Ikatan Kimia
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR
Rasa puji dan syukur yang senantiasa sayaucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan panulisan makalah ini yang berjudul “Ikatan Kimia”.
Selawat dan salam juga tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi kita Muhammad
SAW, berkat kegigihan dan kesabaran beliaulah kami dapat menuntut ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan, baik dari cara
penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami dapat
berkarya dengan lebih baik di masa yang akan datang.
Akhirnya dengan satu harapan dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua khususnya dan bagi rekan-rekan pembaca umumnya.
Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
12 Rumusan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan 23
3.2 Saran 23
Daftar Pustaka 24
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang relatif tidak stabil membentuk senyawa yang lebih stabil dibandingkan
dengan atom unsur bebasnya.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk dapat mengetahui dan
mempelajari tentang ikatan kimia. Karena dalam kehidupan sehari-hari, kita
tidak akan pernah lepas dari hal-hal yang berhubungan dengan ikatan kimia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Walter Kossel dan Gilbert Lewis pada tahun 1916 menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara stabilnya gas mulia dengan cara atom berikatan.
Mereka mengemukakan bahwa jumlah elektron terluar dari dua atom yang
berikatan, akan berubah sedemikian rupa sehingga susunan kedua elektron
kedua atom tersebut sama dengan susunan gas mulia. Kecenderungan
atom-atom untuk memiliki struktur atau konfigurasi elektron gas mulia atau
elektron pada kulit terluar disebut kaidah Oktet. Contoh: Br + Br Br Br Atau
Br - Br
Sementara itu, atom-atom yang mempunyai nomor atom kecil dari
hidrogen sampai dengan boron cenderung memiliki konfigurasi elektron gas
helium atau mengikuti kaidah Duplet. Elektron yang berperan dalam reaksi
kimia yaitu elektron pada kulit terluar atau elektron valensi. Elektron valensi
menunjukan kemampuan suatu atom untuk berikan dengan atom lain.
Unsur unsur dari golongan alkali dan alkali tanah, untuk menyamai
kestabilan cenderung melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk ion
positif. Unsur unsur yang mempunyai kecenderungan membentuk ion positif
termasuk unsur elektropositif. Unsur unsur dari golongan halogen dan
khalkhogen mempunyai kecenderungan menangkap elektron untuk mencapai
kestabilan sehingga membentuk ion negatif. Unsur - unsur yang demikian
termasuk unsur elektronegatif.
4
menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Secara
umum, ikatan kimia dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu ikatan primer
dan ikatan sekunder.
5
d. Umumnya berupa zat padat kristal yang permukaannya keras
dan sukar digores.
e. Titik leleh dan titik didihnya tinggi.
f. Larut dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut
nonpolar.
6
diartikan bahwa satu ion Na+hanya terikat pada satu ion Cl-. Dalam
kristal NaCl, setiap atom Na+ dikelilingi oleh 6 ion Cl-dan setiap ion
Cl- dikelilingi oleh 6 ion Na+dalam suatu struktur tiga dimensi
berbentuk kubus. Rumus kimia NaCl adalah rumus empiris,
menyatakan bahwa perbandingan ion Na+ dan Cl- adalah 1:1.
7
terlibat dalam ikatan kovalen disebut elektron bebas. Elektron
bebas ini berpengaruh dalam menentukan bentuk dan geometri
molekul.Ada beberapa jenis ikatan kovalen yang semuanya
bergantung pada jumlah pasangan elektron yang terlibat dalam ikatan
kovalen.
1. Titik didih
Pada umumnya senyawa kovalen mempunyai titik didih yang
rendah (rata-rata di bawah suhu 200 0C). Sebagai contoh Air, H2O
merupakan senyawa kovalen. Ikatan kovalen yang mengikat antara
atom hidrogen dan atom oksigen dalam molekul air cukup kuat,
sedangkan gaya yang mengikat antar molekul-molekul air cukup
lemah. Keadaan inilah yang menyebabkan air dalam fasa (bentuk)
cair akan mudah berubah menjadi uap air bila dipanaskan sampai
sekitar 100 0C, akan tetapi pada suhu ini ikatan kovalen yang ada
di dalam molekul H2O tidak putus.
2. Volatitilitas (kemampuan untuk menguap)
8
Sebagian besar senyawa kovalen berupa cairan yang mudah menguap
dan berupa gas. Molekul-molekul pada senyawa kovalen yang
mempunyai sifat mudah menguap sering menghasilkan bau yang khas.
