Anda di halaman 1dari 13

LABORATORIUM FISIKA DASAR

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Viskositas

Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari
aliran yang diberikan oleh suatu cairan. Kebanyakan viskometer mengukur
kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui pipa gelas. Definisi lain dari viskositas
adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida. Viskositas
cairan akan menimbulkan gesekan antar bagian atau lapisan cairan yang bergerak
satu terhadap yang lain. Sedangkan Fluida merupakan segala jenis zat yang dapat
mengalir dalam wujud gas maupun cairan.
Jadi, Viskositas suatu fluida merupakan daya hambat yang disebabkan oleh
gesekan antara molekul-molekul cairan yang mampu menahan aliran fluida
sehingga dapat dinyatakan sebagai indikator tingkat kekentalannya. Nilai
kuantitatif dari viskositas dapat dihitung dengan membandingkan gaya tekan per
satuan luas terhadap gradien kecepatan aliran dari fluida. Prinsip dasar ini yang
dipergunakan untuk menghitung viskositas secara eksperimen menggunakan
metode putar, yaitu dengan memasukkan penghambat ke dalam fluida dan
kemudian diputar. Viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair.
Sedangkan dalam gas, viskositas timbul sebagai akibat tumbukan antara molekul
gas. Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang
disebut koefisien viskositas. Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah dyn.s/cm²
= poise (p). Viskositas juga sering dinyatakan dalam centipoise (cP). 1 cP = 1/1000
P. Satuan Poise digunakan untuk mengenang seorang ilmuwan Prancis, almarhum
Jean Louis Marie Poiseuille. Zat cair lebih kental (viskositasnya) dari pada gas,
sehingga untuk mengalirkan zat cair diperlukan gaya atau dorongan yang lebih
besar dibandingkan dengan gaya yang diberikan untuk mengalirkan gas.
Fluida yang lebih cair biasanya akan lebih mudah mengalir dengan cepat,
contohnya air. Sebaliknya, fluida yang lebih kental akan lebih sulit mengalir atau
lebih lambat, contohnya minyak goreng, oli, madu, kecap, sabun cair, cat, darah,
serta lebih banyak lagi contoh fluida dengan tingkat viskositas yang tinggi disekitar
yang bisa kita temui dikehidupan sehari hari tanpa kita sadari dan ketahui.

VISKOSITAS FLUIDA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang
dilapisi fluida tipis di antara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan
bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu bidang
permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika bagian atas itu ringan, yang berarti
tidak memberikan beban pada lapisan fluida di bawahnya, maka tidak ada gaya
tekan yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F dikenakan pada bidang bagian
atas yang menyebabkan bergeraknya bidang atas dengan kecepatan konstan v, maka
fluida di bawahnya akan membentuk suatu lapisan-lapisan yang saling bergeseran.
Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan geser (s) sebesar F/A yang
seragam, dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan kecepatan
lapisan fluida yang paling bawah sama dengan nol. Maka kecepatan geser (g) pada
lapisan fluida di suatu tempat pada jarak y dari bidang tetap, dengan tidak adanya
tekanan fluida maka fluida tidak bergeser ataupun berpindah (Damayanti,2018)
2.1.1 Faktor-faktor Yang mempengaruhi Viskositas
Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut:
a. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas
tidak dipengaruhi oleh tekanan. Viskositas dalam suatu cairan dengan cara
naiknya suatu cairan tersebut. “apabila tekanan suatu benda besar maka
viskositas suatu larutan juga semakin besar”
b. Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik
dengan cara naiknya suatu suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-
molekulnya memperoleh energi dan dapat bergerak. Pemanasan zat cair
tersebut dapat bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah.
Dengan demikian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan temperatur.
c. Kehadiran zat lain
Penambahan gula meningkatkan viskositas air. Adanya bahan tambahan
seperti bahan suspersi menaikkan viskositas air. Contohnya pada saat
membuat teh, dimana saat menambahkan gula maka akan terjadi perubahan
rasa dan kekentalan terhadap air. Air menjadi lebih lengket dan memiliki
rasa manis hal ini terjadi karna gula adalah zat lain pada air

