Anda di halaman 1dari 13

IV.

DATA PENGAMATAN
IV.1. Mengenal Jenis-jenis Reaksi Kimia (Nabila Rizka)
No. Reaktan 1 Reakta Gejala Reaksi
n2
1. NaOH H2SO4 Warna larutan NaOH tetap 2NaOH (aq) +
bening setelah H2SO4(aq) →
ditambahkan larutan Na2SO4(aq) +
H2SO4, mengeluarkan uap, 2H2O(l).
muncul banyak Jenis reaksi yang
gelembung-gelembung gas, terjadi: reaksi
timbul percikan, dan netralisasi dan reaksi
berubah menjadi sedikit metatesis
panas.
2. Pb(CH3COO)2 HCl Semula berwarna bening, Pb(CH3COO)2 (aq)
lama kelamaan berubah + 2HCl (aq)→
menjadi putih keruh dan PbCl2 +
terbentuk endapan putih, 2CH3COOH (aq).
muncul gelembung – Jenis reaksi yang
gelembung kecil saat terjadi: reaksi
dimasukkannya HCl. pengendapan
(pendesakan logam)
dan reaksi metatesis
3. HCl Mg Warna HCl yang semula Mg (s) + 2HCl (aq)
bening berubah menjadi → MgCl2 (aq) + H2
putih keruh dan terdapat (g).
gelembung gas saat Jenis reaksi yang
dimasukkanya Mg, logam terjadi: reaksi
Mg lama-kelamaan pembentukan gas
menjadi habis. dan reaksi redoks
4. CuSO4 H2O Terjadi perubahan warna CuSO4 (s) + H2O(l)
pada kristal CuSO4 semula → Cu(OH)2 +
berwarna biru tua terang H2SO4 (aq).
berubah menjadi lebih Jenis reaksi yang
muda dan pucat setelah terjadi: reaksi
larut dalam air. pembentukan
senyawa kompleks

IV.2. Menilai laju reaksi dan menentukan ordenya (Ida Rofiani)

