuk mengalir. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti suhu, gaya tarik antar molekul, dan ukuran serta jumlah molekul terlarut.
Fluida, baik zat cair maupun gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan

VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
yang berbeda beda. Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan di bagian dalam
(internal) suatu fluida (Lubis, 2018).
Gambar 5.2.1 Menentukan kekentalan fluida (Sumber : (Lubis, 2018)
Viskositas dari suatu fluida merupakan sifat penting dalam analisis perilaku
cairan dan gerakan cairan dengan batas tertentu. Viskositas adalah resistansi cairan
untuk geser atau aliran dan merupakan ukuran dari properti cairan perekat/kohesif
atau friksional. Resistensi ini disebabkan oleh gesekan antar molekul diberikan
ketika lapisan cairan mencoba untuk saling berpindah dengan satu sama lain.
Sehinggan viskositas merupaan ukuran hambatan (resitansi) suatu bahan terhadap
aliran. Secara teori nilai viskositas suatu zat cair akan berkurang dengan kenaikan
temperatur. Hal ini berkaitan struktur molekul dari zat cair.
Molekul - molekul zat cair jaraknya berdekatan dengan gaya kohesi yang
kuat antara molekul dan hambatan terhadap gerak relatif antara lapisan-lapisan fluida
bersebelahan yang berhubungan dengan gayaantar molekul ini. Dengan
meningkatnya temperatur gaya kohesi ini berkurang dan mengakibatkan
berkurangnya hambatan gerakan (Juhantoro et al., 2015).

2.2 Jenis-jenis Viskositas

Dalam kajian fluida dikenal dua jenis viskositas yaitu viskositas dinamik
(viskositas absolut) dan viskositas kinematik. Viskositas dinamik, dilambangkan
dengan huruf Yunani 𝜇 (mu). Jika didefinisikan menurut relasi tegangan geser
dengan laju regangan geser pada fluida Newtonian, viskositas dinamik adalah rasio
dari tegangan geser terhadap laju regangan geser :
𝜇
𝜇=
𝜇u/dy ……………………………………………………..…(5.2.1)

Dimana : 𝜇 = Tegangan geser (N/m2), 𝜇u/dy = Laju regangan geser (1/s)


Dengan demikian dalam sistem SI satuan untuk viskositas dinamik adalah
Ns/m2 atau Pas. Sedangkan viskositas kinematik, dilambangkan dengan huruf
Yunani ϑ (nu) merupakan rasio atara viskositas dinamik dengan kerapatan fluida :
µ
ϑ= …………………………………….……………...………...(5.2.2)
ρ
Dimana :ϑ = Viskositas Kinematik, ρ = Kerapatan fluida, µ = Viskositas
Dinamik
VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
Oleh karena itu, dalam sistem SI satuan viskositas kinematik adalah m2/s. Viskositas
merupakan sifat fluida yang dipengaruhi oleh temperaturnya. Pada fluida yang
berfasa cair umumnya viskositas akanberkurang dengan peningkatan temperatur,
sementara pada fluida berfasa gas berlaku sebaliknya, viskositas akan
bertambah dengan peningkatan temperatur. Perbedaan sifat ini dapat
dijelaskan dengan perbedaan mekanisme molekuler yang terkait dengan viskositas
pada cairan dan gas (Kironoto, et al,2016).
Pada zat cair viskositas dikaitkan dengan mekanisme gaya kohesi yang akan
melemah dengan semakin renggangnya jarak antar molekul akibat pemuaian yang
terjadi pada peningkatan temperatur. Sedangkan pada gas viskositas dikaitkan
dengan mekanisme perpindahan molekul antar lapisan fluida yang semakin intensif
akibat pertambahan energi dari meningkatnya temperatur fluida.

