Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH DASAR BIOMEDIK

Ikatan Kimia

DISUSUN OLEH :

ZUL FIKRI (N1A119209)

IMADINA LUXFY HANIFAH (N1A119211)

NUR‘AINI ALGA (N1A119212)

REZI MARETTA (N1A119214)

NABILA SAHNESIA (N1A119216)

DARA JATUL ULYA (N1A119218)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Rasa puji dan syukur yang senantiasa sayaucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan panulisan makalah ini yang berjudul “Ikatan Kimia”.

Selawat dan salam juga tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi kita Muhammad
SAW, berkat kegigihan dan kesabaran beliaulah kami dapat menuntut ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan, baik dari cara
penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami dapat
berkarya dengan lebih baik di masa yang akan datang.

Akhirnya dengan satu harapan dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua khususnya dan bagi rekan-rekan pembaca umumnya.

Jambi, 24 Oktober 2019

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

12 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ikatan Kimia 3

2.2 Jenis-jenis Kimia 4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 23

3.2 Saran 23

Daftar Pustaka 24

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem periodik kimia adalah tampilan unsur-unsur kimia yang tertera
dalam tabel. Jumlah unsur yang terdapat pada tabel sistem periodik adalah
sebanyak 118 unsur. Jumlah unsur yang terdapat di alam lebih dari 118 unsur.
Hal ini disebabkan karena atom-atom dapat bereaksi antara satu atom dengan
atom yang lain membentuk substansi baru yang disebut dengan senyawa. Bila
dua atau lebih atom-atom berikatan dan membentuk ikatan kimia
menghasilkan senyawa yang unik yaitu memiliki sifat kimia dan sifat fisika
yang berbeda dari sifat asalnya (sifat dari unsur-unsur sebelum bereaksi).
Ilmu kimia dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari segala
sesuatu tentang materi, seperti hakekat, susunan, sifat-sifat, perubahan serta
energi yang menyertai perubahannya. Di alam sendiri banyak ditemukan zat,
baik berupa unsur maupun senyawa. Keberadaan zat tersebut sangat
ditentukan oleh kestabilan zat itu sendiri. Jika suatu zat stabil maka kita akan
menemukannya dalam bentuk unsur bebas, namun jika zat itu tidak stabil
maka kita akan menemukannya dalam bentuk senyawa. Suatu atom bergabung
dengan atom lainnya melalui ikatan kimia sehingga dapat membentuk
senyawa, baik senyawa kovalen maupun senyawa ion. Senyawa ion terbentuk
melalui ikatan ion, yaitu ikatan yang terjadi antara ion positif, yaitu atom yang
melepaskan elektron dan ion negatif, yaitu atom yang menangkap elektron.
Akibatnya, senyawa ion yang terbentuk bersifat polar. Ternyata unsur dan
senyawa tersebut dapat bersatu karena gaya tarik-menarik antara atom dan
dapat disebut Ikatan Kimia.
Munculnya teori tentang ikatan kimia disebabkan oleh keberadaan
golongan unsur gas mulia yaitu pada golongan VIIIA pada sistem periodik.
Golongan unsur gas mulia memperlihatkan kecenderungan yang sangat kecil
untuk membentuk senyawa kimia, hal ini disebabkan karena unsur gas mulia
bersifat stabil, sangat sulit bereaksi dengan unsur lain membentuk senyawa
dan memiliki elektron valensi oktet dan duplet. Kebanyakan unsur-unsur di
alam ada dalam bentuk senyawanya, bukan sebagai unsur bebas seperti unsur
gas mulia. Hal ini memperlihatkan adanya kecenderungan dari atom-atom

1
yang relatif tidak stabil membentuk senyawa yang lebih stabil dibandingkan
dengan atom unsur bebasnya.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk dapat mengetahui dan
mempelajari tentang ikatan kimia. Karena dalam kehidupan sehari-hari, kita
tidak akan pernah lepas dari hal-hal yang berhubungan dengan ikatan kimia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Ikatan Kimia?
2. Rumus Ikatan Kimia?
3. Jenis Ikatan Kimia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui dan Memahami Pengertian Ikatan Kimia
2. Mengetahui Rumus Ikatan Kimia
3. Mengetahui Seluruh Jenis Ikatan Kimia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ikatan Kimia


