Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK

PERCOBAAN VI
“GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP”

Disusun Oleh:
Nama : Mutiara Shifa
NIM : 24030121130061
Hari, tanggal : Senin, 26 September 2022
Kelompok :9
Asisten : Lidia Leela

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
MODUL 6
GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP

Semarang, 24 September 2022

Mengetahui, Praktikan
Asisten

Lidia Leela Mutiara Shifa


24030119130080 24030121130061
PERCOBAAN VI
GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP

I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1. Menentukan cara mensintesis garam rangkap tembaga (II) ammonium
sulfat dan garam kompleks tetramintembaga (II) sulfat monohidrat
I.2. Menentukan sifat-sifat garam hasil sintesis

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1. Senyawa kompleks
Senyawa kompleks merupakan sebuah senyawa yang memiliki
logam pusat dan ligan yang terdiri dari dua atau lebih yang mana ligan
tersebut menyumbangkan PEB-nya ke ion logam pusat. Ion logam
pussat berupa ion logam golongan transisi. Senyawa ompleks juga biasa
disebut senyawa koordinasi karena sumbangan PEB dari ion ligan ke
ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi (Tuli, 2000).
II.2. Pembentukan kompleks
Dalam pembentukan senyawa kompleks, ikatan kovalen
koordinasi antara sebuah ion logam yang berperan sebagai logam pusat
dengan satu atau lebih ion pendonor electron atau yang biasanya disebut
ligan berikatan (Selby, 1985).
II.3. Pembuatan senyawa kompleks
Proses pembuatan senyawa kompleks sendiri bisa dilakukan
dengan penguapan atau penambahan pelarut, pendinginan, serta
penambahan anion atau kation. Juga dapat melalui reaksi reduksi-
oksidasi. Tetapi, kompleks jarang yang dibuat dengan reaksi reduksi
karena akan menghasilkan oksidasi yang tidak stabil (Sugiyarto, 1985).
II.4. Garam kompleks dan garam rangkap
Garam rangkap yakni garam yang Ketika dilarutkan dalam air
maka identitasnya akan hilang. Garam rangkap akan terbentuk Ketika
dua garam mengalami kristalisasi Bersama dengan perbandingan
tertentu. Garam rangkap mempunyai struktur sendiri yang tidak sama
dengan komponennya. Garam kompleks yaitu garam yang Ketika
dilarutkan dalam air, identitasnya tetap. Garam kompleks terdiri dari
ion-ion kompleks yang terikat dengan ikatan koordinasi (Rosbiono,
2012).
II.5. Kompleks werner dan kompleks logam karbonil
Kompleks werner ialah proses terbentuknya ikatan yang
disebabkan oleh bergabungnya orbital hibridisasi dengan atom
pusatnya. Untuk kompleks logam karbonil sendiri yaitu suatu kompleks
yang memiliki ikatan C lebih sedikit apabila dibandingkan dengan
kompleks lain (Sukarjo, 1992).
II.6. Kompleks inert dan labil
Klasifikasi senyawa kompleks yaitu kompleks inert dan
kompleks labil. Kompleks inert merupakan reaksi yang terjadi secara
lambat atau bahkan tidak terjadi reaksi, sedangkan kompleks labil
mengalami pertukaran secara cepat. Kompleks labil secara
termodinamika apabila dilihat dari sisi kinetikanya labil, sedangkan
kompleks inert yang secara termodinamika apabila dilihat dari sisi
kinetikanya tidak stabil (Chang, 2010).
II.7. Hibridisasi pada ion [Cu(NH3)4]2+
Pada senyawa kompleks [Cu(NH3)4]2+, tembaga ada di pada