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas

Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas dari fluida cair:


1. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan sedangkan viskositas gas tidak
dipengaruhi oleh tekanan. Tekanan pada viskositas fluida akan memberikan
pengaruh pada ikatan partikel partikel pada zat cair.
2. Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya temperatur, sedangkan viskositas gas
naik dengan naiknya temperatur. Pemanasan zat cair menyebabakan molekul–
molekulnya memperoleh energi. Molekul- molekul cairan bergerak sehingga gaya
interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun
dengan kenaikan temperatur.
3. Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol
cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi. Larutan
minyak misalnya CPO (Crude Palm Oil) memiliki kekentalan tinggi serta laju aliran
lambat sehingga viskositas juga tinggi.
4. Kekuatan Kohesi
Semakin besar ikatan antar molekul suatu zat cair maka nilai viskositas yang
dimiliki akan semakin tinggi.
Dari sini kita ketahui bahwa setidaknya ada empat faktor yang mempengaruhi

VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
viskositas benda. Di luar itu, bisa juga karena adanya pengaruh berbentuk bola dapat
menjadikannya pertimbangan apabila melakukan penelitian terkait dengan viskositas.

2.4 Koefisien Viskositas

Secara umum diukur dengan dua metode :


1. Metode Viskometer Ostwald
Viskositas dari cairan dapat ditentukan dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan oleh cairan tersebut untuk melewati 2 buah tanda,yaitu dari batas atas
sampai batas bawah ketika ia mengalir karena gravitasi melalui viskosimeter
ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang
dibutuhkan oleh suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk
melewati 2 buah tanda tersebut (Pipit, 2007).
Persamaan (5.2.3) yaitu untuk cepat aliran volume atau debit juga dapat dirumuskan
sebagai berikut :
4
V πR P (5.2.3)
Q= =
t 8 ηL

Misalkan terdapat dua jenis fluida yaitu aquades dan gliserin, masing –
masing dengan kekentalan ha dan hg, keduanya memiliki volume yang sama dan
mengalir melalui pipa yang ukurannya sama. Karena kedua zat cair ini memiliki
volume yang sama tetapi kekentalannya berbeda, maka debit keduanya juga berbeda,
misalkan Qa dan Qg. Dengan demikian waktu yang diperlukan untuk mengalirkan
aquades dan gliserin dengan volume yang sama juga berbeda, 10 misalkan ta dan tg.
Faktor volume V, π, jari-jari R, tekanan P, dan panjang pipa L dapat diabaikan
karena keduanya mempunyai nilai yang sama. Dengan demikian maka

t g ηg
= (5.2.4)
t a ηa

Besaran ha/hg dinamakan kekentalan aquades relatif terhadap kekentalan


gliserin.
2. Metode Bola Jatuh
Viskosimeter Falling Ball Setiap benda yang bergerak relatif terhadap benda lain
selalu mengalami gesekan (gaya gesek). Sebuah benda yang bergerak di dalam fluida
VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
juga mengalami gesekan. Hal ini disebabkan oleh sifat viskositas fluida tersebut.
Koefisien kekentalan suatu fluida dapat diperoleh dengan menggunkan
percobaan bola jatuh di dalam fluida tersebut. Viskosimeter falling ball adalah
viskosimeter yang berdasarkan pada jatuhnya bola dalam tabung penguji yang berisi
sampel fluida dengan volume tertentu. Pada prinsipnya pengukuran pada viskometer
ini suatu bola dijatuhkan dari atas suatu tabung berisi sampel fluida yang akan dicari
viskositasnya, kemudian tabung tersebut dibalik. Waktu yang diamati melalui
stopwatch merupakan waktu yang diperlukan bola untuk jatuh pada jarak tertentu.
Dari persamaan (5.2.5) diketahui bahwa :

2 r2 g
η= ( ρ−ρ' ) (5.2.5)
9V r

Jika jarak AB adalah jarak yang dilewati bola dengan laju konstan v, maka
persamaan di atas dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :
2
2r g ,
η= ( ρ−ρ )
[ ]
AB (5.2.6)
9
t

Jika jarak AB = 10 cm, r ditentukan oleh ukuran bola, g adalah percepatan


gravitasi bumi 10, persamaan (5.2.6) dapat disederhanakan menjadi :

η=K ( ρ−ρ ) t
,
(5.2.7)

Dimana: η = viskositas dinamik, t = waktu tempuh bola saat jatuh, ρ = massa


jenis bola, ρ’ = massa jenis fluida, K = konstanta bola Tekanan Hidrostatik.