No [HCl] (M) t (s) Pengamatan


1 0,04 235 Logam mg habis bereaksi cuku lama dan muncul
gelembung kecil saat logam mg dimasukkan
2 0,06 145 Logam mg habis bereaksi lebih ceat dari [HCl] 0,04
M dan muncul gelembung kecil saat logam mg
dimasukkan
3 0,08 109 Logam mg habis bereaksi lebih ceat dari [HCl] 0,06
M dan muncul gelembung kecil saat logam mg
dimasukkan
4 0,10 89 Logam mg habis bereaksi lebih ceat dari [HCl]
sebelumnya dan muncul gelembung kecil saat
logam mg dimasukkan
V. PEMBAHASAN
V.1. Mengenal Jenis-jenis Reaksi Kimia
V.1.1. Reaksi antara NaOH dengan H2SO4 (Atikah Afifa S.)
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
jenis reaksi dan gejala yang ditimbulkan selama percobaan
pencampuran NaOH dan H2SO4 yaitu sedikit gelembung
gas, panas, dan terdapat uap. Langkah awal yang dilakukan
adalah menambahkan larutan NaOH ke dalam tabung
reaksi selanjutnya dilakukan penambahan H2SO4. Langkah
selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap reaksi yang
terjadi. Gejala yang terjadi adalah adanya gelembung gas,
timbul percikan pada larutan dan terjadinya kenaikan suhu
pada larutan. Reaksi yang terjadi yaitu:
NaOH(aq) + H2SO4 (aq) → Na2SO4(aq) + H2O(g)
(Basri, 1996)
Proses reaksi ini melibatkan NaOH yang termasuk
basa kuat dan H2SO4 yang merupakan asam kuat sehingga
reaksi yang terjadi merupakan reaksi netralisasi, yaitu yang
terjadi pada pencampuran asam dengan basa dan
menghasilkan produk reaksi air yang memiliki sifat netral
(Budi et al., 2009). Pada proses ini terjadi reaksi metatesis
yang berarti terjadi reaksi pertukaran muatan, reaksi
metatesis atau perpindahan rangkap yang menyangkut
larutan serta pertukaran kation dan anionnya (Brady, 1994).
Contoh reaksi metatesis yaitu:
Pb(NO3)2(aq) + 2KI(aq) → PbI2(s) + KNO3(aq)
(Johari & Rachmawati, 2004)
Pada reaksi tersebut, terjadi pertukaran pasangan
ion dari dua elektrolit dimana ion Pb2+(aq) dari senyawa
Pb(NO3)2(aq) bergabung dengan ion I dari senyawa KI.
Reaksi yang terjadi di pencampuran NaOH dan H2SO4 yaitu
dimana ion Na+ berikatan dengan SO42- dan H+ berikatan
dengan OH-. Saat reaksi berlangsung, tumbukan yang ada
sangat kuat karena reaktannya termasuk asam kuat dan basa
kuat (Petrucci, 1985). Banyaknya tumbukan ini
mengakibatkan terjadinya pelepasan energi yaitu panas
sehingga reaksi ini tergolong merupakan reaksi eksoterm,
karena sistem melepas kalor ke lingkungan (Sudarmo,
2017), hal ini ditandai dengan terjadinya peningkatan suhu
larutan saat reaksi terjadi.
V.1.2. Reaksi antara Pb(CH3COOH)2 dengan HCl (Desita Putri
A.)
Percobaan ini dilakukan dengan bertujuan untuk
mengetahui reaksi yang terjadi antara zat Pb(CH3COO)2
dengan HCl serta gejala yang timbul saat reaksi
berlangsung. Langkah kerja dimulai dengan menyiapkan
dua tabung reaksi dimana tabung reaksi pertama diisi
dengan larutan Pb(CH3COO)2 dan tabung kedua diisi
dengan larutan HCl. Selanjutnya kedua larutan tersebut
dicampurkan dan diamati gejala yang timbul. Hasil dari
pengamatan yang dilakukan yaitu diperoleh perubahan
warna yang semula bening menjadi putih keruh, muncul
gelembung-gelembung gas saat dimasukan HCl, dan
membentuk endapan PbCl2 yang berwarna putih. Reaksinya
yaitu:
Pb(CH3COO)2(s) + HCl(l) → PbCl2(s) + CH3COOH(l)
Reaksi pengendapan ialah reaksi yang terjadi dalam
larutan berair dengan bercirikan terbentuknya produk
berupa endapan atau produk tak larut (Chang, 2005). Reaksi
di atas adalah reaksi pengendapan dari Pb(CH3COO)2 dan
asam kuat HCl yang menghasilkan garam (PbCl2) dan asam
lemah (CH3COOH). Reaksi pengendapan terjadi bila
tetapan dari kelarutan terlampaui. Arti dari tetapan
kelarutan terlampaui ialah apabila hasil kali ion-ion (Qsp)
lebih besar daripada Ksp sehingga larutan menjadi lebih
jenuh. Terjadinya pengendapan dimulai dengan
terbentuknya sejumlah inti atau nukleon yang merupakan
suatu partikel. Maknanya, terjadinya endapan tersebut untuk
menurunan konsentrasi ion dalam larutan sehingga Qsp
sama dengan Ksp (Underwood, 1986).
Terdapat tiga kemungkinan hubungan antara Qsp
dengan Ksp, yaitu:
a. Apabila Qsp < Ksp, maka larutan belum jenuh (tidak
terjadi endapan).
b. Apabila Qsp=Ksp, maka larutan tepat jenuh (akan
terjadi endapan).
c. Apila Qsp > Ksp, maka larutan lewat jenuh (akan
terjadi endapan).
Terbentuknya endapan PbCl2 menunjukan energi
solvasinya lebih kecil dibandingkan energi ikatanya karena
zat terlarut akan larut pada pelarutnya apabila energi solvasi
lebih besar dari pada energi ikat. Pada percobaan ini juga
