Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari hari, kita sering menggunakan berbagai bahan kimia.Sebagian

besar dari masyarakat tidak menyadari akan bahaya dari bahan bahan kimia tersebut, bahan
kimia yang banyak digunakan didalam kehidupan sehari - hari memang tidak memberikan akibat
secara langsung dan cepat namun, membutuhkan waktu lama.
Kita mungkin tahu polimer yang merupakan suatu golongan bahan kimia yang banyak
digunakan dalam kehidupan kita sehari hari maupun dalam industri. Polimer meliputi plastik,
karet, serat, dan nilon. Beberapa senyawa penting dalam tubuh makhluk hidup, yaitu karbohidrat
(polisakarida),
Polimer

protein,

merupakan

salah

dan
satu

asam

nukleat,

material

yang

juga
mengalami

merupakan
perkembangan

polimer.
sangat

cepat.Perkembangan ini meliputi Research and development (RAD) dalam kaitannya dengan
tuntutan penggunaan maupun kebutuhan untuk membantu memudahkan kehidupan manusia
maupun mengganti material-material konvensional.
Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit-unit berulang sederhana.
Nama ini diturunkan dari bahasa yunani Poly, yang berarti banyak, dan mer, yang berarti
bagian. Jika hanya ada beberapa unit monomer yang bergabung bersama, polimer dengan berat
molekul rendah yang terjadi, disebut oligomer (bahasa yunani oligos beberapa). Makromolekul
merupakan istilah yang sinonim dengan polimer. Polimer sintesis dari moleku-molekul
sederhana yang disebut monomer (bagian tunggal).
Secara umum Polimer merupakan molekul besar yang terdiri dari molekul molekul
kecil, sedangkan Polimer didefinisikan sebagai substansi yang terdiri dari molekul-molekul yang
menyertakan rangkaian satu atau lebih dari satu unit monomer, sedangkan polimer adalah rantai
berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari pengikat yang berupa molekul identik yang
disebut monomer, dimana proses pembentukan polimer tersebut disebut dengan polimerisasi.
Sekalipun biasanya merupakan organik (memiliki rantai karbon), ada juga banyak
polimer inorganik. Contoh terkenal dari polimer adalah plastic dan DNA.
Ada beberapa metode untuk menetukan berat molekul polimer. Salah satu metode yang
mudah dilakukan adalah metode viskositas.Viskositas adalah ukuran ketahanan suatu fluida
1

terhadap gaya geser yang diberikan. Dalam prakteknya koefisien viskositas ditentukan dengan
penentuan laju aliran lewat pipa. Perbandingan antara viskositas larutan polimer terhadap
viskositas pelarut murni dapat dipakai untuk menentukan berat molekul polimer.

1.2.

Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana Sifat Mekanik Polimer
2. Bagaimana Sifat Umum polimer
3. Bagaimana Viscositas Larutan Polimer
4. Bagaimana Gel Polimer
5. Apa saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sifat Mekanik Polimer

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui Sifat Mekanik Polimer
2. Mengetahui Sifat Umum polimer
3. Mengetahui Viscositas Larutan Polimer
4. Mengetahui Gel Polimer
5. Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sifat Mekanik Polimer

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sifat Mekanik Polimer
1. Kekuatan (Strength)
Kekuatan merupakan salah satu sifat mekanik dari polimer. Ada beberapa macam kekuatan
dalam polimer, diantaranya yaitu sebagai berikut:
a. Kekuatan Tarik (Tensile Strength)
Kekuatan tarik adalah tegangan yang dibutuhkan untuk mematahkan suatu sampel.
Kekuatan tarik penting untuk polymer yang akan ditarik, contohnya fiber, harus
mempunyai kekuatan tarik yang baik.
b. Compressive strength
Adalah ketahanan terhadap tekanan. Beton merupakan contoh material yang memiliki
kekuatan tekan yang bagus. Segala sesuatu yang harus menahan berat dari bawah harus
mempunyai kekuatan tekan yang bagus.
c. Flexural strength