Parfum dan bahan pemberi aroma merupakan senyawa kovalen contoh
dari senyawa kovalen yang mudah menguap
3. Kelarutan
Pada Umumnya senyawa kovalen tidak dapat larut dalam air, tetapi
mudah larut dalam pelarut organik. Pelarut organik merupakan
senyawa karbon, misalnya bensin, minyak tanah, alkohol, dan aseton.
Namun ada beberapa senyawa kovalen yang dapat larut dalam air
karena terjadi reaksi dengan air (hidrasi) dan membentuk ion-ion.
Misalnya, asam sulfat bila dilarutkan ke dalam air akan membentuk
ion hidrogen dan ion sulfat. Senyawa kovalen yang dapat larut dalam
air selanjutnya disebut dengan senyawa kovalen polar, sedangkan
senyawa kovalen yang tidak larut dalam air selanjutnya disebut dengan
senyawa kovalen non polar.
9
4.Daya hantar Listrik
10
Ikatan tunggal merupakan ikatan kovalen yang terbentuk 1
pasangan elektron. Contoh dari Ikatan Kovalen Tunggal,
pembentukan molekul hidrogen tidak melalui pelepasan dan
penyerapan elektron. Sebagai unsur nonlogam, atom-atom
hidrogen mempunyai daya tarik elektron yang cukup besar.
Oleh karena peasangan elektron yang terbentuk ditarik oleh
kedua inti atom hidrogen yang berikatan, kedua atom tersebut
menjadi saling terikat. Ikatan yang terbentuk dengan cara
11
Ikatan rangkap 3 yang terdiri dari 3 pasangan
elektron.Contohnya pembentukan N2(gas nitrogen).
Ikatan rangkap memiliki panjang ikatan yang lebih pendek daripada ikatan
tunggal. Selain itu terdapat juga bermacam-macam jenis ikatan kovalen lain seperti
ikatan sigma, pi, delta, dan lain-lain. Senyawa kovalen dapat dibagi mejadi senyawa
kovalen polar dan non polar. Pada senyawa kovalen polar, atom-atom pembentuknya
mempunyai gaya tarik yang tidak sama terhadap elektron pasangan persekutuannya.
Hal ini terjadi karena beda keelektronegatifan antaraatom-atom penyusunnya.
Akibatnya terjadi pemisahan kutub positif dan negatif. Sementara itu pada senyawa
kovalen non-polar titik muatan negatif elekton persekutuan berhimpit karena beda
keelektronegatifan yang kecil atau tidak ada.
b. Kovalen polar
12
kovalen polar adalah ikatan kovalen yang Pasangan Elektron Ikatannya
(PEI) cenderung tertarik ke salah satu atom yang berikatan. Senyawa
kovalen polar biasanya terjadi antara atom-atom unsur yang beda
keelektronegatifannya besar, mempunyai bentuk molekul asimetris,
mempunyai momen dipol.
13
memenuhi kaidah oktet. Dalam hal ini, atom N (dari NH3) dan atom B
(dari BCl3) dapat berikatan dengan menggunakan bersama pasangan
elektron bebas dari atom N.
14
intan)
Kelarutan Larut dalam air Sukar larut dalam air Sukar larut dalam air
namun sukar larut namun larut dalam namun larut dalam
dalam pelarut pelarut organik. pelarut organik.
organik seperti
aseton, alkhohol,
eter dan Benzena.
Daya Hantar Listrik Lelehan dan Tidak dapat Tidak dapat
larutannya menghantarkan menghantarkan
mengantarkan listrik listrik (namun ada listrik (namun ada
beberapa larutannya beberapa larutannya
yang menghantarkan yang menghantarkan
listrik) listrik)
Contoh NaCl, LiF, CaO, HF, H2O, PCl3, BCl3, NH4+, SO4-2, POCl3,
CaBr2, AlCl3 CO2 H3NBF3, SO3
c. Ikatan Logam
Ikatan logam merupakan salah satu ciri khusus dari logam,
pada ikatan logam ini elektron tidak hanya menjadi miliki satu
atau dua atom saja, melainkan menjadi milik dari semua atom
yang ada dalam ikatan logam tersebut. Elektron-elektron dapat
terdelokalisasi sehingga dapat bergerak bebas dalam awan elektron
yang mengelilingi atom-atom logam. Akibat dari elektron yang
dapat bergerak bebas ini adalah sifat logam yang dapat
menghantarkan listrik dengan mudah. Ikatan logam ini hanya
ditemui pada ikatan yang seluruhnya terdiri dari atom unsur-unsur
logam semata.
15
Ikatan logam terjadi karena adanya delokalisasi elektron.