posisi bilangan oksidasi tertinggi, yaitu +2 dengan konfigurasi
elektronnya 3d94s0. Electron pada orbital kulit 3d akan tereksitasi ke
kulit terluar, sehingga ligan ammonium akan masuk ke kulit terluar 3d,
4s, dan 4p yang belum terisi dengan hibridisasi dsp 2. Hibridisasi
[Cu(NH3)4]2+ dijelaskan pada diagram berikut (Raynor, 1969):
II.8. Ligan
Ligan yaitu molekul bermuatan netral yang mampu
menyumbangkan electron. Contohnya yaitu NH3, F-, Br-, dan Cl-.
Ligan dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu (Male, 2013):
- Ligan Monodentat
- Ligan Bidentat
- Ligan polidentat
II.9. Stabilitas kompleks
Stabilitas kompleks terdiri dari kestabilan kinetika dan
kestabilan termodinamika. Kestabilan kinetika berkaitan dengan energi
aktivasi pada saat proses pertukaran ligan, sedangkan kestabilan
termodinamika berkaitan dengan energi gibs untuk menghasilkan
produk dari reaktan yang ada (Sodiq, 2015).
II.10. Factor-faktor yang memengaruhi stabilitas kompleks
Berikut yaitu factor-faktor yang memengaruhi stabilitas ion
kompleks, yaitu (Hermawati, Sulistya, Suhartana, & Taslimah, 2016):
1. Ion logam pusat
- Elektronegativitas serta kemampuan polarisasi logam
- Distribusi muatan
- Factor CFSE
- Ukuran dan muatan
2. Ligan
- Momen dipol
- Kebasaan ligan
- Efek khelat dan efek sterik
- Kemampuan membentuk ikatan phi
- Besarnya lingkaran dan ruang
- Ukuran dan muatan
II.11. Kristalisasi
Proses terbentuknya partikel solid dalampada fasa homogen.
Kristalisasi merupakan salah satu tehnik pemurnian yang hasilnya
berwujud padatam yang dilakukan berdasarkan prnsip kelarutan. Proses
pembentukan kristal terdiri dari dua tahap yakni nukleasi dan
pertumbuhan kristal (Pinalia, 2012).
II.12. Rekristalisasi
Rekristalisasi yakni sebuah proses yang menggunakan Teknik
pemurnian zat padat dari pengotornya dengan menggunakan cara
mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan ke dalam pelarut
yang sesuai (Pinalia, 2012).
II.13. Analisa bahan
II.13.1. Kristal kupri sulfat pentahidrat
- Sifat Kimia: larut dalam air, methanol, dan gliserol; bersifat
higroskopis; dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata.
- Sifat Fisika: berbentuk padat, berwarna biru, titik lebur
147oC, densitas sebesar 2.284 g/cm3.
(MSDS, Copper Sulphate Pentahydrate, 2019)
II.13.2. Kristal ammonium sulfat
- Sifat Kimia: tidak larut dalam pelarut etanol
- Sifat Fisika: berwujud padat, tidak berwarna, pH 5-6,
densitas sebesar 1.676 g/cm3.
(MSDS, 2022)
II.13.3. Etil alcohol
- Sifat kimia: merupakan pelarut untuk bahan kimia organic,
merupakan alcohol paling tidak beracun.
- Sifat fisika: titik beku -114.1oC, titik didih 78.31oC, densitas
sebesar 0.7839 g/mol pada 20oC, sangat larut dalam air pada
suhu 20oC.
(MSDS, 2019)
III. METODE PENELITIAN
III.1. Alat dan Bahan
III.1.1. Alat
- Tabung reaksi besar dan kecil
- Gelas ukur 50 mL dan 10 mL
- Gelas beker 100 mL
- Gelas arloji
- Pompa vakum
- Pemanas
- Neraca analitik
- Corong buchner
- Erlenmeyer hisap
III.1.2. Bahan
- Kristal kupri sulfat pentahidrat
- Kristal ammonium sulfat
- Etil alkohol
III.2. Gambar alat

Tabung Reaksi
Gelas Ukur

Gelas Beker Gelas Arloji


Pompa Vakum Pemanas

Neraca Analitik Corong Buchner

Erlenmeyer Hisap
III.3. Skema kerja
III.3.1. Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O