2.5 Tekanan Hidrostatik

Konsep tekanan sangat penting dalam mempelajari sifat fluida. Besar tekanan
didefinisikan sebagai gaya tiap satuanluas. Dalam praktek, tekanan sering kali diukur
dalam milimeter air raksa (biasanya dinamakan torr, menurut fisikawan italia
Toricelli).
P=FA
(5.2.8)
Dimana :P = tekanan (Pa), F = gaya (n), A = luas (m2).
Satuan tekanan dalam SI adalah Nm2 atau disebut dengan pascal, singkat Pa.
untuk tekanan udara kadang-kadang masih dapat digunakan satuan atmosfer atau cm
VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
raksa (cmHg) atau milibar (mb).

2.6 Fluida

Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat
lainnya dan dapat berubah bentuk (dapat dimampatkan). Kata, dan jika Fluida
mencakup zat cair, dan gas kedua zat ini dapat mengalir diberi tekanan. Fluida lebih
mudah mengalir karena ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dibandingkan
dengan ikatan molekul dalam zat padat, akibatnya fluida memiliki hambatan yang
relatif kecil pada perubahan dalam bentuk pada sebuah gaya gesekan. Selain zat cair,
gas juga dapat dikatakan sebagai fluida, karena dapat mengalir dari satu tempat ke
tempat lainnya. Contoh dari fluida gas adalah hembusan angina (Ghurri, 2014).
Fluida berbentuk seperti wadah yang ditempatinya, karena tidak dapat
menahan gaya yang bersinggungan dengannya dan tidak dapat menahan gaya gesek.
Zat padat dapat mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun
suatu gaya yang besar diberikan pada zat padat tersebut. Zat padat tidak mudah
untuk berubah bentuk dan volumenya, itulah mengapa zat padat tidak dapat
dikatakan sebagai fluida. Gas tidak memiliki bentuk maupun volume yang tetap,
karena gas akan berkembang dan mengisi seluruh wadah yang ditempatinya.
Viskositas fluida dilambangkan dengan simbol h. Jadi tingkat kekentalan
suatu fluida dinyatakan oleh koefisien viskositas fluida tersebut. Secara matematis,
koofisien viskositas bisa dinyatakan dengan persamaan. Untuk membantu
menurunkan persamaan, kita meninjau gerakan suatu lapisan tipis fluida yang
ditempatkan di antara dua pelat sejajar (Arijanto, et al, 2015).

2.7 Macam-macam viskositas

Fluida dibedakan menjadi dua, yaitu:


1. Fluida statik
Fluida statik atau hidrostatika merupakan salah satu cabang ilmu sains yang
membahas karakteristik fluida saat diam, biasanya membahas mengenai tekanan
pada fluida ataupun yang diberikan oleh fluida (gas atau cair) pada objek yang

tenggelam didalamnya (Kanginan, 2017).

VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar

VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
1. Fluida dinamik
Fluida dinamik yaitu fluida yang sedang bergerak atau mengalir. Contoh
fluida dinamik antara lain air atau minyak yang sedang mengalir dalam tangki, udara
yang sedang mengalir relatif terhadap pesawat terbang yang sedang mengangkasa
(Kanginan, 2017).
Pada zat cair viskositas dikaitkan dengan mekanisme gaya intermolekuler
(gaya kohesi) yang akan melemah dengan semakin renggangnya jarak antar molekul
akibat pemuaian yang terjadi pada peningkatan temperatur. Sedangkan pada gas
viskositas dikaitkan dengan mekanisme perpindahan molekul antar lapisan fluida
yang semakin intensif akibat pertambahan energi dari meningkatnya temperatur
fluida.

2.8 Fluida Newtonian

Sebagaimana disampaikan sebelumnya, tegangan geser (t), pada suatu fluida


berbanding lurus dengan laju regangan gesernya (du/dy), dengan suatu konstanta
proporsionalitas (m). Persamaan tersebut dikenal sebagai hukum pertama Newton
tentang viskositas.
Walaupun pada dasarnya sudah direkomendasikan untuk selalu menggunakan
satuan sistem Satuan Internasional, tetapi dalam praktiknya, viskositas absolut atau
dinamik masih sering dinyatakan dalam sistem satuan yang lain, misalnya dengan
Sistem Metrik CGS (centimeter-gram-second), satuan viskositas adalah poise.
Dengan viskositas antara fluida yang satu dengan fluida lainnya mempunyai variasi
yang sangat besar. Viskositas hanya sedikit bergantung pada tekanan dan biasanya
pengaruh tekanan tersebut diabaikan (Kironoto, dkk, 2016).