terjadi reaksi lain yaitu reaksi metatesis diantara
Pb(Ch3COO)2 dengan HCl. CH3COO- berikatan dengan H+
dan Pb2+ berikatan dengan Cl- (Brady, 1994).
Reaksi metatesis merupakan reaksi dari pertukaran
ion dua buah elektrolit pembentuk garam dan dapat terjadi
bila salah satu hasil reaksi berupa endapan ataupun gas,
tetapi salah satu hasil reaksinya di dalam air memiliki
kelarutan rendah (Zulfikar, 2010).
Pada reaksi pengendapan ini juga terjadi reaksi
pendesakan logam dimana pada deret volta letak Pb berada
si sebelah kiri H. Logam yang berada di sebelah kiri logam
lain dapat mendesak logam yang berada di sebelah kanan.
Jadi, Pb dapat mendesak H, Pb bergantian mengikat Cl lalu
menghasilkan PbCl2.
V.1.3. Reaksi antara HCl dan Mg (Azka Ghaniyya S.)
Tujuan dari uji reaksi antara HCl dengan logam Mg
adalah untuk mengidentifikasi apa saja jenis reaksi yang
terjadi antara HCl dengan logam Mg dan mengidentifikasi
gejala yang muncul ketika reaksi tersebut berlangsung. Uji
ini dilakukan dengan memasukan HCl ke dalam tabung
reaksi tiga. Lalu menambahkan logam Mg ke dalam tabung
reaksi kemudian amati perubahan yang terjadi.
Dari hasil pengamatan timbul beberapa gejala,
diantaranya warna larutan HCl yang sebelumnya berwarna
bening setelah direaksikan berubah menjadi putih keruh.
Hal tersebut dapat terjadi karena muncul buih-buih gas H2.
Timbulnya buih gas H2 mengindikasikan bahwa pada uji
ini terjadi reaksi pembentukan gas. Reaksi pembentukan
gas merupakan reaksi yang menghasilkan gas. Gas yang
sudah terbentuk akan meluap ke udara (Premono et.al,
2009). Reaksi pembentukan gas dapat disebut juga dengan
reaksi pendesakan logam. Reaksi pendesakan logam terjadi
jika logam sebelah kiri mendesak logam yang berada di
sebelah kanan dalam deret volta. Mg kemudian bisa
mendesak logam H. Lalu Mg berikatan dengan Cl
membentuk MgCl2., produk dari reaksi ini adalah gas H2.
Reaksi yang terjadi adalah :
2HCl(aq) + Mg(s) MgCl2(aq) + H2(g)
(Chang, 2005)
Selain itu, pada persamaan tersebut terjadi reaksi
redoks. Reaksi redoks merupakan reaksi yang mengalami
reduksi dan oksidasi dimana menyebabkan perubahan
bilangan oksidasi (Suyanta, 2013). Mg mengalami oksidasi
karena memiliki bilangan oksidasi awal 0 naik menjadi +2
sehingga disebut sebagai reduktor, sedangkan HCl
mengalami reduksi karena memiliki biloks awal -1
kemudian setelah direaksikan turun menjadi 0 sehingga
disebut sebagai oksidator.
Gejala lain yang timbul adalah terjadi kenaikan
suhu, karena tabung terasa hangat. Hal tersebut dapat
terjadi karena terjadi reaksi eksoterm. Reaksi yang terjadi
berupa pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan disebut
juga dengan reaksi eksoterm (Kaleemullah and Kailappan,
2007). Terjadi juga reaksi reaksi metatesis. Reaksi
metatesis adalah reaksi pertukaran ion. Reaksi ini dapat
diketahui dari logam Mg yang berikatan dengan Cl2
dimana Cl2 sebelumnya berikatan dengan H.
V.1.4. Reaksi antara H2O dengan CuSO4 (M. Raihan Zova)
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh hasil reaksi serta gejala yang timbul saat
larutan H 2 O dan CuSO 4dicampurkan. Langkah pertama
yang harus dilakukan adalah memasukkan 2 mL aquades ke
dalam tabung reaksi kemudian lakukan penambahan larutan
2 mL CuSO 4. Kemudian yang terakhir adalah lakukan
pengamatan.
Sebelum dilakukannya pencampuran, H 2 O berwarna
bening dan kristal CuSO 4berwarna biru terang. Setelah
dilakukannya pencampuran, larutan menjadi warna biru
muda dan kristal CuSO 4berwarna biru muda agak pucat.
Hal tersebut disebabkan adanya eksitasi elektron dari Cu.
Ketika cahaya yang diserap oleh atom, energi dari foton
akan menaikan elektron ke tingkat energi yang lain. Dan
saat foton diserap oleh energi tersebut (energi absorpsi)
maka foton akan menyebabkan eksitasi elektron ke
tingkat energi yang lebih tinggi lagi, lalu pada proses
kembali ke level energi awal, maka akan ada pantulan
cahaya oleh atom (Kurniawan, 2020). Reaksi yang
terbentuk dalam percobaan ini adalah
CuSO 4 (s) + H 2 O(l ) →[Cu ( H 2 O ) ]2(aq)
+¿ 2−¿
+ SO 4(aq )¿¿ (Fitroni,
2013). Reaksi tersebut merupakan reaksi pembentukan
kompleks. Pembentukan senyawa kompleks tersusun dari
Ion, atom pusat serta ligan sampai terbentuk kovalen
kordinasi (Chang, 2005). Pembentukan kompleks juga
ditandai dengan terbentuknya larutan atau endapan
berwarna yang digunakan dalam mendeteksi ion logam di
dalam larutan tersebut (Rosbiono, 2012). Dalam reaksi
tersebut yang berperan sebagai atom pusat adalah CuSO 4
dan yang berperan sebagai ligan ialah H 2 O .

