Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KARAKTERISTIK, PENERAPAN DAN PEMROSESAN


MATERIALPOLIMER
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisika Material

DOSEN PENGAMPU MATAKULIAH: Dr. Hasniah Aliah, M.Si

DISUSUN OLEH

FITRI INDAH ANGGREANI (1187030011)


RAFA FRIZKA (1167030059)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb    
                                                                             
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami ucapkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kita, sehingga kami bisa selesaikan makalah mengenai
Karakteristik, penerapan dan pemrosesan material polimer.
            Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin dengan bantuan beberapa
pihak dan perorangan yang ikut ambil bagian dalam pembuatan makalah ini. Terutama
kepada bapak dosen/pembimbing yang telah membimbing kami. Untuk itu kami
mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah membantu kami dalam menyusun
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah ini dan menjadi makalah
yang baik dan benar.
Akhir kata kami meminta semoga makalah tentang Karakteristik, penerapan dan
pemrosesan material polimer ini bisa memberi manfaat ataupun inpirasi pada pembaca.

Wasslamu’alaikum wr.wb.

Bandung, 13 Desember 2020

Tim Penyun
BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG

Zaman sekarang merupakan eranya polimer Bahan-bahan polimer alam yang


sejak dahulu telahdikenal dn dimanfaatkan, seperti kapas, wool, dan damar. Polimer
sitesis dikenalmulai tahun 1925, dan setelah hipotesis makromolekul yang dikemukakan
olehstaudinger mendapat hadiah nobel pada tahun 1955, teknologi primer
mulaiberkembang pesat. Beberapa contoh polimer sintesis yang ada dalam
kehidupansehari-hari, antara lain serat-serat tekstil poliester dan nilon, plastik polietilena
untukbotol susu, karet unutk ban mobil dan plastik poliuretana untuk jantung buatan.
Polimer merupakan salah satu bahan rekayasa non logam (non-metallic material)
yang penting. Saat ini bahan polimer telah banyak digunakan sebagai bahan substitusi
untuk logam terutama karena sifat-sifatnya yang ringan, tahan korosi dan kimia, dan
murah, khususnya untuk aplikasi-aplikasi pada temperatur rendah. Hal lain yang banyak
menjadi pertimbangan adalah daya hantar listrik dan panas yang rendah, kemampuan
untuk meredam kebisingan, warna dan tingkat transparansi yang bervariasi, kesesuaian
desain dan manufaktur.
Polimer adalah molekul besar yang tersusun secara berulang dari molekulmolekul
kecil yang saling berikatan kovalen. Molekul-molekul ini biasa disebut monomer
(Riswiyanto, 2009). Dengan bertambahnya perkembangan desain dan tekhnik di bidang
polimer, maka perkembangan akan perekat, plastik, serat dan karet juga semakin
berkembang. Perkembangan bahan polimer secara polimerisasi juga sangat maju dan
berkembang pesat, begitu juga polimerisasi polimer untuk menghasilkan perekat
(Hartomo, 1992).
Polimer sangat berpotensi untuk ditingkatkan sifat mekanik dan sifat termalnya.
Sifat mekanik yang umumnya ditingkatkan dari material polimer adalah ketangguhan.
Alasan peningkatan ketangguhan pada material polimer dikarenakan umumnya material
polimer bersifat getas. Ketahanan terhadap temperatur tinggi yang relatif rendah juga
menjadi alasan peningkatan sifat termal dari material polimer.

B. TUJUAN
1. Dapat memahami karakteristik/ sifat mekanik dari polimer
2. Dapat memahami Mekanisme Deformasi Untuk Penguatan Polimer
BAB II
ISI

A. SIFAT MEKANIK POLIMER


Sifat mekanik polimer adalah salah satu aspek yang sering banyak dipelajari.
Dengan mengetahui sifat polimer, maka akan diketahui polimer tersebut cocok untuk
digunakan dalam bidang apa saja. Sifat mekanik polimer yang paling penting yaitu kuat
tarik dan elastisitas modulus Young. Penggolongan kualitas mekanik polimer biasanya
dilakukan dengan menggunakan parameter kuat putus, kuat tekan, dan modulus Young.
Pada umumnya sifat mekanik penting untuk bahan polimer bentuk film adalah kuat lumer
(yield strength), kuat putus (strength at break), perpanjangan saat putus (elongation at
break), dan modulus Young.
Uji kuat tarik sangat penting untuk mengetahui sifat fisik dan ketahanan. Secara
umum, kuat tarik akan meningkat seiring bertambahnya panjang rantai dan ikatan silang
pada polimer. Kuat putus menunjukkan kekuatan akhir bahan polimer yang dihitung dari
beban pada saat putus dibagi luas penampang awal spesimen polimer, atau dapat
diungkapkan dalam bentuk persamaan berikut :

σ=F/A

dimana
σ = kuat putus bahan polimer (kgf/mm2)
F = beban pada saat putus (kgf)
A = luas penampang bahan polimer (mm2)

Perpanjangan saat putus (%ε) didapat dari selisih antara panjang pada saat putus
dengan panjang mula-mula dan dibagi dengan panjang mula-mula atau dapat
diungkapkan dalam bentuk persamaan:

%ε = [ΔL / Lo] x 100

Bila kecepatan tarik diperkecil, maka perpanjangan bahan akan bertambah, yang
mengakibatkan kurva tegangan–regangan menjadi landai sehingga modulus elastiknya
menjadi kecil dan batas lumernya tidak jelas. Kecenderungan ini sangat terlihat pada
bahan yang fleksibel pada suhu kamar.
Makin tinggi kecepatan tarik maka kuat putus dan modulus elastiknya makin
besar, sedangkan perpanjangan menjadi kecil. Dengan demikian kecepatan tarik
memberikan pengaruh besar pada sifat mekanik bahan polimer. Oleh karena itu,
persyaratan yang ketat harus diperhatikan untuk setiap pengujian suatu bahan polimer.
Pengaruh temperatur terhadap kekuatan tarik polimer termoplastik adalah sangat
besar. Jika temperatur dinaikkan maka kekuatan tarik bahan polimer akan turun. Pada
batas temperatur tertentu (temperatur lunak, temperatur transisi gelas), deformasi karena
tarikan akan meningkat dengan cepat, sedangkan kuat putus dan modulus elastiknya akan
menurun.Sebaliknya di bawah temperatur tersebut kuat putus dan modulus elastik akan
meningkat dan perpanjangan pada saat putus akan menurun. Jadi, dalam penentuan sifat
mekanik bahan polimer perlu diperhatikan temperatur transisi tersebut (temperatur lunak,
temperatur transisi gelas) agar dapat diketahui sifat mekanik bahan polimer yang
sesungguhnya.
Pada umumnya pengaruh kelembaban terhadap kekuatan tarik serupa dengan
pengaruh temperatur. Meningkatnya kadar air yang terabsorpsi cenderung menghasilkan
kurva tegangan-regangan yang serupa dengan pengaruh temperatur. Dengan
meningkatnya air yang terabsorpsi maka kuat putus dan modulus elastik bahan akan
menurun, sedangkan perpanjangan saat putus akan meningkat. Polimer temoset dan
termoplastik umumnya tidak bersifat higroskopis, sehingga pengaruh kelembaban tidak
dapat diamati. Akan tetapi, seringkali diamati bahwa adanya air dalam jumlah sedikit
dapat menyebabkan terjadinya pengurangan modulus elastik.

Tegangan-Regangan
Polimer menunjukkan berbagai perilaku tegangan-regangan seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah. Polimer getas (kurva merah) secara elastis berubah
bentuk dan patah sebelum mengalami deformasi secara plastis. Kurva biru adalah polimer
plastik dan mirip dengan kurva untuk banyak logam. Perilakunya dimulai di daerah
deformasi elastis linier. Saat kurva transisi dari deformasi elastis ke plastis biasanya
terdapat tegangan puncak. Untuk bahan polimer, tegangan puncak ini diidentifikasikan
sebagai tegangan leleh. Saat material ditarik lebih jauh, fraktur terjadi. Nilai tegangan
saat terjadi fraktur didefinisikan sebagai kekuatan tarik bahan polimer. Kekuatan tarik
bisa lebih besar dari, sama dengan, atau kurang dari kekuatan luluh. Kurva hijau adalah
kelas polimer yang dikenal sebagai elastomer. Bahan-bahan ini menunjukkan elastisitas
seperti karet dan akan kembali ke bentuk dan bentuk aslinya kecuali jika diperpanjang
hingga titik patahan.
Gambar 1. Sifat mekanik polimer: perilaku tegangan-regangan.
Beberapa kurva tegangan-regangan untuk polimer mungkin terlihat mirip dengan logam,
polimer secara mekanis berbeda dari logam (atau keramik). Polimer yang sangat elastis
dapat meregang lebih dari 10 kali panjang aslinya sebelum putus, sementara logam dapat
meregang secara elastis 10% dari panjang aslinya secara elastis dan dapat meregang
secara plastik untuk menggandakan panjang aslinya sebelum mencapai titik patahannya.
Seperti yang terlihat pada gambar di bawah, nilai modulus elastisitas terbesar untuk
polimer berada jauh di bawah nilai untuk keramik dan logam.