0,02 mol CuSO4(NH4)2SO4.5H2O + (NH4)2SO4 2,64 gr

Gelas Beker

Panaskan pelan-pelan
Biarkan larutan menjadi dingin dan terbentuk kristal
Dinginkan campuran menggunakan penangas air
Lakukan dekantasi
Keringkan kristal dan timbang

Hasil
III.3.2. Pembuatan garam tetramintembaga (II) sulfat monohidrat
Cu(NH3)4SO4(H2O)

8 mL ammonia 15 M

Cawan penguapan

Encerkan dengan 5 mL aquades

0.02 mol serbuk CuSO4.5H2O

Bubuhkan ke dalam larutan ammonia


Pengadukan
Bubuhkan 8 mL etanol melalui dinding gelas
Tutup dengan gelas arloji, biarkan selama semalam
Aduk pelan-pelan untuk mengendapkan kristal
Dekantasi
Penapisan kristal dengan kertas saring
Bilas dengan campuran ammonia dan etanol
Bilas menggunakan etil alcohol
Saring dengan pompa vakum
Hasil
III.3.3. Perbandingan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap,
dan garam kompleks

Kristal kupri sulfat anhidrat

Tabung reaksi

- Teteskan 2-3 mL akuades


- Catat apa yang terjadi
- Bubuhkan tetes demi tetes larutan 8M sampai 5
mL
- Pencatatan

Hasil

Garam rangkap hasil percobaan A

Tabung reaksi besar

- Larutkan dalam 5 mL akuades

Garam kompleks hasil percobaan B

Tabung reaksi besar

- Larutkan dalam 5 mL akuades


- Bandingkan warna larutan
- Perkirakan jenis ion yang menyebabkan adanya
perbedan warna

Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
No. Perlakuan Hasil Ket
1. Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat
(CuSO4(NH4)2SO4).6H2O:
5 GR CuSO4.5H2O + 2,6 gr Larutan biru muda belum
(NH4)2SO4 ke dalam 10 mL larut sempurna
aquades
pemanasan Larutan biru muda dan sudah
larut sempurna
Pendinginan dan pendiaman Larutan biru muda yang
selama semalam mengendap dan mengeras
serta terbentuk endapan
pendekantiran Endapan berwarna biru muda
yang terpisah dari filtratnya
Pengeringan endapan Diperoleh kristal berwarna
biru muda kecil-kecil
Penimbangan - Berat kristal yaitu 6,1 gr
dengan rendemen
presentase 76,25%
2. Pembentukan Garam Tetramintembaga (II) Sulfat Monohidrat
Cu(NH3)4SO4H2O:
Pengenceran 8 mL ammonia Larut sempurna berwarna
5,5 M dengan 5 mL akuades biru tua
dan penambahan 5 gr
CuSO4.5H2O
Penambahan 8 mL etanol Larutan mengendap dan
mengeras
Pendiaman selama semalam Terdapat endapan dan filtrat
dan penutupan dengan kaca warna keduanya adalah biru
arloji tua
Pendekantiran lalu Diperoleh endapan berwarna
penyaringan dengan kertas biru tua terpisah dari
saring filtratnya
Pembilasan dengan campuran Terbentuk serbuk kristal
NH3 dengan etanol, lalu berwarna biru tua
pencucian dengan 5 mL etil
alcohol dan penyaringan
dengan pompa vakum
Penimbangan kristal - Berat kristal 4,1 gr dan
rendemen presentase
83,67%
3. Perbandingan beberapa sifat garam tunggal, rangkap, dan kompleks
Uji fisik garam tunggal
Penambahan kristal Cupri Terbentuk 4 lapisan secara
sulfat anhidrat ke dalam berurutan dari bawah yaitu
tabung reaksi, penambahan 3 biru tua, biru muda, biru
mL akuades, dan 5 mL kompleks, dan hijau tosca
ammonia pada tabung A
Penambahan 3 mL akuades + Timbul panas, berbau
5 mL ammonia + pengadukan ammonia, dan larutan
pada tabung B berwarna biru tua terlarut
sempurna