2.9 Fluida Non - Newtonian

Fluida yang tegangan gesernya tidak berbanding lurus dengan laju regangan
(atau laju deformasi angular) atau dengan hukum pertama Newton tidak berlaku
disebut dengan fluida non-Newtonian. Fluida non-Newtonian sebenarnya banyak
dijumpai dalam kehidupan sehari–hari, seperti fluida yang berupa campuran air
dengan tepung jagung. Fluida non-Newtonian adalah suatu fluida yang akan
mengalami perubahan viskositas ketika terdapat gaya yang bekerja pada fluida
tersebut. Hal ini menyebabkan fluida non-Newtonian tidak memiliki viskositas yang
VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
konstan. Berkebalikan dengan fluida non-Newtonian, pada fluida newtonian
viskositas bernilai konstan sekalipun terdapat gaya yang bekerja pada fluida. Contoh
fluida Non-Newtonian adalah darah. Pada saat darah mengalir keluar dari pembuluh
darah, maka viskositasnya akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya
waktu hingga darah membeku berubah fase menjadi zat padat. Fluida yang demikian
tidak termasuk jenis fluida newtonian karena viskositasnya tidak konstan. Fluida
bukan hanya gas dan zat cair saja, tetapi zat padat dalam bentuk ukuran yang kecil
dan dapat mengalir juga dapat dianggap sebagai fluida, contohnya seperti pasir dan
lumpur. Namun pasir dan lumpur tidak termasuk fluida newtonian, tetapi tergolong
fluida non-Newtonian.

Analogi dengan persamaan hukum pertama Newton untuk fluida newtonian,


tegangan geserpada fluida non-Newtonianjuga dapat dikorelasikan dengan laju
regangan gesernya, dalam bentuk persamaan umum sebagai berikut :

τ =k ( dd uy ) (5.2.8)

du
Dimana :τ = Tegangan, K = Indeks Konsistensi, = Laju Regangan.
dy

Dengan eksponen (n), dalam persamaan di atas merupakan indeks perilaku


fluida, dan koefisien k adalah indeks konsistensi. Persamaan ini akan menjadi
persamaan hukum pertama Newton untuk n = 1 dan k = m. Untuk memastikan bahwa
t mempunyai tanda yang sama dengan du/dy, persamaan di atas dapat ditulis kembali
sebagai berikut (Budianto dan Anwar, 2012).

| |
n−1
du du (5.2.9)
τ =k
dy dy

atau

du
τ =μap (5.2.10)
dy

n−1
Dengan μap=k |du/ dy| sebagai viskositas nyata
didefinisikan

VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
2.10 Hukum Stokes

Jika sebuah benda berbentuk bola dijatuhkan ke dalam fluida kental, misalnya
kelereng dijatuhkan ke dalam kolam renang yang airnya cukup dalam, nampak mula-
mula kelereng bergerak dipercepat. Tetapi beberapa saat setelah menempuh jarak
cukup jauh, nampak kelereng bergerak dengan kecepatan konstan (bergerak lurus
beraturan). Ini berarti bahwa di samping gaya berat dan gaya apung zat cair masih
ada gaya lain yang bekerja pada kelereng tersebut. Gaya ketiga ini adalah gaya
gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida. Khusus untuk benda berbentuk
bola, gaya gesekan fluida secara empiris.
Sebuah benda yang bergerak dengan kecepatan tertentu dalam fluida kental
akan dihambat oleh gaya gesekan fluida (gaya viskositas). Besarnya gaya gesekan
fluida yang menghambat benda tersebut adalah

F=kηv (5.2.10)