B. MEKANISME DEFORMASI UNTUK PENGUATAN POLIMER

Deformasi adalah perubahan bentuk atau ukuran objek yang terjadi karena adanya
gaya pada material tersebut. Deformasi dapat berupa hasil dari gaya tarik, tekan, geser,
atau torsi (memutar). Deformasi sering digambarkan sebagai strain,deformasi terjadi
akibat internal antar-molekul yang muncul dari kekuatan-kekuatan yang menentang gaya
diterapkan pada material. Jika gaya yang diberikan tidak terlalu besar, kekuatan-kekuatan
ini mungkin cukup untuk menolak kekuatan, tetapi jika gaya diterapkan yang lebih besar
dapat menyebabkan deformasi permanen dari objek atau bahkan kegagalan struktural.
Pengaruh terjadinya strain pada kerja alat adalah penting. Umumnya, mengurangi
kecepatan terjadinya deformasi memiliki pengaruh yang sama pada karakteristik stress-
strain dengan menaikkan suhu sehingga bahan menjadi lebih lunak dan bisa dibentuk.

Makroskopik Deformasi
Beberapa aspek makroskopik deformasi polimer semikristal patut kita perhatikan.
Kurva tarik antara tegangan dan regangan untuk bahan semikristal yang awalnya tidak
mengalami deformasi. Diatas titik luluh, bentuk leher kecil di dalam bagian alat ukur.
Rantai mengalami orientasi yaitu rantai sumbu menjadi sejajar dengan arah pemanjangan
yang mengarah pada penguatan lokal. Akibatnya, ada perlawanan untuk mengalami
deformasi pada titik ini dan hasil pemanjangan lastic oleh propagasi daerah leher ini
sepanjang panjang ukur, orientasi rantai fenomena menyertai ekstensi pada leher.
Viskoelastisitas
Viskoelastisitas adalah karakteristik mekanis gabungan antara liquid dan polimer
pada lastic ure yang tinggi. Contoh ekstrem viskoelastisitas dapat ditemukan pada
sebuah lastic polimer. Perilaku elastisitas stress-strain yang diikuti regangan bergantung
waktu suatu bentuk tidak lastic. Ketika meluncur ke bola dan jatuh ke permukaan
horizontal, memantul lastic dan laju deformasi selama bounce yang sangat cepat. Di sisi
lain, jika ditarik dalam ketegangan dengan menerapkannya secara bertahap untuk
meningkatkan stress, materi berelongasi atau mengalir seperti cairan yang sangat kental.
Untuk bahan-bahan viskoelastisitas lain, laju regangan menentukan apakah deformasi
tersebut merupakan deformasi lastic atau kental.

Fraktur Polimer
Kekuatan retak bahan polimer lastic rendah jika dibandingkan dengan logam
maupun keramik. Pada umumnya, sifat polimer lastic ure g rapuh. Dalam istilah
sederhana, selama proses fraktur, bentuk retakan di konsentrasi local stress misalnya
goresan, takik. Seperti logam stress diperkuat di ujung retakan ini menuju perambatan
retak dan patah. Struktur crosslinked putus selama fraktur. Untuk polimer
termoplastik,memiliki sifat yang dapat dibentuk dan rapuh. Faktor yang mengakibatkan
terjadinya fracture adalah penurunan suhu, peningkatan laju regangan, kehadiran takik
tajam, peningkatan ketebalan lastic dan setiap modifikasi struktur polimer yang
meningkatkan suhu transisi gelas (Tg). Kaca termoplastik rapuh dibawah lastic ure
gelas. Namun ketika suhu dinaikkan akan dapat dibentuk. Suatu fenomena yang sering
mendahului fracture di beberapa polimer termoplastik adalah crazing. Crazes merupakan
daerah deformasi lastic.

Berdasarkan jenis bahan, ukuran dan geometri objek, kekuatan yang diterapkan,
deformasi terdiri dari dua jenis yaitu deformasi elastik dan plastik
a. Deformasi Elastik
Deformasi elastik terjadi bila sepotong logam atau bahan padat dibebani gaya. Bila
beban berupa gaya tarik, benda akan bertambah panjang; setelah gaya ditiadakan, benda
akan kembali ke bentuk semula. Sebaliknya, beban berupa gaya tekan akan
mengakibatkan benda menjadi pendek sedikit. Regangan elastik adalah hasil dari
perpanjangan sel satuan dalam arah tegangan tarik, atau kontraksi dari sel satuan dalam
arah tekanan. Bila hanya ada deformasi elastis, regangan akan sebanding dengan
tegangan. Perbandingan antara tegangan dan regangan disebut modulus elastisitas
(modulus Young), dan merupakan karakteris-tik suatu logam tertentu. Makin besar gaya
tarik menarik antar atom logam, makin tinggi pula modulus elastisitasnya. Setiap
perpanjangan atau perpendekan struktur kristal dalam satu arah tertentu, karena gaya
searah, akan menghasilkan perubahan dimensi dalam arah tegak lurus dengan gaya tadi.
b. Deformasi Plastik
Pada deformasi plastik terjadi bila sepotong logam atau bahan padat dibebani gaya.
Logam akan mengalami perubahan bentuk, dan setelah gaya 3 ditiadakan, terjadi
perubahan bentuk permanen. Hal ini terjadi akibat sliding antar bidang atom, dan atau
ikatan atom-atomnya pecah

Karakteristik Mekanik Lainnya


a. Dampak Kekuatan
Tingkat ketahanan bahan polimer terhadap beban tekan perlu diperhatikan. Metode yang
dipakai untuk mengukur beban tekan adalah Izod atau tes Charpy. Seperti logam, polimer
bisa dibentuk atau patahan yang rapuh merupakan dampak di bawah kondisi beban tekan
tergantung pada suhu, spesimen ukuran, laju regangan dan cara pemuatan. Semikristal
dan polimer amorf rapuh pada temperatur rendah dan memiliki kekuatan pengaruh yang
relatif rendah. Namun bisa dibentuk untuk rapuh.
b. Fatigue
Polimer mungkin mengalami kegagalan dalam kondisi fatigue siklik saat terjadinya
loading. Seperti logam, fatigue terjadi pada tingkat stres yang rendah relatif terhadap
kekuatan luluh. Pengujian fatigue dalam polimer belum ekstensif hampir sama seperti
logam, namun fatigue diplot dengan cara yang sama untuk kedua jenis bahan dan hasil
kurva memiliki bentuk umum yang sama. Fatigue kurva untuk beberapa polimer umum
seperti stress versus jumlah siklus kegagalan. Beberapa polimer memiliki batas fatigue.
Seperti yang diharapkan kekuatan fatigue dan batas fatigue untuk bahan polimer jauh
lebih rendah dibandingkan dengan logam. Perilaku fatigue polimer jauh lebih peka
terhadap frekuensi daripada pada logam. Polimer pada frekuensi tinggi atau relatif besar
tegangan dapat menyebabkan daerah pemanasan mengalami kegagalan disebabkan oleh
pelunakan dari bahan yang bukan sebagai proses fatigue. .
c. Tear Strength and hardness
Sifat mekanik lain yang kadang-kadang berpengaruh pada kesesuaian suatu polimer
untuk beberapa aplikasi adalah strength dan hardness. Tear strength, parameter mekanis
yang diukur adalah energi yang dibutuhkan untuk memecah belah pemotongan spesimen
yang memiliki standar geometri. Besarnya strength tarik saling berhubungan. Seperti
logam, kekerasan merupakan bahan perlawanan terhadap menggaruk, penetrasi, maan
seterusnya. Polimer lebih lembut dari logam dan keramik dan sebagian besar tes
kekerasan dilakukan oleh teknik penetrasi. Untuk polimer digunakan tes rockwell.

Deformasi dan Mekanisme untuk Memperkuat Polimer


Kekakuan dan kekuatan semycristalline penting untuk diperhatikan, mekanisme
terjadinya deformasi plastis dan elastis akan dibahas dibawah ini. Deformasi Polimer
Semikristal Banyak polimer semikristal dalam bentuk bulk memiliki struktur spherulitic
yang terdiri dari banyak rantai-pita dilipat atau lamel yang memancar ke luar dari pusat.
Mekanisme deformasi elastis polimer yang relatif rendah terjadi pada tingkat stress pada
kurva tegangan dan regangan. Terjadinya deformasi elastis untuk semikristal merupakan
hasil dari rantai polimer molekul dalam daerah amorf. Sedangkan mekanisme deformasi
plastik transisi dari elastis ke deformasi plastis terjadi pada tahap tiga. Deformasi
semikristal tarik polimer menghasilkan struktur yang sangat berorientasi. Proses orientasi
ini disebut sebagai menggambar dan umumnya yang digunakan untuk memperbaiki sifat
mekanik polimer serat dan film. Selama deformasi yang spherulites perubahan bentuk
untuk tingkat moderat dari elongasi. Namun untuk deformasi besar maka struktur
spherulitic hampirhancur. Jika deformasi dihentikan pada suatu tahap dan spesimen
dipanaskan ke suhu tinggi titik lelehnya dekat.