Uji fisik garam rangkap


Hasil kristal garam rangkap Larut sempurna, tidak berbau,
dibagi ke dalam 3 tabung dan berwarna biru muda
reaksi. bening
Tabung A + 5 mL akuades
Tabung B + 10 mL akuades Larut sempurna, tidak berbau,
dan berwarna biru muda
bening
Tabung C + pemanasan Berwarna biru tua dan berbau
menyengat
Uji fisik garam kompleks
Hasil kristal garam kompleks Larut sempurna, berbau
dibagi ke dalam 3 tabung ammonia kuat, dan berwarna
reaksi biru tua
Tabung A + 5 mL aquades
Tabung B + 10 mL aquades Larut sempurna, bau
ammonia lemah, berwarna
biru tua
Tabung C + pemanasan Bau menyengat dan warna
biru muda
V. DATA PERHITUNGAN
V.1. Garam Rangkap
a. Diketahui:
- Massa CuSO4.5H2O = 5 gr
- Massa (NH4)2SO4 = 2,6 gr
- BM CuSO4.5H2O = 249,5 gr/mol
- BM (NH4)2SO4 = 132 gr/mol
- Kristal garam rangkap + kertas saring = 6,7 gr
- Massa nyata kristal garam rangkap = 6,1 gr
b. Ditanya: % rendemen garam rangkap?
c. Jawab:
- Perhitungan mol
massa CuSO 4. 5 H 2 O
Mol CuSO4.5H2O =
BM CuSO 4.5 H 2O
5 gr
=
249,5 gr /mol
= 0,02 mol
massa ( NH 4 ) 2 SO 4
Mol (NH4)2SO4 =
BM ( NH 4 ) 2 SO 4
2,6 gr
=
132 gr /mol
= 0.02 mol
- Menghitung mol saat setimbang
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O →
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
M 0,02 mol 0,02 mol - -
R 0,02 mol 0,02 mol 0,02 mol -

S - - 0,02 mol 0,02 mol


- Menghitung massa kristal secara teoritis
Massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = mol x BM
= 0,02 mol x 400 gr/mol
= 8 gr
- Menghitung % rendemen
massa kristal nyata
= x 100%
massa kristal teoritis
6,1 gr
= x 100 %
8 gr
= 76,25%
V.2. Garam Kompleks
a. Diketahui:
- Massa CuSO4.5H2O = 5 gr
- V ammonia = 8 mL
- BM ammonia = 5,5 M
- BM CuSO4.5H2O = 17 gr/mol
- Kristal garam kompleks + kertas saring = 4,7 gr
- Massa nyata kristal garam kompleks = 4,1 gr
b. Ditanya: % rendemen garam kompleks?
c. Jawab:
- Perhitungan mol
massa CuSO 4. 5 H 2 O
Mol CuSO4.5H2O =
BM CuSO 4.5 H 2O
5 gr
=
249,5 gr /mol
= 0,02 mol
gr 1000
M NH3 = x
Mr P
gr 1000
5,5 M = x
17 gr /mol 8 mL
gr
5,5 M x 17
Massa NH3 = mol
125
= 0,748 gr
massa NH 3
Mol NH3 =
Mr NH 3
0,748 gr
= gr
17
mol
= 0,044
- Menghitung mol saat setimbang
H2O + CuSO4.5H2O + 4NH3 → Cu(NH3)4SO4(H2O) + H2O
M - 0,02 mol 0,044 mol - -
R 0,02 mol 0,02 mol 0,08 mol 0,02 mol 0,02
mol