Adalah ketahanan pada bending (flexing). Polimer mempunyai flexural strength jika dia
kuat saat dibengkokkan.
d. Impact strength :
Adalah ketahanan terhadap tegangan yang datang secara tiba-tiba. Polimer mempunyai
kekuatan impak jika dia kuat saat dipukul dengan keras secara tiba-tiba seperti dengan
palu.
2 Elongation
Semua jenis kekuatan memberitahu kita berapa tegangan yang dibutuhkan untuk
mematahkan sesuatu, tetapi tidak memberitahu kita tentang apa yang terjadi pada sampel kita
saat kita mencoba untuk mematahkannya, itulah kenapa kita mempelajari elongation dari
polimer. Elongasi merupakan salah satu jenis deformasi. Deformasi merupakan perubahan
ukuran yang terjadi saat material di beri gaya. % Elongasi adalah panjang polimer setelah di beri
gaya (L) dibagi dengan panjang sampel sebelum diberi gaya (Lo) kemudian dikalikan
100.Elongation-to-break (ultimate elongation) adalah regangan pada sampel pada saat sampel
patah.
3. Modulus
Modulus diukur dengan menghitung tegangan dibagi dengan elongasi. Satuan modulus sama
dengan satuan kekuatan (N/cm2)
4. Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan adalah pengukuran sebenarnya dari energi yang dapat diserap oleh suatu material
sebelum material tersebut patah.
5. Stabilitas Panas
Ketika zat-zat organik dipanaskan sampai suhu tinggi mereka memiliki kecenderungan
untuk membentuk senyawa-senyawa aromatik. Agar suatu polimer layak dianggap stabil panas
atau tahan panas, polimer tersebut harus tidak terurai di bawah suhu 4000 C dan dapat

mempertahankan sifat-sifatnya yang bermanfaat pada suhu-suhu dekat suhu dekomposisi


tersebut.
Stabilitas panas merupakan fungsi dari energi ikatan. Ketika suhu naik ke titik di mana
energi getaran menimbulkan putusnya ikatan, polimer tersebut akan terurai. Dalam kasus unitunit ulang siklik putusnya satu ikatan dalam suatu cincin tidak menghasilkan penurunan berat
molekul. Dengan demikian, polimer-polimer tangga atau semitangga diharapkan memiliki
stabilitas panas yang lebih tinggi dari pada polimer-polimer dengan rantai terbuka.
Berbagai jenis polimer-polimer aromatik dan organometalik yang stabil panas telah
dikembangkan. Karena struktur rangkanya yang kaku, polimer-polimer aromatik secara
karakteristik memperlihatkan suhu-suhu transisi gelas yang sangat tinggi, viskositas leburan
yang sangat tinggi, dan kelarutan rendah. Sehingga lebih menyulitkan dari pada sebagian besar
jenis polimer lainnya.
Adapun pendekatan-pendekatan yang dikembangkan untuk berbagai jenis polimer
memiliki stabil panas yang tinggi antara lain :
1. Untuk mengintrodus variasi-variasi struktur yang memungkinkan lebih baiknya
kemampuan proses Inkorporasi gugus-gugus fleksibilatir seperti eter atau sulfon ke
dalam rangka polimer. Meskipun aksi-aksi ini sering menghasilkan lebih besarnya
kelarutan dan lebih rendahnya viskositas, stabilitas panas biasanya akan berkurang.
2. Untuk mengintrodusir gugus-gugus aromatik siklik yang terletak tegak lururs terhadap
rangka aromatik datar, sebagaimana dalam polibenzimidazola. Struktur-struktur demikian
yang dinyatakan sebagai polimer cardo, yaitu memperlihatkan kelarutan yang lebih baik
tanpa mengorbankan sifat-sifat termalnya.
3. Pendekatan ketiga yaitu paling produktif adalah sintesis oligomer dan prapolimer
aromatic yang ditutupi dengan gugus gugus ujung reaktif. Oligomer-oligomer yang
tertutup gugus ujung tersebut melebur pada suhu yang relative rendah dan dapat larut
dalam berbagai polimer.
6. Daya Nyala Dan Ketahanan Nyala.

Karena polimer-polimer sintetik makin dipakai dalam transpportasi dan konstruksi,


banyak usaha telah dilakukan untuk mengembangkan polimer-polimer tak dapat nyala. Usahausaha ini bertujuan untuk pengurangan gas-gas berasap dan beracun yang terbentuk selama
pembakaran dan pengembangan serat-serat yang tidak dapat nyala.
Beberapa polimer pada dasarnya tidak dapat nyala, misalnya poli(vonil klorida) dan
polimer-polimer yang memiliki kandungan halogen tinggi. Namun, lainnya seperti polikarbonat
dan poliuretana, akan terbakar sepanjang sumber nyala tettap hidup, tetapi pembakaran terhenti
ketika sumber nyala dimatikan. Polimer-polimer ini disebut pemadam sendiri.
Pembakaran terjadi dalam serangkaian tahap-tahap, yaitu:
Sumber panas luar menaikkan suhu polimer tersebut ke suatu suhu dimana polimer itu mulai
terurai dan melepaska gas-gas yang mudah terbakar. Gas-gas yang mudah terbakar tersebut
berupa monomer yang terjadinya disebabkan depolimerisasi rantai polimer yang diinduksi
panas.Dalam memperbaiki ketahanan nyala bahan polimer terdapat 3 strategi, yaitu:
1. Menahan proses pembakaran dalam fase uap.
2. Menimbulkan pembentukan arang dalam daerah pirolisis.
3. Menambah bahan-bahan yang terurai baik untuik memberikan gas-gas tak dapat nyala
atau secara endotermik untuk mendinginkan zona pirolisis.
2.2 Sifat Umum Sistem Polimer
1. Sifat Thermal
Sifat polimer terhadap panas ada yang menjadi lunak jika dipanaskan dan keras jika didinginkan,
polimer seperti ini disebut termoplas.
Contohnya : plastik yang digunakan untuk kantong dan botol plastik.Sedangkan polimer yang
menjadi keras jika dipanaskan disebut termoset, contohnya melamin