Dimana: F = Gaya gesekan fluida (N), ղ = Koefisien viskositas (Pa s =


Ns/m2), v = Kecepatan bola (m/s).
Dengan menyatakan koefisien yang besarnya tergantung pada bentuk
geometri benda. (untuk benda berbentuk bola dengan jari-jari r, dalam perhitungan
laboratorium diperoleh harga k sebesar 6πr). Ini berarti bahwa di samping gaya berat
dan gaya apung zat cair masih ada gaya lain yang bekerja pada kelereng tersebut.
Gaya ketiga ini adalah gaya gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida.
Dengan demikian, besarnya gaya gesekan fluida untuk benda berbentuk bola dengan
jari-jari r dapat dinyatakan sebagai berikut :

F=6 πηrv (5.2.11)

Dimana: F = Gaya gesekan fluida (N), ղ = Koefisien viskositas (Pa s =


Ns/m2), r = Jari- jari bola (m), v = Kecepatan bola (m/s).
Persamaan diatas dikenal dengan hokum stokes yang pertama kali dinyatakan
oleh Sir Grorge Stokes(Daton, 2007).

VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar

Gambar 5.2.2 Gaya yang Bekerja Pada Saat Bola Dengan Kecepatan Tetap
Dalam pemakaian eksperimen harus diperhitungkan beberapa syarat antara
lain :
1. Ruang tempat fluida jauh lebih luas dibanding ukuran bola.
2. Tidak terjadi aliran turbulen dalam fluida.
3. Kecepatan v tidak terlalu besar sehingga aliran fluida masih bersifat laminer.
Sebuah bola padat memiliki rapat massa ρb dan berjari-jari r dijatuhkan tanpa
kecepatan awal ke dalam fluida kental memiliki rapat massaρf, di mana ρb >ρf.
Telah diketahui bahwa bola mula-mula mendapat percepatan gravitasi, namun
beberapa saat setelah bergerak cukup jauh bola akan bergerak dengan kecepatan
konstan. Kecepatan yang tetap ini disebut kecepatan akhir vT atau kecepatan
terminal yaitu pada saat gaya berat bola sama dengan gaya apung ditambah gaya
gesekan fluida.

2.11 Hukum Bernoulli

Hukum Bernoulli ditemukan oleh ilmuwan asal Jerman, yaitu Daniel


Bernoulli. Dari penemuan ini, Bernoulli berhasil menerbitkan sebuah buku berjudul
Hydrodynamica pada tahun 1738. Adapun pernyataan Hukum Bernoulli adalah

VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
jumlah dari tekanan, energi kinetik tiap volume dan energi potensial tiap volume di
setiap titik sepanjang aliran fluida adalah sama.
Artinya, saat aliran fluida meningkat, tekanan fluida tersebut akan turun.
Dengan demikian, energi potensial yang dimiliki fluida juga akan turun. Sebaliknya,
saat kecepatan aliran fluida turun, tekanan fluida akan naik.
Hukum ini ternyata bisa diaplikasikan untuk berbagai jenis aliran fluida asalkan
memenuhi syarat berikut ini :
1. Fluidanya tidak dapat dimampatkan (incompressible). Fluidanya tidak
memiliki viskositas.
2. Aliran fluidanya tetap (steady).
3. Aliran fluidanya berjenis laminar (tetap dan tidak membentuk pusaran).
4. Tidak ada hilang energi akibat gesekan antara fluida dan dinding serta
turbulen.
5. Tidak ada transfer energi kalor.
Persamaan Hukum Bernoulli berkaitan dengan tekanan, kecepatan dan perbedaan
ketinggian fluida. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut :

Gambar 5.2.3 Persamaan Hukum Bernoulli

Secara matematis, Hukum Bernoulli dirumuskan sebagai berikut ;

VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar

1 2 1 2
(5.2.12)
P1 + ρ1 V 1 + ρ1 g h1=P2 + ρ2 v 2+ ρ2 g h2
2 2

Dimana : P1= tekanan di pipa 1 (N/m2);P2= tekanan di pipa 2 (N/m2);ρ1 =


massa jenis pipa 1 (kg/m3);ρ2 = massa jenis pipa 2 (kg/m3);v1 = kecepatan fluida di
pipa 1 (m/s);v2 = kecepatan fluida di pipa 2 (m/s);h1 = ketinggian penampang pipa 1
dari titik acuan (m);h2 = ketinggian penampang pipa 2 dari titik acuan (m); dang =
percepatan gravitasi (m/s2).