Deformasi Elastomer
Salah satu yang menarik dari sifat elastomerik bahan karet adalah memiliki
kemampun untuk menjadi cacat deformasi yang cukup besar dan kemudian kembali ke
bentuk semula. Ini hasil dari silang dalam polimer yang memberikan kekuatan untuk
mengembalikan rantai yang undeformed konformasi. Elastomeric perilaku mungkin
pertama kali diamati pada karet alam, telah membawa sintesis sejumlah besar elastomer
dengan berbagai sifat.

C. KRISTALISASI, MELTING, DAN FENOMENA TRANSISI GELAS PADA


POLIMER

Kristalisasi
Kristalisasi merupakan pemisahan padat-cair teknik, di mana transfer massa zat
terlarut dari larutan cair murni fase kristalin padat terjadi.
a. Proses Kristalisasi
Proses kristalisasi terdiri dari dua peristiwa besar, nucleasi dan pertumbuhan
kristal. Nucleasi adalah langkah di mana terlarut molekul terdispersi dalam pelarut mulai
mengumpul di dalam cluster, pada skala nanometer yang stabil di kondisi operasi
tertentu. Kelompok yang stabil ini merupakan inti. Ukuran kritis ditentukan oleh kondisi
operasi (suhu, jenuh, dll). Ini merupakan tahap nukleasi yang mengatur atom dan
periodik dengan cara yang mendefinisikan struktur kristal. Struktur kristal adalah istilah
khusus yang mengacu pada susunan relatif atom, bukan sifat-sifat makroskopik kristal
(ukuran dan bentuk), meskipun mereka adalah hasil dari internal struktur kristal.
Pertumbuhan kristal berikutnya adalah pertumbuhan inti yang berhasil mencapai
ukuran cluster kritis. Nucleasi dan pertumbuhan terus terjadi secara simultan sementara
tersedia secara jenuh. Jenuh adalah kekuatan pendorong dari kristalisasi, maka laju
pertumbuhan nukleasi dan didorong oleh jenuh yang ada dalam larutan. Tergantung pada
kondisi, baik nukleasi maupun pertumbuhan dominan lain ialah kristal dengan berbagai
ukuran dan bentuk yang diperoleh (kontrol ukuran dan bentuk kristal merupakan salah
satu tantangan utama di industri manufaktur, seperti untuk obat-obatan ). Setelah fasa
jenuh selesai, padat-cair sistem mencapai keseimbangan dan kristalisasi selesai, kecuali
kondisi operasi yang dimodifikasi dari kesetimbangan sehingga larutan jenuh lagi.
Banyak senyawa memiliki kemampuan untuk mengkristal dengan berbagai
struktur kristal yang disebut polymorphism. Setiap polymorph sebenarnya adalah
termodinamik yang berbeda dan keadaan padat polymorph kristal senyawa yang sama
menunjukkan sifat-sifat fisik yang berbeda, seperti pembubaran menilai, bentuk (sudut
antara aspek dan segi tingkat pertumbuhan), titik lebur, dll Untuk alasan ini,
polimorfisme adalah sangat penting dalam industri pembuatan produk kristal.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekristalan:


1. Larutan polimer Jika larutan polimer encer maka jarak antara satu molekul dengan
molekul yang lain dalam rantai polimer saling berjauhan. Akibatnya ruang rantai tidak
bersifat kristal. Jika polimer pekat, maka jarak antara molekulnya saling berdekatan
sehingga mengakibatkan keteraturan ruang yang lebih bersifat kristal.
2. Gaya antar rantai - Efek induksi Antara dua atom yang saling berikatan satu sama lain
akan tertarik ke atom yang memiliki keelektronegativan yang lebih tinggi. Contoh: -
Gaya London Gaya yang terjadi akibat tidak tersebar meratanya elektron di seputar
intinya karena lebih banyak elektron pada satu sisi daripada sisi lainnya sehingga terjadi
tarikan antar rantai. - Ikatan Hidrogen Ikatan yang terjadi antara atom O dan atom H. -
Ikatan intra molekul dan antar molekul adalah ikatan hidrogen yang terjadi antara gugus -
gugus pada rantai yang sama.
3. Derajat kekristalan Derajat kekristalan dapat ditentukan dengan cara hamburan sinar-
X.
4. Keteraturan struktur molekul
5. Taksisitas

Polymer Melting Temperature


Polimer yang berbeda memiliki titik leleh (melting temperature) dan titik glass
transisi temperature (glass temperature) yang berbeda. Banyak plastik yang dibentuk
dengan pemanasan  sampai menjadi fleksibel /lembut/ rubbery menyerupai karet, dan
kemudian dibentuk dengan cetakan, compression forming, vacuum forming, stamping,
atau dengan cara lainnya. Sulit untuk melakukan hal ini secara manual, karena
membutuhkan instrument yang dapat mengontrol suhu dan harus didapatkan suhu yang
merata pada semua sisi bagian plastik.  
Jika plastik dipanaskan jauh di atas titik leleh, struktur polimer menjadi
terdekomposisi ditunjukkan dengan warna gelap atau gosong. Karena sifat plastik
merupakan konduktor panas yang buruk dan juga memiliki tingkat higroskopisitas, sulit
untuk mendapatkan seluruh sampel memiliki panas yang merata. Ketidakmerataan panas
pada setiap sisi plastik akan menyebabkan adanya beda tegangan, hal ini bisa
menimbulkan resiko retak, bila kita memaksakannya pada saat pembentukan/ forming.
Untuk itu biasanya sebelum pembentukan, plastik harus dikondisikan sehingga memiliki
tegangan yang sama pada semua sisinya, hal seperti ini disebut dengan
proses annealing (akan dibahas pada posting lainnya).
Pengetahuan titik leleh plastik biasanya digunakan untuk proses manufacture plastik yang
dibuat melalui bijih plastik yang dimasukkan ke dalam mesin extruder untuk dicetak
dalam die cast molding. Sedangkan pengetahuan  Tg (temperature glass) biasanya akan
dimanfaatkan untuk proses pembentukan plastik dari bentuk semifinished (lembaran
plastik) ke dalam mesin oven untuk mengikuti bentuk molding baik secara vacuum
forming maupun compression forming.

Gambar 2. table jenis plastik dengan suhu titik lelehnya, ini hanya berlaku untuk virgin
polimer (polimer murni tanpa tambahan additive dan filler), additive dan filler akan
mempengaruhi kondisi titik lelehnya.

