PERCOBAAN VIII
“KEMAMPUAN KOAGULASI GARAM – GARAM
SULFAT DAN KLORIDA”
Disusun Oleh :
PERCOBAAN 8
“KEMAMPUAN KOAGULASI GARAM – GARAM
SULFAT DAN KLORIDA”
Mengetahui,
NIM.24030120140066 NIM.24030122120029
PERCOBAAN VIII
I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1. Mempelajari daya koagulasi dari berbagai macam garam – garam sulfat dan klorida
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran yang terletak antara larutan
sejati dan suspensi kasar. Ukuran partikel sejati adalah kurang dari 1 nm, partikel koloid
berukuran 1 nm hingga 1000 nm, sedangkan suspensi kasar lebih besar dari 1000 nm.
Selain itu partikel larutan dan koloid tidak dapat dipisahkan secara fisik (penyaringan)
(Arnelli & Astuti, 2019)
II.3. Koagulasi
Koloid akan lebih stabil jika mempunyai perbedaan muatan yang besar dan
ukuran partikel yang kecil, sehingga potensial zeta lebih besar. Oleh karena itu, untuk
menghilangkan perbedaan muatan yang besar pada koloid, dapat dilakukan dengan
menurunkan potensial zeta hingga tercapai titik dimana koloid kehilangan
kestabilannya. Nilai potensial zeta dapat dikurangi dengan menambahkan ion-ion yang
muatannya berlawanan. Penambahan ini akan mengurangi perbedaan muatan partikel
dan mengurangi ketebalan lapisan ganda sehingga menurunkan nilai potensial zeta.
Ketika koagulan dilarutkan, kation menetralkan muatan negatif pada permukaan
koagulan. Gaya tarik menarik antarpartikel, khususnya gaya Van der Waals,
menyebabkan koloid menyatu menjadi mikroflok karena gaya tolak menolak antar
koloid berkurang selama proses netralisasi.(Winarni, 2016)
II.6.3 Pengaruh pH
Proses koagulasi akan berjalan dengan baik jika pada pH optimal. Pada pH
operasi optimal, partikel koloid akan berperan sebagai inti dan memicu
pembentukan agregat (sweep floc).
Sifat fisik: berbentuk padat tidak berwarna, tidak berbau,densitas 2,40 g/cm3
Sifat kimia: larut dalam air, stabil dalam suhu ruang, bereaksi kuat dengan
logam dan panas
(Smartlab, 2017)
II.7.2. FeCl3
Sifat fisik: berat molekul 270,33 g/mol, berwujud padatan warna coklat,
berbau pedih, titik lebur 306°C
Sifat kimia: stabil dalam suhu kamar, larut dalam air, tidak ada sifat oksidator
(Smartlab, 2019)
II.7.3. ZnSO4
Sifat fisik: berbentuk padatan berwarna keputihan, tidak berbau, densitas 1,97
g/cm3
Sifat kimia: stabil dalam suhu kamar,tidak mudah menyala, tidak ada sifat
oksidator
(Smartlab, 2019)
II.7.4. CaSO4
Sifat fisik: berat molekul 172,17 g/mol, tampilan padat tak berwarna, densitas
2,320 g/cm3
Sifat kimia: tidak ada sifat oksidator, stabil dalam suhu kamar
(Merck, 2021)
II.7.6. FeSO4
Sifat fisik: berat molekul 278,01 g/mol, tampilan padatan hijau biru, densitas
1,898 g/cm3
Sifat kimia; pH 3,0 g/l, tidak ada sifat oksidator, stabil dalam suhu kamar
(Smartlab, 2019)
II.7.7. MgSO4
Sifat fisik: tampilan padatan putih, tak berbau, titik lebur 1.124°C
Sifat kimia: kelarutan dalam air 300g/l, tidak ada sifat oksidator, stabil dalam
suhu kamar
(Smartlab, 2019)
II.7.8. Air
Sifat fisik: berbentuk cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
(Smartlab, 2021)
III. Metodologi
III.1.1 Alat
III.1.2 Bahan
1. PAC
2. FeCl3
3. ZnSO4
4. CaSO4
5. KAl(SO4)2
6. FeSO4
7. MgSO4
8. Air sumur yang keruh
III.2. Skema Kerja
III.2.1 KoagulasiodenganoKAl(SO4)2
III.2.6 KoagulasiodenganoMgSO4
I. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil
200 mL air sumur + 1 gram FeCl3 Endapan muncul dan larutan menjadi
2 Pendiaman selama 30 menit coklat lebih pekat
Al2(SO4)
7
Pendiaman selama 30 menit Endapan muncul
Urutan Kejernihan
Urutan 1 2 3 4 5 6 7
Kejernihan
Al2SO4> ZnSO4 > MgSO4 > CaSO4> FeSO4> FeCl3 > PAC
Berikut adalah faktor – faktor lain yang dapat mempengaruhi daya koagulasi:
1. Suhu air
Rendahnya suhu air akan mempengaruhi efisiensi proses koagulasi yang mana
semakin rendah suhu pH optimum akan berubah dan merubah pembubuhan dosis
koagulan.
2. Derajat keasamaan pH
Proses koagulasi berjalan baik apabila berada pada pH yang optimum yakni pH
yang sesuai dengan jenis koagulan.
3. Jenis koagulan
Pemilihan koagulan didasarkan pada daya efektivitas pada koagulan ketika
pembentukan flok, yang mana koagulan bentuk larutan lebih efektif dibandingkan
kaogulan serbuk atau butiran.
4. Kecepatan pengadukan
Pengadukan yang terlalu lambat flok akan sulit terbentuk dan apabila terlalu cepat
flok mudah pecah dan kembali larut dalam air.
(Rahimah dkk., 2018)
III. PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
Didapatkan hasil berupa urutan kejernihan yakni KAl(SO ) > MgSO >CaSO >
4 2 4 4
FeSO >ZnSO > FeCl >PAC. Koagulan dari garam sulfat memiliki daya
4 4 3
VI.2.3. Dapat digunakan sumber air yang lebih keruh seperti air kolam ikan
fsm agar dapat memberikan perbedaan yang jelas pada saat proses
pengamatan
Daftar Pustaka
Arnelli, & Astuti, Y. (2019). Buku Ajar Kimia Koloid dan Permukaan (Vol. 1).
Deepublish.
Asmiyarna, L., Daud, S., & Darmayanti, L. (2021). Pengaruh Dosis Koagulan
Belimbing Wuluh serta Pengaruh pH dalam Menyisihkan Warna dan Zat
Organik Pada Air Gambut. In Jom FTEKNIK (Vol. 8).
Chang, R & Overby, J.(2019). Chemistry 13th ed. New York: McGraw Hill
education.
Husaini, H., Cahyono, S. S., Suganal, S., & Hidayat, K. N. (2018).
Perbandingan koagulan hasil percobaan dengan koagulan komersial
menggunakan metode jar test. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara,
14(1), 31-45
Qoriah Alfauziah, T. (2019). Fakta Dibalik Label “Kocok Dahulu” pada Obat
Bentuk Sediaan Suspensi. Farmasetika.Com (Online), 3(4), 48.
https://doi.org/10.24198/farmasetika.v3i4.21630
Sebelum dimasukan ke
Sebelum Penyaringan
dalam air waduk
Setelah Penyaringan