S 0,02 mol - - 0,02 mol 0,02


mol
- Menghitung massa kristal secara teoriis
Massa Cu(NH3)4SO4(H2O) = mol x BM
= 0,02 mol x 245 gr/mol
= 4,9 gr
- Menhitung % rendemen
massa kristal nyata
= x 100%
massa kristal teoritis
4,1 gr
= x 100 %
4,9 gr
= 83,67%
VI. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan 6 yang berujudul “Garam Kompleks
dan Garam Rangkap”. Percobaan ini bertujuan agar praktikan dapat
menentukan cara mensistesis garam rangkap tembaga (II) ammonium
sulfat dan garam kompleks tetramintembaga (II) sulfat monohidrat dan
menentukan sifat-sifat garam hasil sintesis. Metode yang digunakan pada
percobaan ini yaitu kristalisasi dan rekristalisasi di mana dilakukan proses
pmurnian dan pemisahan pengotor dari kristal yang didapat agar kualitas
kristal semakin baik. Prinsip yang digunkaan dalam percobaan ini yaitu
pembentukan garam rangkap dan garam kompleks.
VI.1. Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Percobaan ini bertujuan membuat garam rangkap dari kupri
ammonium sulfat (CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang mana garam
rangkap tersebut merupakan garam yang terdiri dari kation
berjumlah dua yang berbeda dari anionnya yang sama pada kisi
kristal . Dilakukannya percobaan ini menggunakan metode
kristalisasi dan rekristalilasi melalui prinsip pengkristalan garam
dalam suhu kamar. Garam rangkap diperoleh melalui pencampuran
CuSO4.5H2O dengan ammonium sulfat yang dilanjutkan dengan
pelarutan oleh aquades. CuSO4.5H2O digunakan sebagai kristal
untuk mendapatkan garam rangkap yang ingin diperoleh dari
percobaan, lalu penambahan (NH4)2SO4 berfungsi menggantikan
ligan dari H2O dari kupri sulfat anhidrat, hal ini dapat terjadi
karena nilai kekuatan ligan pada ammonium sulfat lebih tinggi atau
kuat dibandingkan H2O, terlihat dari urutan kekuatan ligan dibawah
ini (Petrucci, 1992):
CN- > NO2- > NH3 > en > py ≈ NH3 > SCN- > H2O > OH- > F- > Cl- > Br- > I-
Sedangkan fungsi dari aquades adalah pelarut dalam
pelarutan kristal kupri sulfat anhidrat tersebut. Adapun reaksi yang
terjadi dari pencampuran ketiga bahan tersebut sebagai berikut
(Svehla, 1985):
CuSO4.5H2O(S) + (NH4)2SO4(S) + H2O(S) 🡪 CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(aq)
Terlihat dari reaksi terbentuk larutan berwarna biru yang
berasal dari warna asli pada kupri sulfat anhidrat. Saat ditambahkan
aquades kristal belum melarut secara sempurna oleh karenanya
dilakukan pemanasan yang bertujuan untuk mempercepat reaksi.
Pemanasan dapat mempercepat reaksi kelarutan dari kristal kupri
sulfat anhidrat dikarenakan adanya pengaruh suhu yang mana
semakin tinggi suhu maka tingkat kelarutan dari suatu zat semakin
cepat atau semakin tinggi pula atau dalam kata suhu sebanding
dengan tingkat kelarutan suatu zat.
Ketika semua kristal larut sempurna pada aquades saat
pemanasan dilakukan pendinginan pada suhu ruang untuk
mendapatkan kristal dari larutan. Pendinginan dilakukan pada suhu
ruang menghasilkan kristal yang lambat mengendap dan mengeras
dengna kristal yang dihasilkan berukuran besar – besar dan
kekuatannya yang rapuh. Untuk memperoleh kristal yang lebih
halus dan cepat membeku dengan sifat kristal yang tidak rapuh,
pendinginan dilakukan pada suhu rendah.
Langkah berikutnya adalah pendekantiran. Tujuan dari
pendekantiran ini ialah memisahkan antara filtrat dan residu,
dimana filtrat dalam tahap ini merupakan kristal biru yang
terbentuk saat pendinginan. Setelah itu filtrat dikeringkan dengan
kertas saring guna menghilangkan kadar air dan dilakukan
penimbangan. Dari penimbangan yang dilakukan diperoleh 6,1
gram kristal CuSO4(NH4)2SO4 biru muda yang merupakan garam
dengan rendemen prosentasi kristal sebesar 76,25%.