VISKOSITAS FLUIDA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

d. Berat molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.semakin berat
massa molekul benda maka semakin tinggi pula viskositasnya. Sebagai
contoh, satuan cgs centimeter gram atau cgs centimeter gram minyak
memiliki massa molekul yang lebih berat dibandingkan air, maka nilai
viskositasnya pun lebih besar dan luas penampang dibandingkan air.
e. Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol
cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi serta
laju aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi.
Koefisien viskositas beberapa fluida pada berbagai suhu. Keadaan suhu
dicatumkan dalam tabel karena viskositas bergantung pada suhu. Semakin besar
suhu maka semakin kecil viskositasnya, begitu pula sebaliknya. Satuan viskositas
dalam sistem SI adalah Ns/m2 (Aziz dkk, 2020).

Gambar 5.2.1 Viskositas fluida.

2.2 Fluida

Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir dan selalu mengalami
perubahan. sebab jarak antar dua partikel didalam fluida tidaklah tetap. Seringkali
kita harus memasukkan sifat elastisitas zat padat jika sistem yang kita bahas tidak
dapat di anggap sebagai benda tegar sejati. Klasifikasi mengenai fluida tidaklah
jelas. Beberapa fluida, seperti gelas dan ternada mengalir begitu lambat sehingga
berperilaku seperti benda padat untuk interval-interval waktu yang biasanya kita
gunakan untuk bekerja dengan benda-benda tersebut (Oktabella dkk.,2018)

VISKOSITAS FLUIDA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

2.2.1 Pola Aliran Fluida


Pola yang ditempuh sebuah partikel dalam aliran fluida disebut garis alir.
Jika seluruh pola aliran tidak berubah terhadap waktu, aliran disebut aliran tunak.
Dalam aliran tunak tiap elemen mengikuti pola yang sama. Dalam keadaan ini laju
aliran fluida di berbagai titik dalam ruangan cenderung konstan, meskipun masing-
masing partikel dapat berubah baik besar maupun arah selama bergerak.

Gambar 5.2.2 Pola aliran fluida.


Fluida yang bersentuhan dengan masing-masing permukaan memiliki
kecepatan sama dengan permukaan. Laju aliran pada lapisan tengah fluida
bertambah secara homogen dari satu permukaan ke permukaan lain, lapisan fluida
meluncur dengan mulus satu sama lain atau disebut juga dengan laminar ( aliran
udara akibat gangguan pada pengaliran fluida disetiap pararelnya).

2.3 Viskositas Zat Cair

Viskositas (η) berhubungan dengan besarnya gaya gesekan antar lapis zat
cair itu. Fluida cair yang mengalir di dalam pipa, jenis alirannya dapat berupa aliran
laminer atau aliran turbulen. Kedua jenis aliran itu terkait dengan nilai , massa jenis
(ρ), dan kelajuan alir (v) zat cair, serta diameter pipa (D) dimana fluida itu mengalir.
Hal itu dinyatakan dalam bilangan Reynold (RE):

RE=𝜌vd/η …...............................................................................(5.2.1)

Keterangan:
RE = Bilangan Reynold, 𝜌 = Massa jenis (g/cm3), v = Volume benda (m3),
d = Diameter pipa (mm), ղ = koefisien viskositas (Ns/m²).

VISKOSITAS FLUIDA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

Ketika Re kecil (< 2000) maka zat cair mengalir secara laminer (setiap
bagian zat cair itu mengalir menuruti garis arusnya sendiri, dan garis arus itu tidak
pernah saling ber-potongan). Sebaliknya, bila Re besar (> 4000) maka fluida
mengalir secara turbulen (terjadi arus pusar). Persamaan diatas memperlihatkan
bahwa RE kecil bila 𝜂 besar. Artinya, keberadaan 𝜂 yang semakin besar membuat
aliran cenderung laminer. Ketika aliran zat cair itu laminer, maka dikuasai
persamaan Poiseuille. Jika zat cair mengalir di dalam pipa sepanjang l, berjejari R,
viskositas (kekentalan) 𝜂, pada debit Q maka persamaan Poiseuille itu dinyatakan:

ղ𝑅 △𝑃
Q= ...................................................................................(5.2.2)
8 ղ𝑙

Keterangan:
Q = Debit (m), r = Jari-jari dalam pipa atau tabung (m), l = Panjang pipa
(mm), Ƞ = Koefisien viskositas (Ns/m2).
Mengacu persamaan persamaan diatas, pada R, l, dan ∆P yang sama maka
Q menjadi kecil bila 𝜂 besar. Itu disebabkan Q sebanding dengan kelajuan alir zat
cair (v) pada R yang tetap. 𝜂 Formulasi inilah yang digunakan sebagai dasar
Viskositas meter Ostwald, yaitu pengukuran 𝜂 berdasarkan kelajuan alir zat cair.

2.4 Berat dan Massa

Berat sebuah benda adalah gaya gravitasional yang dilakukan bumi padanya
berat termasuk gaya, karena itu merupakan besaran vektor. Arah dari vektor ini
adalah arah dari gaya gravitasional, yaitu menuju kepusat bumi. Jika sebuah benda
bermassa m dibiarkan jatuh bebas, percepatannya adalah percepatan gravtasi g dan
gaya yang bekerja padanya adalah gaya berat W jika kedua newton kedua.

F= m.a ………......…...……………...................................…...(5.2.3)

Keterangan:
f = Frekuensi (Hz), m = massa (kg), a = percepatan (m/s2) (A).
Diterapkan pada benda yang sedang jatuh bebas, maka diperoleh;

W = m.g ...………...…....……........................…………..………(5.2.4)

Keterangan:
W = Gaya berat (N), m = Massa (kg), g = Percepatan gravitasi (m/s²).
VISKOSITAS FLUIDA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

W dan g adalah besar vektor berat dan vektor percepatan. Untuk mencegah
agar benda jangan jatuh, harus ada gaya ke atas yang besarnya sama dengan W
upaya gaya netto sama dengan nol. Telah disebutkan sebelumnya bahwa secara
eksperimen telah diketahui bahwa harga g untuk sebuah benda di tempat yang sama
adalah sama. Dari sini diproleh bahwa perbandingan berat antara dua benda sama
dengan pebandingan massanya. Karena itu neraca kimia, yang sebetulnya
merupakan alat untuk membandingkan dua gaya yang berarah ke bawah, dapat juga
digunakan untuk membandingkan massa. Telah kita lihat bahwa berat benda, yaitu
tarikan ke bawah oleh bumi pada benda, adalah besaran vektor, sedangkan massa
benda adalah besaran skala. Hubungan kuantitatif antara berat dan massa diberikan
oleh karena g berbeda- beda dari satu titik ke titik lain di bumi, maka W, yaitu berat
benda bermassa m, berbeda juga untuk tempat yang berbeda.
Untuk mempercepat benda dalam ruang bebas gravitas atau ruang hampa,
dibutuhkan gaya yang sama dengan yang butuhkan untuk mempercepatnya
sepanjang bidang datar licin di permukaan bumi. Dalam ruang tanpa gravitasi berat
benda adalah itu sama dengan nol. walaupun inersial, yaitu massa benda tetap tidak
berubah. Dalam pesawat antariksa yang bebas dari gravitasi, tidak sukar untuk
mengangkat balok besi yang besar (W = 0), tetapi tetap saja antariksawan akan
merasa sakit kakinya harus menendang balok itu (m ≠ 0). Untuk mempercepat
benda dalam ruang bebas gravitasi dibutuhkan gaya yang sama dengan yang
dibutuhkan untuk mempercepatnya sepanjang bidang datar licin di permukaan
bumi. Tetapi untuk mengangkat benda yang sama melawan tarikan bumi
dibutuhkan gaya yang lebih besar di permukaan bumi daripada di tempat yang jauh
dari permukaan bumi karena beratnya berbeda. Seringkali yang diberitahukan
bukan massa benda, melainkan bermassa m dibiarkan jatuh bebas, percepatannya
adalah percepatan gravitasi g dan gaya yang bekerja padanya adalah gaya berat W
jika kedua newton kedua.