Transisi Gelas

Salah satu keunikan yang dimiliki material polimer adalah adanya transisi gelas.
Transisi gelas ini terjadi pada temperatur tertentu yang disebut temperatur transisi gelas
(Tg) dan berbeda untuk setiap polimer, sehingga sering menjadi salah satu acuan dalam
karakterisasi polimer. Tg ini berbeda dengan Tm (titik leleh, melting point). Lalu apakah
arti dari transisi gelas itu? transisi gelas dapat diartikan sebagai perubahan fisik polimer
dari rubbery/ plastis menjadi glassy. Ketika suatu polimer berada pada kondisi di bawah
Tg-nya, polimer tersebut akan menjadi keras namun rapuh seperti gelas. Dan sebaliknya,
apabila berada pada kondisi di atas Tg polimer akan plastis dan fleksibel.
Ada polimer yang memiliki Tg di atas temperatur ruang dan ada pula yang Tg-
nya di bawah temperatur ruang. Plastik yang keras seperti polistirena dan poli(metal
metakrilat) memiliki Tg di atas temperatur ruang, sekitar 100oC. Jadi pada temperatur
ruang, polistirena berada pada kondisi glassy.Kita bisa lihat kotak makanan dari
Styrofoam, salah satu contoh polistirena, pada temperatur ruang bentuknya tertentu
(keras/ kaku) namun rapuh dan apabila dipanaskan akan menjadi plastis dan akhirnya
meleleh. Pada saat menjadi plastis berarti telah melewati Tg dan ketika mulai meleleh
berarti telah melewati Tm. Contoh lain, poliisoprena yang biasa kita sebut karet, memiliki
Tg -70oC, sehingga pada temperatur ruang berada dalam bentuk rubbery yang fleksibel
karena berada di atas Tg-nya.
Transisi gelas ini hanya terjadi pada polimer yang amorf. Namun terkadang polimer
kristalin memiliki sejumlah porsi tertentu yang amorf, sehingga akan memiliki Tg yang
berasal dari bagian polimer yang amorf. Kadang didapati juga polimer memiliki Tg yang
lebih tinggi dari harga yang seharusnya. Ini disebabkan karena polimer tersebut ditambah
dengan suatu zat yang disebut plastisizer. Adanya plastisizer akan menurunkan Tg,
sehingga polimer menjadi lebih plastis atau lebih mudah dicapai kondisi plastisnya.
Plastisizer adalah molekul kecil yang akan berada diantara rantai polimer sehingga rantai-
rantai polimer menjadi lebih mudah bergerak. Nitrobenzene dan karbon disulfida adalah
contoh plastisizer yang umum digunakan.
Tinggi rendahnya Tg berkaitan dengan struktur (flexibility backbone) yang
dimiliki polimer. Polimer dengan struktur yang sulit bergerak (rigid) akan memiliki Tg
yang tinggi. Pada polimer yang rigid diperlukan panas yang lebih banyak untuk
menjadikannya mudah bergerak sehingga mencapai bentuk rubbery. Dan berlaku
sebaliknya. Contoh polimer yang memiliki struktur rigid adalah poli(fenilen sulfon).
Polimer ini tidak memiliki Tg, bahkan jika dipanaskan sampai 500 OC pun akan
tetap glassy. Dan akan mengalami dekomposisi sebelum mencapai Tg-nya. Sebaliknya,
polidimetilsiloksan (PDMS) adalah contoh polimer yang memiliki struktur yang fleksibel
dengan Tg -127oC. Pada temperatur ruang PDMS berwujud cair yang sering digunakan
sebagai pengental pada shampoo dan conditioner. Untuk mengetahui Tg suatu polimer
dapat digunakan Differential Scanning Calorimetry (DSC)..
Faktor yang mempengaruhi pelelehan dan tansisi gelas oleh suhu
Selama peleburan polimer akan terjasi penataan ulang molekul di dalam
transformasi dari keadaan molekuler teratur menjadi tidakteratur. Kimia molekuler dan
struktur akan mempengaruhi kemampuan molekul rantai polimer untuk membuatnya,
oleh karena itu akan mempengaruhi suhu leleh. Kekauan rantai yang di kontrol oleh
kemudahan perputaran bahan kimia ikatan di sepanjang rantai,memiliki efek yang jelas.
Adanya ikatan rangkap dan gugus aromatik pada tulang punggung polimer menurunkan
fleksibilitas rantai san menyebabkan peningkatan, selanjutnya ukuran dan jenis kelompok
samping mempengaruhi rotasi rantai kebebasan dan fleksibilitas yang bear atau
cenderung membatasi rotasi molekul dan membesarkan misalnya polypropylene memiliki
suhu leleh yang lebih tinggi daripadda polietilen.
Kelompok sisi metil(CH3) untuk polypropylene lebih besar dari atom H yang
ditemukan pada polietilen. Kehadiran dari gugus kutub yaitu (cl,OH,dan CN) meskipun
tidak terlalu besaar mengaruh ke signifikan gaya ikatan antarmolekul dan relatif tinggi
dapat diverifikasi dengan membandingkan suhu leleh polypropylene dan poli (vinil
klorida). Temperatur leleh polimer juga akan bergantung pada berat molekul,pada
berat ,olekul yang relatif rendah, peningkatan(atau oanjang rantia) meningkat, selanjutnya
peleburan polimer terjadi pada kisaran suhu dan dengan demikian akan ada kisaran bukan
satu peleburan suhu. Setiap polimer akan tersusun dari molekul yang memiliki berbagai
berat molekul,dan kaena bergantung pada molekul bobot. Untuk kebanyakan
polimer,kisaran suhu leleh ini biasanya akan menyala dalam urutan beberapa derajat
celcius. Derajat percabangan juga akan mempengaruhi suhu leleh suatu
polimer,pengenalan cabang samping menyebabkan cacat pada bahan kristal dan
menurunkan suhu leleh suatu polimer pengenalan cabang damping menyebabkan cacat
pada bahan kristal dan menurunkan suhu leleh. Polietilen dengan kerapatan tinggi
menjadi yang utama polimer linier,memiliki suhu leleh yang lebi tinggi,daripada
kepadatan rendah polietilen ang meimiliki beberapa percabangan.
Suhu transisi gelas
Setelah pemanasan melalui suhu transisi gelas,polimer padat amorf berubah dari
kkondisi kaku menjadi kenyal. Sejalan dengan itu,molekul yang ada hampir dibekukan
pada posisi bawah mulai mengalai rotasi dengan translasi gerakan diatas,jadi nilai
temperatur transisi gelas akan tergantung karakteristik molekuler yang memperngaruhi
kekuatan rantai,sebagian besar faktor ini dan faktor pengaruhhhnya sama dengan suhu
leleh. Fleksibilitas rantai berkurang dan ditingkatkan drngan adanya hal berikut:
1. Kelompok samping yang besar ,nilai masing-masing untuk polipropilen dan
polistiren
2. Kellompok kutub,misalnya nilai poli(vinil klorida) dan polippropilen
3. Ikatan ranfkap dan gugus aromatik pada tulang punggung yang cenerung
mengeras rantai polimer.
Peningkatan berat molekul juga cenderung menikan suhu transisi gelas,sejumlah
percabangan akan cenderung lebih rendah di sisi lian,kepadatan cabang yang itnggi
mengurangi mobilitas rantai,dan meningkatkan suhu transisi gelas. Beberpa polimer
amorf trikat silang,yang telah diamati untuk mningkatkan ikatan silang membatasi
gerakan molekuler kepadatan ikatan silang yang tinggi ,gerakan molekuler hampir tidak
diizinkan,sejauh polimer iini tidsk mengalami transisi gelas atau pelunakan yang
menyertainya. Dari pembahasan sebelumnya terbukti bahwa molekul dasarnya sama
karakteristik menaikkan dan menurunkan suhu leleh dan transisi kaca. Biasanya nilai
terletak di antara 0,5 dan 0,8 (dalam Kelvin).
Karena itu,bagi seorang homopolimer, tidak mungkin untuk secara independen
memvariasikan keduanya dan tingkat kendali yang lebih besar atas kedua parameter ini
dimungkinkan dengan sintesis dan pemanfaatan bahan kopolimer. Ada berbagai bahan
polimer yang kita kenal dan temukan secara luas variasi aplikasi Faktanya, salah satu cara
untuk mengklasifikasikannya adalah menurut kegunaan akhirnya. Dalam skema ini
berbagai jenis polimer termasuk plastik, elastomer (atau karet), serat, pelapis, perekat,
busa, dan film. Tergantung pada propertinya,polimer tertentu dapat digunakan dalam dua
atau lebih kategori aplikasi ini. Misalnya, plastik, jika dihubungkan silang dan digunakan
di atas suhu transisi kacanya,dapat membuat elastomer yang memuaskan. Atau bahan
serat dapat digunakan sebagai plastik jika tidak ditarik menjadi filamen.

Platik
Mugkin jumlah terbesar dari bahan polimer yang berbeda berada di klasifikasi
plastik. Plastik adlah bahan yang memiliki kekakuan struktural di bawah beban,dan
digunakan dalam tujuan umum. Polyethylene, polypropylene, poly (vinyl klorida),
polistiren, dan fluorokarbon, epoksi, fenolat, dan poliester dapat semuanya
diklasifikasikan sebagai plastik. Mereka memiliki berbagai macam kombinasi properti.
Beberapa plastik sangat kaku dan rapuh).
Lainnya fleksibel, menunjukkan deformasi elastis dan plastis saat ditekan, dan
terkadang mengalami deformasi yang cukup besar sebelum fraktur. Polimer yang
termasuk dalam klasifikasi ini mungkin memiliki derajat kristalinitas, dan semua struktur
dan konfigurasi molekul (linier, bercabang, isotaktik, dll.) adalah bisa jadi. Bahan plastik
bisa berupa termoplastik atau termoseting sebenarnya, ini adalah cara mereka biasanya
disubklasifikasi. Namun, untuk dipertimbangkan sebagai plastik, polimer linier atau
bercabang harus digunakan di bawah suhu transisi kacanya (jika amorf) atau di bawah
suhu lelehnya (jika semikristalin), atau harus cukup bertaut silang untuk mempertahankan
bentuknya. Nama dagang, karakteristik, dan aplikasi khas untuk sejumlah plastik.
Beberapa plastik menunjukkan sifat yang sangat luar biasa. Untuk aplikasi di yang
transparansi optiknya penting, polistiren dan poli (metil metakrilat) adalah sangat cocok;
Namun, sangat penting bahwa materi tersebut sangat amorf atau, jika semikristalin,
memiliki kristalit yang sangat kecil. Fluorokarbon memiliki koefisien yang rendah
gesekan dan sangat tahan terhadap serangan sejumlah bahan kimia, bahkan pada suhu
yang relatif tinggi. Mereka digunakan sebagai pelapis pada peralatan masak
antilengket,pada bantalan dan bushing, dan untuk komponen elektronik suhu tinggi.