VI.2. Pembuatan garam tetramintembaga (II) sulfat monohidrat
Cu(NH3)4SO4(H2O)
Percobaan ini bertujuan membuat serta mempelajari sifat
dari garam kompleks Cu(NH3)SO4(H2O) yang mana garam
kompleks ini merupakan jenis garam yang mengandung ion – ion
kompleks pada penyusunnya (Fajrul dkk., 2018). Dilakukannya
percobaan ini menggunakan metode kristalisasi dan rekristalilasi
melalui prinsip pengkristalan garam dalam suhu kamar yang
didiamkan dua puluh empat jam satu malam. Garam kompleks
pada percobaan ini diperoleh dari kupri sulfat pentahidrat yang
dicampurkan dengan ammonia yang dilarutkan dalam aquades.
Kupri sulfat pentahidrat yang digunakan dalam percobaan ini
sebagai kristal yang nantinya akan diuji guna memperoleh garam
Cu(NH3)4SO4.H2O sedangkan penambahan NH3 digunakan untuk
pemberi suasana basa pada larutan agar terjadinya pembentukan
ion kompleks [Cu(NH3)4]2+ yang hanya dapat terbentuk pada
suasana basa. Adapun reaksi yang terjadi dari pencampuran bahan
tersebut sebagai berikut (Svehla, 1985):
CuSO4.5H2O (aq) + 4NH3 (aq) + H2O(l)  Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) + 5H2O
Setelah dilakukan pencampuran antara kupri sulfat pentahidrat dengan
ammonia yang diencerkan oleh aquades dihasilkan larutan yang larut
sempurna dengan warna larutan biru tua. Tahapan berikutnya adalah
penambahan etanol yang dilanjutkan dengan pendiaman selama sehari
semalam dengan kondisi tertutup oleh gelas arloji. Penambahan etanol
dilakukan secara hati – hati dari tepi gelas beker yang bertujuan agar
larutan tertutupi etanol. Penutupan menggunakan gelas arloji dilakukan
untuk menjaga agar tidak adanya kontaminan atau pengotor yang masuk
pada larutan. Fungsi lain dari penambahan etanol ialah untuk melapisi
permukaan dari larutan agar NH3 yang terdapat pada larutan tidak
menguap, dikarenakan sifat dari NH3 tersebut volatile atau midah
menguap. Selain itu etanol juga berguna mencegah masuknya kontaminan
dari luar masuk ke dalam larutan. Penambahan etanol ini tidak
mempengaruhi reaksi pada larutan melainkan hanya melapisi bagian luar
dari larutan oleh karenanya dilakukan melalui tepi gelas beker secara hati
– hati agar etanol tidak bercampur pada larutan tersebut. Dikarenakan
penggunaan etanol untuk melapisi larutan mencegah NH3 agar tidak cepat
menguap, etanol dapat diganti dengan senyawa lain dengan sifat yang
sama dengan etanol yakni polar dan mudah menguap seperti aseton dan
methanol.
Pendiaman yang dilakukan dalam suhu ruang yang beertujuan untuk
memaksimalkan pembentukan inti kristal yang dapat bertambah laju
dibandingkan dengan laju pembentukan kristal ketika dilakukan pada suhu
ruang, sehingga nantinya akan diperoleh kristal yang terbentuk lebih kuat.
Setelah perlakuan tersebut terbentuk kristal berwarna biru tua yang
mengendap akibat pendiaman dalam waktu yang lama yakni sehari
semalam. Kemudian dilakukan pendekantiran pada kristal untuk
memisahkan filtrat berupa kristal biru tua dan residunya, dilanjutkan
penyaringan dengan kertas saring. Kristal yang diperoleh dari
pendekantiran dicuci dengan etanol dilanjutkan dengan pencucian dengan
NH3 1:1. Etanol berfungsi untuk menghilangkan pengotor pada kristal
serta melarutkan etanol yang masih tertisa pada kristal. Pengotor yang
dihilangkan oleh etanol antara lain H2O, NH3, serta etanol itu sendiri.
Sedangkan NH3 berfungsi untuk mengikat NH3 yang tersisa dan tidak
terikut saat pembentukan ion kompleks.
Langkah berikutnya dilakukan penyarin penyaringan dengan corong
buncher dan pompa vakum agar diperoleh langsung filtrat berupa kristal
kering. Dihasilkan kristal kering berwarna biru tua yakni kristal
Cu(NH3)4SO4.H2O berupa garam kompleks dengan berat 3.2 gram dan
prosentase rendemen sebesar 82,5%.