F W/g .……......…...……………...................................…...(5.2.5)

Keterangan:
f = Frekuensi (Hz), W = Gaya berat(N), g = percepatan (m/s2)

Diterapkan pada benda yang sedang jatuh bebas, maka diperoleh;

VISKOSITAS FLUIDA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

M = W/g .......……...…....……........................…………..………(5.2.6)

Keterangan:
W = Gaya berat (N), g = percepatan gravitasi(m/s2), m= massa (kg).
W dan g adalah besar vektor berat dan vektor percepatan. Untuk mencegah
agar benda jangan jatuh, harus ada gaya ke atas yang besarnya sama dengan W
upaya gaya netto sama dengan nol. Telah disebutkan secara eksperimen telah
diketahui bahwa harga g untuk sebuah benda di tempat yang sama adalah sama.
Karena itu neraca kimia, yang sebetulnya merupakan alat untuk dapar
membandingkan dua gaya yang berarah ke bawah, dapat juga digunakan untuk
membandingkan massa. Telah kita lihat bahwa berat benda, yaitu tarikan ke bawah
oleh bumi pada suatu benda adalah besaran vektor sedangkan massa benda adalah
besaran skala. Hubungan kuantitatif antara berat dan massa diberikan oleh karena
g berbeda- beda dari satu titik ke titik lainnya di bumi, maka W, yaitu berat benda
bermassa m. Gravitasi dipermukaan bumi adalah 9,8 m/s2.
Dalam ruang tanpa gravitasi berat benda adalah nol, walaupun inersial sama
dengan dipermukaan bumi. Dalam pesawat antariksa yang bebas dari gravitasi,
tidak sukar untuk mengangkat balok besi yang besar (W = 0), tetapi tetap saja
antariksawan akan merasa sakit kakinya harus menendang balok itu (m ≠ 0). Untuk
mempercepat benda dalam ruang bebas gravitasi dibutuhkan gaya yang sama
dengan yang dibutuhkan untuk mempercepatnya. Tetapi untuk mengangkat benda
yang sama melawan tarikan bumi dibutuhkan gaya yang lebih besar di permukaan
bumi daripada di tempat yang jauh dari permukaan bumi karena beratnya berbeda.
Seringkali yag diberitahukan bukan massa benda, melainkan ρ = Massa jenis
(g/cm3), m = Massa (kg), v = Volume (m3).
2.5.2 Berat Jenis
Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis zat dengan
massa jenis sebuah air murni. Berat jenis mempunyai rumus;
m.g/v ..……….............................................................................(5.2.7)

Keterangan:
m = massa (kg), g = Percepatan gravitasi (m/s²), v = volume (m3), w = weight
(berat) dengan satuan n/m3.

VISKOSITAS FLUIDA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

Berat jenis bisa berubah-rubah. Pada perhitungan berat jenis kita


menekankan pada berat. Sesuai dengan letak benda itu terhadap pusat bumi. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan besar gaya gravitasi bumi yang tergantung pada jarak
pusat massa terhadap bumi. Gravitasi di dua tempat tersebut berbeda, dimana
gravitasi di permukaan bumi adalah 9,8 m/s2 terkadang dibulatkan jadi 10 m/s2.
𝑊
S= ....................................................................................... (5.2.8)
𝑣

Keterangan:

S = Berat jenis dengan satuan (N/m3), W = Gaya berat (N), v = Volume


benda dengan satuan (m3).
Pola ini merupakan jenis-jenis aliran laminar, dimana lapisan fluida yang
terhalang mengalir lembut melaluinya dengan tunak. Pada laju aliran yang cukup
tinggi, atau ketika permukaan batas menyebabkan perubahan laju mendadak, aliran
menjadi tidak teratur dan kacau. Ini disebut aliran turbulen (turbulent flow). Dalam
aliran turbulent tidak terdapat pola keadaan tunak pola aliran berubah secara terus
menerus. Fluida yang apabila bergerak antara dua plat paralel maka bagian bawah
plat akan tetap diam, dan bagian atas bergerak dengan kecepatan konstan. Fluida
yang bersentuhan dengan masing-masing permukaan memiliki kecepatan yang
sama dengan permukaan. Laju aliran pada lapisan tengah fluida bertambah secara
homogen dari satu permukaan kepermukaan yang lain, sehingga lapisan fluida
meluncur dengan mulus satu sama lain atau disebut juga dengan laminar.