Ikatan kimia adalah gaya tarik menarik yang kuat antara atom-atom
tertentu bergabung membentuk molekul atau gabungan ion-ion sehingga
keadaannya menjadi lebih stabil. Dua atom atau lebih dapat membentuk suatu
molekul melalui ikatan kimia. Ikatan kimia terjadi karena penggabungan
atom-atom, yang membentuk molekul senyawa yang sesuai dengan aturan
oktet.
Antara dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk
molekul. Interaksi ini selalu disertai dengan pelepasan energi. Adapun
gaya-gaya yang menahan atom-atom dalam molekul merupakan suatu ikatan
yang dinamakan ikatan kimia. Ikatan kimia terbentuk karena unsur-unsur
cenderung membentuk struktur elektron stabil. Struktur elektron stabil yaitu
struktur elektron gas mulia ( Golongan VIII A )

3
Walter Kossel dan Gilbert Lewis pada tahun 1916 menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara stabilnya gas mulia dengan cara atom berikatan.
Mereka mengemukakan bahwa jumlah elektron terluar dari dua atom yang
berikatan, akan berubah sedemikian rupa sehingga susunan kedua elektron
kedua atom tersebut sama dengan susunan gas mulia. Kecenderungan
atom-atom untuk memiliki struktur atau konfigurasi elektron gas mulia atau
elektron pada kulit terluar disebut kaidah Oktet. Contoh: Br + Br Br Br Atau
Br - Br
Sementara itu, atom-atom yang mempunyai nomor atom kecil dari
hidrogen sampai dengan boron cenderung memiliki konfigurasi elektron gas
helium atau mengikuti kaidah Duplet. Elektron yang berperan dalam reaksi
kimia yaitu elektron pada kulit terluar atau elektron valensi. Elektron valensi
menunjukan kemampuan suatu atom untuk berikan dengan atom lain.

Unsur unsur dari golongan alkali dan alkali tanah, untuk menyamai
kestabilan cenderung melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk ion
positif. Unsur unsur yang mempunyai kecenderungan membentuk ion positif
termasuk unsur elektropositif. Unsur unsur dari golongan halogen dan
khalkhogen mempunyai kecenderungan menangkap elektron untuk mencapai
kestabilan sehingga membentuk ion negatif. Unsur - unsur yang demikian
termasuk unsur elektronegatif.

2.2 Jenis Jenis Ikatan Kimia


Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggung jawab
dalam gaya interaksi tarik menarik antara dua atom atau molekul yang

4
menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Secara
umum, ikatan kimia dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu ikatan primer
dan ikatan sekunder.

1. Ikatan Primer (Ikatan Antar Atom )


Ikatan primer adalah ikatan kimia dimana ikatan gata antar atomnya
relatif besar. Ikatan primer ini terdiri atas ikatan ion, ikatan kovalen, dan
ikatan logam.
a. Ikatan ion = heteropolar
Ikatan ionik adalah sebuah gaya elektrostatik yang
mempersatukan ion-ion dalam suatu senyawa ionik. Ion-ion yang
diikat oleh ikatan kimia ini terdiri dari kation dan juga anion. Kation
terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki energi ionisasi rendah dan
biasanya terdiri dari logam-logam alkali dan alkali tanah. Sementara
itu, anion cenderung terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki afinitas
elektron tinggi, dalam hal ini unsur-unsur golongan halogen dan
oksigen. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ikatan ion sangat
dipengaruhi oleh besarnya beda keelektronegatifan dari atom-atom
pembentuk senyawa tersebut. Semakin besar beda
keelektronegatifannya, maka ikatan ionik yang dihasilkan akan
semakin kuat. Ikatan ionik tergolong ikatan kuat, dalam hal ini
memiliki energi ikatan yang kuat sebagai akibat dari perbedaan
keelektronegatifan ion penyusunnya. Pembentukan ikatan ionik
dilakukan dengan cara transfer elektron. Dalam hal ini, kation
terionisasi dan melepaskan sejumlah elektron hingga mencapai jumlah
oktet yang disyaratkan dalam aturan Lewis.

Sifat-Sifat ikatan ionik adalah:

a. Baik larutan maupun lelehannya bersifat elektrolit

b. Dalam bentuk padatan tidak menghantar listrik karena


partikel-partikel ionnya terikat kuat pada kisi, sehingga tidak
ada elektron yang bebas bergerak.
c. Leburan dan larutannya menghantarkan listrik.

5
d. Umumnya berupa zat padat kristal yang permukaannya keras
dan sukar digores.
e. Titik leleh dan titik didihnya tinggi.
f. Larut dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut
nonpolar.