VI.3. Perbandingan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap, dan
garam kompleks
Tujuan dari uji ini yaitu mengetahui dan membandingkan sifat-sifat
dari garam tunggal, garam rangkap, dan garam kompleks.
VI.3.1. Garam tunggal
Tujuannya untuk mengetahui sifat-sifat dari
garam tunggal berupa garam kupri sulfat anhidrat.
Langkah yang dilakukan yaitu memasukkan
secukupnya garam tersebut ke dalam 2 buah tabung
reaksi. Tabung reaksi A diberi perlakuan
penambahan 3 mL aquades dan 5 mL ammonia.
Perlakuan tersebut menghasilkan 4 lapisan secara
berurutan dari bawah yaitu biru tua, biru muda, biru
kompleks, dan hijau tosca. Pembentukan lapisan ini
terjadi karena perbedaan berat jenisnya sehingga
dihasilkan beberapa warna yang berbeda. Tabung
reaksi B diberi perlakuan penambahan 3 mL
aquades dan 5 mL ammonia serta pengadukan.
Perlakuan tersebut mengakibatkan timbulnya panas,
berbau ammonia, dan larutan berwarna biru tua
terlarut sempurna. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut (Svehla, 1985):
CuSO4·5H2O + 42NH3 + H2O → Cu(NH3)42SO4·6H2O
VI.3.2. Garam rangkap
Tujuannya yaitu untuk mengetahui sifat-sifat
dari garam rangkap berupa garam kupri ammonium
sulfat. Langkah pertama yang dilakukan yaitu
memasukkan secukupnya garam tersebut ke dalam 3
buah tabung reaksi. Tabung A diberi perlakuan
penambahan 5 mL aquades dihasilkan larutan
terlarut sempurna, tidak berbau, dan berwarna biru
muda bening. Tabung reaksi B diberi perlakuan
penambahan 10 mL aquades dihasilkan larutan
terlarut sempurna, tidak berbau, dan berwarna biru
muda bening. Reaksi yang terjadi sebagai berikut
(Svehla, 1985):
CuSO4 (NH4)2SO4.6H2O + H2O → CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + 2H2O
Tabung reaksi C diberi perlakuan
pemanasan dihasilkan perubahan warna menjadi
biru tua dan berbau menyengat. Reaksi yang terjadi
yaitu sebagai berikut (Svehla, 1985):
CuSO4 (NH4)2SO4.6H2O → CuSO4.5H2O↓+ (NH4)2SO4 + H2O↑
VI.3.3. Garam kompleks
Uji ini memiliki tujuan untuk mengetahui
sifat-sifat dari garam kompleks berupa garam
tetramintembaga (II) sulfat monohidrat. Langkah
pertama yang dilakukan yaitu memasukkan
secukupnya garam tersebut ke dalam 3 buah tabung
reaksi. Tabung A diberi perlakuan penambahan 5
mL dihasilkan larutan terlarut sempurna, berbau
ammonia kuat, dan berwarna biru. Tabung B diberi
perlakuan penambahan 10 mL aquades dihasilkan
larutan terlarut sempurna, berbau ammonia kurang
kuat, dan berwarna biru. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut (Svehla, 1985):
Cu (NH3)4SO4. H2O + H2O → Cu2+ + SO42- + 4NH3 + 2H2O
Tabung C diberi perlakuan pemanasan
dihasilkan perubahan warna menjadi biru muda dan
berbau menyengat. Reaksi yang dihasilkan sebagai
berikut (Svehla, 1985):
2Cu (NH3)4 SO4.H2O → ↑8NH3 + 2CuSO4.5H2O↓
Perbandingan antara garam rangkap dan
garam kompleks dari sifatnya yaitu garam kompleks
memiliki titik leleh lebih tinggi karena strukturnya
yang lebih kompleks, sehingga lebih memerlukan
energi yang besar untuk memutus ikatan tersebut.
VII. KESIMPULAN
VII.1. Garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat dapat disintesis
dengan mereaksikan garam kuprisulfat pentahidrat dan
ammonium sulfat.
VII.2. Garam tetreaamin tembaga (II) sulfat monohidrat dapat disintesis
dengan mereaksikan garam kuprisulfat pentahidrat dengan
ammonia.
VII.3. Garam rangkap yang terbentuk berupa kristal halus kecil-kecil
berwarna biru muda, sedangkan garam kompleks yang terbentuk
berupa kristal berwarna biru tua. Adapun berat dari kristal garam
rangkap yang dihasilkan sebesar 6,1 gr dengan prosesntase
rendemen sebesar 76.25% sedangkan pada kristal garam
kompleks dihasilkan berat 4,1 gr dengan prosentase rendemen
sebesar 83,67%.
DAFTAR PUSTAKA