Elastomer
Karakteristk dan mekanisme deformasi elastomer telah ditangani sebelumnya.
Pembahasan ini berfokus pada jenis bahan elastomer. Pada tabel 15.4 mencatumkan
properti dan aplikasi elastomer umum,properti ini khas dan tentu saja bergantung pada
tingkat vulkanisasi dan sebagainya apakah ada penguatan yang digunakan. Karet alam
massih banyak dimanfaatkan karena memiliki kombinasu luar biasa dari properti yang
diinginkan, namun elastomer sintetik terpenting adalah SBR,yang digunakan terutama di
ban mobil,diperkuat dengan karbin hitam.
fibers
Polimer serat mampu ditarik setidaknya memiliki filamen oanjang rasio ke diameter
100:1. Sebagian besar polimer serar komersial digunakan dalam industri tekstil,ditenun
atau di rajut menjadi kain,selain itu aramid serat sigunaakn dalam material
komposit,barguna sebagia tekstil bahan,polimer serat harus memiliki sejumlah fisik dan
kiimia yang agak terbatas. Saat digunakan serat dapat mengalami bebagai mekanis
deformasi peregenagan,puntiran,pemotongan dan abrasu. Akibatnya mereka memiiliki
kekuatan tarik yang tinggi pada rentang tempertaur yang relatif lebih luas dan tinggi
modulus elasitisitas,serta ketahanan abrasi. Properti ini diatur oleh kimia dari rantai
polimer dan juga dengan proses penarikan serat. Berat molekul bahan serat harus relatif
tinggi atau cair bahan akan terlalu lemah dan akan pecah selama proses meggambar juga
karena kekuatan tarik meningkat dengan derajaat kristalinitas,struktur dan konfigurasi
rantai harus memungkinkan produksi polimer yang sangat kristal. Gugus kutub dalam
polimer juga meningkat,sifat pembentuk serat dengan meningkatkan kristalinitas dan
antarmolekul kekuatan di antara rantai. Kemyamaan dalam mencuci dan merawat pakain
sangat bergantung pada sifat polimer serat,yaitu suhu leleh dan transisi gelasnya. Selain
itu,polimer serat harus menunjukkan stabilitas kimiawi yang lebih baik seperti berbagai
macam lingkungan,termasuk asam,basa,pemutih,pelarut pembersih kering dan sinar
matahri selain itu, mereka harus relatif tidak mudah terbakar dan dapat diterima untuk
pengeringan.
NBR,yang sangat tahan terhadap degradasi dan bengkak adalah elastomer sintetis
umum lainnya. Untuk aplikasi lain misalnnya ban mobil,sifat mekani genap karet
vulkanisir tidak memuaskan dalam hal kekuatan tarik,abrasi dan ketahanan sobek dan
kekakuan. Karakteristik ini dapat lenih di tingkatkan dengan aditif seperti karbin hitam.
Akhirnya, beberapa penyebutan harus dilakukan tentang karet silikon. Untuk bahan-
bahan ini,rantai tulang punggung terbuat dari atom silikon dan oksigen bergantian: di
mana R dan R’ mewakili atom terikat samping seperti hidrogen atau kelompok atom

seperti CH3. Misalnya, polidimetilsiloksan memiliki satuan pengulangan

fibers
Polimer serat mampu ditarik setidaknya memiliki filamen oanjang rasio ke
diameter 100:1. Sebagian besar polimer serar komersial digunakan dalam industri
tekstil,ditenun atau di rajut menjadi kain,selain itu aramid serat sigunaakn dalam material
komposit,barguna sebagia tekstil bahan,polimer serat harus memiliki sejumlah fisik dan
kiimia yang agak terbatas. Saat digunakan serat dapat mengalami bebagai mekanis
deformasi peregenagan,puntiran,pemotongan dan abrasu. Akibatnya mereka memiiliki
kekuatan tarik yang tinggi pada rentang tempertaur yang relatif lebih luas dan tinggi
modulus elasitisitas,serta ketahanan abrasi. Properti ini diatur oleh kimia dari rantai
polimer dan juga dengan proses penarikan serat.
Berat molekul bahan serat harus relatif tinggi atau cair bahan akan terlalu lemah
dan akan pecah selama proses meggambar juga karena kekuatan tarik meningkat dengan
derajaat kristalinitas,struktur dan konfigurasi rantai harus memungkinkan produksi
polimer yang sangat kristal. Gugus kutub dalam polimer juga meningkat,sifat pembentuk
serat dengan meningkatkan kristalinitas dan antarmolekul kekuatan di antara rantai.
Kemyamaan dalam mencuci dan merawat pakain sangat bergantung pada sifat polimer
serat,yaitu suhu leleh dan transisi gelasnya. Selain itu,polimer serat harus menunjukkan
stabilitas kimiawi yang lebih baik seperti berbagai macam lingkungan,termasuk
asam,basa,pemutih,pelarut pembersih kering dan sinar matahri selain itu, mereka harus
relatif tidak mudah terbakar dan dapat diterima untuk pengeringan.

Beragam cara pengaplikasian

Pelapis
Pelapis sering diterapkan pada permukaan bahan untuk melayani satu atau lebiih
bahan dam mepunyai fungsi berikut: (1) untuk melindungi item dari lingkungan yang
mungkin menghasilkan reaksi korosif atau deterioratif; (2) untuk meningkatkan
penampilan item; dan (3) untuk menyediakan isolasi listrik. Banyak bahan dalam bahan
pelapis adalah polimer, yang sebagian besar berasal dari organik. Lapisan organik ini
termasuk dalam beberapa klasifikasi yang berbeda, sebagai berikut: cat, varnish, enamel,
lacquer, dan shellac. Banyak pelapis umum adalah lateks. Lateks adalah suspensi kecil
yang stabil partikel polimer tidak larut yang terdispersi dalam air. Bahan-bahan ini telah
menjadi semakin populer karena tidak mengandung pelarut organik dalam jumlah besar
yang dilepaskan ke lingkungan — artinya, mereka memiliki senyawa organik yang
mudah menguap (VOC) emisi. VOC bereaksi di atmosfer menghasilkan kabut asap.
Besar Pengguna pelapis seperti pabrikan mobil terus mengurangi VOC mereka emisi
untuk mematuhi peraturan lingkungan.
Perekat
Perekat adalah zat yang digunakan untuk mengikat permukaan dua bahan padat
(disebut "adherends"). Ada dua jenis mekanisme ikatan: mekanis dan bahan kimia.Untuk
mekanis ada penetrasi perekat yang sebenarnya ke dalam pori-pori permukaan dan celah-
celah. Ikatan kimiawi melibatkan gaya antarmolekul antar perekat dan melekat, gaya
mana yang mungkin kovalen dan / atau van der Waals; derajat van der Ikatan waals
ditingkatkan bila bahan perekat mengandung gugus kutub. Meskipun perekat alami (lem
hewan, kasein, pati, dan damar) masih digunakan untuk banyak aplikasi, sejumlah bahan
perekat baru yang didasarkan pada polimer sintetik telah dikembangkan; ini termasuk
poliuretan, polisiloksan (silikon),poksi, polimida, akrilik, dan bahan karet. Perekat dapat
digunakan untuk bergabung berbagai macam bahan yaitu. logam, keramik, polimer,
komposit, kulit, dll dan pilihan perekat yang akan digunakan akan bergantung pada
faktor-faktor seperti (1) bahan yang akan diikat dan porositasnya; (2) sifat perekat yang
dibutuhkan (yaitu, apakah obligasi itu bersifat sementara atau permanen); (3)
maksimum / minimum suhu eksposur; dan (4) kondisi pemrosesan. Untuk semua kecuali
perekat sensitif tekanan (dibahas di bawah), bahan perekat diterapkan sebagai cairan
dengan viskositas rendah, sehingga menutupi seluruhnya dan seluruhnya melekatkan
permukaan, dan memungkinkan interaksi ikatan yang maksimal.
Ikatan yang sebenarnya bentuk sambungan sebagai perekat mengalami transisi
cair kepadat (atau menyembuhkan), yang dapat dicapai melalui proses fisik (misalnya,
kristalisasi,penguapan pelarut) atau proses kimiawi [misalnya, polimerisasi adisi,
kondensasi polimerisasi, vulkanisasi]. Karakteristik suara sambungan harus mencakup
kekuatan geser, kupas, dan patah yang tinggi. Pengikatan perekat menawarkan beberapa
keunggulan dibandingkan teknologi penggabungan lainnya (misalnya,memukau,
membaut, dan mengelas) termasuk bobot yang lebih ringan, kemampuan untuk
bergabung berbeda bahan dan komponen tipis, ketahanan lelah yang lebih baik, dan
produksi yang lebih rendah biaya. Selain itu, ini adalah teknologi pilihan saat penentuan
posisi komponen yang tepat serta kecepatan pemrosesan sangat penting. Kelemahan
utama perekat sambungan adalah batasan suhu layanan; polimer menjaga integritas
mekanisnya hanya pada suhu yang relatif rendah, dan kekuatan menurun dengan cepat
seiring dengan peningkatan suhu.
Suhu maksimum mungkin untuk penggunaan terus menerus untuk beberapa
polimer yang baru dikembangkan adalah Adhesive joint yang ditemukan dalam jumlah
besar aplikasi, terutama di industri dirgantara, otomotif, dan konstruksi, dalam kemasan,
dan beberapa barang rumah tangga. Kelas khusus dari kelompok bahan ini adalah perekat
peka tekanan (atau bahan berperekat), seperti yang ditemukan pada pita perekat, label,
dan perangko perangko. Bahan-bahan ini dirancang untuk melekat pada hampir semua
permukaan dengan membuatnya kontak dan dengan penerapan sedikit tekanan. Berbeda
dengan perekat yang dijelaskan di atas, aksi ikatan tidak dihasilkan dari transformasi fisik
atau kimiawi reaksi. Sebaliknya, bahan-bahan ini mengandung resin pengikat polimer;
selama detasemen dari dua permukaan ikatan, bentuk fibril kecil yang menempel pada
permukaan dan cenderung menyatukannya. Polimer yang digunakan untuk perekat
sensitif tekanan termasuk akrilik, kopolimer blok stirenik (Bagian 15.19), dan karet alam.