Ciri-ciri senyawa ionik:


a. Mempunyai titik didih dan titik leleh tinggi.
b. Gaya tarik menarik antarpartikel sangat kuat.
c. Tidak dapat menghantarkan listrik karena ion-ion yang berada
dalam kristal sulit bergerak.

Contoh Pembuatan NaCl :


Natrium tergolong unsur logam dengan energi ionisasi yang
relatif rendah. Artinya, mudah melepas elektron. Di lain pihak, klorin
adalah unsur nonlogam dengan daya tarik elektron yang relatif besar.
Artinya klorin mempunyai kecenderungan besar untuk menarik
elektron. Ketika natrium direaksikan dengan klorin, klorin akan
menarik elektron dan natrium. Natrium berubah menjadi ion positif
(Na+), sedangkan klorin berubah menjadi ion negatif (Cl-). Ion ion
tersebut kemudian mengalami tarik-menarik karena gaya Coulomb
sehingga membentuk NaCl.

Rumus Kimia Senyawa Ion


Sesuai dengan aturan oktet, atom natrium akan melepas 1
elektron, sedangkan atom klorin akan menyerap 1 elektron. Jadi, setiap
1 atom klorin membutuhkan 1 atom natrium. Akan tetapi, tidak bisa

6
diartikan bahwa satu ion Na+hanya terikat pada satu ion Cl-. Dalam
kristal NaCl, setiap atom Na+ dikelilingi oleh 6 ion Cl-dan setiap ion
Cl- dikelilingi oleh 6 ion Na+dalam suatu struktur tiga dimensi
berbentuk kubus. Rumus kimia NaCl adalah rumus empiris,
menyatakan bahwa perbandingan ion Na+ dan Cl- adalah 1:1.

Dari kasus tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa ikatan ion


terjadi karena adanya suatu gaya elektrostatis dan ion yang berbeda
muatan (positif dan negatif). Hal itu dapat terjadi jika antara unsur
yang direaksikan terdapat perbedaan daya tarik elektron yang cukup
besar. Satu unsur mempunyai gaya tarik elektron yang lemah sehingga
elektronnya mudah lepas dan kedua unsur tersebut membentuk ion
unsurnya. Golongan unsur yang gaya tarik elektronnya relatif besar
adalah unsur nonlogam, sedangkan golongan unsur yang mempunyai
gaya tarik elektron relatif lemah adalah unsur logam. Oleh karena itu,
unsur logam dengan unsur nonlogam umumnya berikatan ion dalam
senyawanya.

b. Ikatan kovalen = homopolar


Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakaian
pasangan elektron secara bersama-sama oleh dua atom (James E.
Brady, 1990). Ikatan kovalen terbentuk di antara dua atom yang
sama-sama ingin menangkap elektron.
Ikatan kovalen biasanya terbentuk dari unsur-unsur non
logam. Dalam ikatan kovalen, setiap elektron dalam pasangan
tertarik ke dalam nukleus kedua atom. Tarik menarik elektron
inilah yang menyebabkan kedua atom terikat bersama.Ikatan
kovalen terjadi ketika masing-masing atom dalam ikatan tidak mampu
memenuhi aturan oktet, dengan pemakaian elektron bersama dalam
ikatan kovalen, masing-masing atom memenuhi jumlah oktetnya.
Hal ini mendapat pengecualian untuk atom H yang
menyesuaikan diri dengan konfigurasi atom dari yang tidak

7
terlibat dalam ikatan kovalen disebut elektron bebas. Elektron
bebas ini berpengaruh dalam menentukan bentuk dan geometri
molekul.Ada beberapa jenis ikatan kovalen yang semuanya
bergantung pada jumlah pasangan elektron yang terlibat dalam ikatan
kovalen.

Sifat-sifat Senyawa Kovalen :

1. Titik didih
Pada umumnya senyawa kovalen mempunyai titik didih yang
rendah (rata-rata di bawah suhu 200 0C). Sebagai contoh Air, H2O
merupakan senyawa kovalen. Ikatan kovalen yang mengikat antara
atom hidrogen dan atom oksigen dalam molekul air cukup kuat,
sedangkan gaya yang mengikat antar molekul-molekul air cukup
lemah. Keadaan inilah yang menyebabkan air dalam fasa (bentuk)
cair akan mudah berubah menjadi uap air bila dipanaskan sampai

sekitar 100 0C, akan tetapi pada suhu ini ikatan kovalen yang ada
di dalam molekul H2O tidak putus.
2. Volatitilitas (kemampuan untuk menguap)