V.2. Menilai Laju Reaksi dan Menentukan Ordenya (Mutiara Shifa)


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi
konsentrasi HCl pada laju reaksi serta dapat menentukan orde
reaksi yang terjadi antara beberapa larutan HCl dengan konsentrasi
yang berbeda dengan sebuah potongan logam Mg. Alat dan bahan
yang harus disiapkan yaitu larutan HCl 0,04 M; 0,06 M; 0,08 M;
0,1 M, 4 tabung reaksi, logam Mg, dan stopwatch. Langkah
pertama yang dilakukan yaitu memasukkan masing-masing larutan
HCl yang berbeda konsentrasi ke dalam masing-masing tabung
reaksi yang telah disediakan. Hal tersebut dilakukan agar
mengetahui bagaimana pengaruh antara konsentrasi terhadap laju
reaksi serta untuk membandingkan waktu reaksi dan menilai laju
reaksi. Selanjutnya sepotong logam Mg dimasukkan ke dalam 4
tabung reaksi yang sudah berisi HCl dan dilakukan bersamaan
dengan stopwatch yang dihidupkan. Saat pengamatan, stopwatch
dimatikan tepat saat logam Mg habis. Percobaan ini dilakukan
secara satu per satu konsentrasi HCl dan dilakukan pencatatan
setelah percobaan selesai dilakukan. berikut hasil pencatatan pada
percobaan ini:

No
[HCl] (M) t (s)
.
1. 0,04 267
2. 0,06 149
3. 0,08 111
4. 0,10 75

Dari data di atas, dapat diketahui bahwa konsentrasi


memiliki pengaruh terhadap laju reaksi. Konsentrasi berbanding
terbalik dengan waktu yang dibutuhkan sehingga semakin tinggi
konsentrasi maka semakin sedikit waktu yang dibutuhkan yang
berarti laju reaksi berlangsung semakin cepat. semakin larutan
mempunyai konsentrasi yang besar, makan semakin banyak pula
partikel yang terkandung sehingga partikel-partikel tersebut mudah
mengalami tumbukan yang menyebabkan laju reaksi terjadi
semakin cepat (Rajagukguk, 2020). Reaksi antara larutan HCl
dengan logam Mg terjadi tiga bentuk reaksi, yaitu reaksi
pendesakan logam, reaksi redoks, dan reaksi pembentukan gas
yang terjadi secara eksoterm. reaksi yang berlangsung pada
percobaan ini ialah:
2HCl(aq) + Mg(s) MgCl(aq) + H2 (g)
(Chang, 2005)
VI. PENUTUP
VI.1. Kesimpulan (Kesimpulan tiap ujinya diisi oleh anggota sesuai
pembagian pembahasan)
VI.1.1. Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan H2SO4 merupakan
reaksi penetralan yaitu reaksi yang terjadi pada
pencampuran asam dengan basa dan menghasilkan produk
reaksi air yang memiliki sifat netral
VI.1.2. Reaksi yang terjadi antara Pb(CH3COO)2 dengan HCl
merupakan reaksi pembentukan endapan. Dimana dalam