Chang. (2010). Kimia Dasar Jilid I. Erlangga.


Hermawati, Sulistya, E., Suhartana, & Taslimah, &. (2016). Sintesis dan
karakterisasi Senyawa Kompleks Zn(II)-8-Hidroksikuinolin. Jurnal Kimia
Sains dan Aplikasi.
Male, H. T. (2013). SYNTHESIS OF BINUCLEAR COMPLEX COMPOUND OF
{[Fe(L)(NCS) 2 ] 2 Oks} (L = 1,10-Phenantrolin and 2,2’-Bypiridine)
Sintesis Senyawa Kompleks Berinti Ganda {[Fe(L)(NCS) 2 ] 2 Oks} (L =
1,10-Fenantrolin Dan 2,2’-Bipiridin).
MSDS. (2019). Copper Sulphate Pentahydrate. Material Safety Data Sheet.
MSDS. (2019). Lembaran Data Keselamatan Etil Alkohol. Lembar Data
Keselamatan Bahan.
MSDS. (2022). Amonium Sulfat untuk Analisis EMSURE.
Petrucci. (1992). Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga.
Pinalia. (2012). Penentuan Metode Rekristalisasi yang Tepat untuk Meningkatkan
Kemurnian Kristal Ammonium Perklorat. Majalah Sains dan Teknologi.
Raynor. (1969). Determ Ination of Hybridisation and the H-N-H Bond Angle of
Ammonia in [Cu(NH3)4].
Rosbiono. (2012). Terminologi-Karakteristik-Metode Pendeteksian-Aplikasi,
Klasifikasi, Tatanama dan Isomerisasi Senyawa Koordinasi. Modul Kimia
Anorganik.
Selby. (1985). Earth's Changing Surface an Introduction to Geomorphology.
Clarendon Press Oxford.
Sodiq. (2015). Kimia Analitik I. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sugiyarto. (1985). Dasar-Dasar Kimia Anorganik Transisi. Graha Ilmu.
Sukarjo. (1992). Kimia Koordinasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Svehla. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Kalman Media Pustaka.
Tuli. (2000). Advanced Inorganic Chemistry Volume II. S. Chand and Company.

Anda mungkin juga menyukai