2.12 Konsep Viskositas Fluida

Setiap benda yang bergerak fluida, akan mendapatkan gaya gesekan yang disebabkan
oleh kekentalan fluida tersebut. Besar gaya gesekan tersebut sebanding dengan laju
relatif benda tersebut terhadap fluida.

Gambar 5.2.4 Peraga Viskositas Fluida

Jika sebuah benda berbentuk bola dan mempunyai rapat massa dilepaskan
pada permukaan zat cair tanpa laju awal, bola tersebut mula-mula akan mendapat
percepatan. Dengan berbentuk besarnya laju bola maka gaya stokes pada bola
tersebut aakan bertambah besar pula, sehingga pada suatu ketika bola tersebut akan
bergerak dengan laju konstan, yaitu pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya
VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
berat, gaya apung, dan gaya stokes pada bola tersebut.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa asumsi laju bola yang konstan
hanya dapat dipenuhi untuk waktu tempuh yang besar atau ruangan yang luas (ideal
tak terhingga), karena waktu pengamatan kita terbatas, maka laju bola yang diperoleh
dari hasil pengamatan harus dikoreksi dengan persamaan.

r (5.2.13)
Vs = V (1 + k )
R
Dimana : Vs = Laju sebenarnya, V = Laju bola yang
diamati, R = Jari – jari tabung fluida, k = Suatu ketetapan. Selanjutnya karena Vs.
Ts = V . T, maka persamaan (5.2.13) menjadi :

r (5.2.14)
T = k. Ts + Ts
R
Dimana Ts adalah waktu yang diperlukan untuk
menempuh jarak L. Perhatikan bahwa persamaan (5.2.14) adalah linier sehingga
r
dengan membuat grafik antara T dengan maka harga Ts dapat ditentukan.
R

VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat Dan Bahan


3.1.1. Alat

VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar
Gambar 5.3.1 Peralatan Viskositas Fluida Tabung gelas besar

Gambar 5.3.2 Peralatan Viskositas Fluida rol meter


Gambar 5.3.3 Peralatan Viskositas Fluida bola kelereng
Gambar 5.3.4 Peralatan Viskositas Fluida jangka sorong

VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar

VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar

g.

Gambar 5.3.5 Peralatan Viskositas Fluida gelas ukur berisi


Gambar 5.3.5 Peralatan Viskositas Fluida mikrometer sekrup

VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar

c.

i.

Gamabar 5.3.6 Peralatan Viskositas Fluida gelas ukur kosong


Gambar 5.3.7 stopwatch

VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05
Makassar

3.2 Prosedur Kerja

Pertama-tama mengukur diameter kelereng menggunakan mikrometer sekrup.


Setelah itu mengukur diameter dalam tabung menggunakan jangka sorong dan
diameter dalam dari tabung besar diukur menggunakan jangka sorong. Kemudian
mengukur dan menentukan jarak pada tabung besar sesuai petunjuk asisten yaitu 10
cm. Setelah itu mengukur suhu fluida sebelum percobaan dan kembali mengukur
suhu fluida sesudah percobaan. Kemudian menjatuhkan kelereng tepat berada di atas
permukaan fluida dan dijatuhkan tanpa ada gaya yang diberikan. Setelah bola
dijatuhkan maka, menghitung waktu yang dibutuhkan kelereng untuk sampai pada
jarak yang ditentukan. Kemudian melakukan percobaan tersebut beberapa kali
sebanyak 10 kali, selanjutnya menimbang massa dari kelereng dan massa dari gelas
fluida yang kosong serta gelas fluida yang berisi 50 ml fluida dengan mengunakan
alat neraca analytik digital. Terakhir mencatat hasil pengamatan yang telah dilakukan

VISKOSITAS FLUIDA
KLP.3/FREK.3/TEKNIK PERTAMBANGAN

Anda mungkin juga menyukai