8
Sebagian besar senyawa kovalen berupa cairan yang mudah menguap
dan berupa gas. Molekul-molekul pada senyawa kovalen yang
mempunyai sifat mudah menguap sering menghasilkan bau yang khas.
Parfum dan bahan pemberi aroma merupakan senyawa kovalen contoh
dari senyawa kovalen yang mudah menguap
3. Kelarutan

Pada Umumnya senyawa kovalen tidak dapat larut dalam air, tetapi
mudah larut dalam pelarut organik. Pelarut organik merupakan
senyawa karbon, misalnya bensin, minyak tanah, alkohol, dan aseton.
Namun ada beberapa senyawa kovalen yang dapat larut dalam air
karena terjadi reaksi dengan air (hidrasi) dan membentuk ion-ion.
Misalnya, asam sulfat bila dilarutkan ke dalam air akan membentuk
ion hidrogen dan ion sulfat. Senyawa kovalen yang dapat larut dalam
air selanjutnya disebut dengan senyawa kovalen polar, sedangkan
senyawa kovalen yang tidak larut dalam air selanjutnya disebut dengan
senyawa kovalen non polar.

9
4.Daya hantar Listrik

Pada umumnya senyawa kovalen pada berbagai wujud tidak dapat


menghantar arus listrik atau bersifat non elektrolit, kecuali senyawa
kovalen polar. Hal ini disebabkan senyawa kovalen polar mengandung
ion-ion jika dilarutkan dalam air dan senyawa tersebut temasuk
senyawa elektrolit lemah. Berikut ini gambar perbedaan antara
senyawa non elektrolit, elektrolit lemah dan elektrolit kuat.

a. Kovalen non polar


Senyawa kovalen dikatakan non polar jika senyawa tersebut
tidakmemiliki perbedaan keelektronegatifan. Dengan demikian,
pada senyawayang berikatan kovalen tidak terjadi pengutuban
muatan. Ikatan kovalennonpolar adalah ikatan kovalen yang
Pasangan Elektron Ikatannya (PEI)tertarik sama kuat ke arah
atom-atom yang berikatan. Senyawa kovalennonpolar terbentuk
antara atom-atom unsur yang mempunyai bedakeelektronegatifan
nol atau mempunyai momen dipol = 0 (nol) ataumempunyai
bentuk molekul simetri.

10
 Ikatan tunggal merupakan ikatan kovalen yang terbentuk 1
pasangan elektron. Contoh dari Ikatan Kovalen Tunggal,
pembentukan molekul hidrogen tidak melalui pelepasan dan
penyerapan elektron. Sebagai unsur nonlogam, atom-atom
hidrogen mempunyai daya tarik elektron yang cukup besar.
Oleh karena peasangan elektron yang terbentuk ditarik oleh
kedua inti atom hidrogen yang berikatan, kedua atom tersebut
menjadi saling terikat. Ikatan yang terbentuk dengan cara

 Ikatan rangkap 2 merupakan ikatan kovalen yang


terbentuk dari dua pasangan elektron. Contohnya
pembentukan molekul O2.

11
 Ikatan rangkap 3 yang terdiri dari 3 pasangan
elektron.Contohnya pembentukan N2(gas nitrogen).

Ikatan rangkap memiliki panjang ikatan yang lebih pendek daripada ikatan
tunggal. Selain itu terdapat juga bermacam-macam jenis ikatan kovalen lain seperti
ikatan sigma, pi, delta, dan lain-lain. Senyawa kovalen dapat dibagi mejadi senyawa
kovalen polar dan non polar. Pada senyawa kovalen polar, atom-atom pembentuknya
mempunyai gaya tarik yang tidak sama terhadap elektron pasangan persekutuannya.
Hal ini terjadi karena beda keelektronegatifan antaraatom-atom penyusunnya.
Akibatnya terjadi pemisahan kutub positif dan negatif. Sementara itu pada senyawa
kovalen non-polar titik muatan negatif elekton persekutuan berhimpit karena beda
keelektronegatifan yang kecil atau tidak ada.

b. Kovalen polar

Senyawa kovalen dikatakan polar jika senyawa tersebut


memiliki perbedaan keelektronegatifan. Dengan demikian, pada
senyawa yang berikatan kovalen terjadi pengutuban muatan. Ikatan

12
kovalen polar adalah ikatan kovalen yang Pasangan Elektron Ikatannya
(PEI) cenderung tertarik ke salah satu atom yang berikatan. Senyawa
kovalen polar biasanya terjadi antara atom-atom unsur yang beda
keelektronegatifannya besar, mempunyai bentuk molekul asimetris,
mempunyai momen dipol.