Film
Bahan polimer telah digunakan secara luas dalam bentuk film tipis. Memiliki film
ketebalan antara 0,025 dan 0,125 mm (0,001 dan 0,005 inci) dibuat dan digunakan secara
luas sebagai tas untuk mengemas produk makanan dan barang dagangan lainnya,sebagai
produk tekstil, dan sejumlah kegunaan lainnya. Karakteristik material yang penting
diproduksi dan digunakan sebagai film termasuk kerapatan rendah, tingkat fleksibilitas
tinggi,kekuatan tarik dan sobek tinggi, ketahanan terhadap serangan kelembaban dan
bahan kimia lainnya,dan permeabilitas rendah pada beberapa gas, terutama uap air.
Beberapa polimer yang memenuhi kriteria ini dan diproduksi dalam bentuk film adalah
polietilen, polipropilen, plastik, dan selulosa asetat.

Busa
Busa adalah bahan plastik yang mengandung persentase volume kecil yang relatif
tinggi pori-pori dan gelembung gas yang terperangkap. Baik bahan termoplastik dan
termoseting adalah digunakan sebagai busa ini termasuk poliuretan, karet, polistiren, dan
poli (vinil klorida). Busa biasanya digunakan sebagai bantalan pada mobil dan furnitur
juga seperti pada pengemasan dan isolasi termal. Proses pembusaan sering dilakukan oleh
memasukkan ke dalam batch bahan suatu zat peniup yang, setelah dipanaskan, terurai
dengan pembebasan gas. Gelembung gas dihasilkan di seluruh massa sekarang fluida,
yang tetap dalam padatan setelah pendinginan dan menimbulkan seperti spons struktur.
Efek yang sama dihasilkan dengan melarutkan gas inert menjadi lelehan polimer di
bawah tekanan tinggi. Ketika tekanan berkurang dengan cepat, gas datang keluar dari
larutan dan membentuk gelembung dan pori-pori yang tetap berada dalam padatan saat
mendingin.
Materi polimer lanjutan
Sejumlah polimer baru yang memiliki kombinasi sifat yang unik dan diinginkan
telah dikembangkan selama beberapa tahun terakhir banyak yang telah menemukan pada
teknologi baru dan / atau telah menggantikan bahan lain dengan memuaskan. Beberapa di
antaranya termasuk polietilen dengan berat molekul sangat tinggi, polimer kristal cair,
dan termoplastik elastomer. Polietilen Berat Molekul
Ultrahigh Polyethylene berat molekul ultrahigh (UHMWPE) adalah polietilen linier itu
memiliki berat molekul yang sangat tinggi. Biasanya kira-kira 4x106g / mol, yang
merupakan urutan besarnya (yaitu, faktor sepuluh) lebih besar dari densitas tinggi
polietilen. Dalam bentuk serat, UHMWPE sangat selaras dan memiliki nilai jual beri
nama SpectraTM. Beberapa ciri luar biasa dari bahan ini adalah sebagai berikut:
1. Resistensi dampak yang sangat tinggi
2. Ketahanan luar biasa terhadap keausan dan abrasi
3. Koefisien gesekan yang sangat rendah
4. Permukaan yang bisa melumasi sendiri dan antilengket
5. Ketahanan kimia yang sangat baik terhadap pelarut yang biasanya ditemui
6. Sifat suhu rendah yang sangat baik
7. Karakteristik peredaman suara dan penyerapan energi yang luar biasa
8. Sifat isolasi elektrik dan dielektrik yang sangat baik
Namun karena bahan ini memiliki temperatur leleh yang relatif rendah, maka
sifatnya mekanis properti berkurang dengan cepat dengan meningkatnya suhu.
Kombinasi properti yang tidak biasa ini menyebabkan banyak dan beragam aplikasi
untuk bahan ini, termasuk rompi anti peluru, helm militer komposit,tali pancing,
permukaan dasar ski, inti bola golf, arena bowling, dan arena seluncur es permukaan,
prostesis biomedis,filter darah, ujung pena penandaan, curah peralatan penanganan
material (untuk batu bara, biji-bijian, semen, kerikil, dll.), busing, pompaimpeler, dan
gasket katup.
Polimer Kristal Cair
Polimer kristal cair (Liquid Crystal Polymers / LCP) adalah sekelompok
kompleks kimiawi dan struktural bahan berbeda yang memiliki sifat unik dan digunakan
dalam berbagai aplikasi. Diskusi kimia bahan-bahan ini berada di luar cakupan ini Book.
Cukuplah untuk mengatakan bahwa LCP terdiri dari diperpanjang, berbentuk batang, dan
kaku molekul. Dalam hal susunan molekul, bahan-bahan ini tidak termasuk di dalamnya
salah satu klasifikasi cairan konvensional, amorf, kristal, atau semikristalin,tetapi dapat
dianggap sebagai keadaan materi baru keadaan kristal cair, sedang tidak berbentuk kristal
maupun cair. Dalam kondisi meleleh (atau cair), sedangkan polimer lainnya molekul
berorientasi secara acak, molekul LCP dapat menjadi sangat selaras konfigurasi yang
dipesan.

Elastomer Termoplastik
Elastomer termoplastik (TPEs atau TEs) adalah sejenis bahan polimer yang,pada kondisi
ambien, menunjukkan perilaku elastomer (atau kenyal), namun bersifat termoplastik di
alam. Sebaliknya, kebanyakan elastomer sampai saat ini dibahas adalah termoset, karena
mereka bertaut silang selama vulkanisasi. Dari beberapa varietas TPE, salah satu yang
paling terkenal dan banyak digunakan adalah kopolimer blok terdiri dari segmen blok
termoplastik yang keras dan kaku (umumnya stirena [S]), yang bergantian dengan
segmen balok dari bahan elastis yang lembut dan fleksibel(sering butadiene [B] atau
isoprene [I]). Untuk TPE umum, terpolimerisasi keras segmen terletak di ujung rantai,
sedangkan setiap wilayah pusat lunak terdiri dari terpolimerisasi butadiene atau unit
isoprena. TPE ini sering disebut styrenic kopolimer blok, dan kimia rantai untuk dua jenis
(S-B-S dan S-I-S) adalah ditunjukkan pada Gambar 15.21 Pada suhu kamar, lunak,
amorf, sentral (butadiena atau isoprena) segmen memberi sifat kenyal dan elastomer ke
material. Selanjutnya,untuk suhu di bawah komponen keras (stirena), ujung rantai keras
segmen dari banyak rantai yang berdekatan berkumpul bersama untuk membentuk kristal
kaku wilayah domain. Domain ini adalah "tautan silang fisik" yang bertindak sebagai
tautan titik untuk membatasi gerakan segmen rantai lunak mereka berfungsi hampir sama
cara sebagai "ikatan silang kimia" untuk elastomer termoset. Ilustrasi skema untuk
struktur jenis TPE ini disajikan pada Gambar 15.22. Modulus tarik bahan TPE ini dapat
berubah meningkatkanjumlah blok komponen lunak per rantai akan menyebabkan
penurunan modulus dan,oleh karena itu, berkurangnya kekakuan. Selanjutnya kisaran
suhu berguna terletak di antara Tg komponen lunak dan fleksibel dan Tm komponen
keras dan kaku.
Polimer
Polimerisasi adisi (kadang-kadang disebut polimerisasi reaksi berantai) adalah proses
dimana unit monomer dipasang satu per satu dengan cara seperti rantai membentuk
makromolekul linier. Komposisi molekul produk yang dihasilkan adalah kelipatan yang
tepat untuk monomer reaktan asli. Tiga tahap berbeda inisiasi, propagasi, dan
penghentian terlibat selain itu polimerisasi. Selama langkah inisiasi, pusat aktif mampu
propagasi dibentuk oleh reaksi antara spesies inisiator (atau katalis) dan unit monomer.
Proses ini telah dibuktikan untuk polietilen (Persamaan 14.1), yang diulangi sebagai
berikut:

Sekali lagi, R mewakili inisiator aktif, dan merupakan elektron tidak berpasangan.
Propagasi melibatkan pertumbuhan linier rantai polimer secara berurutan penambahan
unit monomer ke molekul rantai yang tumbuh aktif ini. Ini mungkin diwakili,sekali lagi
untuk polietilen, sebagai berikut:

Polimerisasi Kondensasi
Kondensasi (atau reaksi langkah) Polimerisasi adalah pembentukan polimer oleh
reaksi kimia antarmolekul bertahap yang mungkin melibatkan lebih dari satu spesies
monomer. Biasanya ada produk sampingan dengan berat molekul kecil seperti air yang
dieliminasi (atau dipadatkan). Tidak ada spesies reaktan yang memiliki rumus kimia dari
unit berulang, dan reaksi antarmolekul terjadi setiap kali unit berulang terbentuk.
Misalnya, perhatikan pembentukan poliester, poli (etilen terephthalate) (PET), dari reaksi
antara etilen glikol dan tereftalat asam; reaksi antarmolekul adalah sebagai berikut:
Proses bertahap ini diulangi secara berurutan, menghasilkan molekul linier. Itu
kimia dari reaksi spesifik tidak penting tetapi polimerisasi kondensasi mekanismenya.
Selanjutnya, waktu reaksi untuk kondensasi umumnya lebih lama dari pada polimerisasi
adisi. Untuk reaksi kondensasi sebelumnya, baik etilen glikol maupun tereftalat asam
bersifat bifungsional. Namun, reaksi kondensasi dapat mencakup trifungsional atau
monomer fungsional yang lebih tinggi yang mampu membentuk polimer jaringan dan
ikatan silang. Poliester termoseting dan fenol-formaldehida, nilon, dan polikarbonat
diproduksi oleh polimerisasi kondensasi. Beberapa polimer, seperti nilon, dapat
dipolimerisasi dengan salah satu teknik.
polimer aditiif
Sebagian besar sifat polimer yang dibahas sebelumnya dalam bab ini bersifat
intrinsik satu yaitu, karakteristik atau fundamental dari polimer tertentu. Beberapa di
antaranya properti terkait dan dikendalikan oleh struktur molekul. Berkali-kali, akan
tetapi, sifat mekanik, kimia, dan fisiknya perlu dimodifikasi ke tingkat yang jauh lebih
besar daripada yang dimungkinkan dengan perubahan sederhana dari dasar ini struktur
molekul. Zat asing yang disebut aditif dengan sengaja diperkenalkan untuk meningkatkan
atau memodifikasi banyak properti ini, dan dengan demikian membuat polimer lebih
berguna. Aditif khas termasuk bahan pengisi, plasticizer, stabilisator, pewarna, dan
penghambat api.
Filler(pengisi)
Bahan pengisi paling sering ditambahkan ke polimer untuk meningkatkan tarik
dan tekan kekuatan, ketahanan abrasi, ketangguhan, stabilitas dimensi dan termal, dan
lainnya properti. Bahan yang digunakan sebagai pengisi partikulat antara lain tepung
kayu (bubuk halus serbuk gergaji), tepung silika dan pasir, kaca, tanah liat, bedak, batu
kapur, dan bahkan beberapa polimer sintetis. Ukuran partikel berkisar mulai dari 10 nm
hingga dimensi makroskopis. Polimer yang mengandung pengisi juga dapat
diklasifikasikan sebagai bahan komposit, yang akan dibahas di Bab 16. Seringkali pengisi
adalah bahan murah yang menggantikan beberapa volume polimer yang lebih mahal,
mengurangi biaya produk akhir.
Pemlastis
Fleksibilitas, keuletan, dan ketangguhan polimer dapat ditingkatkan dengan
bantuan aditif yang disebut plasticizer. Kehadirannya juga menghasilkan pengurangan
kekerasan dan kekakuan. Pemlastis umumnya adalah cairan yang memiliki tekanan uap
rendah dan rendah berat molekul. Molekul pemlastis kecil menempati posisi di antara
rantai polimer besar, secara efektif meningkatkan jarak antar rantai dengan pengurangan
dalam ikatan antarmolekul sekunder. Pemlastis biasanya digunakan dalam polimer yang
secara intrinsik rapuh pada suhu kamar, seperti poli (vinil klorida)dan beberapa
kopolimer asetat. plasticizer menurunkan suhu transisi gelas,sehingga pada kondisi
ambien polimer dapat digunakan dalam aplikasi membutuhkan beberapa derajat
kelenturan dan keuletan. Aplikasi ini termasuk tipis lembaran atau film, tubing, jas hujan,
dan tirai.
Stabilisator
Beberapa bahan polimer, dalam kondisi lingkungan normal, dapat terpengaruh
kerusakan cepat, umumnya dalam hal integritas mekanis. Aditif yang melawan proses
deterioratif disebut stabilisator. Salah satu bentuk kerusakan yang umum terjadi akibat
paparan cahaya [secara khusus radiasi ultraviolet (UV)]. Radiasi ultraviolet berinteraksi
dan menyebabkan gangguan dari beberapa ikatan kovalen di sepanjang rantai molekul,
yang mungkin juga menghasilkan beberapa tautan silang. Ada dua pendekatan utama
untuk stabilisasi UV. Yang pertama adalah menambahkan bahan penyerap UV, seringkali
sebagai lapisan tipis di permukaan pada dasarnya bertindak sebagai tabir surya dan
menghalangi radiasi UV sebelum dapat menembus menjadi dan merusak polimer.
Pendekatan kedua adalah menambahkan bahan itu bereaksi dengan ikatan yang diputus
oleh radiasi UV sebelum mereka dapat berpartisipasi dalam reaksi lainnya reaksi yang
menyebabkan kerusakan polimer tambahan.
Pewarna
Pewarna memberikan warna tertentu pada polimer mereka dapat ditambahkan
dalam bentuk pewarna atau pigmen. Molekul dalam pewarna benar-benar larut dalam
polimer. Pigmen adalah bahan pengisi yang tidak larut, tetapi tetap sebagai fase terpisah
biasanya mereka memiliki ukuran partikel kecil dan indeks bias dekat dengan polimer
induk. Orang lain mungkin memberikan opasitas serta warna pada polimer.
Flame Retardants
Sifat mudah terbakar bahan polimer menjadi perhatian utama, terutama dalam
pembuatannya tekstil dan mainan anak-anak. Kebanyakan polimer mudah terbakar dalam
kemurniannya bentuk pengecualian termasuk yang mengandung kandungan klorin dan /
atau yang signifikan fluor, seperti poli (vinil klorida) dan polytetrafluoroethylene. Mudah
terbakar ketahanan dari polimer mudah terbakar yang tersisa dapat ditingkatkan dengan
aditif disebut flame retardants. Retardan ini dapat berfungsi dengan mengganggu proses
pembakaran melalui fase gas, atau dengan memulai pembakaran yang berbeda reaksi
yang menghasilkan lebih sedikit panas, sehingga menurunkan suhu ini menyebabkan
perlambatan atau penghentian pembakaran.

TEKNIK PEMBENTUKAN PLASTIK


Berbagai macam teknik yang berbeda digunakan dalam pembentukan bahan
polimer. Metode yang digunakan untuk polimer tertentu bergantung pada beberapa
faktor: (1) apakahbahannya termoplastik atau termoseting; (2) jika termoplastik, suhu
pada yang melembutkan; (3) stabilitas atmosfer bahan yang sedang dibentuk; dan (4)
geometri dan ukuran produk jadi. Ada banyak kesamaan di antaranya beberapa dari
teknik ini dan yang digunakan untuk fabrikasi logam dan keramik. Fabrikasi bahan
polimer biasanya terjadi pada suhu tinggi dan seringkali dengan penerapan tekanan.
Termoplastik terbentuk di atasnya suhu transisi gelas, jika amorf, atau di atas suhu
lelehnya, jika semikristalin. Tekanan yang diterapkan harus dipertahankan saat potongan
didinginkan bahwa artikel yang terbentuk akan mempertahankan bentuknya. Salah satu
manfaat ekonomi yang signifikan dari penggunaantermoplastik adalah bahwa mereka
dapat didaur ulang; potongan termoplastik bekas mungkin dilebur kembali dan
direformasi menjadi bentuk baru.
Pencetakan adalah metode paling umum untuk membentuk polimer plastik. Beberapa
teknik pencetakan yang digunakan meliputi kompresi, transfer, pukulan, injeksi, dan
cetakan ekstrusi. Untuk masing-masing, plastik pellet atau butiran halus dipaksa, pada
suhu tinggi dan tekanan, mengalir ke, mengisi, dan mengasumsikan bentuk dari rongga
cetakan.
Kompresi dan pertukaran cetakan
Untuk pencetakan kompresi, jumlah yang sesuai dari polimer yang dicampur
secara menyeluruh dan aditif yang diperlukan ditempatkan di antara anggota jamur jantan
dan betina, seperti diilustrasikan pada Gambar 15.23. Kedua potongan cetakan
dipanaskan; Namun, hanya satu yang bisa dipindahkan. Cetakan ditutup, dan panas dan
tekanan diterapkan, menyebabkan plastik menjadi kental dan mengalir agar sesuai
dengan bentuk cetakan. Sebelum dicetak, bahan baku dapat dicampur dan ditekan dingin
ke dalam disk, yang disebut bentuk awal.
Pemanasan awal bentuk awal mengurangi waktu dan tekanan pencetakan,
memperpanjang masa pakai cetakan, dan menghasilkan potongan jadi yang lebih
seragam. Teknik pencetakan ini cocok untuk itu pembuatan polimer termoplastik dan
termoseting Namun, penggunaannya dengan termoplastik lebih memakan waktu dan
mahal daripada yang lebih umum menggunakan teknik ekstrusi atau pencetakan injeksi
yang dibahas di bawah ini. Dalam cetakan transfer, variasi cetakan kompresi, bahan
padatnya pertama meleleh di ruang transfer yang dipanaskan. Saat bahan cair disuntikkan
ke dalam ruang cetakan, tekanan didistribusikan secara lebih seragam ke semua
permukaan. Proses ini digunakan dengan polimer termoseting dan untuk potongan yang
memiliki geometri kompleks.