percobaan ini terbentuknya endapan PbCl2 karena memiliki


nilai Qsp > Ksp.
VI.1.3. Reaksi pembentukan gas pada HCl dan Mg dengan gejala
munculnya gelembung-gelembung gas berupa H2.
VI.1.4. Reaksi yang terjadi pada pencampuran H2O dan CuSO4
adalah reaksi pembentukan kompleks. Gejala yang timbul
adalah larutan menjadi warna biru muda dan kristal CuSO4
menjadi warna biru muda pucat.
VI.1.5. Pada percobaan menilai laju reaksi dan menentukan
ordenya dilakukan uji dengan menggunakan beragam
variasi konsentrasi HCl. berdasarkan data didapat nilai orde
reaksi sebesar 1,35. rumus laju reaksinya yaitu v = 0,288
[HCl]1,35. persamaan garis dari hrafik orde laju reaksi yaitu
y = 1,3479x - 0,5407.
VI.2. Saran (M. Rangga L.Y.)
VI.2.1. Mungkin dari praktikan bisa lebih memperhatikan reaksi
yang terjadi karena perbedaan detik akan berefek dalam
perhitungan.
VI.2.2. Praktikan lebih bisa hati hati dalam mencampurkan zat
karena ada beberapa zat yang bersifat korosif
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, reza. 2020. Mengapa batu akik dapat memiliki beraneka


ragam warna. Diakses pada tanggal 23 September 2021 di
https://warstek.com/2020/04/15/batu-akik/ pada pukul 01.20
WIB.

Chang, R. 2005. Kimia Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga.


Rosbiono, M. (2012). Terminologi-Karakteristik-Metode
Pendeteksian-Aplikasi, Klasifikasi, Tatanama dan Isomerisasi
Senyawa Koordinasi. Modul Kimia Anorganik, 1–84.

Underwood. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga : Jakarta.


Brady, J,. 1994. Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid 1 Edisi
Kelima. Jakarta : Erlangga.
Zulfikar. 2010. Pemisahan Kimia dan Analisis Pengayakan. Bandung:
CV Habsa Jaya.
Basri, S. 1996. Kamus Kimia. Jakarta : Rineka Cipta
Budi, U., Saputro, A. N. C., & Mahardiani, L. (2009). Buku Kimia.
Johari, J. M. C., & Rachmawati, M. (2004). Kimia SMA untuk Kelas X
Esis. Erlangga: Jakarta.
Petrucci, R. 1985. General Chemistry. Jakarta: Erlangga.
Sudarmo, Unggul. 2017. Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Surakarta:
Erlangga.
Suyanta. 2013. Reaksi Redoks Dan Elektrokimia. Modul PGMP
Kimia.
Kaleemullah, S. and Kailappan, R., 2007. Monolayer Moisture, Free
Energy Change and Fractionation of Bound Water of Red
Chillies. Journal of Stored Products Research 43, 104-110.
Rajagukguk, D. H. (2020). Pengaruh Penerapan Media Pembelajaran
Kimia Berbasis Android yang Dikembangkan Terhadap Hasil dan
Motivasi Belajar Siswa pada Materi Laju Reaksi. Universitas Diponegoro.
LAMPIRAN

I. PERHITUNGAN (Riska Maharani)


1. Perhitungan Pengenceran HCl
2. Perhitungan Orde Reaksi
II. GRAFIK ORDE LAJU REAKSI (M. Rangga L. Y.)

Anda mungkin juga menyukai