 Ikatan kovalen koordinasi = semipolar

Ikatan kovalen koordinat merupakan ikatan kimia yang terjadi


apabila pasangan elektron bersama yang dipakai oleh kedua atom
disumbangkan oleh sala satu atom saja. Sementara itu atom yang lain
hanya berfungsi sebagai penerima elektron berpasangan saja.

Syarat-syarat terbentuknya ikatan kovalen koordinat:


a. Salah satu atom memiliki pasangan elektron bebas
b. Atom yang lainnya memiliki orbital kosong

Susunan ikatan kovalen koordinat sepintas mirip dengan ikatan


ion, namun kedua ikatan ini berbeda oleh karena beda
keelektronegatifan yang kecil pada ikatan kovalen koordinat sehingga
menghasilkan ikatan yang cenderung mirip kovalen.

Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen di mana


pasangan electron yang dipakai bersama hanya disumbangkan oleh
satu atom, sedangkan atom yang satu lagi tidak menyumbangkan
elektron. Ikatan ini dapat terjadi jika atom penyumbang memiliki
Pasangan Elektron Bebas (PEB), sedangkan atom lain sebagai
penerimanya. Ikatan kovalen koordinasi kadang-kadang dinyatakan
dengan tanda panah (→) yg menunjukan arah donasi pasangan
elektron.

Contoh ikatan kovalen koordinasi adalah ammonia (NH3)


yang bereaksi dengan boron triklorida (BCl3) membentuk senyawa
NH3BCl3. Atom N dalam NH3 sudah memenuhi kaidah oktet dan
mempunyai sepasang elektron bebas. Di lain pihak, atom B dalam
BCl3sudah memasangkan semua elektron valensinya, namun belum

13
memenuhi kaidah oktet. Dalam hal ini, atom N (dari NH3) dan atom B
(dari BCl3) dapat berikatan dengan menggunakan bersama pasangan
elektron bebas dari atom N.

Kovalen Polar Kovalen Non Polar


Larut dalam air Tidak dapat larut dalam air
Memiliki pasangan elektron bebas Tidak memiliki pasangan elektron
bebas
Berakhir ganjil, kecuali BX3 dan PX5 Berakhiran genap
Contoh: NH3, PCl3, H2O, HCl, HBr, Contoh: F2, Cl2, Br2, I2, O2, H2, N2,
SO3, N2O5, Cl2O5 CH4, SF6, PCl5, BCl3

Perbedaan Ikatan Ionik, Kovalen, dan Kovalen Koordinasi

Perbedaan Ion Kovalen Kovalen Koordinasi

Proses Pembentukan Serah terima Penggunaan bersama Penggunaan bersama


elektron antar atom pasangan elektron pasangan elektron
dimana tiap atom yang hanya berasal
menyumbang dari salah satu atom.
elektron. X+YaX:Y
X+YaX:Y
Atom yang terlibat Logam + Nonlogam Nonlogam + Nonlogam +
Nonlogam Nonlogam
Titik leleh dan titik Tinggi Rendah (kecuali Rendah
didih pada padatan
kovalen seperti

14
intan)

Kelarutan Larut dalam air Sukar larut dalam air Sukar larut dalam air
namun sukar larut namun larut dalam namun larut dalam
dalam pelarut pelarut organik. pelarut organik.
organik seperti
aseton, alkhohol,
eter dan Benzena.
Daya Hantar Listrik Lelehan dan Tidak dapat Tidak dapat
larutannya menghantarkan menghantarkan
mengantarkan listrik listrik (namun ada listrik (namun ada
beberapa larutannya beberapa larutannya
yang menghantarkan yang menghantarkan
listrik) listrik)
Contoh NaCl, LiF, CaO, HF, H2O, PCl3, BCl3, NH4+, SO4-2, POCl3,
CaBr2, AlCl3 CO2 H3NBF3, SO3

c. Ikatan Logam
Ikatan logam merupakan salah satu ciri khusus dari logam,
pada ikatan logam ini elektron tidak hanya menjadi miliki satu
atau dua atom saja, melainkan menjadi milik dari semua atom
yang ada dalam ikatan logam tersebut. Elektron-elektron dapat
terdelokalisasi sehingga dapat bergerak bebas dalam awan elektron
yang mengelilingi atom-atom logam. Akibat dari elektron yang
dapat bergerak bebas ini adalah sifat logam yang dapat
menghantarkan listrik dengan mudah. Ikatan logam ini hanya
ditemui pada ikatan yang seluruhnya terdiri dari atom unsur-unsur
logam semata.