Cetakan Injeksi
Cetakan injeksi, analog polimer dari die casting untuk logam, adalah yang paling
banyak teknik yang digunakan untuk fabrikasi bahan termoplastik. Penampang melintang
skema peralatan yang digunakan diilustrasikan pada Gambar 15.24. Jumlah pellet yang
benar bahan diumpankan dari hopper umpan ke dalam silinder dengan gerakan plunger
atau ram. Muatan ini didorong maju ke ruang pemanas di mana ia didorong ke sekitar
penyebar untuk membuat kontak yang lebih baik dengan dinding yang dipanaskan.
Akibatnya, termoplastik bahan meleleh membentuk cairan kental. Selanjutnya, plastik
cair didorong,lagi dengan gerakan ram, melalui nosel ke dalam rongga cetakan tertutup
tekanan adalah dipertahankan sampai cetakan mengeras. Akhirnya, cetakan dibuka,
potongannya dikeluarkan, cetakan ditutup, dan seluruh siklus diulang. Mungkin yang
paling luar biasa cri dari teknik ini adalah kecepatan produksi potongan. Untuk
termoplastik, pemadatan muatan yang diinjeksikan hampir langsung terjadi; karena itu,
waktu siklus untuk proses ini pendek (biasanya dalam kisaran 10 hingga 30 dtk). Polimer
termoseting juga dapat dicetak dengan injeksi; penyembuhan berlangsung sementara
bahan berada di bawah tekanan dalam cetakan yang dipanaskan, yang menghasilkan
waktu siklus yang lebih lama daripada termoplastik. Proses ini kadang-kadang disebut
cetakan injeksi reaksi RIM) dan biasanya digunakan untuk material seperti poliuretan.
Ekstrusi
Proses ekstrusi adalah pencetakan termoplastik kental di bawah tekanan melalui
cetakan berujung terbuka, mirip dengan ekstrusi logam (Gambar 11.8c). Seorang
mekanik sekrup atau auger mendorong melalui ruang bahan pelet, yang secara berturut-
turut dipadatkan, dilebur, dan dibentuk menjadi muatan kental yang berkelanjutan. fluida
(Gambar 15.25). Ekstrusi terjadi karena massa cair ini dipaksa melalui amati orifice.
Pemadatan dari panjang yang diekstrusi dipercepat oleh blower, airspray, atau bath.
Teknik ini secara khusus disesuaikan untuk menghasilkan panjang yang terus menerus
memiliki geometri penampang konstan — misalnya, batang, tabung, saluran
selang,lembaran, dan filamen.
Cetakan Tiup
Proses pencetakan tiup untuk pembuatan wadah plastik serupa dengan itu digunakan
untuk meniup botol kaca, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 13.8. Pertama,
perbandingan, atau panjang pipa polimer, diekstrusi. Saat masih dalam keadaan setengah
cair, parison ditempatkan dalam cetakan dua bagian yang memiliki konfigurasi wadah
yang diinginkan sepotong dibentuk dengan meniup udara atau uap di bawah tekanan ke
dalam parison, memaksa dinding tabung agar sesuai dengan kontur cetakan. Tentu saja
suhu dan viskositas parison harus diatur dengan hati-hati.

Pengecoran
Seperti logam, bahan polimer dapat dilemparkan, seperti halnya bahan plastik cair
dituangkan ke dalam cetakan dan dibiarkan mengeras. Baik termoplastik dan termoseting
plastik mungkin tercor. Untuk termoplastik, pemadatan terjadi setelah pendinginan dari
keadaan cair akan tetapi, untuk termoset, pengerasan merupakan konsekuensi dari
polimerisasi sebenarnya atau proses curing, yang biasanya dilakukan pada suhu tinggi.
FABRIKASI ELASTOMER
Teknik yang digunakan dalam pembuatan komponen karet sebenarnya pada
dasarnya sama dengan yang dibahas untuk plastik seperti yang dijelaskan di atas yaitu,
pencetakan kompresi, ekstrusi, dan eterusnya. Selain itu, sebagian besar bahan karet
divulkanisasi dan beberapa diperkuat dengan karbon hitam.
FABRIKASI SERAT DAN FILM
Serat (fiber)
Proses pembentukan serat dari bahan polimer curah disebut pemintalan.
Seringkali, serat dipintal dari keadaan cair dalam proses yang disebut lelehan pemintalan.
Bahan yang akan dipintal terlebih dahulu dipanaskan hingga membentuk relatif kental
cair. Selanjutnya, itu dipompa melalui pelat yang disebut pemintal, yang berisi banyak
lubang kecil, biasanya berbentuk bulat. Saat bahan cair melewati masing-masingdari
lubang ini, serat tunggal terbentuk, yang dengan cepat dipadatkan dengan pendinginan
blower udara atau bak air. Kristalinitas dari serat pintal akan bergantung pada laju
pendinginannya selama pemintalan. Kekuatan serat ditingkatkan dengan proses
pembentukan pos yang disebut menggambar, sebagaimana dibahas dalam Bagian 15.8.
Sekali lagi, menggambar hanyalah mekanis permanen perpanjangan serat ke arah
porosnya. Selama proses ini molekuler rantai menjadi berorientasi pada arah gambar
(Gambar 15.13d), sehingga kekuatan tarik, modulus elastisitas, dan ketangguhan
ditingkatkan. Penampang melintang dari lelehan pintal, serat ditarik hampir melingkar,
dan sifat-sifatnya seragam di seluruh penampang.
Dua teknik lain yang melibatkan produksi serat dari larutan terlarut polimer adalah
pemintalan kering dan pemintalan basah. Untuk pemintalan kering, polimer dilarutkan
dalam pelarut yang mudah menguap. Larutan pelarut polimer kemudian dipompa melalui
spinneret ke zona panas; di sini serat mengeras saat pelarut menguap. Di pemintalan
basah, serat dibentuk dengan melewatkan larutan polimer-pelarut spinneret langsung ke
pelarut kedua yang menyebabkan serat polimer keluar dari (yaitu, mengendap dari)
solusi. Untuk kedua teknik ini, bentuk pertama kulit di permukaan serat. Selanjutnya
terjadi penyusutan pada serat tersebut mengerut (seperti kismis) ini mengarah ke profil
penampang yang sangat tidak teratur, yang menyebabkan serat menjadi lebih kaku (yaitu,
meningkatkan modulus elastisitas).
Film
Banyak film hanya diekstrusi melalui celah cetakan tipis ini dapat diikuti dengan
rolling (calendering) atau operasi menggambar yang berfungsi untuk mengurangi
ketebalan dan meningkatkan kekuatan. Sebagai alternatif, film dapat ditiup: pipa kontinu
diekstrusi melalui cincin mati kemudian, dengan mempertahankan tekanan gas positif
yang dikontrol dengan cermat di dalam tabung dan dengan menggambar film ke arah
aksial saat muncul dari cetakan, material mengembang di sekitar gelembung udara yang
terperangkap ini seperti balon (Gambar 15.26).

Akibatnya ketebalan dinding terus dikurangi untuk menghasilkan film silinder tipis yang
dapat ditutup di ujung untuk membuat kantong sampah, atau yang dapat dipotong dan
diletakkan rata untuk membuat film. Ini disebut proses menggambar biaksial dan
menghasilkan film yang kuat di kedua arah peregangan. Beberapa yang lebih baru film
diproduksi dengan koekstrusi yaitu, multilayers lebih dari satu polimer jenis diekstrusi
secara bersamaan.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sifat Mekanik Polimer Semikristalin Perilaku mekanis
polimer akan dipengaruhi oleh layanan dan struktur / faktor pengolahan. Berkenaan
dengan mantan, meningkatkan suhu dan / atau mengurangi laju regangan menyebabkan
pengurangan modulus tarik dan kekuatan tarik dan peningkatan keuletan. Selain itu,
faktor lain yang mempengaruhi mekanik sifat termasuk berat molekul, derajat
kristalinitas, gambar preformasi,dan perlakuan panas. Pengaruh masing-masing faktor ini
dibahas. Pencairan Transisi Kaca,Suhu Transisi Kaca dan Melting Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Suhu Melting dan Transisi Kaca Mekanika molekul kristalisasi,
peleburan, dan transisi gelas adalah dibahas. Cara di mana suhu transisi peleburan dan
gelas ditentukan telah diuraikan; parameter ini penting relatif terhadap suhu kisaran di
mana polimer tertentu dapat digunakan dan diproses. Besarannya dari dan meningkat
dengan meningkatnya kekakuan rantai; kekakuan ditingkatkan dengan adanya ikatan
rangkap rantai dan gugus samping yang besar atau kutub. Berat molekul dan derajat
percabangan juga mempengaruhi.
Berbagai jenis dan aplikasi bahan polimer juga dibahas. Plastik bahan mungkin kelompok
polimer yang paling banyak digunakan, yang meliputi berikut ini: polietilen, polipropilen,
poli (vinil klorida), polistiren, dan fluorokarbon, epoxies, fenolat, dan poliester. Banyak
bahan polimer dapat dipintal menjadi serat, yang digunakan terutama dalam tekstil.
Karakteristik mekanis, termal, dan kimiawi dari bahan-bahan ini khususnya kritis.
Aplikasi lain-lain yang menggunakan polimer termasuk pelapis, perekat,
film, dan busa.
REFERENSI
1. Callister, D.William.1940. Materials Science And Engineering : An Introduction.
New York: Wiley & Sons
2. Riswiyanto.2009. Kimia Organik. Jakarta:Erlangga
3. A.J. Hartomo.1992. Memahami polimer dan perekat. Yogyakarta : Andi Offset
4. https://www.rudyct.com/PPS702-ipb/03112/dede_adawiyah.htm

Anda mungkin juga menyukai