Sebagaimana telah diketahui bahwa unsur logam mempunyai sedikit
elektron valensi sehingga kulit terluar atom logam relatif longgar.
Kejadian seperti itu memungkinkan elektron valensi dapat
berpindah-pindah. Mobilitas elektron dalam logam sangat bebas,
menyebabkan elektron dapat berpindah dari satu atom ke atom lain,
atau disebut juga delokalisasi. Elektron-elektron valensi yang
mengalami delokalisasi tersebut membentuk satu awan yang
membungkus ion-ion positif logam didalam nya.
2. Ikatan Sekunder ( Ikatan Antarmolekul )
Ikatan sekunder adalah ikatan antar molekul. Gaya ikatan sekunder
timbul dari dipolatom atau molekul. Pada dasarnya dipol listrik timbul jika
ada jarak pisah antara bagian positif dan negatif dari sebuah atom dan
molekul. Perlu diingat bahwa gaya tarik antar molekul berikatan dengan
sifat-sifat fisis zat, seperti titik leleh dan titikdidih. Semakin kuat gaya
tarik antar molekul, semakin sulit untuk memutuskannya,sehingga
mengakibatkan semakin tinggi titik leleh maupun titik didih suatu
senyawa.
a. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H
dengan atom lain yang mempunyai keelektronegatifan besar pada
satu molekul dari senyawa yang sama. Ikatan hidrogen
merupakan ikatan yang paling kuat dibandingkan dengan ikatan
antar molekul lain, namun ikatan ini masih lebih lemah
dibandingkan dengan ikatan kovalen maupun ikatan ion. Ikatan
hidrogen ini terjadi pada ikatan antara atom H dengan atom N, O,
dan F yang memiliki pasangan elektron bebas. Hidrogen dari
molekul lain akan bereaksi dengan pasangan elektron bebas ini
membentuk suatu ikatan hidrogen dengan besar ikatan bervariasi.
Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh beda
16
keelektronegatifan dari atom-atom penyusunnya. Semakin besar
perbedaannya semakin besar pula ikatan hidrogen yang
dibentuknya. Kekuatan ikatan hidrogen ini akan mempengaruhi
titik didih dari senyawa tersebut. Semakin besar perbedaan
keelektronegatifannya maka akan semakin besar titik didih
dari senyawa tersebut. Namun,
terdapat pengecualian untuk H2O yang memiliki dua
ikatan hidrogen tiap molekulnya. Akibatnya, titik didihnya paling
besar dibanding senyawa dengan ikatan hidrogen lain, bahkan
lebih tinggi dari HF yang memiliki beda keelektronegatifan
terbesar.
b. Gaya London / Gaya Dispersi
17
molekul-molekulnya kecil, zat-zat itu biasanya berbentuk gas pada
suhu kamar. Contohnya adalah hidrogen (H2), nitrogen(N2),
metana (CH4), gas-gas mulia seperti helium (He), dan sebagainya.
Kekuatan gaya London bergantung pada beberapa faktor,
antara lainkerumitan molekul dan ukuran molekul.
1. Kerumitan Molekul
- Lebih banyak terdapat interaksi pada molekul
kompleks dari molekul sederhana, sehingga Gaya
London lebih besar dibandingkan molekul
sederhana.
- Makin besar Mr makin kuat Gaya London.
2. Ukuran Molekul
- Molekul yang lebih besar mempunyai tarikan lebih
besar dari pada molekul berukuran kecil. Sehingga
mudah terjadi kutub listrik sesaat yangmenimbulkan
Gaya London besar.
- Dalam satu golongan dari atas ke bawah, ukurannya
bertambah besar, sehingga gaya londonnya juga
semakin besar.
18
Istilah gaya van der Waals digunakan untuk zat yang
mempunyai dipol-dipol selain gaya dipersi, misalnya hidrogen
19
dan yang terkait dengan molekul secara keseluruhan. Menurut teori OM,
tumpang tindih orbital 1s dua atom hidrogen mengarah pada
pembentukan dua orbital molekul, satu orbital molekul ikatan dan satu
orbital molekul antiikatan. Orbital molekul ikatan memiliki energi yang
lebih rendah dan kestabilan yang lebih besar dibandingkan dengan orbital
atom pembentuknya. Orbital molekul anti ikatan memiliki energi yang
lebih besar dan kestabilan yang lebih rendah dibandingkan dengan orbital
atom pembentuknya. Penempatan elektron dalam orbital molekul ikatan
menghasilkan ikatan kovalen yang stabil, sedangkan penempatan elektron
dalam orbital molekul antiikatan menghasilkan ikatan kovalen yang tidak
stabil.