15
Ikatan logam terjadi karena adanya delokalisasi elektron.
Sebagaimana telah diketahui bahwa unsur logam mempunyai sedikit
elektron valensi sehingga kulit terluar atom logam relatif longgar.
Kejadian seperti itu memungkinkan elektron valensi dapat
berpindah-pindah. Mobilitas elektron dalam logam sangat bebas,
menyebabkan elektron dapat berpindah dari satu atom ke atom lain,
atau disebut juga delokalisasi. Elektron-elektron valensi yang
mengalami delokalisasi tersebut membentuk satu awan yang
membungkus ion-ion positif logam didalam nya.
2. Ikatan Sekunder ( Ikatan Antarmolekul )
Ikatan sekunder adalah ikatan antar molekul. Gaya ikatan sekunder
timbul dari dipolatom atau molekul. Pada dasarnya dipol listrik timbul jika
ada jarak pisah antara bagian positif dan negatif dari sebuah atom dan
molekul. Perlu diingat bahwa gaya tarik antar molekul berikatan dengan
sifat-sifat fisis zat, seperti titik leleh dan titikdidih. Semakin kuat gaya
tarik antar molekul, semakin sulit untuk memutuskannya,sehingga
mengakibatkan semakin tinggi titik leleh maupun titik didih suatu
senyawa.
a. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H
dengan atom lain yang mempunyai keelektronegatifan besar pada
satu molekul dari senyawa yang sama. Ikatan hidrogen
merupakan ikatan yang paling kuat dibandingkan dengan ikatan
antar molekul lain, namun ikatan ini masih lebih lemah
dibandingkan dengan ikatan kovalen maupun ikatan ion. Ikatan
hidrogen ini terjadi pada ikatan antara atom H dengan atom N, O,
dan F yang memiliki pasangan elektron bebas. Hidrogen dari
molekul lain akan bereaksi dengan pasangan elektron bebas ini
membentuk suatu ikatan hidrogen dengan besar ikatan bervariasi.
Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh beda

16
keelektronegatifan dari atom-atom penyusunnya. Semakin besar
perbedaannya semakin besar pula ikatan hidrogen yang
dibentuknya. Kekuatan ikatan hidrogen ini akan mempengaruhi
titik didih dari senyawa tersebut. Semakin besar perbedaan
keelektronegatifannya maka akan semakin besar titik didih
dari senyawa tersebut. Namun,
terdapat pengecualian untuk H2O yang memiliki dua
ikatan hidrogen tiap molekulnya. Akibatnya, titik didihnya paling
besar dibanding senyawa dengan ikatan hidrogen lain, bahkan
lebih tinggi dari HF yang memiliki beda keelektronegatifan
terbesar.
b. Gaya London / Gaya Dispersi

Gaya London atau gaya dispersi adalah gaya tarik menarik


antaramolekul-molekul dalam zat yang nonpolar. Fritz London,
seorang ilmuwan Jerman mengungkapkan teori tentang gaya ini,
sehingga gaya ini bisa disebut gaya London. Gaya London adalah
gaya dimana elektron senantiasa bergerak dalam orbital.
Perpindahan elektron dari suatu daerah ke daerah
lainnyamenyebabkan suatu molekul yang secara normal bersifat
nonpolar menjadi polar sesaat, membentuk dipol sesaat. Dipol
yang terbentuk dengan cara ini disebut dipol sesaat karena dipol ini
dapat berubah secara banyak dalam satu detik. Dipol sesaat pada
suatu molekul dapat mengimbas molekul disekitarnya sehingga
membentuk suatu dipol terimbas.
Gaya London merupakan gaya yang relatif lemah. Zat yng
molekulnya bertarikan hanya berdasarkan gaya London
mempunyai titik leleh dan titik didih yang rendah dibandingkan
dengan zat lain yang massa molekulnyarelatif kira-kira sama. Jika

17
molekul-molekulnya kecil, zat-zat itu biasanya berbentuk gas pada
suhu kamar. Contohnya adalah hidrogen (H2), nitrogen(N2),
metana (CH4), gas-gas mulia seperti helium (He), dan sebagainya.
Kekuatan gaya London bergantung pada beberapa faktor,
antara lainkerumitan molekul dan ukuran molekul.
1. Kerumitan Molekul
- Lebih banyak terdapat interaksi pada molekul
kompleks dari molekul sederhana, sehingga Gaya
London lebih besar dibandingkan molekul
sederhana.
- Makin besar Mr makin kuat Gaya London.