2.6 Hukum Stokes

Jika suatu benda bergerak dalam fluida yang memiliki viskositas, maka akan
terjadi gaya gesek diantara benda dan fluida tersebut. Sebuag benda bergerak
dengan kecepatan dalam fluida dengan nilai koefisien tertentu. Gaya tersebut
dinamakan gaya stokes. Jika benda yang bergerak dalam fluida tersebut berbentuk
bola, besarnya maka gaya stokes dirumuskan sebagai berikut:
Fs = 6πηrv .......................................................................................(5.2.9)

Keterangan:
Fs = gaya stokes (N), η = koefisien viskositas (Ns/m2), r = jari-jari bola
(m), v = kecepatan relatif bola terhadap fluida (m).

VISKOSITAS FLUIDA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

Persamaan (5.2.9) pertama kali dijabarkan oleh Sir George Stokes Tahun
1845, sehingga disebut Hukum Stokes. Bola mula-mula mendapat percepatan
gravitasi, namun beberapa saat setelah bola bergerak dengan kecepatan konstan.
Kecepatan yang tetap ini disebut kecepatan akhir (Vt), yaitu pada saat gerak bola
sama dengan gaya apung ditambah gaya gesekan fluida. Dalam pemakaian
eksperimen harus diperhitungkan beberapa syarat antara lain :
1. Ruang tempat fluida jauh lebih luas dibanding ukuran bola.
2. Tidak terjadi aliran turbulen dalam fluida.
3. Kecepatan v tidak terlalu besar sehingga aliran fluida bersifat laminer.
4. Sebuah bola padat memiliki rapat massa ρb dan berjari-jari r dijatuhkan
tanpa kecepatan awal ke dalam fluida kental memiliki rapat massa ρf, di
mana ρb>ρf. Telah diketahui bahwa bola mula- mula mendapat percepatan
gravitasi, namun beberapa saat setelah Kecepatan yang tetap ini disebut
kecepatan akhir vT atau kecepatan terminal yaitu pada saat gaya berat bola
sama dengan gaya apung ditambah gaya gesekan fluida.

2.7 Hukum Gas Ideal

Tekanan dalam sebuah fluida dalam keadaan diam didefenisikan sebagai


gaya normal persatuan luas yang diberikan pada sebuah permukaan bidang yang
terendam dalam fluida dan berbentuk tumbukan permukaan tersebut dengan sebuah
molekul-molekul fluida dari defenisinya. Tekanan mempunyai dimensi dalam
satuan SI sebagai N/m2 dalam SI, 1 N/m2.
Dalam 1 N/m2 didefenisikan pascal, disingkat Pa dan tekanan biasa
dinyatakan dalam mutlak yang berarti bahwa tekanan tersebut diukur dalam
keadaan relatif terhadap tekanan nol mutlak yaitu tekanan yang hanya terjadi dalam
ruangan hampa. Tekanan atmosfer standar permukaan laut adalah 14,696 (abs) atau
101,33kpa (abs untuk setiap perhitungan).
2.7.1 Hukum Boyle

Hasil percobaan Boyle menyatakan bahwa apabila suhu gas yang berada
dalam bejana tertutup dipertahankan tetap konstan, maka tekanan gas akan
berbanding terbalik dengan volumenya. Untuk jumlah gas ideal tetap di suhu yang
sama. pada suhunya konstan, maka diperoleh hasil persamaan sebagai berikut:

VISKOSITAS FLUIDA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

P1V1 = P2V2 ....................................................................................(5.2.10)

Keterangan:
p1 = tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2), P2 = tekanan gas pada keadaan 2
(N/m2), V1 = volume gas pada keadaan 1 (m3), V2 = volume gas pada
keadaan 2 (m3).