2. Sifat Kelenturan

Polimer akan mempunyai kelenturan yang berbeda dengan polimer sintetis. Umumnya polimer
alam agak sukar untuk dicetak sesuai keinginan,sedangkan polimer sintetis lebih mudah dibuat
cetakan untuk menghasilkan bentuk tertentu. Karet akan lebih mudah mengembangdan
kehilangan kekenyalannya setelah terlalu lama kena bensin atau minyak.

3. Ketahanan terhadap Mikroorganisme


Polimer alam seperti wool, sutra, atau selulosa tidak tahan terhadap mikroorganisme atau ulat
(rayap). Sedangkan polimer sintetis lebih tahan terhadap mikroorganisme atau ulat.

4. Sifat Lainnya
Sifat polimer yang lainnya bergantung pemakainnnya untuk kemasan atau alat-alat industri.
Untuk tujuan pengemasan harus diperhatikan :

Toksisitasnya

Daya tahan terhadap air, minyak atau panas

Daya tembus udara (oksigen)

Kelenturan

Transparan

2.3 Viscositas Larutan Polimer


Viskositas adalah ukuran ketahanan suatu fluida terhadap gaya geser yang diberikan.
Dalam prakteknya koefisien viskositas ditentukan dengan penentuan laju aliran lewat pipa.
Perbandingan antara viskositas larutan polimer terhadap viskositas pelarut murni dapat dipakai

untuk menentukan berat molekul polimer.Metode yang biasa digunakan untuk mengukur
viskositas larutan adalah viskosimeter Oswald atau viskosimeter Ubbelohde.
Viskositas (kekentalan) adalah salah satu sifat fisik suatu cairan atau materi cair.
Vikositas juga merupakan hambatan terhadap aliran suatu cairan yang didefenisikan sebagai
rasio antara tegangan geser (shear stress) terhadap laju geser (shear rate) (Astawan). Kekentalan
merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Beberapa
cairan ada yang dapat mengalir cepat, sedangkan lainnya mengalir secara lambat. Cairan yang
mengalir cepat seperti air, alkohol dan bensin mempunyai viskositas kecil. Sedangkan cairan
yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak castor dan madu mempunyai viskositas besar. Jadi
viskositas tidak lain menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan.
Viskositas terbagi tiga jenis yaitu viskositas spesifik (sp ), kinematik, dan intrinsik ().
Viskositas spesifik dihitung berdasarkan perbandingan antara kecepatan aliran suatu larutan
dengan pelarutnya. Berat molekul kitosan diukur berdasarkan viskositas instrinsik (). Larutan
kitosan dibuat dalam variasi konsentrasi dalam pelarut asam asetat lalu dimasukkan ke dalam
viskometer. Data yang diperoleh dipetakan pada grafik sp /C terhadap C. Viskositas intrinsik
adalah titik pada grafik yang menunjukkan nilai C=0. Berat molekul ditentukan berdasarkan
persamaan Mark-Houwink [] = K Ma .
Pemilihan vikometer. Berhasil tidaknya penentuan dan evaluasi sifat-sifat rheologis dari
suatu sistem tertentu bergantung pada pemilihan metode peralatan yang tepat. Cara menentukan
viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan viskometer. Ada beberapa tipe
viskometer yang biasa digunakan antara lain. Viskometer Ostwald, viskometer bola jatuh,
viskometer Cup dan Bob, viskometer Stomer, dan viskometer Kerucut dan Lempeng.

2.4 GeL Polimer


Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang kadang
8

disebut jeli.Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil
senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling
terserap oleh cairan.
Pengolongan
A.Berdasarkan sifat fasa koloid :

Gel anorganik, contoh : bentonit magma

Gel organik, pembentuk gel berupa polimer

B.Berdasarkan sifat pelarut :

Hidrogel (pelarut air).


Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang saling sambung
silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti interaksi ionik, ikatan hidrogen atau
interaksi hidrofobik. Hidrogel mempunyai biokompatibilitas yang tinggi sebab hidrogel
mempunyai tegangan permukaan yang rendah dengan cairan biologi dan jaringan
sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adhesi sel; hidrogel menstimulasi
sifat hidrodinamik dari gel biological, sel dan jaringan dengan berbagai cara; hidrogel
bersifat lembut/lunak, elastis sehingga meminimalkan iritasi karena friksi atau mekanik
pada jaringan sekitarnya. Kekurangan hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan
kekerasan yang rendah setelah mengembang. Contoh : bentonit magma, gelatin

Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik). Contoh : plastibase (suatu polietilen


dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak mineral dan didinginkan secara shock
cooled), dan dispersi logam stearat dalam minyak.

Xerogel.
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah diketahui sebagai xerogel.
Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut, sehingga sisa sisa kerangka gel yang
tertinggal. Kondisi ini dapat dikembalikan pada keadaan semula dengan penambahan
agen yang mengimbibisi, dan mengembangkan matriks gel. Contoh : gelatin kering,
tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan polystyrene.
9

C. Berdasarkan bentuk struktur gel:

Kumparan acak

Heliks

Batang

Bangunan kartu

D. Berdasarkan jenis fase terdispersi

Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam
suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang
terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misal
karbomer) atau dari gom alam (misal tragakan). Molekul organik larut dalam fasa
kontinu.

Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang
terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, masa gel
kadang-kadang dinyatakan sebagai magma. Partikel anorganik tidak larut, hampir secara
keseluruhan terdispersi pada fasa kontinu.

Kegunaan

Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam bentuk sediaan
yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk sediaan obat
long acting yang diinjeksikan secara intramuskular.

Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan pelindung
koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan basis suppositoria.

10

Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk pada
shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit dan sediaan perawatan rambut.

Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau dimasukkan
ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril)

Sifat / Karakteristik Gel

Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan
tidak bereaksi dengan komponen lain

Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama
penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang
disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan topikal.

Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.

Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat
menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan).

Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi
satelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut
hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan
suhu larutan tersebut akan membentuk gel.

Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut
thermogelation

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sifat Mekanik Polimer


11

Mekanik polimer dapat dipengaruhi oleh faktor struktural dan pembuatan. Peningkatan
temperatur atau penurunan laju regangan akan menurunkan modulus elastisitas dan kekuatan
tarik dan meningkatkan keuletan,selain itu faktor yang lain adalah:
1. Berat molekul
Modulus tarik sangat sensitif terhadap berat molekul. Kekuatan tarik naik seiring dengan
naiknya Mn
2. Tingkat kristalinitas
Modulus tarik dan kekuatan akan meningkat seiring dengan meningkatnya persentase
kristalinitas.

3. Predeformasi
Kekakuan dan kekuatan dapat ditingkatkan dengan deformasi permanen dengan
mengenakan tekanan pada polimer
4. Perlakuan panas
Perlakukan panas polimer semikristalin dapat meningkatkan kekakuan dan kekuatan serta
menurunkan keuletan.

12

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit-unit berulang sederhana.
Nama ini diturunkan dari bahasa yunani Poly, yang berarti banyak, dan mer, yang
berarti bagian. Jika hanya ada beberapa unit monomer yang bergabung bersama,
polimer dengan berat molekul rendah yang terjadi, disebut oligomer (bahasa yunani
oligos beberapa). Makromolekul merupakan istilah yang sinonim dengan polimer.
Polimer sintesis dari moleku-molekul sederhana yang disebut monomer (bagian
tunggal).

Sifat Mekanik Polimer yaitu :


1. Kekuatan (Strength)
- Kekuatan Tarik (Tensile Strength)
- Compressive strength
13

- Flexural strength
- Impact strength :
2. Elongation
3. Modulus
4. Ketangguhan (Toughness)
5. Stabilitas Panas
6.Daya Nyala Dan Ketahanan Nyala.

Sifat Umum Sistem Polimer


1. Sifat Thermal
2. Sifat Kelenturan
3. Ketahanan terhadap Mikroorganisme

Viskositas adalah ukuran ketahanan suatu fluida terhadap gaya geser yang diberikan.

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang
kadang disebut jeli.Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat
dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masingmasing terbungkus dan saling terserap oleh cairan.

3.2. Saran

Kurangi penggunaan plastik

Sampah plastik harus dipisahkan dengan sampah organik, sehingga dapat didaur ulang

Jangan membuang sampah plastik sembarangan.

Sampah plastik jangan dibakar

14

15

Anda mungkin juga menyukai