2. Ukuran Molekul
- Molekul yang lebih besar mempunyai tarikan lebih
besar dari pada molekul berukuran kecil. Sehingga
mudah terjadi kutub listrik sesaat yangmenimbulkan
Gaya London besar.
- Dalam satu golongan dari atas ke bawah, ukurannya
bertambah besar, sehingga gaya londonnya juga
semakin besar.

c. Ikatan / Gaya Van Der Waals


Gaya-gaya antar molekul secara kolektif disebut juga gaya van
der Waals. Jadi, bisa dikatakan bahwa gaya London, gaya
dipol-dipol, dan gaya dipol-dipol terimbas, semuanya tergolong
gaya van der Waals. Namun demikian, ada kebiasaan untuk
melakukan pembedaan yang bertujuan untukmemperjelas gaya
antarmolekul dalam suatu zat berikut.
- Istilah gaya London atau gaya dispersi digunakan, jika
gaya antar molekul itulah satu-satunya, yaitu untuk
zat-zat yang nonpolar. Misalnya untuk gasmulia,
hidrogen, dan nitrogen.

18
Istilah gaya van der Waals digunakan untuk zat yang
mempunyai dipol-dipol selain gaya dipersi, misalnya hidrogen

klorida dan aseton.

3. Teori Orbital Molekul

Teori Ikatan Valensi mampu secara kualitatif menjelaskan


kestabilan ikatan kovalen sebagai akibat tumpang-tindih orbital-orbital
atom. Dengan konsep hibridisasi pun dapat .Sayangnya dalam beberapa
kasus, teori ikatan valensi tidak dapat menjelaskan sifat-sifat molekul
yang tramati secara memuaskan. Contohnya adalah molekul oksigen,
yang struktur Lewisnya sebagai berikut :

Menurut gambaran struktur Lewis Oksigendi atas, semua


elektron pada O2 berpasangan dan molekulnya seharusnya bersifat
diamagnetik, namun kenyataannya, menurut hasil percobaan diketahui
bahwa Oksigen bersifat paramagnetik dengan dua elektron tidak
berpasangan. Temuan ini membuktikan adanya kekurangan mendasar
dalam teori ikatan valensi. Sifat magnet dan sifat-sifat molekul yang lain
dapat dijelaskan lebih baik dengan menggunakan pendekatan mekanika
kuantum yang lain yang disebut sebagai teori orbital molekul (OM),
yang menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah orbital molekul yang
dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom dari atom-atom yang berikatan

19
dan yang terkait dengan molekul secara keseluruhan. Menurut teori OM,
tumpang tindih orbital 1s dua atom hidrogen mengarah pada
pembentukan dua orbital molekul, satu orbital molekul ikatan dan satu
orbital molekul antiikatan. Orbital molekul ikatan memiliki energi yang
lebih rendah dan kestabilan yang lebih besar dibandingkan dengan orbital
atom pembentuknya. Orbital molekul anti ikatan memiliki energi yang
lebih besar dan kestabilan yang lebih rendah dibandingkan dengan orbital
atom pembentuknya. Penempatan elektron dalam orbital molekul ikatan
menghasilkan ikatan kovalen yang stabil, sedangkan penempatan elektron
dalam orbital molekul antiikatan menghasilkan ikatan kovalen yang tidak
stabil.

4. Hibridisasi

Dalam kimia, hibridisasi adalah sebuah konsepbersatunya


orbital-orbital atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai
dengan penjelasan kualitatif sifat ikatan atom. Konsep orbital-orbital yang
terhibridisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital molekul
dari sebuah molekul. Konsep ini adalah bagian tak terpisahkan dari teori
ikatan valensi. Walaupun kadang-kadang diajarkan bersamaan dengan
teori VSEPR, teori ikatan valensi dan hibridisasi sebenarnya tidak ada
hubungannya sama sekali dengan teori VSEPR.

a. Sejarah perkembangan
Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus
Pauling, dalam menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4).
Secara historis, konsep ini dikembangkan untuk sistem-sistem
kimia yang sederhana, namun pendekatan ini selanjutnya
diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap sebagai sebuah
heuristik yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa
organik.Teori hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital
molekul dalam hal perhitungan kuantitatif. Masalah-masalah pada
hibridisasi terlihat jelas pada ikatan yang melibatkan orbital d,
seperti yang terdapat pada kimia koordinasi dan kimia
organologam. Walaupun skema hibridisasi pada logam transisi dapat