Gambar 5.2.3 Hubungan volume dan tekanan gas pada suhu konstan.
2.7.2 Hukum charles
Charles menyatakan bahwa jika tekanan gas yang berada dalam bejana
tertutup dipertahankan konstannya, maka volume suatu gas sebanding dengan suhu
mutlaknya. Untuk gas yang berada dalam dua keadaan dengan seimbang yang
berbeda pada suatu tekanan konstan tersebut.
2.7.3 Hukum Gay Lussac
Gay Lussac menyatakan bahwa jika volume gas yang berada dalam bejana
tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas sebanding dengan suhu
mutlaknya. Seluruh gas yang mengalami peningkatan suhu akan memiliki volume
yang sama pula Untuk gas yang berada dalam dua keadaan seimbang yang berbeda
pada volume konstan.

2.8 Hukum Archimedes

Bunyi Hukum Archimedes “bahwa setiap benda yang tercelup baik


keseluruhan maupun sebagian dalam fluida, maka benda tersebut akan menerima
dorongan gaya ke atas (atau gaya apung)”. Besarnya gaya apung yang diterima
apabila, nilainya sama dengan berat air yang dipindahkan oleh benda pada (berat =
massa benda x percepatan gravitasi) dan memiliki arah gaya yang saling bertolak
belakang (arah gaya berat kebawah, dan arah gaya apung ke atas atau gaya apung).
VISKOSITAS FLUIDA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

Hukum Archimedes menjelaskan hubungan antara gaya berat dan gaya ke atas
(gaya apung) pada suatu benda jika dimasukkan kedalam fluida. Akibat adanya
gaya angkat ke atas (gaya apung), benda yang ada di dalam fluida, beratnya akan
berkurang. Sehingga, benda yang diangkat di dalam fluida akan terasa lebih ringan
dibandingkan ketika diangkat di darat.
Dalam konsep Archimedes benda yang dimasukkan kedalam fluida
memiliki 3 kategori, yaitu:
1. Benda Tenggelam
Keadaan ini sudah terjadi saat massa jenis suatu fluida lebih kecil (Fa < w)
dari massa jenis benda. Contohnya besi atau baja akan tenggelam jika
dimasukkan ke dalam air.

Fa < W .....................................................................................(5.2.12)

Keterangan:
Fa = Gaya apung (N), W = Gaya berat (N).

Gambar 5.2.4 Benda tenggelam


2. Benda melayang
Melayang adalah keadaan terhadap suatu benda yang berada di antara
permukaan dan dasar dari zat cair. Benda dapat melayang apabila ketika
benda tersebut memiki massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair
tersebut (𝜌 b = 𝜌 c)
Fa = W .......……………………………………...........….........(5.2.1)
Keterangan:
Fa = Gaya apung(N),W = Gaya berat (N).

VISKOSITAS FLUIDA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

Gambar 5.2.5 Benda melayang.


3. Benda Terapung
Keadaan ini terjadi saat massa jenis zat cair lebih besar dari massa jenis
benda. Contohnya plastik dan steorofoam yang dimasukkan dalam air.

Fa > W ...………………………………………......................(5.2.14)

Keterangan;
Fa = Gaya apung (N), W = Gaya berat (N).

Gambar 5.2.6 Benda Terapung

Sebuah benda yang disebut terapung jika hanya sebagian benda tercelup
dalam suatu fluida, sehingga ada bagian yang muncul dipermukaan. Pada peristiwa
terapung, benda tidak seluruhnya tercelup atau tenggelam dalam fluida sehingga
tidak seluruh benda memindahkan fluida. Vf ≠ Vb sebagian benda muncul
dipermukaan fluida. Ciri benda terapung dalam zat cair volume cair. Fluida yang
dipindahkan lebih kecil oleh volume benda yang berat benda sama dengan gaya.

VISKOSITAS FLUIDA
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

VISKOSITAS FLUIDA

Anda mungkin juga menyukai