4. Hibridisasi
a. Sejarah perkembangan
Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus
Pauling, dalam menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4).
Secara historis, konsep ini dikembangkan untuk sistem-sistem
kimia yang sederhana, namun pendekatan ini selanjutnya
diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap sebagai sebuah
heuristik yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa
organik.Teori hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital
molekul dalam hal perhitungan kuantitatif. Masalah-masalah pada
hibridisasi terlihat jelas pada ikatan yang melibatkan orbital d,
seperti yang terdapat pada kimia koordinasi dan kimia
organologam. Walaupun skema hibridisasi pada logam transisi dapat
20
digunakan, ia umumnya tidak akurat.Sangatlah penting untuk dicatat
bahwa orbital adalah sebuah model representasi dari tingkah laku
elektron-elektron dalam molekul. Dalam kasus hibridisasi yang
sederhana, pendekatan ini didasarkan pada orbital-orbital atom
hidrogen. Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan
sebagai gabungan dari orbital-orbital atom yang bertumpang tindih
satu sama lainnya dengan proporsi yang bervariasi. Orbital-orbital
hidrogen digunakan sebagai dasar skema hibridisasi karena ia
adalah salah satu dari sedikit orbital yang persamaan
Schrödingernya memiliki penyelesaian analitis yang diketahui.
Orbital-orbital ini kemudian diasumsikan terdistorsi sedikit untuk
atom-atom yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan oksigen.
Dengan asumsi-asumsi ini, teori hibridisasi barulah dapat
diaplikasikan. Perlu dicatat bahwa kita tidak memerlukan
hibridisasi untuk menjelaskan molekul, namun untuk
molekul-molekul yang terdiri dari karbon, nitrogen, dan oksigen, teori
hibridisasi menjadikan penjelasan strukturnya lebih mudah.Teori
hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik,
biasanyadigunakan untuk menjelaskan molekul yang terdiri dari
atom C, N, dan O (kadang kala juga P dan S). Penjelasannya
dimulai dari bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan dalam
metana.Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang berikatan dari
sudut pandang sebuahatom. Untuk sebuah karbon yang
berkoordinasi secara tetrahedal (seperti metana, CH4), maka
karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri
yang tepat dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi keadaan dasar
karbon adalah 1s2 2s2 2px1 2py1.
21
Masalah dengan teori hibridisasi ini adalah kegagalan teori ini
dalam memprediksikan spektra fotoelektron dari kebanyakan molekul,
meliputi senyawa yang paling dasar seperti air dan metana. Dari
sudut pandang pedagogi, pendekatan hibridisasi ini cenderung
terlalu menekankan lokalisasi elektron-elektron ikatan dan tidak
secara efektif mencakup simetri molekul seperti yang ada pada teori
orbital molekul.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ikatan Kimia adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul. Terjadi melalui
ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan lainnya seperti ikatan hidrogen, logam, dan sebagainya.
Dalam bentuk molekul dikenal adanya teori ikatan valensi. Postulat dasar dari teori ini adalah
bahwa bila 2 atom membentuk ikatan kovalen, orbital paling luar salah satu atom mengadakan
tumpang tindih dengan orbital paling luar atom yang lain, dan pasangan elektron yang dimiliki
bersama berada di daerah di mana terjadi tumpang tindih tersebut. Dengan adanya ikatan
valensi tersebut maka dapat dijelaskan sifat fisika maupun kimia dari suatu senyawa atau ion
kompleks yang terbentuk dari ikatan valensi tersebut.
3.2 Saran
Makalah ini masih banyak kekurangannya, baik segi penulisan dan isi makalah. Oleh sebab
itu penulis harapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Disamping dari
beberapa penjelasan teori Ikatan Kimia ini kita sebagai mahasiswa diharapkan
tidak hanya mengonsumsi teori tersebut namun dapat dikaji kembali dan
dikembangkan lagi agar nantinya menghasilkan kajian ilmu pengetahuan yang
lebih luas dan bermanfaat bagi mahkluk hidup. Lebih baiknya lagi
apabila dapat dilakukan percobaan agar lebih memahami tentang Ikatan
Kimia karena kegunaannya yang sangat besar bagi kehidupan kita sehingga
perlu dipelajari dan dipahami.
23
Daftar Pustaka
− Saidah, Aas, dan Purba, Michael. 2013. Kimia Bidang Keahlian Teknologi dan
Rekayasa. Jakarta: Penerbit Erlangga.
− Elida Tety. 1996. Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Gunadarma.
24