20
digunakan, ia umumnya tidak akurat.Sangatlah penting untuk dicatat
bahwa orbital adalah sebuah model representasi dari tingkah laku
elektron-elektron dalam molekul. Dalam kasus hibridisasi yang
sederhana, pendekatan ini didasarkan pada orbital-orbital atom
hidrogen. Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan
sebagai gabungan dari orbital-orbital atom yang bertumpang tindih
satu sama lainnya dengan proporsi yang bervariasi. Orbital-orbital
hidrogen digunakan sebagai dasar skema hibridisasi karena ia
adalah salah satu dari sedikit orbital yang persamaan
Schrödingernya memiliki penyelesaian analitis yang diketahui.
Orbital-orbital ini kemudian diasumsikan terdistorsi sedikit untuk
atom-atom yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan oksigen.
Dengan asumsi-asumsi ini, teori hibridisasi barulah dapat
diaplikasikan. Perlu dicatat bahwa kita tidak memerlukan
hibridisasi untuk menjelaskan molekul, namun untuk
molekul-molekul yang terdiri dari karbon, nitrogen, dan oksigen, teori
hibridisasi menjadikan penjelasan strukturnya lebih mudah.Teori
hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik,
biasanyadigunakan untuk menjelaskan molekul yang terdiri dari
atom C, N, dan O (kadang kala juga P dan S). Penjelasannya
dimulai dari bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan dalam
metana.Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang berikatan dari
sudut pandang sebuahatom. Untuk sebuah karbon yang
berkoordinasi secara tetrahedal (seperti metana, CH4), maka
karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri
yang tepat dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi keadaan dasar
karbon adalah 1s2 2s2 2px1 2py1.

b. Teori hibridisasi vs Teori orbital molekul Teori hibridisasi adalah


bagian yang tak terpisahkan dari kimia organik dan secara umum
didiskusikan bersama dengan teori orbital molekul dalam buku
pelajaran kimia organik tingkat lanjut. Walaupun teori ini masih
digunakan secara luas dalam kimia organik, teori hibridisasi secara
luas telah ditinggalkan pada kebanyakan cabang kimia lainnya.

21
Masalah dengan teori hibridisasi ini adalah kegagalan teori ini
dalam memprediksikan spektra fotoelektron dari kebanyakan molekul,
meliputi senyawa yang paling dasar seperti air dan metana. Dari
sudut pandang pedagogi, pendekatan hibridisasi ini cenderung
terlalu menekankan lokalisasi elektron-elektron ikatan dan tidak
secara efektif mencakup simetri molekul seperti yang ada pada teori
orbital molekul.

c. Contoh hibridisasi dan tabelnya

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ikatan Kimia adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul. Terjadi melalui
ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan lainnya seperti ikatan hidrogen, logam, dan sebagainya.
Dalam bentuk molekul dikenal adanya teori ikatan valensi. Postulat dasar dari teori ini adalah
bahwa bila 2 atom membentuk ikatan kovalen, orbital paling luar salah satu atom mengadakan
tumpang tindih dengan orbital paling luar atom yang lain, dan pasangan elektron yang dimiliki
bersama berada di daerah di mana terjadi tumpang tindih tersebut. Dengan adanya ikatan
valensi tersebut maka dapat dijelaskan sifat fisika maupun kimia dari suatu senyawa atau ion
kompleks yang terbentuk dari ikatan valensi tersebut.
3.2 Saran
Makalah ini masih banyak kekurangannya, baik segi penulisan dan isi makalah. Oleh sebab
itu penulis harapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Disamping dari
beberapa penjelasan teori Ikatan Kimia ini kita sebagai mahasiswa diharapkan
tidak hanya mengonsumsi teori tersebut namun dapat dikaji kembali dan
dikembangkan lagi agar nantinya menghasilkan kajian ilmu pengetahuan yang
lebih luas dan bermanfaat bagi mahkluk hidup. Lebih baiknya lagi
apabila dapat dilakukan percobaan agar lebih memahami tentang Ikatan
Kimia karena kegunaannya yang sangat besar bagi kehidupan kita sehingga
perlu dipelajari dan dipahami.

23
Daftar Pustaka
− Saidah, Aas, dan Purba, Michael. 2013. Kimia Bidang Keahlian Teknologi dan
Rekayasa. Jakarta: Penerbit Erlangga.
− Elida Tety. 1996. Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Gunadarma.

− Kolo, Sefrinus,. 2009. Bahan Ajar Kimia Organik. Universitas Timor.


Kefamenanu.

24

Anda mungkin juga menyukai